Pola Asuh Orang Tua terhadap Kejadian ECC (Early Childhood Caries) pada Anak Usia 3-5 Di Kelurahan Purwosari Kota Surakarta

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mulut sejak dini. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai kebersihan mulut

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. penyakit sistemik. Faktor penyebab dari penyakit gigi dan mulut dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. baik. Penelitian yang di lakukan Nugroho bahwa dari 27,1% responden yang

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan gigi dan mulut saat ini masih menjadi keluhan

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor penting dalam perkembangan normal anak. 1 Penyakit gigi dan

BAB I PENDAHULUAN. makanan sehingga membantu pencernaan, untuk berbicara serta untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. infeksi yang dihasilkan dari interaksi bakteri. Karies gigi dapat terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. 2015). Salah satu masalah kesehatan gigi dan mulut yang banyak dikeluhkan oleh

HUBUNGAN MOTIVASI IBU TENTANG KESEHATAN GIGI TERHADAP EARLY CHILDHOOD CARIES

PREVALENSI KARIES GIGI SULUNG ANAK PRASEKOLAH DI KECAMATAN MALALAYANG KOTA MANADO

BAB 1 PENDAHULUAN. hanya terjadi pada orang dewasa tapi juga pada anak-anak. Proses perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. tetapi juga terjadi pada anak-anak. Karies dengan bentuk yang khas dan

MINUM SUSU DENGAN PENAMBAHAN GULA DAN TANPA GULA DENGAN JUMLAH KARIES ANAK USIA 3-6 TAHUN

LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. cenderung meningkat sebagai akibat meningkatnya konsumsi gula seperti sukrosa.

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh (Mumpuni, 2013).

JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat sarjana strata-1 kedokteran umum TRI UJI RAHAYU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karies gigi merupakan masalah utama dalam kesehatan gigi dan mulut

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. kesehatan, terutama masalah kesehatan gigi dan mulut. Kebanyakan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keadaan ini dapat mempengaruhi kesehatan gigi anak (Ramadhan, 2010). Contoh

BAB I PENDAHULUAN. akibat gangguan sangat penting pada masa kanak-kanak karena karies gigi,

BAB I PENDAHULUAN. indeks caries 1,0. Hasil riset kesehatan dasar tahun 2007 melaporkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. mulut pada masyarakat. Berdasarkan laporan United States Surgeon General pada

BAB I PENDAHULUAN. setiap proses kehidupan manusia agar dapat tumbuh dan berkembang sesuai

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyakit yang sangat umum dan menyebar di seluruh dunia di. mana angka prevalensinya semakin meningkat, walaupun

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan gigi dan makanan sehat cenderung dapat menjaga perilaku hidup sehat.

HUBUNGAN KONSUMSI MAKANAN KARIOGENIK DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI DAN STATUS GIZI ANAK TK PEMBINA MOJOSONGO SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi penentu

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai gizi, berdasarkan data terbaru pada tahun , masalah

PUBLIKASI KARYA ILMIAH

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh penggunaan susu botol atau cairan lainnya yang termasuk karbohidrat seperti

ABSTRAK. knowledge, role of teacher, shcool dental hygiene

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT

Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : TOMY ADI NUGROHO J

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya. 2 Karies yang terjadi pada anak-anak di antara usia 0-71 bulan lebih dikenal

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keparahan karies gigi pada anak usia 4-6 tahun merupakan penelitian

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kotoran lain yang berada di atas permukaan gigi seperti debris, karang gigi, atau

Tahun 1999, National Institude of Dental and Craniofasial Research (NIDCR) mengeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. menunjang upaya kesehatan yang optimal (Depkes RI, 2001). menunjang kesehatan tubuh seseorang (Riyanti, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak kalah pentingnya yaitu pertumbuhan gigi. Menurut Soebroto

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesehatan. Mulut bukan sekedar untuk pintu masuknya. menunjang kesehatan seseorang (Riyanti, 2005).

Hubungan konsumsi jajanan dan status karies gigi siswa di SMP NEGERI 1 Tareran

BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan salah satu permasalahan kesehatan gigi yang paling

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG PENCEGAHAN KARIES GIGI DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI BALITA. Nawang Siwi Sayuti 1.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. turut berperan dalam menentukan status kesehatan seseorang. Berdasarkan hasil

Gambaran kejadian karies gigi berdasarkan body mass index pada anak-anak usia bulan di TK Negeri Pembina Denpasar

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. orang dewasa terdapat gigi tetap. Pertumbuhan gigi pertama dimulai pada

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bahan baku utamanya yaitu susu. Kandungan nutrisi yang tinggi pada keju

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN KONSUMSI JENIS MAKANAN KARIOGENIK DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA ANAK DI SDN KRANDON KUDUS

Kata kunci: Body Mass Index (BMI), Underweight, Overweight, Obesitas, Indeks DMF-T, Karies.

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI

RELATIONSHIP BETWEEN DENTAL CARE AND CARIOGENIC FOODS WITH CHILDREN DENTAL CARIES INCIDENCE IN JURAN ELEMENTRY SCHOOL

PENGARUH PENDIDIKAN, PENGALAMAN PEMERIKSAAN DAN STATUS KESEHATAN GIGI ANAK TERHADAP PERILAKU IBU MEMERIKSAKAN KESEHATAN GIGI ANAK DI KOTA BUKITTINGGI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa sekolah. Anak

Makassar Dent J 2016; 5(1): 1-5 ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia prasekolah adalah anak yang berusia berkisar 3-6 tahun. (Soetjiningsih, 1995). Pada usia tersebut anak mengalami proses

Abstrak. jenis/hari sebesar 62,3%, sedangkan > 4 jenis /hari sebesar 37,7%. Ditemukan sebanyak 47 orang

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU ORANG TUA TENTANG PEMBERIAN SUSU BOTOL DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA SISWA PRASEKOLAH

DESTRI MAYA RANI NIM A020

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI DI SDI DARUL MU MININ KOTA BANJARMASIN TAHUN 2017 ABSTRAK

KARYA TULIS AKHIR. Oleh : DINDA VIKA YULINA

HUBUNGAN PENGETAHUAN KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT DENGAN STATUS KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PADA SISWA SMA NEGERI 9 MANADO

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Keberhasilan pembangunan kesehatan

Determinan Karies Gigi Pada Anak Sekolah Dasar Di Pulau Nusa Penida, Klungkung, Bali

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN PERILAKU ORANG TUA TERHADAP TINGKAT KEPARAHAN KARIES GIGI PADA ANAK KELAS 1 DI SDN X DAN Y

BAB I PENDAHULUAN. penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. atau biofilm dan diet (terutama dari komponen karbohidrat) yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. diterima oleh dokter gigi adalah gigi berlubang atau karies. Hasil survey

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Analisis Situasi

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

ABSTRAK HUBUNGAN EARLY CHILDHOOD CARIES (ECC) DENGAN STATUS GIZI ANAK UMUR 3-5 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MENGWI III BADUNG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Depkes,

HUBUNGAN ANTARA UPAYA IBU DALAM MENCEGAH KARIES GIGI DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA ANAK DI TK AL-IHSAN KECAMATAN BANDONGAN KABUPATEN MAGELANG

Hubungan Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dengan Karies Molar Satu Permanen pada Murid Umur 6-12 Tahun SDN 26 Lamteumen Timur Kota Banda Aceh

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS KARIES GIGI PADA SISWA SMP KRISTEN 67 MANADO

EFEKTIFITAS STRATEGI UPSTREAM TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU HIDUP SEHAT GIGI MELALUI KONSELING PADA SISWA/I KELAS I SDN 12 PONTIANAK KOTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kementerian Kesehatan Tahun 2010 prevalensi karies di Indonesia mencapai 60

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dipisahkan satu dan lainnya karena akan mempengaruhi kesehatan tubuh

BAB I PENDAHULUAN. Community Dental Oral Epidemiologi menyatakan bahwa anakanak. disebabkan pada umumnya orang beranggapan gigi sulung tidak perlu

JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana strata-1 kedokteran umum

*Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Manado Jl. R.W. Mongisidi Malalayang Manado

DAFTAR ISI BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang kompleks yang terdiri atas

NASKAH PUBLIKASI ARTA DEBORAH SIMANJUNTAK NIM I

Kris Adityawarman*, Diyah Fatmasari **, Arlina Nurhapsari** ABSTRAK

THE RELATIONSHIP BETWEEN DENTAL PLAQUE AND THE SEVERITY OF DENTAL CARIES AMONG PRESCHOOL CHILDREN. Abstract

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. ini. Anak sekolah dasar memiliki kerentanan yang tinggi terkena karies,

Hubungan Antara Plak Gigi Dengan Tingkat Keparahan Karies Gigi Anak Usia Prasekolah

Transkripsi:

Pola Asuh Orang Tua terhadap Kejadian ECC (Early Childhood Caries) pada Anak Usia 3-5 Di Kelurahan Purwosari Kota Surakarta Morita Sari 1,Yuyud Yudhatama 2 1,2 Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Muhammadiyah Surakarta *Email: morita.sari@ums.ac.id Keywords: Pola Asuh Orang Tua; Anak Usia 3-5 Tahun; ECC Abstrak Latar Belakang: ECC (Early Childhood Caries) adalah karies yang mengenai permukaan halus gigi decidui pada anak berusia kurang dari 6 tahun. Kejadian ECC masih menjadi suatu permasalahan yang belum terpecahkan etiologinya sampai saat ini. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa kasus ECC sangat dipengaruhi oleh kebiasaan seorang anak dalam menjaga kebersihan dan kesehatan gigi dan mulut. Kebiasaan anak menjaga kebersihan dan kesehatan gigi dan mulut sangat dipengaruhi pola asuh orang tua. Pola asuh orang tua yang berpengaruh adalah diet makanan, kebiasaan meminum susu sebelum tidur, kebiasaan menggosok gigi, dan kunjungan ke dokter gigi secara teratur. Pola asuh orang tua sangat tergantung pada pendidikan, penghasilan dan wilayah dari orang tersebut tinggal. Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui pengaruh pola asuh orang tua terhadap kejadian ECC pada anak usia 3-5 tahun di Kelurahan Purwosari Kota Surakarta. Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional analitik dengan cross sectional study design dan menggunakan survey sebagai instrumen penelitian. Jumlah sampel yaitu 101 responden dengan metode pengambilan sampel non probability sampling dan teknik pengambilan sampel yaitu ramdom sampling methode. Responden yang dipilih adalah orang tua dari anak-anak yang berusia 3-5 tahun yang tinggal dan bersekolah di wilayah Kelurahan Purwosari Kota Surakarta. Analisis dengan uji Chi-Square dan Multinomial Logistic Regression. Pola asuh responden dapat diketahui melalui kuisioner, sedangkan untuk mengetahui terdapat ECC atau pun tidak pada anak dilakukan pemeriksaan kesehatan gigi. Hasil: 61 anak mengalami ECC dan 40 anak tidak mengalami ECC. Uji Chi-Square dan Multinomial Logistic Regression menunjukkan subvariabel frekuensi orang tua memberikan makanan manis, frekuensi orang tua memberikan susu, dan frekuensi orang tua menuntun untuk berkumur memliki nilai p-value <0,05. Kesimpulan: Frekuensi orang tua memberikan makanan manis, frekuensi orang tua memberikan susu, dan frekuensi orang tua menuntun untuk berkumur memiliki pengaruh terhadap terjadinya ECC pada anak-anak yang berusia dibawah 3-5 tahun di Kelurahan Purwosari Kota Surakarta. ISSN 2407-9189 303

1. PENDAHULUAN Orang tua menjadi faktor utama dalam mengembangkan keperdulian dan pengetahuan serta menjaga kesehatan gigi dan mulut anak [1]. Pengetahuan orang tua tentang kesehatan sangat dipengaruhi keadaan lingkungan tempat tinggal, latar belakang pendidikan, tingkat pemahaman tentang kesehatan, pengalaman dan pengaruh berbagai media massa seperti iklan pada era modern [2]. Latar belakang keluarga juga mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut anak [3]. Perubahan status keluarga dari two parent manjadi single parent atau broken home juga mempengaruhi, karena semakin sedikit orang yang memperdulikan kesehatan mulut anak sehingga meningkatkan resiko karies [4]. Banyak orang tua yang beranggapan gigi sulung (decidui) tidak terlalu penting untuk diperhatikan karena gigi tersebut akan digantikan oleh gigi tetap (permanen) sehingga dianggap wajar jika gigi tersebut mengalami karies atau berlubang [5]. Hal tersebut dapat dilihat dari data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 yaitu angka kejadian gangguan kesehatan gigi dan mulut pada anak usia 1-4 tahun 10,4 % dan pada usia 5-9 tahun 28,9%. Jumlah anak yang mendapatkan perawatan dari tenaga medis gigi pada golongan usia 1-4 tahun 25,8 % dan 5-9 tahun 35,1% [6]. Salah satu gangguan kesehatan gigi dan mulut yang sering terjadi pada anak usia 1-5 tahun adalah ECC (Early Childhood Caries). ECC adalah karies yang mengenai permukaan halus gigi decidui pada anak berusia kurang dari 6 tahun yang disebabkan asam laktat yang dihasilkan dari proses fermentasi zat gula oleh bakteri Strepcoccus mutans dan Strepcoccus sobrinus. Beberapa faktor eksternal seperti tingkat ekonomi, pengetahuan, ras, suku, adat, kebiasaan, jenis kelamin, dan nutrisi pada masa kehamilan yang sangat berpengaruh pada kecepatan dan keparahan dari perkembangan ECC [7]. Koch dan Poulsen (2009) menyebutkan 30% dari total jumlah kejadian ECC di dunia terjadi pada anak dengan usia 3-5 tahun terutama pada gigi insisivus decidui [8]. Kejadian ECC yang terjadi di semua negara terutama negara maju diperkirakan disebabkan oleh konsumsi gula yang berlebihan dan menimbulkan efek obesitas pada anak, sedangkan di negara berkembang rendahnya pengetahuan orang tua, keperdulian orang tua, serta akses dan fasilitas kesehatan gigi dan mulut turut memperparah kejadian ECC. Pencegahan ECC di negara maju sudah dilakukan sejak anak masih di dalam kandungan. Pencegahan tersebut dilakukan supaya bayi pada saat lahir memiliki risiko karies yang lebih rendah. Pencegahan dilaksanakan dengan mengadakan kontrol rutin keadaan rongga mulut sang ibu pada masa kehamilan dan nutrisi yang dikonsumsi oleh sang ibu. Dimasa kehamilan sang ibu diberikan edukasi tentang karies, cara membangun kebiasaan menjaga kebersihan mulut pada saat bayi sudah lahir, dan diet atau jenis konsumsi makanan yang baik [9]. Tindakan pencegahan ECC di negara berkembang jarang sekali dilakukan karena biaya yang dibutuhkan sangat besar sedangkan untuk kesehatan umum masih sangat kurang dalam hal pembiayaan dalam pengobatan. Pemeliharaan kesehatan gigi kebanyakan masih belum tercantum di dalam undang-undang kesehatan [10]. Hal tersebut merupakan salah satu faktor dalam pencarian pelayanan kesehatan faktor lain yang mempengaruhi dalam pencarian pelayanan kesehatan gigi dan mulut adalah sosiodemografik faktor seperti adat, jarak akses ke tempat pelayanan kesehatan gigi dan mulut, status sosial, tingkat pendidikan dan pendapatan [11]. Kejadian ECC masih menjadi suatu permasalahan yang belum terpecahkan etiologinya, tetapi beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa kasus ECC sangat dipengaruhi oleh kebiasaan seorang anak 304 ISSN 2407-9189

dalam menjaga kebersihan mulut. ECC dimulai dengan demineralisasi pada permukaan email kemudian terjadi initial lesion yang ditunjukkan dengan demineralisasi yang kasar dan tidak beraturan pada cervikal gigi insisivus decidui rahang atas dan mulai menyebar pada permukaan email yang sehat. Proses demineralisasi kemudian akan berbentuk pulau yang kemudian berkembang menjadi lebih besar pada pemukaan gigi dan kerusakan email gigi mencapai seluruh permukaan dari gigi [12]. Kebiasaan dibangun atau diajarkan oleh orang tua ataupun pengasuh anak. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti ingin melakukan penelitian tentang pengaruh pola asuh orang tua terhadap kejadian ECC pada anak usia 3-5 tahun. 2. METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional analitik dengan cross sectional study design dan menggunakan survey sebagai instrumen penelitian. Validasi kuisioner di lakukan dengan metode product common test dan validasi konten. Subyek pada penelitian ini adalah orang tua anak-anak berusia 3-5 tahun diwilayah Kelurahan Purwosari dan anak-anak berusia 3-5 tahun diwilayah Kelurahan Purwosari. Metode pengambilan sampel menggunakan non probability sampling dengan teknik pengambilan sampel menggunakan ramdom sampling methode. Besar sampel 101 responden (orang tua anak-anak berusia 3-5 tahun). Dengan kriteria: 1. Anak-anak yang berusia sekitar 3-5 tahun yang bersekolah atau berdomisili di wilayah Kelurahan Purwosari 2. Jumlah gigi yang mengalami ECC minimal 4 gigi decidui. 3. Anak diasuh sejak dari bayi oleh orang tua atau wali. 4. Orang tua yang menyetujui dan mau mengisi kuisioner. 5. Masih pada periode gigi bercampur. Analisis data menggunakan Uji statistik Chi-Square dan Multinominal Regresion. Chi-square digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel. Multinominal Regresion digunakan untuk mengetahui faktor pola asuh orang tua memiliki pengaruh terbesar terhadap kejadian ECC pada anak usia 3-5 tahun di wilayah Kelurahan Purwosari, Surakarta. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan pada anak usia 3-5 tahun yang bersekolah ataupun yang tinggal di wilayah Kelurahan Purwosari dengan jumlah sampel sebanyak 101 anak. Penelitian diawali dengan melakukan pemeriksaan pada anak yang berusia sekitar 3 sampai 5 tahun dan kemudian dilakukan pemberian kuisioner mengenai pola asuh kepada orang tua anak. 3.1. ECC dan Non-ECC Diagram 1. Distribusi Frekuensi Anak yang ECC dan Non-ECC Hasil pada diagram 1 menunjukkan distribusi jumlah anak usia 3-5 tahun yang mengalami ECC dan Non- ECC dari 101 sampel didapatkan jumlah anak usia 3-5 tahun yang mengalami ECC sebanyak 61 anak (60%) dan Non-ECC 40 anak (40%). Tabel 1. Hasil Uji Multinomial Logistic Regression ISSN 2407-9189 305

Variabel p-value Odds 95% Confident References Ratio Interval Frekuensi Orang Tua 0.0394 0-1 kali sehari Memberikan Makanan Manis 2-3 kali sehari 5.123 1,455 18,041 Frekuensi Orang Tua 0,0409 1 kali sehari Memberikan Susu 2-3 kali sehari 0,070 0,009 0,566 Lebih dari 3 kali sehari 0,165 0,025 1,103 Frekuensi Orang Tua 0.0433 Selalu Menuntun Anak untuk Berkumur setelah Makan Terkadang (3-4 kali 0,563 0,149 2,125 seminggu) Tidak pernah 0,150 0,030 0,737 3.2. Uji Multinominal Regression Dari hasil uji Multinominal Regression di dapatkan bahwa pola asuh orang tua dalam hal memberikan makanan manis, pola asuh pemberian susu dan pola asuh menjaga kebersihan mulut dalam hal ini berkumur mempunyai pengaruh terhadap kejadian ECC. Tabel 1 menunjukkan frekuensi orang tua memberikan makanan manis memiliki pengaruh yang signifikan ( p-value 0,0394) dan frekuensi orang tua memberikan makanan manis 2-3 kali sehari menunjukkan nilai oods rasio 5,123 yang berarti anak umur 3-5 tahun yang diberikan makanan manis 2-3 kali sehari mempunyai risiko 5,123 kali lebih tinggi terkena ECC dibandingkan dengan anak yang diberikan makanan manis 0-1 kali sehari. Frekuensi orang tua memberikan susu memiliki pengaruh yang signifikan dengan p-value 0,0409 dan frekuensi orang tua memberikan susu 2-3 kali sehari menunjukkan nilai oods rasio 0,070 yang berarti anak umur 3-5 tahun yang diberikan susu 2-3 kali sehari mempunyai risiko 0,070 kali lebih tinggi terkena ECC dibandingkan dengan anak yang diberikan susu 1 kali sehari serta frekuensi orang tua memberikan susu lebih dari 3 kali sehari menunjukkan nilai oods rasio 0,165 yang berarti anak umur 3-5 tahun yang diberikan susu lebih dari 3 kali sehari mempunyai risiko 0,165 kali lebih tinggi terkena ECC dibandingkan dengan anak yang diberikan susu 1 kali sehari. Frekuensi orang tua yang menuntun anak untuk berkumur setelah makan berpengaruh secara signifikan karena memiliki p-value 0.0433. Orang tua yang terkadang menuntun anaknya untuk berkumur setelah makan memiliki nilai oods rasio 0,563 yang berarti anak umur 3-5 tahun yang terkadang dituntun oleh orang tuanya untuk berkumur setelah makan mempunyai risiko 0,563 kali lebih tinggi terkena ECC dibandingkan dengan anak yang selalu dituntun oleh orang tuanya untuk berkumur, serta orang tua yang tidak pernah menuntun anaknya untuk berkumur setelah makan memiliki nilai oods rasio 0,150 yang berarti anak umur 3-5 tahun yang tidak pernah dituntun oleh orang tuanya untuk berkumur setelah makan mempunyai risiko 0,150 kali lebih tinggi terkena ECC dibandingkan dengan anak yang selalu dituntun oleh orang tuanya untuk berkumur. 3.3. Pembahasan Gula dalam makanan merupakan substrat utama dalam proses terjadinya karies, gula akan diubah menjadi zat asam oleh bakteri Strepcoccus mutans atau Strepcoccus sobrinus yang menyebabkan demineralisasi jaringan keras pada gigi [13]. Pemberian makanan manis pada anak sudah menjadi kebiasaan di setiap keluarga [14]. Pemberian makanan manis selain dapat menyebabkan karies juga dapat menyebabkan anak menjadi obesitas [15]. Frekuensi orang tua memberikan makanan manis menjadi faktor utama dibandingkan dengan jumlah pemberian makanan manis setiap hari [16]. Avery et al. (2011) dalam bukunya menjelaskan anak yang mengalami karies gigi memiliki risiko terkena penyakit kronis. Pada penelitian ini orang tua yang memberikan makanan manis 2-3 kali sehari memiliki risiko terkena ECC lebih tinggi [17]. Frekuensi pemberian susu oleh orang tua juga memiliki andil dalam 306 ISSN 2407-9189

perkembangan kejadian ECC. Berdasarkan uji Multinomial Logistic Regression anak yang mengkonsumsi susu 2-3 kali sehari memiliki risiko lebih tinggi terkena karies dibandingkan dengan yang 1 kali sehari. Penelitian yang dilakukan oleh Eddy dan Mutiara (2015) menunjukkan bahwa anak-anak setelah minum susu tidak membersihkan mulutnya atau berkumur maka susu akan menjadi substrat dan jika dilakukan dengan jumlah yang besar dan dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan terjadinya ECC pada anak [1]. Hal tersebut karena walaupun susu tersebut disajikan secara kental ataupun sesuai dengan petunjuk tetap saja di dalam susu terdapat kandungan zat gula berupa laktosa yang menjadi penyebab dari karies [18]. Marshall (2003) menjelaskan bahwa susu memiliki efek mendukung perkembangan bakteri dan mampu mengubah keseimbangan buffer dalam mulut lebih besar dibandingkan dengan sukrosa pada gula, selain dalam penelitian ini juga menjelaskan keterkaitan antara konsumsi susu dan konsumsi makanan manis yaitu setelah anak tidak mengkonsumsi susu orang tua menggantikannya dengan mengkonsumsi makanan manis [19]. Frekuensi orang tua menuntun anak untuk berkumur memiliki pengaruh terhadap kejadian ECC pada anak. Anak usia 3-5 tahun yang hanya kadangkadang atau bahkan tidak pernah sama sekali di arahkan oleh orang tuanya untuk berkumur setelah makan mempunyai risiko lebih tinggi terkena ECC dibandingkan dengan anak yang selalu diarahkan oleh orang tuanya untuk berkumur. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sicca et al. (2016) berkumur (mouthrinse) merupakan salah satu metode untuk pencegahan karies pada anak [20]. Mouthrinse dapat dilakukan dengan menggunakan air atau juga menggunakan cairan flouride. Anak yang terkadang dituntun orang tua untuk berkumur tetap memiliki risiko yang tinggi terkena ECC karena proses berkumur yang diajarkan oleh orang tua kepada anak tidak diketahui apakah sudah benar atau belum, dan kebanyakan lamanya anak berkumur kurang dari 1 menit. Tandon et al. (2010) menjelaskan lamanya berkumur yang efektif yaitu minimal selama 1 menit [21]. Pada penelitian ini rata-rata orang tua memberikan makanan manis sebagai bentuk kebiasaan anaknya walaupun hanya sekali sehari yang menyebabkan anak-anak tersebut masih rentan terkena ECC. 4. KESIMPULAN Terdapat pengaruh antara pola asuh orang tua terhadap kejadian ECC di Kelurahan Purwosari Kota Surakarta. Pola asuh yang berupa frekuensi pemberian makan manis dan frekuensi pemberian susu pada anak. Kebiasaan yang berupa frekuensi orang tua menuntun anak berkumur memiliki pengaruh terhadap kejadian ECC di Kelurahan Purwosari Kota Surakarta. UCAPAN TERIMAKASIH Terimakasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam penelitian. REFERENSI [1] Eddy FNE, dan Mutiara H. Peranan Ibu dalam Pemeliharaan Kesehatan Gigi Anak dengan Status Karies Anak Usia Sekolah Dasar. Majority. 2015; 4(8): 1 6. ISSN 2407-9189 307

[2] Rompis C, Pangemanan D, Gunawan, P. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Kesehatan Gigi Anak Dengan Tingkat Keparahan Karies Anak TK Di Kota Tahuna. Jurnal E-GiGi (eg). 2016; 4: 47 52. [3] Christensen LB, Twetman S, Sundby A. Oral Health in Children and Adolescents with Different Socio-Cultural and Socio- Economic Backgrounds. Acta Odontol Scand. 2010; 68: 34-42. [4] Wigen TI, dan Wang NJ. Maternal health and lifestyle, and caries experience in preschool children. A longitudinal study from pregnancy to age 5 yr. Eur J Oral Sci. 2011; 11(119): 463 468. [5] Rahayu TU. Pengaruh Edukasi Menggunakan Kartu Indikator Karies Anak (KIKA) Terhadap Perilaku Ibu Tentang Pencegahan Karies Gigi Sulung Di Kelurahan Randusari Semarang. Jurnal Media Medika Muda KTI Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. 2013; 2(1): 1-9. [6] Riskesdas, 2013. Riset Kesehatan Dasar. Kementrian Kesehatan RI. [7] Vargas CM, Dye BA, Kolasny C R, Buckman DW, Mc Neel TS, Tinanoff, N, Levy SM. Early Childhood Caries and Intake of 100 Percent Fruit Juice: Data from NHANES, 1999-2004. The Journal of the American Dental Association. 2014;145(12): 1254 1261. http://doi.org/10.14219/jada.2014.95 [8] Koch G, dan Poulsen S. Pediatric Dentistry: A Clinical Approach Second Edition. United Kingdom: Wiley-Blackwell; 2009. [9] Borutta A, Wagner M, Kneist S. Early Childhood Caries : A Multi-Factorial Disease. Ohdmbsc. 2010; 9: 32 38 [10] Nyamuryekung KK, Lahti SM, Tuominen RJ. The Relative Patient Costs and Availability of Dental Services, Materials and Equipment in Public Oral Care Facilities in Tanzania. BMC Oral Health. 2015: 1 8. http://doi.org/10.1186/s12903-015-0061-3 [11] Liu L, Zhang Y, Wu W, Cheng R. Characteristics of Dental Care-Seeking Behavior and Related Sociodemographic Factors in A Middle-Aged and Elderly [12] Olga KI, Mira J, Aneta M, Zabokova- Bilbilova E, Pavlevska M, Todorovska G. Ultrastructural Changes of the Initial Lesion at Early Childhood Caries. Journal of International Dental and Medical Research. 2017; 10 (1): 36-41 [13] Kidd EAM, dan Bechal SJ. Dasar-Dasar Karies Penyakit dan Penanggulangannya. Jakarta: EGC; 2013 [14] Hoffmeister L, Moya P, Vidal C, Benadof D. Factors Associated with Early Childhood Caries in Chile. Gac Sanit. 2016; 30(1): 59 62 [15] Costacurta M, Di Renzo L, Sicuro L, Gratteri S, De Lorenzo A, Docimo R. Dental caries and childhood obesity: analysis of food intakes, lifestyle. Eur J Paediatr Dent. 2014; 15(4): 343-348. [16] William NJ, Whittle JG, Gatrell AC. The Relationship Between Socio-Demographic Characteristics and Dental Health Knowledge and Atitudes of Parents With Young Children. British Dental Journal. 2002; 193(11): 651-654 [17] Avery DR, Dean JA, McDonald RE. Dentistry for the Child and Adolence Ninth Edition. China: MOSBY; 2011 [18] Bowen WH, dan Lawrence RA. Comparison of the cariogenicity of cola, honey, cow milk, human milk, and sucrose. Pediatrics. 2005; 116: 921-926. [19] Marshall TA, Levy SM, Broffitt B, Warren JJ, Eichenberger-Gilmore JM, Burns TL, Stumbo PJ. Diet and nutrition in pediatric dentistry. Dent Clin North Am. 2003; 47: 279 303. 308 ISSN 2407-9189

[20] Sicca C, Bobbio E, Quartuccio N, Nicolò G, Cistaro A. Prevention of dental caries: A review of effective treatments. J Clin Exp Dent. 2016; 8(5): 604-610. ISSN 2407-9189 309

310 ISSN 2407-9189