dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang menjadi penentu pencapaian dan kinerja suatu perusahaan. Jika dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. eksis. Masalah utama yang selalu berkaitan dan melekat dengan dunia kerja adalah

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan industri besar dan sedang di Jawa Tengah pada tahun 2008

BAB 5 : PEMBAHASAN. 5.1 Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki keterbatasan-keterbatasan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan traumatic injury. Secara keilmuan, keselamatan dan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pasal 22 Undang-Undang No. 23 tahun tentang kesehatan menyebutkan bahwa kesehatan kerja diselenggarakan

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. terjadinya gangguan kesehatan seperti kelelahan kerja.

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran aspek..., Aldo Zaendar, FKM UI, 2009

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH FAKTOR FAKTOR DETERMINAN UNSAFE ACTION KARYAWAN DI UNIT PAPER MILL 5/6/9 BAGIAN PRODUKSI 5/6 PT. BARUTAMA KUDUS 2015

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA KARYAWAN PT KUNANGGO JANTAN KOTA PADANG TAHUN 2016

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam UU RI Nomor 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja dituliskan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang


BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan nasional, titik berat pembangunan nasional

BAB 1 : PENDAHULUAN. pertumbuhan industry dan perdagangan serta merupakan segmen usaha yang dapat

1 Universitas Esa Unggul

BAB 1 : PENDAHULUAN. perhatian dan kerja keras dari pemerintah maupun masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) memperkirakan setiap 15 detik

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN NASKAH SOAL TUGAS AKHIR HALAMAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 27 Ayat 2 Ditetapkan bahwa Setiap warga

BAB I PENDAHULUAN. pelaku dalam industri (Heinrich, 1980). Pekerjaan konstruksi merupakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor yaitu, unsafe action dan unsafe condition. OHSAS menyebutkan risiko

BAB I PENDAHULUAN. bergeloranya pembangunan, penggunaan teknologi lebih banyak diterapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan sebaliknya kesehatan dapat mengganggu pekerjaan. Tujuan pengembangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu dari sekian banyak bidang usaha yang tergolong sangat

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan sesuai dengan apa yang diharapkan perusahaan, maka

BAB I PENDAHULUAN. dan dikondisikan oleh pihak perusahaan. Dengan kondisi keselamatan kerja

HUBUNGAN PERSEPSI K3 KARYAWAN DENGAN PERILAKU TIDAK AMAN DI BAGIAN PRODUKSI UNIT IV PT. SEMEN TONASA

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan untuk membantu kehidupan manusia. Penggunaan mesin-mesin,

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan dan keselamatan kerja masih merupakan salah satu

DAFTAR PUSTAKA. Basyaib, F Manajemen Risiko. Jakarta: PT Grasindo.

BAB 1 : PENDAHULUAN. ditandai dengan semakin berkembangnya prindustrian dengan mendayagunakan

BAB I PENDAHULUAN. kerja. 3 K3 di tempat kerja harus dikelola dengan aspek lainnya seperti

BAB I PENDAHULUAN. melindungi pekerja dari mesin, dan peralatan kerja yang akan menyebabkan traumatic injury.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemberlakukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan, merupakan kewajiban pengusaha untuk melindungi tenaga

PERILAKU TIDAK AMAN (UNSAFE BEHAVIOUR) PADA PEKERJA DI UNIT MATERIAL PT. SANGO CERAMICS INDONESIA SEMARANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. kuat. (2) Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. nasional, selain dapat meningkatkan perekonomian nasional juga dapat

UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT JURUSAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

BAB I PENDAHULUAN. kesusilaan dan perlakuan yang sesuai harkat dan martabat manusia serta nilainilai

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan/atau alat-alat. (Permenakertrans RI Nomor PER.13/MEN/X/2011).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dimilikinya. Dalam hal ini sangat dibutuhkan tenaga kerja yang memiliki kemampuan skill yang handal serta produktif untuk membantu menunjang bisnis

DAFTAR PUSTAKA. diakses pada 22 Agustus 2016

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu upaya

BAB I PENDAHULUAN. maju dapat dilihat dari mutu pendidikannya. Menurut data Organisasi Pendidikan,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat dunia industri

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pembangunan (Sastrohadiwiryo, 2003,hal.17). Menurut Sumakmur (1996,hal.23), disisi lain kegiatan industri dalam

PENDAHULUAN. yang memiliki peran penting dalam kegiatan perusahaan. dari potensi bahaya yang dihadapinya (Shiddiq, dkk, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan industri di Indonesia sekarang ini berlangsung sangat

Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek Oleh: Arrigo Dirgantara

DAFTAR PUSTAKA. Afriyani, Sulistina. Kesehatan Dan Keselamatan Kerja. Jakarta. 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya di lingkungan industri. Faktor yang paling utama timbulnya kecelakaan

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Proses industrialisasi masyarakat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Melihat perkembangan dunia modern saat ini, kegiatan industri telah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mempunyai risiko terjadinya kecelakaan. Besarnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. teknologi serta upaya pengendalian risiko yang dilakukan. Kecelakaan kerja secara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu upaya

PEMELIHARAAN SDM. Program keselamatan, kesehatan kerja Hubungan industrial Organisasi serikat pekerja

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan dan keselamatan kerja perlu dilakukan karena menurut Undang-Undang

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. adanya peningkatan kulitas tenaga kerja yang maksimal dan didasari oleh perlindungan hukum.

BAB 1 PENDAHULUAN. kerja, kondisi serta lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. maka tidak dapat dipungkiri lagi bahwa arus globalisasi tersebut membawa

BAB 1 : PENDAHULUAN. depresi akan menjadi penyakit pembunuh nomor dua setelah penyakit jantung.untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pesat dunia industri konstruksi bangunan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. akibat buatan manusia itu sendiri. Dalam abad modern ini, tanpa disadari manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. kemauan hidup sehat bagi seluruh penduduk. Masyarakat diharapkan mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. dinyatakan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. dalam seluruh aktifitas kehidupan manusia untuk meningkatkan taraf hidup. membentuk energi listrik (

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan derajat kesehatan bagi

ANALISIS KEPENTINGAN DAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (STUDI KASUS PROYEK GEDUNG P1 DAN P2 UKP)

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan kondisi yang menunjukkan Indonesia tidak dapat menghindarkan diri dari

BAB 1 : PENDAHULUAN. perusahaan, yang diiringi dengan meningkatnya penggunaan bahan-bahan berbahaya,

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan bagi para pekerja dan orang lain di sekitar tempat kerja untuk

BAB I PENDAHULUAN. pengaturan layout untuk menjalankan dan mengembangkan usahanya. Layout

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals.

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya sebuah kecelakaan. Istilah risiko (risk) memiliki banyak definisi,

BAB I PENDAHULUAN. tempo kerja pekerja. Hal-hal ini memerlukan pengerahan tenaga dan pikiran

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan adanya globalisasi di segala bidang maka perindustrian di


BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan teknologi maju tidak dapat dielakkan, banyak perusahaan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Potensi bahaya dan risiko kecelakaan kerja antara lain disebabkan oleh

BAB 1 : PENDAHULUAN. maupun pemberi kerja, jajaran pelaksana, penyedia (supervisor) maupun manajemen,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan disebabkan oleh perbuatan yang tidak selamat (unsafe act), dan hanya

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi pada daya kerja. Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Sarana dan prasarana transportasi terus mengalami perkembangan yang pesat,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang dicapai seseorang setelah ia melakukan suatu kegiatan. mencapai prestasi yang diukur atau dinilai.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Unsafe action adalah suatu perilaku membahayakan atau tidak aman yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja yang menimbulkan kerugian cedera hingga kematian. i,ii Berdasarkan data kecelakaan pada ILO tahun 2012 tercatat 2 juta kasus kematian dikarenakan kecelakaan dan penyakit akibat kerja setiap tahunnya. Tahun 2013 setiap 15 detik, 1 pekerja di dunia meninggal dikarenakan kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja. iii Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mencatat jumlah kasus kecelakaan akibat kerja dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 terus mengalami peningkatan yaitu sebanyak 35.917 kasus, sedangkan tahun 2014 turun menjadi 24.910 kasus kecelakaan kerja. iv Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan pada tahun 2015 mencatat terjadi kasus kecelakaan kerja sejumlah 105.182 kasus yang mengakibatkan kematian sebanyak 2.375 dari total jumlah kecelakaan kerja. v Provinsi Jawa Tengah pada data Pusdatinaker tahun 2014 terjadi kecelakan kerja sebanyak 3.080 kasus dengan jumlah korban 3.107 jiwa dan PAK sebanyak 12 kasus. vi Pada tahun 2015 BPJS Ketenagakerjaan mencatat 7.886 kasus kecelakaan kerja terjadi dalam kurun waktu satu tahun. vii Salah satu pemicu kecelakaan kerja adalah tindakan tidak aman atau unsafe action. Tindakan tidak aman ( unsafe action) menjadi salah satu fokus utama dalam kecelakaan kerja. viii Menurut Teori domino menyebutkan penyebab kecelakaan terbesar disebabkan oleh faktor tindakan tidak aman (unsafe action), selanjutnya kondisi tidak aman (unsafe condition) dan sisanya disebabkan oleh faktor yang tidak diduga. ix Dari hasil penelitian di CV Bara Mitra Kencana (BMK) Kota Sawahlunto, terdapat hubungan yang signifikan antara unsafe action dan unsafe condition dengan kecelakaan kerja pada pekerja tambang batu bara bawah tanah. Penyebab terjadinya tindakan tidak aman (unsafe action) dikarenakan faktor karakteristik diantaranya (persepsi, pengalaman kecelakaan kerja, dan stress kerja) dan faktor manajemen berupa ( reward and punishment, shift kerja serta pengawasan). x

aman. xiv Salah satu faktor penyebab utama seseorang melakukan perilaku tidak aman yang Penyebab tindakan tidak aman (unsafe action) dari faktor karakteristik diantaranya persepsi. Persepsi merupakan salah satu sektor yang mempengaruhi perilaku. Kemampuan individu merespon stimulus yang menyebabkan persepsi antara individu berbeda. xi Persepsi yang positif dan pemahaman yang tepat terhadap keselamatan dan kesehatan kerja pada pekerja merupakan unsur penentu kemajuan pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja. xii Pekerja cenderung melakukan tindakan tidak aman (unsafe action) dan berakibat kecelakaan kerja apabila tingkat persepsi pekerja terhadap adanya bahaya / resiko di tempat kerja yang rendah. 12 Dari hasil penelitian di PT. Semen Tonasa dan PT. EGS Indonesia disimpulkan bahwa ada hubungan antara faktor persepsi dengan perilaku tidak aman. 11,xiii Pengalaman kecelakaan kerja merupakan salah satu penyebab tindakan tidak aman. Kecenderungan perilaku lebih berhati-hati dan lebih taat terhadap peraturan di tempat kerja dilakukan pada pekerja yang pernah mengalami kecelakaan kerja. Sedangkan pekerja yang tidak pernah mengalami kecelakaan kerja cenderung untuk meremehkan peraturan dan keselamatan kerja. Hasil di PT. Barata (PERSERO) Unit Usaha Mandiri Tegal menunjukkan bahwa pengalaman kecelakaan berhubungan dengan tindakan tidak mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja adalah stress dan kelelahan. xv Stress kerja dapat menimbulkan berbagai konsekuensi pada pekerja. Baik secara fisiologis, psikologis dan perilaku. Stres yang dialami secara terus-menerus dan tidak terkendali dapat menyebabkan terjadinya burnout yaitu kombinasi kelelahan secara fisik, psikis dan emosi. xvi Penyebab seseorang mengalami kelelahan karena kebutuhan stress akibat kerja sehingga dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja. xvii Dari hasil penelitian di PT. Sango Ceramics Indonesia, Semarang dan Hotel di kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan menyatakan ada hubungan antara stress kerja dengan tindakan tidak aman. 16,17 Sedangkan penyebab tindakan tidak aman (unsafe action) dari faktor manajemen, diantaranya reward and punishment. Reward dapat mengasosiasikan perbuatan dan kelakuan setiap individu dengan perasaan senang, bahagia yang biasanya akan berdampak individu tersebut melakukan perbuatan baik secara berulang-ulang. xviii Punishment diberikan kepada pekerja yang melanggar peraturan dan prosedur keselamatan kerja.

Dengan adanya sanksi diharapkan pekerja dapat lebih mematuhi peraturan yang telah ditetapkan. Hukuman menekan atau melemahkan perilaku atau tindakan tidak aman dan sebagai kontrol terhadap lingkungan kerja sehingga pekerja terlindungi dari insiden. Dari sebuah penelitian di PT. Indofood Sukses Makmur, Jakarta menyatakan adanya hubungan reward and punishment terhadap tindakan tidak aman. xix Shift kerja merupakan salah satu penyebab utama kecelakkan kerja yang disebabkan manusia adalah dikarenakan kelelahan yang berkontribusi 50 % terhadap terjadinya kecelakaan kerja. Dan kelelahan salah satunya disebabkan oleh gangguan tidur yang antara lain dipengaruhi oleh kekurangan waktu tidur dan gangguan pada circadian rhythms akibat jet lag atau shift kerja. xx Hasil penelitian pada bagian Threading Unit Produksi I PT. X di Surabaya dan PT. Newmont Nusa Tenggara di Kabupaten Sumbawa xxi, xxii Barat menyebutkan ada hubungan antara shift kerja dengan tindakan tidak aman. Pengawasan merupakan salah satu penyebab tindakan tidak aman. Pengawas dapat mempengaruhi terjadinya tindakan tidak aman yang menyebabkan kecelakaan kerja. xxiii Pengawas memiliki peran dalam mempengaruhi pengetahuan, sikap ketrampilan, dan kebiasaan, akan keselamatan setiap pekerja dalam suatu area tanggung jawabnya. Pengawas lebih mengetahui secara baik tentang para pekerjanya, catatan cuti, kebiasaan bekerja, perbuatan dan ketrampilan dalam bekerja. 12 Pengawasan merupakan salah satu tugas mutlak diselenggarakan dalam mengendalikan kegiatan - kegiatan teknis yang dilakukan oleh pekerja. Menurut penelitian PT. SIM Plant Tambun II. Jakarta menyatakan ada hubungan pengawasan dengan tindakan aman. 12 Tanggung jawab keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan (K3L) di perusahaan bukan saja pada pimpinan perusahaan akan tetapi tanggung jawab tersebut juga berada pada setiap orang yang terlibat didalam semua kegiatan perusahaan. xxiv Pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja adalah untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja serta meningkatkan produktivitas kerja perusahaan. Tindakan tidak aman (unsafe action) merupakan salah satu pemicu utama terjadinya kecelakaan kerja terutama di PT. X. PT. X merupakan suatu perusahaan yang bergerak dibidang pembuatan kertas, hologram, packaging, converting dan berbagai macam produk kertas lainnya. PT. X Unit Offset bergerak dibidang cetak offset dan kardus. Berdasarkan data rekapitulasi kecelakaan kerja tahun 2015, 2016 secara keseluruhan pada

25 Unit, di PT. X tercatat pada tahun 2015 sebanyak 138 kasus kecelakaan kerja dan pada tahun 2016 tercatat sebanyak 124 kasus kecelakaan kerja. Pada Unit Offset tercatat dalam tahun 2015 sebanyak 9 kasus dan tahun 2016 sebanyak 13 kasus kecelakaan kerja. Pada tahun 2016 Unit Offset tercatat sebagai 3 peringkat kasus kecelakaan terbanyak di PT. X. Data Demografi Tenaga Kerja PT. X tahun 2017 tercatat pekerja terbanyak adalah di Unit Offset yaitu sebanyak 1677 orang. Dari adanya data yang menunjukkan peningkatan kecelakaan kerja di Unit Offset dan sebagai 3 tertinggi kasus kecelakaan kerja di PT. X, serta pekerja yang berjumlah ribuan orang yang beresiko terjadinya peningkatan frekuensi kecelakaan kerja. Oleh sebab itu ditetapkanlah lokasi penelitian di Unit Offset. Kecelakaan kerja terjadi dikarenakan beberapa faktor antara lain tindakan berbahaya (unsafe action) yang dilakukan oleh pekerja percetakan Unit Offset di PT. X, kesehatan dan keselamatan kerja menjadi hal yang sangat diperhatikan perusahaan. Dimana ini terbukti dengan diraihnya bendera emas dari Depnaker (Departemen Tenaga Kerja) dengan penilaian 89% dalam SMK3 (Sistem Manajemen K3). Hal ini dilakuan karena karyawan merupakan sumber daya yang tidak dapat tergantikan dan tidak ternilai harganya. PT. X Unit Offset pekerja dibagi menjadi beberapa bagian, diantaranya ialah kalkulasi, marketing support, gudang, PPIC, teknik, produksi, quality control,cost control, research and development dan human resources development. Tiap departemen tentunya mempunyai tugas dan lingkungan kerja yang berbeda. Karyawan di departemen produksi merupakan karyawan dengan resiko kerja tertinggi dibandingkan departemen lain karena lingkungan kerja yang panas, dekat dengan bahan kimia yang berbahaya, target-target yang harus dipenuhi dan juga dekat dengan mesinmesin cetak yang setiap saat bisa mengancam keselamatan pekerja ketika pekerja tersebut tidak mengoperasikan mesin dengan baik dan benar. Tindakan tidak aman (unsafe action) akan membahayakan pekerja dan merugikan perusahaan. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan tidak aman (unsafe action) pada pekerja percetakan Unit Offset di PT.X. B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang mengenai masalah di atas, faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan tindakan tidak aman (unsafe action) pada pekerja percetakanunit Offset di PT. X? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan tidak aman (unsafe action) pada pekerja percetakan Unit Offset di PT. X. 2. Tinjuan Khusus a. Mendeskripsikan persepsi tentang tindakan tidak aman (unsafe action) b. Mendeskripsikan pengalaman kecelakaan kerja c. Mendeskripsikan stress kerja d. Mendeskripsikan reward and punishment e. Mendeskripsikan shift kerja f. Mendeskripsikan pengawasan g. Mendeskripsikan tindakan tidak aman (unsafe action) h. Menganalisis hubungan persepsi dengan tindakan tidak aman (unsafe action) i. Menganalisis hubungan pengalaman kecelakaan kerja dengan tindakan tidak aman (unsafe action) j. Menganalisis hubungan stress kerja dengan tindakan tidak aman (unsafe action) k. Menganalisis hubungan reward and punishment dengan tindakan tidak aman (unsafe action) l. Menganalisis hubungan shift kerjadengan tindakan tidak aman (unsafe action) m. Menganalisis hubungan pengawasan dengan tindakan tidak aman (unsafe action) D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan untuk mencegah dan menekan kejadian kecelakaan kerja yang disebabkan oleh tindakan tidak aman (unsafe action). 2. Manfaat Teoritis dan Metodologis

Hasil penelitian ini dapat menjadi alternatif tambahan informasi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan metodologi penelitian khususnya bagi peneliti selanjutnya, dan terutama mengenai tindakan tidak aman (unsafe action). E. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No Peneliti Judul Desain Variabel Bebas dan Hasil (Tahun) Studi Terikat 1 Dwi Ayu Faktor yang Cross Septiana mempengaruhi Sectional unsafe action pada pekerja d bagian pengantongan urea. - Masa kerja, usia, tingkat pendidikan, status perkawinan, motivasi, dan pegetahuan - unsafe action Hasil dalam penelitian ini menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dengan unsafe action pekerja dengan nilai p = 0,000 dan C = 0,667. 2 Dwi Noor Faktor-faktor Maulidhasa yang ri ; MG Yuantari;N urjanah (2011) berhubungan Catur dengan perilaku sectional berbahaya (unsafe action) pada bagian unit intake pt indonesia power metode survei studi dan cross - umur, tingkat pendidikan, pengetahuan K3, sikap terhadap APD, kenyamanan terhadap pemakaian APD, pengalaman kecelakaan kerja dan norma kelompok kerja - perilaku berbahaya (Unsafe Action) Hasil analisis statistik menemukan bahwa tidak ada hubungan antara umur (p value 0135), tingkat pendidikan (p value 0.051), kenyamanan dalam memakai alat pelindung diri (Nilai p 0.416) dan pengalaman kecelakaan kerja (p value unit bisnis 0.559) dengan tindakan yang

pembangkitan (ubp) semarang 2011 tidak aman dan ada hubungan antara kesehatan kerja dan pengetahuan keselamatan (p value 0,000), sikap terhadap peralatan pelindung diri (p value 0,001) dan bekerja norma kelompok (p nilai 0,025) dengan tindakan yang tidak aman. Pratiwi (2012) 3 Ayu Diah Analisis faktor- Cross faktor mempengaruhi tindakan aman (Unsafe Action) yang sectional dan tidak pada pekerja di PT X tahun 2011 kuesioner - karakteristik pekerja, pengetahuan tentang bahaya dan resiko di tempat kerja, beban kerja dan kelelahan, ergonomi, tindakan tidak aman - kecelakaan kerja Berdasarkan data penelitian tindakan tidak aman yang paling sering dilakukan adalah tidak menggunakan APD (25,53%), mengangkat beban dengan posisi janggal (12,77%) dan bersenda gurau berlebihan saat bekerja (12,77%). Bedasarkan penelitian terdahulu, yang telah dilakukan terdapat beberapa perbedaan. Perbedaan tersebut yaitu, responden, lokasi penelitian, variabel penelitian. 1. Jenis pekerjaan ini adalah percetakan Unit Offset dan kardus 2. Lokasi penelitian di Unit Offset PT. X 3. Variabel yang berbeda yaitu persepsi tentang tindakan tidak aman (unsafe action), stress kerja, reward and punishment, shift kerja, dan pengawasan.

DAFTAR PUSTAKA i Septiana D.A, Mulyono. Faktor yang Mempengaruhi Unsafe Action pada Pekerja di Bagian Pengantongan Urea. Surabaya: Unair.2014 ii Septiana, D. A. Hubungan Karakteristik Pekerja dengan Unsafe Action di PT. Pupuk Kalimantan Timur. Surabaya : Universitas Airlangga. 2014 iii Kemenkes RI. http://www.depkes.go.id/article/print/201411030005/1-orang-pekerja-di-duniameninggal-setiap-15-detik-karena-kecelakaan-kerja.html. diakses pada 6 Juli 2017

iv Kemenkes-RI. Direktorat Bina Kesehatan Kerja dan Olahraga. 2015. http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-kesja.pdf diakses pada 6 Juli 2017 v BPJS Ketenagakerjaan http://www.bpjsketenagakerjaan.go.id/berita/5769/jumlah-kecelakaankerja-di-indonesiamasih-tinggi.html vi Pusdatinaker. Tipe Kecelakaan Kerja di Indonesia Menurut Provinsi Triwulan IV. 2014. http://pusdatinaker.balitfo.depna kertrans.go.id/. Diakses: 6 JULI 2017 vii Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaanhttp://www.bpjsketenagakerjaan.go.id/berita/8301/Angka-Kecelakaan-Kerja-di- Solo-Teringgi-di-Jateng.html viii Javaid M.U, Isha A.S.N, Ghazali Z, Langove N. Psikosocial stressor in Relation Unsafe Act. Malaysia : International Review of Management and Marketing : 2016 ix Geotsch, David L. Occupational Safety and Health for Technologist, Engineers, and Manager. 6th Edition. New Jersey. Pearson Prentice Hill. 2008. x Winarsunu, T. Psikologi Keselamatan Kerja.Malang: UMM Press. 2008. xi Shiddiq S, Wahyu A, Muis M. Hubungan Persepsi K3 Karyawan dengan Perilaku Tidak Aman. Jurnal Indonesia. 2013 xii Halimah S. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Aman Karyawan PT. Sim Plant Tambun II. Jakarta : Univesitas Islam Negri Syarif Hidayatullah. 2010 xiii Sialagan, Robin T. Analisis Faktor-faktor yang Berkontribusi pada Perilaku Aman di PT EGS Indonesia. Tesis. Depok : FKM UI. 2008 xiv Anggoro DWE, Nurullita U, Meikawati W. Faktor Faktor yang Berhubungan dengan Tindakan Tidak Aman (Unsafe Action) Studi di PT. Barata (PERSERO) Unit Usaha Mandiri Tegal. 2015. xv Maurits, L.S., & Widodo, I. D. Faktor dan Penjadualan Shift Kerja. 2008. 11-22 xvi Palupi, D A. Hubungan Antara Stres Kerja dengan Perilaku Berbahaya pada Pekerja Shift Malam. Malang : UMY. 2015 xvii Sofira B. Perilaku Tidak Aman pada Pekerja di Unit Material PT Sango Ceramics Indonesia Semarang. Semarang. Udinus

xviii Nugroho B. Reward dan Punishment. Bulletin Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum Edisi No 6/IV/ juni : 2007. xix Helliyanti, P. Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Tidak Aman di Departemen Utility and Operation PT Indofood Sukses Makmur Tbk Divisi Bogasari Flour Mills. Jakarta : UI. 2009 xx Wicken, C. D., Lee, J. D., Liu, Y., Becker, S. E. G., An Introducing to Human Factors Engineering, Prentice Hall, New Jersey. 2008 xxi Insanno, J S. Perbedaan Unsafe Actions Antar Shift Kerja pada Bagian Threading Unit Produksi I Pt X di Surabaya. The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 5, No. 2 Juli- Des 2016: 132 141 xxii Firmana, A. S. & Hariyono, W. Hubungan Shift Kerja dengan Stres Kerja pada Karyawan Bagian Operation PT. Newmont Nusa Tenggara. Sumbawa Barat : 2011 xxiii Santrock, john W. Psikologi Pendidikan. Edisi kedua. PT Kencana Media Group : Jakarta. 2007 xxiv BPJS Ketenagakerjaan. Jumlah Kecelakaan Kerja di Indonesia Masih Tinggi. http://www.bpjsketenagakerjaan.go.id/berita/5769/jumlah-kecelakaan-kerja-di-indonesiamasihtinggi.html