UPAYA MENINGKATKAN KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI MELALUI BIMBINGAN SOSIAL DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL. Richah Sofiyanti dan Heri Saptadi Ismanto

dokumen-dokumen yang mirip
MENINGKATKAN MINAT BELAJAR MELALUI LAYANAN PENGUASAAN KONTEN DENGAN TEKNIK HOME WORK ASSIGNMENT. Budi Sutrisno dan Heri Saptadi Ismanto

BAB III METODE PENELITIAN

PENINGKATAN MINAT SISWA MENGIKUTI LAYANAN BK DENGAN METODE ORIENTASI FORMAT KLASIKAL. Herna Mikawati SMP 4 Kajen Kabupaten Pekalongan Jawa Tengah

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun subjek dari penelitian ini adalah guru dan siswa kelas VD Sekolah

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek dari penelitian ini adalah guru dan siswa kelas V Sekolah Dasar

PENERAPAN MEDIA PEMBELAJARAN AUDIOVISUAL GUNA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SEJARAH PADA SISWA KELAS X SMAN KESAMBEN TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK DISKUSI KELOMPOK. Rantiyan SMP 1 Wonokerto Kabupaten Pekalongan

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. X, No. 1, Tahun 2012 Lorentya Yulianti Kurnianingtyas & Mahendra Adhi Nugroho Halaman 66-77

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK DISKUSI PADA SISWA KELAS V SDN 72 KOTA TIMUR KOTA GORONTALO

INOVASI PENDIDIKAN Bunga Rampai Kajian Pendidikan Karakter, Literasi, dan Kompetensi Pendidik dalam Menghadapi Abad 21

PENGARUH LAYANAN DISKUSI KELOMPOK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PERILAKU BULLYING SISWA KELAS XI (Studi di SMA Negeri 5 Sigi )

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Jurnal Review Pendidikan Islam. Volume 01, Nomor 02, Desember 2014

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Kunandar menjelaskan PTK adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru

MENINGKATKAN DISIPLIN BELAJAR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK LATIHAN BERTANGGUNGJAWAB

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Metode penelitian adalah suatu cara yang dilakukan dalam penyelidikan suatu

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PG PAUD) Oleh : SUNARSI A53A100048

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. metode penelitian tindakan kelas atau yang lebih sering disebut dengan

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK HOME WORK ASSIGMENT

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.

BAB III METODE PENELITIAN. Sebagai subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas V tahun

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN MELALUI PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME. Dina Hikmah Safariyah

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGANALISIS UNSUR INSTRINSIK PADA CERPEN MELALUI MEDIA AUDIOVISUAL. Yuni Setiarini

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). 1

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek dalam peneltian ini adalah guru mata pelajaran IPS dan siswa

PENERAPAN METODE PRESENTASI DAN DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XII IPA3 SMA NEGERI 1 BANGGAI

BAB III METODE PENELITIAN

KEEFEKTIFAN BIMBINGAN KLASIKAL BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PERNIKAHAN USIA DINI. Muhammad Arif Budiman S

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Sebagai subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IV

BAB III METODE PENELITIAN. Sebagai subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas V tahun

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research memiliki

BAB III METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS. (PTK). Karena penelitian ini dilakukan untuk memecahkan masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. B. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V di MI Falahiyyah Rowosari yang berjumlah 18 siswa.

BAB III METODE PENELITIAN. Sebagai subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VB tahun pelajaran

BAB III METODE DAN RENCANA PENELITIAN. sering disebut Classroom Action Research dalam bahasa inggris. Yaitu

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Penelitian tindakan kelas merupakan ragam penelitian

Wenni Hastuti Universitas PGRI Yogyakarta

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah siswa dan guru kelas IV Madrasah Ibtidaiyah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk hidup sosial, seorang individu sejak lahir hingga

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

BAB III METODE PENELITIAN. sebanyak 17 orang yang terdiri dari 7 orang laki-laki dan 10 orang

BAB III METODE PENELITIAN. Sebagai subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IV tahun

Kata kunci: Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT), Motivasi, Hasil Belajar.

Kata kunci: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe mind mapping, pemecahan masalah

PENERAPAN METODE INKUIRI TERBIMBING TIPE A MENGGUNAKAN MEDIA POWERPOINT

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. tentang perilaku guru mengajar dan murid belajar.

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas V tahun pelajaran

BAB III METODE PENELITIAN. umumnya disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Kunandar

PENGARUH MEDIA AUDIOVISUAL TERHADAP KEMAMPUAN MEMAHAMI MAKNA PUISI OLEH SISWA KELAS X SMA SWASTA MEDAN PUTRI MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015

EFEKTIFITAS HASIL BELAJAR KETERAMPILAN KOMPUTER DAN PENGELOLAAN INFORMASI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN JIGSIN

BAB III METODE PENELITIAN

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR, AKTIVITAS DAN SIKAP PADA MATERI GETARAN, GELOMBANG DAN BUNYI, MELALUI METODE DISKUSI, OBSERVASI, DAN EKSPERIMEN

Serambi Akademica, Volume IV, No. 2, November 2016 ISSN :

PENERAPAN PAKEM DENGAN MEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS I SEMESTER 1 SDN TANGGUL KULON 01 TAHUN PELAJARAN 2009/2010

Yuyun Ambarwanto SD Negeri II Ngadirojo Kabupaten Wonogiri

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING DALAM MENINGKATKAN KONSEP DIRI SISWA KELAS VII B DI SMP NEGERI 4 PACITAN TAHUN PELAJARAN

BAB III METODE PENELITIAN

EFEKTIFITAS PELAKSANAAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN PEMANTAPAN KARIR SISWA KELAS X TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN SMKN

ISSN Jurnal Exacta, Vol. IX No. 1 Juni 2011

BAB III METODE PENELITIAN. bahasa Inggris sering disebut dengan istilah Classroom Action Research

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Classroom Action Research, yang berarti penelitian yang dilakukan pada

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA POWER POINT

BAB III METODE PENELITIAN. kelas (classroom action research). Penelitian tindakan kelas dapat didefinisikan

Oleh: Nur Adha Wahyuningsih Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa

BAB III METODE PENELITIAN

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR BAHASA INDONESIA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW PADA SISWAKELAS VIII U SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM

BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa pemahaman tentang

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas V tahun

Efektivitas Layanan Bimbingan Kelompok Terhadap Hubungan Interpersonal Siswa ABSTRAK

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan- tindakan

BAB III METODE PENELITIAN. Sebagai subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas V tahun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IV SDN 018

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IV tahun pelajaran

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENENTUKAN KPK DAN FPB MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA

BAB III METODE PENELITIAN

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

BAB III METODE PENELITIAN. 176 Pekanbaru Kecamatan Tampan tahun pelajaran dengan. materi Kenampakan alam, sosial, dan budaya (Variabel Y).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA MATA PELAJARAN PKN DI KELAS V SDN NO MEDAN DELI

Bumi Aksara, 2008 ) cet. 5, hlm : Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, ( Jakarta : PT

TEKNIK BERMAIN PERAN UNTUK MENGURANGI PERILAKU OFF- TASK DALAM LAYANAN INFORMASI. Slamet Riyadi SMA Negeri 1 Subah Batang, Jawa Tengah

PENINGKATAN HASIL BELAJAR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

BAB III METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS

BAB III METODE PENELITIAN

EFEKTIVITAS LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENINGKATKAN HUBUNGAN PERTEMANAN SISWA KELAS VIII C DI SMP NEGERI 4 PACITAN TAHUN PELAJARAN 2014 / 2015

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran Bahasa Indonesia nilai KKM siswa masih dibawah rata-rata

Oleh: Nurwahidah program studi pendidikan bahasa dan sastrajawa

Transkripsi:

Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Vol. 1, No. 2, Mei 2015 ISSN 2442-9775 UPAYA MENINGKATKAN KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI MELALUI BIMBINGAN SOSIAL DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL Richah Sofiyanti dan Heri Saptadi Ismanto Prodi BK Universitas PGRI Semarang, Jawa Tengah Abstrak Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui bimbingan sosial dengan media audio visual dapat meningkatkan komunikasi antar pribadi siswa. Subyek penelitian berjumlah 36 siswa Kelas X dengan metode pengumpulan datanya menggunakan skala psikologis dan observasi. Teknik analisis data menggunakan prosentase sederhana. Hasil penelitian bimbingan sosial dengan menggunakan bantuan media audio visual dapat meningkatkan komunikasi antar pribadi siswa. 2015 Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan & Konseling Kata Kunci: Bimbingan Sosial; Komunikasi antar Pribadi; Media Audio Visual PENDAHULUAN Komunikasi antarpribadi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain atau pertukaran informasi yang bermakna diantara orang yang berkomunikasi dapat terjalin. Ini berarti informasi atau pesan yang diterima dapat dipahami oleh kedua belah pihak. Peserta didik dalam perkembangannya mempunyai kebutuhan yang kuat untuk berkomunikasi, berbagi pengalaman, bekerjasama dengan orang lain dan keinginan untuk mempunyai banyak teman, namun kadang-kadang untuk membangun hubungan antar teman itu sendiri tidak mudah, peserta didik harus memiliki penerimaan diri yang baik agar tercipta suatu hubungan yang baik. Dalam hal ini peserta didik`merupakan bagian dari masyarakat yang dituntut untuk dapat berkomunikasi dengan orang lain di lingkungan dimana peserta didik bersosialisasi dan berinteraksi. Lingkungan yang dimaksud tersebut adalah lingkungan sekolah. Karena hampir sebagian besar waktu peserta didik, banyak digunakan untuk berinteraksi di lingkungan sekolah. Suatu pembelajaran akan sangat bermakna bagi peserta didik, apabila kegiatan pembelajaran tersebut mengutamakan interaksi dan komunikasi yang baik antara guru dan peserta didiknya. Artinya kegiatan pembelajaran yang dilakukan merupakan tempat bagi peserta didik dalam mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya, sehingga tujuan pendidikan yang ingin dicapai dapat terlaksana. Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang terjadi antara orang-orang (paling sedikit dua orang) secara tatap muka yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik verbal ataupun nonverbal atau ada umpan balik sehingga terjadi pemahaman untuk mewujudkan tujuan bersama, pihak-pihak yang terdapat di dalamnya dapat memberikan informasi, menukarkan ide, mengubah sikap dan perilaku sehingga saling mengerti dan berusaha untuk melengkapi kekurangan yang dimiliki satu sama lain. Tujuan komunikasi antar pribadi menurut Suranto (2011) yaitu (1) mengungkapkan perhatian kepada orang lain, (2) menemukan diri 18

sendiri, (3) menemukan dunia luar, (4) membangun dan memelihara hubungan yang harmonis, (5) mempengaruhi sikap dan tingkah laku, (6) mencari kesenangan, (7) memberi bantuan. Komunikasi antarpribadi merupakan bagian dari perkembangan peserta didik untuk mengetahui secara bertahap dan menggambarkan siapakah dirinya dengan cara berinteraksi sosial dalam lingkungan, dari interaksi tersebut terdapat masukan atau kritikan dari orang lain serta penilaian diri pribadi. Bila peserta didik cenderung menutup diri dengan berbagai kegiatan belajar tanpa ada interaksi atau bersosialisasi dengan teman dan lingkungan maka peserta didik tersebut tidak mempunyai informasi-informasi yang dapat membantunya dalam pembentukan konsep diri. Di dalam proses belajar-mengajar peranan komunikasi antar-pribadi sangat diperlukan. Pada peserta didik yang mengalami kesulitan dalam berkomunikasi banyak mengalami kesulitan pula dalam menerima dan memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru atau pembimbing. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru BK diperoleh informasi bahwa: (1) Bimbingan sosial di sekolah telah dilaksanakan namun belum maksimal, dikarenakan beberapa hambatan baik dari segi waktu, peserta didik, guru BK, serta sarana dan prasarana dan lain sebagainya, (2) Hasil studi pendahuluan tentang kondisi keterampilan komunikasi antarpribadi peserta didik SMK yang dilakukan pada seluruh peserta didik kelas X yang berjumlah 150 peserta didik diperoleh hasil bahwa 24% peserta didik memiliki keterampilan komunikasi antarpribadi kurang. Dalam mengatasi rendahnya komunikasi antarpribadi, guru BK membutuhkan model layanan yang dapat digunakan bagi peningkatan keterampilan komunikasi antarpribadi peserta didik secara efektif dan menyenangkan untuk diikuti bagi peserta didik. Hal ini berdasarkan pemantauan guru BK dan wali kelas bahwa hubungan antar peserta didik sering terjadi konflik baik perorangan maupun kelompok yang mana peserta didik sulit menyesuaikan diri, sering marah, sehingga mudah terlibat perselisihan dan perkelahian. Keterampilan komunikasi anatarpribadi pada peserta didik menjadi sangat penting karena dalam bergaul dengan teman sebayanya peserta didik sering kali dihadapkan dengan hal-hal yang membuatnya harus mampu menyatakan pendapat pribadinya tanpa disertai emosi, marah atau sikap kasar. Salah satu cara untuk menumbuhkan agar dalam berkomunikasi antara peserta didik yang satu dengan yang lain adalah dengan bimbingan sosial, untuk menyesuaikan diri supaya dapat mengenal, memahami, dan menerima diri sendiri serta lingkungan. Menurut Tohirin (2011) bimbingan sosial adalah suatu bimbingan atau bantuan dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah sosial seperti pergaulan, penyelesaian masalah konflik, penyesuaian diri dan sebagainya. Bimbingan sosial juga bermakna suatu bimbingan atau bantuan dari pembimbing kepada individu agar dapat mewujudkan pribadi yang mampu bersosialisasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan secara baik. Tujuan utama pelayanan bimbingan sosial adalah agar individu yang dibimbing mampu melakukan interaksi sosial secara baik dengan lingkungannya. Media audio-visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis media auditif (mendengar) dan visual (melihat). Media Audiovisual merupakan sebuah alat bantu audiovisual yang berarti bahan atau alat yang dipergunakan dalam situasi belajar untuk membantu tulisan dan kata yang diucapkan dalam menularkan pengetahuan, sikap, dan ide. Menurut Wina Sanjaya (2010) media audio visual yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat, misalnya rekaman video, film, slide suara, dan lain sebagainya. Rumusan penelitian ini yaitu apakah bimbingan sosial dapat meningkatkan komunikasi antar pribadi siswa dengan menggunakan media audio visual? Sedangkan tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui bimbingan sosial dengan media audio visual dapat meningkatkan komunikasi antar pribadi siswa. 19

METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Arikunto (2010) mengemukakan model yang didasarkan atas konsep pokok bahwa penelitian tindakan terdiri dari empat komponen pokok yang juga menunjukkan langkah, yaitu: Perencanaan atau planning, Tindakan atau acting, Pengamatan atau observing, Refleksi atau reflecting. Penelitian tindakan bimbingan dan konseling ini dilaksanakan pada bulan November 2014 bertempat di SMK Islam Al-Amin Bonang Demak dengan subjek penelitian yaitu 36 siswa kelas X. Metode pengumpulan datanya menggunakan dokumentasi dan skala psikologis. Teknik analisis data dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan persentase sederhana. Hal ini untuk mengetahui persentase penguasaan konsep-konsep pada penelitian ini. Perhitungan persentase dalam penelitian ini dibuat dari tiap tes sebelum layanan tindakan, tindakan kelas siklus I, tindakan kelas siklus II, dan tindakan kelas siklus III, selanjutnya dibuat simpulan secara umum. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil skala psikologis pada pra siklus, diketahui bahwa tingkat komunikasi antarpribadi peserta didik secara klasikal adalah 55,19% dengan rata-rata skor klasikal 2,3 pada kategori cukup. Tabel 1. Distribusi Frekuensi Skor Skala psikologi Tingkat Komunikasi Antarpribadi Peserta didik Prasiklus Interval Skor Kategori Frekuensi Persentase 1,00 1,75 Tidak 0 0% 1,76 2,50 Kurang 27 75 % 2,51 3,25 Sudah 6 16,7% 3,26 4,00 Sangat 3 8,3% Jumlah 36 100% Data distribusi di atas dapat divisualisasikan dalam Gambar 1 sebagai berikut. 30 27 25 20 frekuensi 15 10 5 0 0 tidak kurang 6 3 sangat Gambar 1. Distribusi Frekuensi Skor Skala psikologi Tingkat Komunikasi Antarpribadi Peserta didik Prasiklus 20

Siklus I 1. Perencanaan Pada tahap perencanaan pelayanan siklus I peneliti menentukan kompetensi layanan, yaitu: komunikasi antarpribadi dalam aspek keterbukaan ( Openess) dan empati ( emphaty); membuat rencana layanan dengan menyusun satlan; membuat pedoman observasi. 2. Pelaksanaan Peneliti melaksanakan layanan dengan langkah-langkah secara umum sebagai berikut : a. Sebelum mengikuti kegiatan layanan, terlebih dahulu ditayangkan slide PowerPoint keterbukaan (Openess) dan empati (emphaty). b. Memberikan motivasi dengan menjelaskan materi: keterbukaan (Openess), empati (emphaty) c. Diskusi kelas untuk memvalidasi hasil layanan peneliti memvalidasi hasil disertai pemberian simpulan. d. Kegiatan Akhir: peserta didik mencatat rangkuman peneliti memberikan skala psikologi kepada peserta didik. e. Penutup : peneliti memberikan motivasi dengan cara menyanyikan lagu dari cuplikan video Sahabat Kecil bersama-sama, kemudian memberikan pesan moral kepada peserta didik. f. Peneliti menutup layanan dengan doa. 3. Observasi Guna memperoleh gambaran dan keberhasilan tahapan terhadap implementasi maka dilakukan observasi terhadap proses layanan berupa kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh observer selama proses tindakan. Selama proses pelayanan, observer mengamati aktivitas peserta didik dan komunikasi interpersonal peserta didik. Berdasarkan hasil observasi aktivitas peserta didik dalam layanan bimbingan sosial tentang komunikasi antarpribadi dengan menggunakan media slide Power Point siklus I, mencapai rata-rata 2,54 pada kategori baik. Berdasarkan hasil skala psikologi tersebut, diketahui bahwa komunikasi antarpribadi peserta didik secara klasikal adalah 69,96% dengan rata-rata skor 2,80 pada kategori. 4. Refleksi Dengan hasil observasi tahapan implementasi dan evaluasi, maka hasilnya dapat dianalisa bahwa siklus berikutnya perlu dilaksanakan. Adapun temuan hasil refleksi siklus I yaitu: a. Aktivitas peserta didik selama proses pelayanan rata-rata 2,54 pada kategori cukup. b. Tingkat komunikasi antarpribadi peserta didik setelah proses pelayanan siklus I secara klasikal adalah 69,96% dengan rata-rata skor 2,80 pada kategori. c. Tingkat komunikasi antarpribadi peserta didik setelah kegiatan layanan bimbingan sosial dengan menggunakan media slide Power Point Siklus I ada 11 peserta didik (30,6%) termasuk kategori kurang, 17 (47,2%) peserta didik sudah, dan 8 peserta didik (22,2%) kategori sangat. d. Berdasarkan temuan tersebut, tingkat komunikasi antarpribadi peserta didik setelah proses pelayanan siklus I yang mencapai kategori sangat baru 22,2% belum mencapai 75% secara klasikal, sehingga dilakukan tindak lanjut berupa pelayanan siklus II. Siklus II 1. Perencanaan Pada tahap perencanaan pelayanan siklus II, peneliti menentukan kompetensi layanan, yaitu: komunikasi antarpribadi dalam aspek keterbukaan ( Openess) dan empati ( emphaty); membuat rencana layanan dengan menyusun satlan; membuat pedoman observasi. 21

2. Pelaksanaan Peneliti melaksanakan layanan dengan langkah-langkah secara umum sebagai berikut : a. Sebelum mengikuti kegiatan layanan, terlebih dahulu ditayangkan slide PowerPoint Orangorang di Sekitar Anda. b. Memberikan motivasi dengan menjelaskan materi: dukungan (supportness), rasa positif (positiveness). c. Diskusi kelas untuk memvalidasi hasil layanan peneliti memvalidasi hasil disertai pemberian simpulan. d. Kegiatan Akhir: peserta didik mencatat rangkuman peneliti memberikan skala psikologi kepada peserta didik. e. Penutup : peneliti memberikan motivasi dengan menyanyikan lagu Es Lilin bersama-sama, kemudian memberikan pesan moral kepada peserta didik. f. Peneliti menutup layanan dengan doa. 3. Observasi Guna memperoleh gambaran dan keberhasilan tahapan terhadap implementasi maka dilakukan observasi terhadap proses layanan berupa kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti maupun kolaborator (guru pembimbing) selama proses tindakan. Selama proses pelayanan, observer mengamati aktivitas peserta didik dan komunikasi interpersonal peserta didik. Berdasarkan hasil observasi aktivitas peserta didik dalam layanan bimbingan sosial tentang komunikasi antarpribadi dengan menggunakan media slide Power Point siklus II, mencapai rata-rata 3,06 pada kategori baik. Berdasarkan hasil skala psikologi tersebut, diketahui bahwa komunikasi antarpribadi peserta didik secara klasikal adalah 84,88% dengan rata-rata skor 3,39 pada kategori sangat. 4. Refleksi Dengan hasil observasi tahapan implementasi dan evaluasi, maka hasilnya dapat dianalisa bahwa siklus berikutnya perlu dilaksanakan. Adapun temuan hasil refleksi siklus II yaitu: a. Aktivitas peserta didik selama proses pelayanan rata-rata 3,1 pada kategori aktif b. Tingkat komunikasi antarpribadi peserta didik setelah proses pelayanan siklus II secara klasikal adalah 84,88% dengan rata-rata skor 3,39 pada kategori. c. Tingkat komunikasi antarpribadi peserta didik setelah kegiatan layanan bimbingan sosial dengan menggunakan media slide Power Point Siklus II ada 8 peserta didik (22,2%) termasuk kategori sudah, 28 (77,8%) peserta didik sangat. d. Berdasarkan temuan tersebut, tingkat komunikasi antarpribadi peserta didik setelah proses pelayanan siklus II yang mencapai kategori sangat telah mencapai 77,8% dan telah melampaui indikator keberhasilan 75% secara klasikal, sehingga tindakan pelayanan siklus II dinyatakan telah berhasil. Adapun peningkatan hasil komunikasi antar pribadi pada kondisi awal, siklus I dan siklus II dapat dilihat Tabel 2 sebagai berikut: Tabel 2. Distribusi Frekuensi Skor Skala psikologi Tingkat Komunikasi Antarpribadi Peserta didik (Prasiklus, Siklus I dan Siklus II) Tahapan Prosentase Rata-rata Pra Siklus 55,19 2,30 Siklus I 69,96 2,80 Siklus II 84,88 3,39 Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2 berikut: 22

Gambar 1. Distribusi Frekuensi Skor Skala psikologi Tingkat Komunikasi Antarpribadi Peserta didik (Prasiklus, Siklus I dan Siklus II) SIMPULAN Layanan bimbingan sosial menggunakan media audio visual dapat meningkatkan komunikasi antar pribadi siswa. Tingkat komunikasi antarpribadi peserta didik sebelum kegiatan layanan bimbingan sosial, 27 peserta didik (75%) termasuk kategori kurang, 6 (16,7%) anak, dan 3 (8,3%) anak kategori sangat. Pada Siklus I, aktivitas peserta didik selama proses pelayanan rata-rata 2,54 pada kategori cukup. Tingkat komunikasi antarpribadi peserta didik setelah proses pelayanan siklus I secara klasikal adalah 69,96% dengan rata-rata skor 2,80 pada kategori. Tingkat komunikasi antarpribadi peserta didik setelah kegiatan layanan Siklus I ada 11 peserta didik (30,6%) termasuk kategori kurang, 17 (47,2%) peserta didik sudah, dan 8 peserta didik (22,2%) kategori sangat. Pada siklus II, aktivitas peserta didik selama proses pelayanan rata-rata 3,1 pada kategori aktif. Tingkat komunikasi antarpribadi peserta didik setelah proses pelayanan siklus II secara klasikal adalah 84,88% dengan rata-rata skor 3,39 pada kategori. Tingkat komunikasi antarpribadi peserta didik setelah kegiatan layanan Siklus II ada 8 peserta didik (22,2%) termasuk kategori sudah, 28 (77,8%) peserta didik sangat. Terjadi kenaikan 7,78% dibanding siklus I. UCAPAN TERIMA KASIH Kami berterima kasih kepada Bapak Heri Saptadi Ismanto,M.Pd. Kons. Sebagai Dosen Pembimbing Skripsi. Kepala Sekolah, Guru dan Siswa kelas X SMK Islam Al-Amin Bonang Demak. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2010. Peneitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Sugiyono, 2009, Statistika Untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta Tohirin. 2011. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 23