4. PEMBAHASAN. (Depkes RI, 2014).

dokumen-dokumen yang mirip
4. PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Analisa Proksimat Kadar Air

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1 I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

3.1. Produk Biskuit Brokoli dan Jambu Biji Fresh dan Bubuk B1 B2 B3 B4

4. PEMBAHASAN 4.1. Analisa Kimia

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGOLAHAN KORO PEDANG PUTIH (Canavalia ensiformis), UBI CILEMBU (Ipomoea batatas), DAN APEL FUJI(Malus sylvestris)sebagai BAHAN SNACK BAR

I PENDAHULUAN. hidup dan konsumsinya agar lebih sehat. Dengan demikian, konsumen saat ini

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan pada anak-anak membuat anak buta setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. Proses penggilingan padi menjadi beras tersebut menghasilkan beras sebanyak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan waktu Penelitian.

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

BAB I PENDAHULUAN. dapat digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri.

Berikut adalah beberapa istilah dan definisi yang digunakan dalam Pedoman ini.

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Seiring dengan berkembangnya zaman, masyarakat semakin

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Ulangan 1 Ulangan 2 (%)

BAB I PENDAHULUAN. berbentuk semi padat yang biasa dikonsumsi sebagai makanan selingan

BAB I PENDAHULUAN. oleh terpenuhinya kebutuhan gizi dalam makanannya. Pada usia 6 bulan pertama,

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

KADAR PROTEIN DAN BETAKAROTEN BAKSO IKAN TUNA YANG DIPERKAYA JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DAN UMBI WORTEL NASKAH PUBLIKASI

1 I PENDAHULUAN. Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian, dan (1.7) Waktu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang selalu berupaya melakukan

I PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2)

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. yang rentan mengalami masalah gizi yaitu kekurangan protein dan energi.

BAB I PENDAHULUAN. banyak disukai oleh segala kalangan dari anak-anak, remaja maupun orang

penyakit kardiovaskuler (Santoso, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Berbasis Sumber Daya Lokal yang tertulis dalam Peraturan Presiden RI

7. LAMPIRAN. Kurva Standar Total Fenol

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN TEPUNG DARI BUAH SUKUN. (Artocarpus altilis)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. Karakteristik tepung yang digunakan akan menentukan karakteristik cookies yang

I. PENDAHULUAN. produk yang praktis dan digemari adalah chicken nugget. Chicken nugget

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. umumnya berbahan dasar sereal atau kacang-kacangan, memiliki kandungan

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. kandungan protein yang tinggi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan

I PENDAHULUAN. dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari

BAB I PENDAHULUAN. lodeh, sayur asam, sup, dodol, dan juga manisan. Selain itu juga memiliki tekstur

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berarti bagi tubuh. Menurut Dewanti (1997) bahan-bahan pembuat es krim

BAB I PENDAHULUAN. sangat terkenal dan digemari oleh semua lapisan masyarakat, karena memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penganekaragaman produk pangan, baik berupa serealia (biji-bijian), tahun terjadi peningkatan konsumsi tepung terigu di

BAB I PENDAHULUAN. berjalan berdampingan. Kedua proses ini menjadi penting karena dapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diantaranya adalah tempe, keju, kefir, nata, yoghurt, dan lainlain.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Meksiko. Tanaman yang

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Sekitar anak-anak di negara berkembang menjadi buta setiap

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. Es krim di Indonesia telah dikenal oleh masyarakat luas sejak tahun 1970-an dan

BAB I PENDAHULUAN. bahan pangan lokal, termasuk ubi jalar (Erliana, dkk, 2011). Produksi ubi

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan Vitamin A (KVA) adalah keadaan di mana simpanan. pada malam hari (rabun senja). Selain itu, gejala kekurangan vitamin A

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bantuan kapang golongan Rhizopus Sp. Menurut Astawan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah umum yang biasa ditemui dalam peggunaan hasil protein

BAB I PENDAHULUAN. iklim dan aktivitas fisik (Almatsier 2004). pangan untuk dikonsumsi. Selain dari faktor pengetahuan dan faktor

BAB I PENDAHULUAN. Produk olahan yang paling strategis untuk dikembangkan dalam. rangka menunjang penganekaragaman (diversifikasi) pangan dalam waktu

DAFTAR GAMBAR. Gambar Grafik Penurunan Kandungan Total Fenolik pada Buah Duwet. Gambar Grafik Penurunan Kadar Abu pada Buah duwet Menjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang

KEDELAI-WHEAT GERM SEllAGAI PRODUK SARAPAN FUNGSIONAL

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan tempe, tahu, kecap, oncom, susu, dan lain-lain. Kacangkacangan

I PENDAHULUAN. berlebihan dapat disinyalir menyebabkan penyakit jantung dan kanker. Menurut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung merupakan palawija sumber karbohidrat yang memegang peranan penting kedua setelah beras.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Adhita Dwi Septiani, 2014

II. TINJAUAN PUSTAKA

5.1 Total Bakteri Probiotik

PENDAHULUAN. (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran,

PEMBUATAN ROMO (ROTI MOCAF) YANG DIPERKAYA DENGAN TEPUNG KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) SEBAGAI SUMBER PROTEIN SKRIPSI OLEH:

BAB I PENDAHULUAN. gurih, berwarna cokelat, tekstur lunak, digolongkan makanan semi basah

1 I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai masalah yang berkaitan dengan pangan dialami banyak

MAKANAN SIAP SANTAP DALAM KEADAAN DARURAT

BAB I PENDAHULUAN. Camilan atau snack adalah makanan ringan yang dikonsumsi diantara waktu makan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu produk olahan susu di Indonesia yang berkembang pesat

I. PENDAHULUAN. baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kurang optimal. Oleh karena itu, pemenuhan zat gizi harus benar benar

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR PENGUJIAN BAHAN PANGAN

ABSTRAK. Kata kunci : puree labu kuning, tapioka, bika ambon.

I. PENDAHULUAN. dan dikenal dengan nama latin Cucurbita moschata (Prasbini et al., 2013). Labu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. asupan zat gizi makro yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi vitamin A

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup saja, tetapi seberapa besar kandungan gizi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lampiran 1. Skema Pembuatan Tepung Ikan Nila menurut Dwiyitno (1995), yang dimodifikasi

SUBSTITUSI TEPUNG BIJI NANGKA PADA PEMBUATAN KUE BOLU KUKUS DITINJAU DARI KADAR KALSIUM, TINGKAT PENGEMBANGAN DAN DAYA TERIMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga mampu

FORTIFIKASI Fe ORGANIK DARI BAYAM (Amaranthus tricolor L) DALAM PEMBUATAN COOKIES UNTUK WANITA MENSTRUASI

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN SEREALIA DAN KACANG-KACANGAN. ( Food Bar )

Transkripsi:

4. PEMBAHASAN Snack atau yang sering disebut dengan makanan selingan adalah suatu produk yang biasannya dikonsumsi diantara waktu makan utama. Snack biasa dikonsumsi dengan jangka waktu 2-3 jam sebelum makanan utama dikonsumsi (kecuali sarapan). Masyarakat rata-rata memiliki 3 waktu makan utama yakni sarapan, makan siang, dan makan malam, maka snack biasa dikonsumsi 2 kali, yakni diantara sarapan dan makan siang serta diantara makan siang dan makan malam.snack sangat digemari oleh semua kalangan baik anak-anak maupun orang dewasa (Pradipta, 2012).Angka Kecukupan Gizi (AKG) adalah kecukupan rata-rata gizi sehari bagi semua orang dalam keadaan sehat yang diukur menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh aktifitas fisik, genetik dan keadaan fisiologis untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Angka Kecukupan Gizi berbeda dengan kebutuhan gizi, karena kebutuhan gizi mengacu pada jumlah gizi minimal yang diperlukan oleh masing-masing individu sehingga ada yang rendah dan tinggi yang dipengaruhi oleh faktor genetik. Angka Kecukupan Gizi memiliki manfaat antara lain adalah: 1. Untuk menilai kecukupan gizi yang telah dicapai melalui konsumsi makanan bagi penduduk. 2. Untuk perencanaan dalam pemberian makanan tambahan maupun perencanaan makanan institusi. 3. Untuk perencanaan penyediaan pangan tingkat regional maupun nasional 4. Acuan pendidikan gizi 5. Acuan label pangan yang mencantumkan informasi nilai gizi (Depkes RI, 2014). Angka Kecukupan Gizi masyarakat Indonesia untuk jenis kelamin laki-laki, dengan rentang usia 19-29 tahun harus memenuhi kalori sebanyak 2725 kkal, protein 62 g, lemak 91 g, dan karbohidrat 375 g. Sementara bagi jenis kelamin perempuan dengan rentang usia yang sama harus memenuhi kalori sebanyak 2250 kkal, protein 56 g, lemak 75 g, dan karbohidrat 309 g (Peraturan Menkes RI no 75, 2013). Pada penelitian ini dibuat produk Snack bar yang berbahan dasar koro pedang putih, ubi cilembu, dan apel fuji. Sebelum diproses lebih lanjut, bahan-bahan tersebut perlu masuk dalam proses 25

26 pretreatment terlebih dahulu sebelum memasuki tahap pengolahan produk dan analisis proksimat serta organoleptik pada tahap akhirnya. Responden pada analisa ini termasuk responden yang tidak terlatih, namun dikategorikan sama karena termasuk dalam rentang usia yang sama yakni 19-29 tahun, karena penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui formulasi yang paling disukai oleh masyarakat yang contohnya diambil dari rentang usia yang telah disebutkan dan mengetahui kandungan gizi formulasi snack bar tersebut yang akan dibandingkan dengan salah satu produk komersial. 4.1. Hasil Analisa Proksimat 4.1.1. Kadar Air Kadar air akan menentukan umur simpan suatu produk pangan dan juga berpengaruh pada karakteristik organoleptik produk pangan tersebut seperti penampakan fisik, tekstur, dan rasa (Pradipta, 2011). Collin dan Walter (1982) juga menambahkan bahwa kadar air perlu dipantau karena menentukan seberapa awet produk pada waktu penyimpanan. Pada Tabel 5 hasil pengamatan dapat dilihat bahwa sampel yang memiliki kadar air tertinggi adalah AK64 dengan nilai 18,75% sementara kadar air terendah yakni AK46 dengan nilai 16,13%. Pada analisis SPSS tidak didapatkan hasil yang berbeda nyata karena signifikasinya >1, hal ini disebabkan karena AK64 memiliki proposi apel lebih banyak daripada sampel lain yakni 60% dengan kandungan tepung ubi 20% dan tepung koro 20%. Santoso (2006) menjelaskan, apel memiliki kadar air 84,1% dan setelah dikeringkan akan menurun menjadi sekitar 28%. Tepung koro memiliki kadar air sekitar 7% (Gilang et al, 2013) dan tepung ubi juga sekitar 7% (Antarlina, 1998). Kandungan apel sebagai bahan utama yang memiliki kadar air lebih tinggi dari koro dan ubi tentunya akan meningkatkan kadar air menjadi lebih tinggi. 4.1.2. Kadar abu Kadar abu dijelaskan oleh Sudarmadji et al (1996) sebagai banyaknya suatu mineral yang terkandung dalam suatu produk pangan. Abu sendiri merupakan sisa pembakaran anorganik yang tertinggal setelah proses pembakaran sempurna dilakukan pada suhu 600 o C selama waktu tertentu yang akan membakar dan menghilangkan semua komponen-komponen organik dalam suatu produk. Pada Tabel 5 hasil pengamatan dapat dilihat bahwa kadar abu tertinggi diperoleh pada sampel AK55 yakni sebesar 2,46% sementara yang terendah pada AK46 2,33%. Pada produk snack barmineral

27 diperoleh lebih banyak dari tepung ubi (30 mg Ca, 0,6 Fe, 55 mg Na) (Mayastuti, 2002) dan tepung koro (15,1 mg Ca, 9,7 mg Fe, 40 mg Na) (Fitriasari, 2010) karena apel hanya mengandung 0,3 mg Fe, 6mg Ca, 1 mg Na (Santoso, 2006). Tepung koro dan ubi digunakan dalam konsep snack bar penelitian ini dimaksudkan sebagai pembentuk adonan kerangka snack bar dan sebagai sumber mineral snack bar. Kadar abu tertinggi seharusnya ditemukan pada AK46 sebagai sampel dengan proporsi tepung terbanyak, namun pada analisis SPSS tidak didapatkan hasil yang berbeda nyata karena signifikasinya >1. 4.1.3. Kadar lemak Menurut Pradipta (2011) lemak pada suatu produk pangan berperan sebagai penambah cita rasa dan pembentuk tekstur.pada hasil pengamatan (yang dapat dilihat pada Tabel 5)kadar lemak tertinggi dapat dilihat pada sampel AK64 dengan nilai 16,47 dan terendah dapat dilihat pada sampel AK46 dengan nilai 15,66.pada analisis SPSS tidak didapatkan hasil yang berbeda nyata. Snack bar dalam penelitian ini dibuat dari bahanbahan yang tergolong sangat rendah lemak, apel hanya memiliki 0,4 g/100g (Santoso, 2006), koro pedang putih mengandung 2,9 g/100g (Fitirasari, 2010) dan ubi cilembu mengandung 0,1g/100g (Mayatuti, 2002). Sumber lemak lain produk didapat dari margarin yakni 80-81g/100g (Hutagalung, 2009) dan telur yakni 11,2g/100g (Komala, 2008). Sampel yang memiliki kadar jumlah proporsi apel dan koro pedang putih tertinggi ialah yang seharusnya memiliki kadar lemak tertinggi yakni AK64. 4.1.4. Kadar protein Handajani (1993) menjelaskan mengenai kelebihan kacang koro pedang dimana kandungan gizinya yakni protein yang cukup tinggi (18-25%). Kadar protein dapat dilihat pada Tabel 5 hasil pengamatan bahwa protein dengan kadar tertinggi diperoleh pada sampel AK55 yakni sebesar 25,98% sementara yang terendah pada AK6417,84%, namun pada analisis SPSS tidak didapatkan hasil yang berbeda nyata karena signifikasinya >1. Hal ini sudah cukup sesuai bahwa sampel AK64 memang memiliki kadar protein terendah yang dikarenakan proporsi tepung koro dan tepung ubinya paling rendah diantara 2 sampel lainnya. Tepung koro berperan sebagai penyedia protein tertinggi dalam susunan bahan utama. Apel hanya mengandung 0,3 g/100g protein

28 (Santoso, 2006) dan ubi cilembu hanya 1,6 g/100g (Mayastuti,2002), sementara koro pedang putih memiliki protein 27,4 g/100g (Fitriasari, 2010). 4.1.5. Kadar karbohidrat Karbohidrat merupakan salah satu sumber kalori pada snack bar selain protein dan lemak. Selain sebagai salah satu sumber kalori, karbohidrat mempunyai peranan penting dalam menentukan karakteristik organoleptik produk, misal warna dan tekstur (Pradipta, 2011). Karbohidrat dalam penelitian ini dihitung dengan metode by difference yakni hasil sisa pengurangan seluruh jumlah zat gizi yang dianalisis (air, abu, protein, dan lemak) dianggap sebagai karbohidrat. Jadi, semakin rendah zat gizi lain selain karbohidrat, semakin tinggi kadar karbohidratnya (Pradipta, 2011). Pada Tabel 5 hasil pengamatan dapat dilihat bahwa kadar karbohidrat tertinggi dapat dilihat pada sampel AK64 dengan nilai 46,92 dan kadar karbohidrat terendah dapat dilihat pada sampel AK55 dengan nilai 40,16, namun pada analisis SPSS tidak didapatkan hasil yang berbeda nyata. Peritungan karbohidrat disini diasumsikan sebagai jumlah karbohidrat total yang perhitungannya sangat bergantung dari kadar air, abu, protein, dan lemak yang telah dihitung sebelumnya. Pada dasarnya apel memiliki kandungan karbohidrat sebesar 13,81 g/100g (Santoso, 2006), sementara koro pedang putih memiliki kandungan sebesar 66,1 g/100g (Fitirasari, 2010) dan ubi cilembu memiliki kandungan karbohidrat 20,1 g/100g (Mayastuti, 2002). 4.1.6. Total kalori Kalori yang didapatkan dari analisa ini adalah hasil dari konversi zat gizi sumber kalori (protein, lemak, dan karbohidrat) menjadi kalori, kemudian dihitung sesuai takaran saji per produknya yakni 30 g. Hal ini dilakukan sebagai perbandingan dengan produk komersil dengan kandungan kalori 130kkal per sajinya (30 g). Konversi tiap gram lemak akan setara dengan 9 kkal, tiap gram protein akan setara dengan 4 kkal, sementara tiap gram karbohidrat akan setara dengan 4 kkal (Almatsier, 2001). Pada hasil pengamatan (yang dapat dilihat pada Tabel 6) bahwa kalori tertinggi diperoleh pada sampel AK46 dengan nilai 124,11kkal/30g dan nilai kalori terendah dapat dilihat pada sampel AK64 dengan nilai 122,17kkal/30g, pada analisis SPSS tidak didapatkan hasil yang berbeda nyata. Hal ini dapat dikarenakan lemak akan dikonversi per gramnya setara 9 kkal, jadi dapat dikatakan semakin tinggi kadar lemaknya, semakin mudah

29 meningkat pula nilai kalorinya. Snack bar hasil penelitian memiliki kalori lebih rendah daripada snack bar komersil kontrol (130 kkal). Snack idealnya dikonsumsi 2 kali sehari di sela antara waktu sarapan dan makan siang serta antara waktu makan siang dan makan malam. Jika dihitung dari kebutuhan Angka Kecukupan Gizi dibagian awal pembahasan maka mengkonsumsi satu buah snack bar kontrol akan mencukupi 4,77% kebutuhan kalori per harinya sementara pada produk sampel hasil penelitian, satu takaran saji sampel AK46 akan mencukupi 4,55% dari kebutuhan kalori per hari, satu takaran saji sampel AK55 akan mencukupi 4,54% dari kebutuhan kalori per hari, satu takaran saji sampel AK64 akan mencukupi 4,48% dari kebutuhan kalori per hari. 4.1.7. Kadar betakaroten Betakaroten merupakan senyawa pencegah penyakit degeneratif seperti kanker, stroke, dan kolesterol. Betakaroten berperan sebagai antioksidan, meningkatkan sistem kekebalan dan pencegahan kanker (Ruwanti, 2010). Pada hasil pengamatan (yang dapat dilihat pada Tabel 7) didapati bahwa kadar betakaroten tertinggi diperoleh pada sampel AK46 yakni sebesar 155,98 mcg RE sementara yang terendah pada AK64 81,66 mcg RE. Pada analisis SPSS didapatkan hasil yang berbeda nyata antara sampel AK46 dengan AK55 dan AK64, namun tidak ada beda nyata antara sampel AK55 dan AK64. Gold (2008) menjelaskan mengenai konversi satuan betakaroten yakni 1 IU setara dengan 0,3 mikrogram RE. Azeliya (2013) dalam penelitiannya mengenai kandungan betakaroten dalam bolu brokoli menjelaskan mengenai produknya yang memiliki kandungan betakaroten sebesar 80,96 RE hanya memenuhi 17,99% kebutuhan vitamin C, tentunya produk AK46 masih jauh dari standar kecukupan betakaroten per harinya. Kebutuhan betakaroten menurut Permenkes no 75 tahun 2013 adalah sebesar 600 mcg per harinya. Hal ini dapat disebabkan karena kandungan betakaroten banyak rusak akibat proses pemanasan yang terjadi, Almatsier (2001) dalam penelitian Azeliya (2013) menjelaskan bahwa betakaroten akan rusak pada suhu 178-179 o C, pada resep snack bar dilakukan pemanasan pada 120 o C selama 60 menit maka dapat disimpulkan kandungan betakaroten akan banyak berkurang. Ruwanti (2010) juga menambahkan bahwa karoten memiliki sifat mudah rusak karena sinar ultraviolet, panas, kondisi asam, serta oksidasi. Kerusakan karena panas tergolong sebagai kerusakan non oksidatif. Betakaroten akan mulai rusak pada suhu 60 o C, pada proses pemanasan di oven 120 o C

30 selama 60 menit tentu saja betakaroten akan mengalami penurunan yang cukup banyak. 46,79 mcg RE/30g. 4.2. Hasil Analisa Sensoris 4.2.1. Warna Pada pengamatan parameter warna dapat dilihat bahwa warna yang paling disukai oleh panelis adalah warna dari sampel kontrol diikuti sampel AK64, AK46, dan yang terakhir AK55 (dapat dilihat pada Gambar 10). Pada analisa SPSS didapati signifikasi yang kurang dari 0,05 yakni 0,006 jadi dapat dikatakan ada beda nyata antar tingkat kesukaan parameter warna dan dapat disimpulkan semakin banyak konsentrasi apel maka tingkat kesukaan panelis akan semakin meningkat. Penambahan konsentrasi buah kering akan diikuti dengan semakin meningkatnya warna sampel menjadi gelap. Pada parameter warna, didapatkan hasil bahwa panelis menyukai warna produk yang semakin gelap. 4.2.2. Aroma Pada pengamatan parameter aroma dapat dilihat bahwa aroma yang paling disukai panelis adalah aroma dari sampel AK64 diikuti sampel AK55 dan AK46, sementara sampel yang aromanya paling sedikit disukai adalah sampel kontrol (dapat dilihat pada Gambar 11). Dapat dilihat juga sampel mengalami penurunan kesukaan seiring berkurangnya konsentrasi apel dalam snack bar (sampel AK46 paling rendah) jadi dapat disimpulkan konsentrasi apel yang menjadi aroma khas, menentukan tingkat kesukaan panelis terhadap parameter aroma. Pada analisa SPSS didapati signifikasi yang kurang dari 0,05 yakni 0,006 jadi dapat dikatakan ada beda nyata antar tingkat kesukaan parameter aroma dan dapat disimpulkan semakin banyak konsentrasi apel maka tingkat kesukaan panelis akan semakin meningkat. Penambahan konsentrasi buah kering akan diikuti dengan semakin meningkatnya aroma sampel menjadi kuat (aroma buah). Pada parameter warna, didapatkan hasil bahwa panelis menyukai aroma produk yang semakin kuat. 4.2.3. Tekstur Pada pengamatan parameter tekstur dapat dilihat bahwa tekstur yang paling disukai panelis adalah tekstur dari sampel AK46 yang diikuti AK64, AK55, dan terakhir adalah kontrol (dapat dilihat pada Gambar 12). Pada analisa SPSS didapati signifikasi yang

31 kurang dari 0,05 yakni 0,008 jadi dapat dikatakan ada beda nyata antar tingkat kesukaan parameter tekstur dan dapat disimpulkan semakin banyak konsentrasi tepung maka tingkat kesukaan panelis akan semakin meningkat. Tepung berperan sebagai pembentuk kerangka adonan yang akan berpengaruh pada tekstur menjadi lebih legit. Pada parameter tekstur, didapatkan hasil bahwa panelis menyukai tekstur produk yang semakin legit (tidak mudah terpotong). 4.2.4. Rasa Pada pengamatan parameter rasa dapat dilihat bahwa rasa yang paling disukai panelis adalah rasa dari sampel AK46 yang diikuti dengan sampel AK64, kontrol dan yang terakhir adalah AK55 (dapat dilihat pada Gambar 13). Pada analisa SPSS didapati signifikasi yang kurang dari 0,05 yakni 0,002 jadi dapat dikatakan ada beda nyata antar tingkat kesukaan parameter rasa dan dapat disimpulkan semakin banyak konsentrasi tepung maka tingkat kesukaan panelis akan semakin meningkat. Tepung kombinasi akan lebih mudah bercampur dengan bahan tambahan yang akan berperan selain dalam pembentukan kerangka adonan yang akan meningkatkan nilai karakteristik produk dari segi tekstur, juga akan meningkatkan nilai karakteristik produk dari segi rasa karena bahan tambahan yang berfungsi sebagai penambah cita rasa seperti telur, gula, dan margarin akan lebih tercampur merata pada tepung dan membentuk kerangka adonan yang lebih baik. Pada parameter ini, sampel yang memiliki konsentrasi tepung tertinggilah yang paling disukai oleh panelis. 4.2.5. Overall Pada pengamatan parameter overall dapat dilihat bahwa dari keseluruhan sampel yang paling disukai adalah AK64 yang diikuti oleh AK46, AK55, dan kontrol (dapat dilihat pada Gambar 14). Sampel AK64 disukai secara Overall namun lebih spesifiknya dari parameter warna dan aroma. Sampel AK46 memang lebih unggul pada parameter tekstur dan rasa namun pada tingkat Overallnya masih kalah dibandingkan dengan sampel AK64. Jadi sampel paling diminati adalah AK64, yang kedua adalah AK46, dan yang terakhir adalah AK55. Pada analisa SPSS didapati signifikasi yang lebih dari 0,05 yakni 0,064 jadi dapat dikatakan tidak ada beda nyata antar tingkat kesukaan parameter overall dan dapat disimpulkan bahwa panelis paling menyukai sampel AK64 yakni dengan 60% apel kering dan 40% tepung kombinasi dengan konsentrasi apel

32 keringyang tinggi yang akan mempengaruhi warna menjadi semakin gelap, aroma yang lebih kuat, rasa buah kering yang dominan, dan tekstur yang lebih mudah untuk terpotong. Snack bar dengan formulasi AK64 menjadi snack bar yang terbaik pada penelitian ini, yang disukai secara organoleptik, dengan memiliki kandungan gizi kalori 123,75 kkal, protein 5,352 g, lemak 5,175 g, dan karbohidrat 13,76 g. Kandungan gizi snack bar komersil kontrol adalah kalori sebanyak 130 kkal, protein 5 g, lemak 6 g, dan karbohidrat 14 g per sajinya. Jadi dapat disimpulkan masyarakat yang mengkonsumsinya sebagai makanan selingan 2 kali sehari akan mendapat asupan 260 kkal kalori, 10 g protein, 12 g lemak, dan 28 g karbohidrat sebagai nilai gizi per hari yang didapat dari snack bar tersebut. Nilai gizi dari snack bar tersebut apabila dikurangkan dari AKG akan menjadi kebutuhan yang harus dipenuhi dalam 3 porsi makanan utama per harinya. Sebagai perbandingan, snack bar hasil penelitian yang paling diminati adalah AK64 yang memiliki kandungan kalori 122,31 kkal, protein protein 5,352 g, lemak 4,940 g, dan karbohidrat 14,080 g. Kandungan kalori, lemak dan karbohidrat snack bar AK64 lebih rendah daripada snack bar komersil kontrol namun kandungan proteinnya lebih tinggi dan perbedaannya keseluruhannya tidak berbeda jauh. Setiap satu takaran saji sampel AK64 akan mencukupi 4,54% dari kebutuhan kalori per hari.sampel AK64 dapat dikonsumsi sebagai makanan selingan 2 kali sehari yang akan mencukupi 9,08% kebutuhan kalori sehari dengan jumlah kecukupan gizi yang tidak berbeda jauh dari snack bar komersil kontrol.