PENGARUH KANDUNGAN PASIR PADA MEDIA SEMAI TERHADAP PENYAKIT REBAH KECAMBAH (Sclerotium rolfsii Sacc) PADA PERSEMAIAN TANAMAN CABAI

dokumen-dokumen yang mirip
PERAN DAUN CENGKEH TERHADAP PENGENDALIAN LAYU FUSARIUM PADA TANAMAN TOMAT

BAHAN DAN METODE. Kasa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat

EVALUASI PENYAKIT REBAH KECAMBAH PADA KACANG TANAH YANG DIAPLIKASIKAN INOKULUM SCLEROTIUM ROLFSII SACC. PADA BERBAGAI KONSENTRASI

II. MATERI DAN METODE

BAHAN DAN METODE. Pembiakan P. fluorescens dari Kultur Penyimpanan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tanaman dan Laboratorium

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 : Pengamatan mikroskopis S. rolfsii Sumber :

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan Kebun

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Peremajaan Aktinomiset dari Kultur Penyimpanan Perbanyakan Sclerotium rolfsii dari Kultur Penyimpanan

UJI HAYATI MIKORIZA Glomus fasciculatum TERHADAP PATOGEN Sclerotium rolfsii PADA TANAMAN KACANG TANAH (Arachis hypogaea L. var.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Jurusan Biologi, Fakultas

BAHAN DAN METODE. Tabel 1 Kombinasi perlakuan yang dilakukan di lapangan

PENGGUNAAN PESTISIDA NABATI

III. BAHAN DAN METODE. Laboratorium Produksi Perkebunan Fakultas Pertanian Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Oktober 2014 di

Faktor kedua adalah dosis Dregs (D) yang terdiri dari 4 taraf yaitu: DO = Tanpa pemberian dregs DI = 10 g dregs /kg gambut D2 = 20 g dregs /kg gambut

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan di halaman

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Fakultas Matematika dan Ilmu

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Yogyakarta.

BAB IV. EKOLOGI PENYAKIT TUMBUHAN PENDAHULUAN

III. METODE PENELITIAN. Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan. Pembuatan media PDA (Potato Dextrose Agar)

BAHAN DAN METODE. Bahan

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tumbuhan, Bidang

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. pertumbuhan tanaman cabai merah telah dilakukan di kebun percobaan Fakultas. B.

BAHAN. bulan Juli diremajakan. pertumbuhan. Gambar 4

Tabel 1 Persentase penghambatan koloni dan filtrat isolat Streptomyces terhadap pertumbuhan S. rolfsii Isolat Streptomyces spp.

BAB III BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan dari 2 Juni dan 20 Juni 2014, di Balai Laboraturium

METODE PENELITIAN. 3 bulan dari bulan Juni sampai dengan bulan September 2016.

PENGUJIAN DOSIS KOMPOS Trichoderma UNTUK PENGENDALIAN JAMUR PATOGEN TULAR TANAH PADA TANAMAN KACANG TANAH (Arachis hypogea L.)

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

PENGENDALIAN PENYAKIT HAWAR PELEPAH DAUN (Rhizoctonia solani) MENGGUNAKAN BEBERAPA AGENSIA HAYATI GOLONGAN CENDAWAN PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays)

III BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit PTPN 7 Unit Usaha

BAHAN DAN METODE Bahan Waktu dan Tempat Penelitian Rancangan Percobaan ProsedurPenelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Oktober 2011 sampai Maret 2012 di Rumah Kaca

BABHI BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Agrobioteknologi, Laboratorium

Created by. Lisa Marianah (Widyaiswara Pertama, BPP Jambi) PEMBUATAN PUPUK BOKASHI MENGGUNAKAN JAMUR Trichoderma sp. SEBAGAI DEKOMPOSER

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN

Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Indonesia ABSTRACT

UJI PERTUMBUHAN IN VITRO

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan. Pemberian perlakuan komposisi media tanam jamur tiram putih (P.

III. BAHAN DAN METODE

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Tumbuhan Jurusan

III. BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyediaan Isolat Fusarium sp. dan Bakteri Aktivator

WASPADA PENYAKIT Rhizoctonia!!

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Tanaman Industri dan Penyegar

Keterangan : Yijk = H + tti + Pj + (ap)ij + Sijk. Sijk

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyiapan tanaman uji

I. METODE PENELITIAN. Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari Juni 2011 sampai Januari 2012.

BAHA DA METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Percobaan ini dilaksanakan di rumah plastik, dan Laboratorium Produksi

III. BAHAN DAN METODE. Perkebunan Fakultas Pertanian, Unila dari Bulan Desember 2014 sampai Maret

MATERI DAN METODE. Riau Jalan H.R Subrantas Km 15 Simpang Baru Panam. Penelitian ini berlangsung

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

III. BAHAN DAN METODE. Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari Febuari hingga April 2015.

Pengendalian Penyakit pada Tanaman Jagung Oleh : Ratnawati

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penyiapan Tanaman Uji Pemeliharaan dan Penyiapan Suspensi Bakteri Endofit dan PGPR

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi

BAB III METODE PENELITIAN

Gambar 3. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq)

MATERI DAN METODE. = 0 minggu = 1 minggu = 2 minggu = 3 minggu = 4 minggu = 5 minggu = 6 minggu = 7 minggu = 8 minggu P 1 P 2 P 3 P 4 P 5 P 6 P 7 P 8

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan yang

III. BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan RAL (rancangan acak lengkap) satu faktor

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun PT NTF (Nusantara Tropical Farm) Way

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Percobaan dan Laboratorium

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan Tanaman dan Media

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium Proteksi Tanaman dan di Green

III. BAHAN DAN METODE. Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Jurusan Agroteknologi, Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan mulai

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

III. BAHAN DAN METODE

HASIL DAN PEMBAHASAN

No Nama Alat Merk/Tipe Kegunaan Tempat 1. Beaker glass Pyrex Tempat membuat media PDA

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan,

III. BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN. Pangan dan Hortikultura Sidoarjo dan Laboratorium Mikrobiologi, Depertemen

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan laboratoriun lapangan terpadu

Kompos, Mikroorganisme Fungsional dan Kesuburan Tanah

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian Laboratorium dilaksanakan di Laboratorium Agroteknologi,

Lampiran 1. Lokasi pengambilan sampel tanah diperakaran Cabai merah (Capsicum annum) di Desa Kebanggan, Sumbang, Banyumas

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

BAB III METODE PENELITIAN. Mikrobiologi Tanah dan Rumah Kaca Balai Penelitian Tanaman Kacang- kacangan dan Umbiumbian

I. PENDAHULUAN. Tembakau (Nicotiana tabacum L.) merupakan jenis tanaman yang dipanen

Transkripsi:

ISSN 1410-1939 PENGARUH KANDUNGAN PASIR PADA MEDIA SEMAI TERHADAP PENYAKIT REBAH KECAMBAH (Sclerotium rolfsii Sacc) PADA PERSEMAIAN TANAMAN CABAI Sri Mulyati Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Jambi Kampus Pinang Masak, Mendalo Darat Jambi 36361 Telp./Fax: 0741-53051 Abstrak Penelitian bertujuan untuk mendapatkan perbandingan pasir pada media persemaian yang baik untuk menekan serangan Sclerotium rolfsii patogen rebah kecambah pada tanaman cabai.npenelitian dilakukan dirumah kawat dan di laboratorium penyakit tanaman Universitas Jambi menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan dan 6 ulangan. Perlakuan yaitu A = campuran pasir, tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan ½:1:1 ; B = campuran pasir, tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1:1 ; C = campuran pasir, tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1½:1:1 ; dan D = campuran pasir, tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1:1 yang masing-masing diulang 6 kali. Peubah yang diamati adalah : masa inkubasi dan persentase tanaman sakit rebah kecambah sebelum muncul kepermukaan tanah (Preemergence damping-off), rebah kecambah setelah muncul kepermukaan tanah (post-emergnce dampingoff). Hasil penelitian diperoleh bahwa perlakuan D berbeda nyata dengan perlakuan A, B dan C. Perbandingan pasir, tanah dan pupuk kandang 2:1:1 perlakuan D adalah berpengaruh baik terhadap infeksi patogen rebah kecambah pada tanaman cabai dibanding perbandingan pasir ½ :1:1 ; 1:1:1, dan 1½ :1:1. PENDAHULUAN Cendawan Sclerotium rolfsii merupakan patogen tular tanah (soil borne) dan dapat menyerang berbagai tanaman, diantaranya tanaman Famili Solanaceae. Walaupun penyakit yang disebabkan oleh S. rolfsii pada tanaman cabai di Indonesia umumnya tidak terlalu menimbulkan kerugian berarti, tetapi dalam beberapa kasus patogen ini dapat menyebabkan kerugian yang sangat besar pada tanaman kacang-kacangan terutama kacang tanah (Sumartini, 1999). Menurut Semangun (2000), penyakit umum yang disebabkan oleh S. rolfsii adalah rebah kecambah atau rebah bibit pada tanaman muda dan busuk pangkal batang pada tanaman menjelang dewasa. Soesanto (200), menjelaskan cendawan tular tanah termasuk S. rolfsii sulit di tanggani karena mampu bertahan selama bertahun-tahun dalam tanah dalam bentuk sklerotium dan mempunyai kisaran inang yang luas. Tanaman cabai adalah tanaman yang dalam teknik budidayanya tidak ditanam langsung dilahan tetapi harus lebih dahulu disemai, setelah kecambah berumur 7-12 hari bibit disapih yaitu dipindah kedalam kantong plastik kecil dan dipelihara selama 2 minggu setelah itu baru bibit dipindah atau ditanam dilahan (Sunaryono, 2000). Media untuk persemaian tanaman cabai umumnya terdiri dari campuran tanah, pasir dan pupuk kandang dengan komposisi tertentu tetapi biasanya dengan perbandingan 1:1:1. Komposisi ini bertujuan agar akar tanaman dapat berkembang dengan baik dan tidak rusak atau lebih mudah dicabut ketika akan dipindah. Adanya kerusakan atau luka pada akar menyebabkan bibit mudah terserang patogen yang berasal dari dalam tanah misalnya cendawan S. rolfsii. Jamur Sclerotium rolfsii adalah golongan jamur yang bersifat parasit fakultatif yang tumbuh dan bertahan secara saprofit dalam tanah. Menurut Agrios (1997), Serangan jamur ini lebih hebat pada tanah berpasir karena cendawan ini butuh O 2 secara aerob dan pada kondisi tanah dengan kandungan nitrogen yang rendah dan suhu yang tinggi. Hal ini berarti berat ringannya serangan S. rolfsii pada persemaian dan pertanaman adalah tergantung dengan kondisi utama kandungan pasir dan bahan organik pada media tanam. Terbukti bahwa media yang cocok untuk kultur cendawan S. rolfsii adalah media CMS (Corn Meal Sand) menurut Davet. P and Rouxel. F (2000) komposisi media CMS adalah pasir 9% dan 2% tepung jagung yang dilembapkan dengan 20% (dari campuran pasir dan tepung jagung) air. Agar usaha pengendalian penyakit rebah kecambah yang disebabkan oleh S. rolfsii ini pada tanaman cabai berhasil dengan baik, maka caracara kultur teknis perlu diperhatikan terutama dalam persiapan media tanam. Perbandingan 45

Jurnal Agronomi Vol. 13 No. 1, Januari - Juni 2009 komposisi antara pasir, tanah dan pupuk kandang yang tepat perlu diteliti sebab media semai yang merupakan campuran tanah, pasir dan pupuk kandang selain baik untuk persemaian tanaman juga cocok untuk perkembangan S. rolfsii. Hasil penelitian Sabara (2005) persentase penyakit rebah kecambah yang disebabkan oleh S. rolfsii pada tanaman cabai yang disemai pada media yang terdiri dari campuran pasir. Tanah dan pupuk organik dengan perbandingan 1:1:1 adalah 2%, sedangkan persentase busuk pangkal batang yang disebabkan S. rolfsii pada tanaman cabai yang ditanam pada media tanam yang terdiri dari campuran pasir, tanah dan pupuk organik 1:2:1 adalah sebesar 76%. Pengendalian penyakit rebah kecambah yang disebabkan oleh jamur S. rolfsii oleh petani sering dilakukan dengan menggunakan fungisida. Akan tetapi karena semakin banyaknya perhatian terhadap keamanan lingkungan. Penggunaan fungisida untuk pengendalian penyakit mungkin efektif akan tetapi penggunaan yang tidak bijaksana akan menimbulkan banyak masalah yang lebih merugikan baik langsung maupun tidak langsung. Penggunaan zat kimia merupakan langkah terakhir dalam usaha pengendalian penyakit tanaman, oleh karena itu perlu dicari cara-cara yang dianggap aman bagi lingkungan dan bagi tanaman itu sendiri. Salah satu cara pengendalian yang dianggap aman tersebut adalah pengendalian secara terpadu. Pengendalian secara terpadu dilakukan dengan cara memadukan berbagai cara pengendalian compatibel terhadap patogen. Diantaranya adalah dengan memadukan cara pengendalian kultur teknis dengan penggunaan jasad antagonis misalnya : Trichoderma sp. Hasil penelitian Mulyati, Yunita dan Novita (2002) diketahui bahwa Trichoderma sp dinilai mampu menekan jamur S. rolfsii patogen rebah kecambah pada persemaian cabai pada komposisi media pasir, tanah, pupuk kandang dengan perbandingan 1:1:1. Hal ini terjadi karena S. rolfsii tumbuh baik pada tanah berpasir sedangkan Trichoderma sp menyukai tanah yang banyak mengandung bahan organik. Dari uraian diatas penulis tertarik untuk meneliti tentang perbandingan kandungan pasir, pupuk kandang dan tanah pada media semai terhadap perkembangan penyakit rebah kecambah atau semai pada tanaman cabai, karena keberhasilan pengendalian patogen tanaman baik bila dilakukan secara terpadu terutama perpaduan antara cara kultur teknis dan pengendalian hayati. BAHAN DAN METODA Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di rumah kawat dan di Laboratorium Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Jambi. Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan, dimulai dari bulan Februari sampai dengan Juli 2007. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah pasir, pupuk kandang, tepung jagung, isolat jamur S. rolfsii, benih cabai varietas lokal, alkohol, formalin, aquadest, spiritus, media PDA. Alat yang digunakan adalah cangkul, parang, ceker, bak, bak kecambah, kantong plastik, timbangan, jarum OSE, cawan petri, becker glass, gelas objek, gelas penutup, haemocytometer, mikroskop, oven, autoclave, dan lampu spiritus serta hand sprayer kecil. Rancangan Penelitian Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 6 ulangan. Perlakuannya adalah sebagai berikut : A = perlakuan pasir, tanah dan pupuk kandang perbandingan ½ : 1 : 1 B = perlakuan pasir, tanah dan pupuk kandang perbandingan 1 : 1 : 1 C = perlakuan pasir, tanah dan pupuk kandang perbandingan 1½ : 1 : 1 D = perlakuan pasir, tanah dan pupuk kandang perbandingan 2 : 1 : 1 Pelaksanaan Penelitian Di Laboratorium a. Penyiapan jamur Sclerotium rolfsii Jamur S. rolfsii diambil dilapangan yaitu pada pertanaman cabai rakyat yang terserang penyakit rebah kecambah, lalu tanaman yang sakit tersebut dibawa ke laboratorium untuk di isolasi ke media PDA dan diidentifikasi kemudian dibuat biakan murni sebagai isolat untuk penelitian jamur S. rolfsii harus dibiakkan secara massal pada substrat campuran 9% pasir dan 2% tepung jagung. Campuran ini ditambah air sebanyak 20% dari berat total substrat. Substrat ini dimasukkan kedalam kantong plastik tahan panas dengan takaran 150gr. Pada mulut kantong plastik dipasang cincin paralon yang diikat dengan tali benang lalu disumbat kapas. Substrat ini disterilkan dulu dalam autoclave selama 60 menit dan didinginkan lalu diinokulasikan dengan biakan jamur S. rolfsii. Susbtrat yang berisi inokulum ini diinkubasikan selama 10 hari pada suhu kamar 46

Sri Mulyati : Pengaruh Kandungan Pasir Pada Media Semai Terhadap Penyakit Rebah Kecambah (Sclerotium rolfsii Sacc) Pada Persemaian Tanaman Cabai setelah terlebih dahulu dibuat sebanyak kebutuhan (24 kantong). b. Pengujian daya kecambah Benih cabai yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih lokal. Benih dikecambahkan diatas 2 lapis kertas saring yang telah dilembabkan dan ditaruh dalam cawan petri dengan aquadest steril. Untuk setiap cawan ditempatkan 50 benih, kemudian cawan petri ditutup dan ditaroh dalam incubator, setelah 3 hari atau setelah terjadi perkecambahan, benih yang berkecambah (pengamatan dibatasi selama 15 hari) dihitung persentasenya. Di rumah Kawat a. Pembuatan naungan persemaian cabai Naungan persemaian cabai dibuat dari plastik yang dibentang secara miring. Sehingga air hujan mudah mengalir, hal ini bertujuan untuk melindungi persemaian cabai dari siraman air hujan langsung. b. Sterilisasi pasir, tanah dan pupuk kandang Media persemaian yang digunakan adalah campuran pasir, tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan volume sesuai dengan perlakuan yang ditetapkan. Kemudian media persemaian ini disterilkan dengan cara memanaskan di dalam dandang selama 1 jam dengan keadaan airnya mendidih, kemudian didinginkan selama 24 jam. Sterilisasi ini dilakukan sebanyak 3 kali berturutturut secara Tyndall effect. c. Penyiapan bak kecambah Media persemaian yang telah disterilkan dimasukkan kedalam bak kecambah yang berukuran 40 x 70 x 15 cm sebanyak 10kg. kemudian dilakukan penyiraman untuk memantapkan struktur dan agregat tanah. Setelah kering dipupuk dengan urea sebanyak 5 gr/bak kecambah dan didiamkan selama seminggu. d. Infestasi patogen Infestasi jamur S. rolfsii dilakukan sebelum penyemaian benih cabai. Jamur S. rolfsii dilakukan sebelum penyemaian benih cabai. Jamur S. rolfsii yang telah dibiakkan secara massal pada substrat campuran pasir dan tepung jagung dicampur dengan tanah untuk persemaian pada lapisan/kedalaman ± 5 cm di permukaan tanah dan diinkubasikan selama 1 minggu. e. Penyemaian benih cabai Penyemaian benih cabai dilakukan pada bak kecambah untuk masing-masing satuan percobaan dilakukan 1 minggu setelah introduksi jamur S. rolfsii persemaian dilakukan sedemikian rupa karena jarak tanam benih dipakai 5 x 5 cm pada bak kecambah berukuran 40 x 70 x 15 cm, sehingga 1 bak semai terdapat 104 benih cabai. f. Pemeliharaan Untuk menjaga pertumbuhan bibit cabai dan perkembangan semua jamur pada tanah media semai, dilakukan penyiraman setiap hari dengan menggunakan hand sprayer kecil atau sesuai dengan kondisi tanah persemaian, begitu juga dengan pengendalian gulma, serta hama dilakukan secara mekanis. Pengamatan 1. Waktu terlihatnya gejala pertama penyakit rebah kecambah / masa inkubasi (hari) Diamati setiap hari dimulai dari hari pertama setelah benih berkecambah dan muncul ke permukaan tanah sampai timbul gejala pertama penyakit rebah kecambah sampai bibit berumur 1 bulan. 2. Persentase penyakit rebah semai a. Pre-emergence damping-off Yaitu gejala rebah kecambah sebelum bibit muncul ke permukaan tanah. Dihitung dengan rumus : Keterangan: S = persentase rebah kecambah A = jumlah benih ditanam B = jumlah kecambah yang muncul ke permukaan tanah D = daya kecambah b. Post-emergence damping-off Yaitu kecambah yang bergejala rebah dihitung sejak kecambah muncul kepermukaan tanah sampai bibit berumur 1 bulan dengan rumus R = n/m x 100% Keterangan: R = persentase bibit sakit n = jumlah kecambah rebah M = jumlah benih yang disemai 47

Jurnal Agronomi Vol. 13 No. 1, Januari - Juni 2009 Penilaian tentang tingkat serangan patogen adalah sebagai berikut: Persentase bibit Penilaian serangan Terserang damping patogen off 50 40-50 25-40 10-25 10 Sangat berat Berat Agak berat Ringan Sangat ringan Analisis data Data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis secara statistika dengan uji-f dan uji lanjutan Duncan s New Multiple Range (DNMRT) dengan taraf nyata 5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Waktu terlihatnya gejala pertama penyakit rebah kecambah / masa inkubasi (hari). Waktu terlihatnya gejala pertama (masa inkubasi) dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini. Tabel 1. waktu terlihatnya gejala pertama (masa inkubasi) (hari) perlakuan Ulangan 1 2 3 4 5 6 A 7 7 B 7 7 C 7 7 7 D 7 7 7,67a 7,67a 7,50a 7,67a a. Pre-emergence damping-off Hasil pengamatan terhadap semai yang terserang S. rolfsii yang meyebabkan penyakit pre-emergence damping-off dapat dilihatpada tabel 4 di bawah ini. Tabel 2. persentase penyakit pre-emergence damping-off Perlakuan A (perlakuan pasir, tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan ½ : 1 : 1) B (perlakuan pasir, tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1 : 1) C (perlakuan pasir, tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1½ : 1 : 1) D (perlakuan pasir, tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 : 1 : 1) 20,14a 1,43ab 16,63bc 15,45c b. Post-emergence damping-off Hasil pengamatan terhadap semai yang terserang S. rolfsii yang menyebabkan penyakit Post-emergence damping-off dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini: Tabel 3. persentase penyakit Post-emergence damping-off Perlakuan A (perlakuan pasir, tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan ½ : 1 : 1) 11,70a B (perlakuan pasir, tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1 : 1) 7,37b C (perlakuan pasir, tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1½ : 1 : 1) 4,1c D (perlakuan pasir, tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 : 1 : 1) 2,72d Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama adalah tidak berbeda nyata menurut DNMRT pada taraf 5% Table 4. persentase penyakit damping-off pada persemaian cabai Perlakuan D (perlakuan pasir, tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 : 1 : 1) C (perlakuan pasir, tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1½ : 1 : 1) B (perlakuan pasir, tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1 : 1) A (perlakuan pasir, tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan ½ : 1 : 1) 27,16a 23,97b 23,41b 22,1b 4

Sri Mulyati : Pengaruh Kandungan Pasir Pada Media Semai Terhadap Penyakit Rebah Kecambah (Sclerotium rolfsii Sacc) Pada Persemaian Tanaman Cabai Pembahasan Persentase penyakit rebah bibit pada perlakuan D (perbandingan pasir, tanah dan pupuk kandang 2:1:1) berbeda nyata dengan perlakuan A (perbandingan pasir, tanah dan pupuk kandang ½:1:1) dan dengan perlakuan B (perbandingan pasir, tanah dan pupuk kandang 1:1:1). Hal ini terjadi karena pada perlakuan D perbandingan pasir, tanah dan pupuk kandang lebih tinggi yaitu 2:1:1 berarti kandungan pasirnya lebih banyak dibanding tanah dan pupuk kandang. Pada kondisi ini S. rolfsii dapat tumbuh dengan baik sehingga lebih mampu menginfeksi kecambah tanaman cabai. Sesuai dengan pendapat Agrios (1997) dan Semangun (2000), bahwa S. rolfsii sangat cocok tumbuh pada tanah yang berpasir karena cendawan ini membutuhkan O 2 secara aerob. Seperti diketahui pada tanah berpasir struktur tanahnya remah atau berpori sehingga S. rolfsii dapat dengan leluasa memperoleh O 2 selain itu hasil penelitian Sumartini (1999) disekitar permukaan tanah yang berpasir perkembangan S. rolfsii menjadi lebih baik karena propagul cendawan ini berkembang bebas, tidak mendapat hambatan dari bongkahan tanah. S. rolfsii sebagai cendawan yang bersifat saprofit fakultatif, cendawan ini dapat hidup dan tumbuh dengan baik pada pasir tanpa tanaman inang asalkan pada pasir tersebut terdapat bahan organik. Terbukti bahwa untuk perbanyakan massal S. rolfsii dianjurkan menggunakan media CMS merupakan campuran pasir 9%, tepung jagung 2% dan 20% air (dari campuran pasir + tepung jagung). Hanya saja perlu dipertimbangkan apakah pada komposisi media yang kandungan pasirnya lebih banyak dapat merupakan media yang cocok untuk perkecambahan tanaman cabai. Pada awalnya penyakit rebah sebelum kecambah muncul dipermukaan tanah persentasenya cukup tinggi (Tabel 1). Menurut Agrios (1997), cendawan ini menyerang jaringan tanaman secara langsung dengan mengeluarkan asam oksalat dan enzim-enzim (pektinase, sellulotik dan lain-lain) sebelum melakukan penetrasi tanaman inang. Cendawan yang berada didalam tanah kemudian menyerang dengan cara sklerotia terlebih dahulu berkecambah yang dengan cepat membentuk miselium selama temperature dan kelembapan yang tinggi. Tingginya kadar asam oksalat yang dihasilkan mengakibatkan ph jaringan tanaman menurun dari 5, sampai 4 sehingga mengoptimalkan aktifitas enzim yang dihasilkan oleh S. rolfsii. Akan tetapi dengan seiring pertumbuhan tanaman dimana batang tanaman semakin mengeras maka infeksi S. rolfsii pada tanaman cabai menurun (Tabel 2). Hal ini sesuai dengan pendapat Djafaruddin (2000), bahwa tanaman memiliki mekanisme ketahanan diantaranya secara fungsional. Ketahanan fungsional berfungsi dapat menahan serangan S. rolfsii apabila tanaman yang pada masa kecambahnya singkat dan cepat membentuk jaringan kayu. Tanaman cabai merupakan tanaman yang batangnya cepat mengeras atau cepat membentuk jaringan kayu karena itulah serangan S. rolfsii pada tanaman cabai lebih sedikit dibanding dengan serangan S. rolfsii pada tanaman kacang-kacangan. Diduga yang menjadi salah satu penyebab kesanggupan S. rolfsii menyerang tanaman yang lebih tua yaitu berhubungan dengan kemampuannya merombak kalsium pektat pada lamella tengah sel jaringan batang tanaman sehingga cepat hancur akibatnya dinding sel akan terhidrolisis dengan cepat (Agrios 1997 dan Semangun 2000). Berdasarkan kriteria tingkat serangan patogen rebah kecambah maka perlakuan D (perbandingan pasir, tanah dan pupuk kandang 2:1:1) tergolong agak berat yaitu pada range 25-40% sedangkan perlakuan A, B dan C tergolong ringan karena berada pada range 10-25%. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Perbandingan pasir, tanah dan pupuk kandang 2:1:1 adalah berpengaruh baik terhadap infeksi patogen rebah kecambah dibanding perbandingan pasir ½ :1:1 ; 1:1:1, dan 1½ :1:1 Saran Agar dilakukan penelitian lebih lanjut tentang perbandingan pasir, tanah dan pupuk kandang yang tepat sehingga selain dapat menekan serangan patogen rebah kecambah juga dapat mendorong pertumbuhan kecambah tanaman cabai. DAFTAR PUSTAKA Agrios, G. N. 1997. Plant Pathology. 2 nd Edition. Academic Press, New York. Davet P dan Rouxel. 2000. Detection and Isolation of Soil Fungi. Science Publishers. Inc USA. Djafaruddin. 2000. Dasar-dasar Pengendalian Penyakit Tanaman. Fakultas Pertanian Universitas Andalas. Padang. 49

Jurnal Agronomi Vol. 13 No. 1, Januari - Juni 2009 Mulyati, S., W. Yunita dan T. Novita. 2002. Efektifitas Penekanan Jamur Antagonis Trichoderma sp terhadap Penyakit Rebah Kecambah yang disebabkan oleh Jamur Sclerotium rolfsii pada Tanaman Cabai. Fakultas Pertanian Universitas Jambi. Sinaga, M. S. 196. Biological Control of Some Soil borne Fungal Pathogens of Soy bean (Glycine max L. Merr) with Gliocladium spp. University of Philippines los Banos, Phillipines. Sumartini. 1999. Daya tahan Sclerotium rolfsii Sacc dan Rhizoctonia solani pada lingkungan yang berbeda. Jurnal Penelitian. Agrios Vol IV No 3 : 262 269. Soesanto, L. 200. Pengantar Pengendalian Penyakit Tanaman. rajawali Pers. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Semangoen, H. 2000. Penyakit-penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia. Gadjah Mada University press, Yogyakarta. Sunaryono, H. 2000. Budidaya Cabai Merah. Sinar Baru Algesindo. Bogor. 50