KEANEKARAGAMAN PLANKTON PADA HUTAN MANGROVE DI KEPULAUAN TOGEAN SULAWESI TENGAH. Halidah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Salah satu hutan mangrove yang berada di perairan pesisir Jawa Barat terletak

BAB I PENDAHULUAN. Karena berada di dekat pantai, mangrove sering juga disebut hutan pantai, hutan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah pulau yang sangat banyak. Secara astronomis, Indonesia terletak

BAB I PENDAHULU 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Plankton merupakan organisme renik yang hidup melayang-layang di air dan

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan sekitar 25% aneka spesies di dunia berada di Indonesia. Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan selalu terbawa arus karena memiliki kemampuan renang yang terbatas

I. PENDAHULUAN. limbah dari pertanian dan industri, serta deforestasi ilegal logging (Nordhaus et al.,

TINJAUAN PUSTAKA. adanya aliran yang cukup kuat, sehingga digolongkan ke dalam perairan mengalir

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang s

BAB I PENDAHULUAN. dari buah pulau (28 pulau besar dan pulau kecil) dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai. (Sosrodarsono et al., 1994 ; Dhahiyat, 2013).

MANAJEMEN KUALITAS AIR

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya proses terjadinya danau dapat dikelompokkan menjadi dua

BAB I PENDAHULUAN. fauna yang hidup di habitat darat dan air laut, antara batas air pasang dan surut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kehidupan bergantung kepada air dalam berbagai bentuk. Air merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai (Odum, 1996). dua cara yang berbeda dasar pembagiannya, yaitu :

PENDAHULUAN. terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia

IDENTIFIKASI JENIS PLANKTON DI PERAIRAN MUARA BADAK, KALIMANTAN TIMUR

BY: Ai Setiadi FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai. Secara ekologis sungai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. besar di perairan. Plankton merupakan organisme renik yang melayang-layang dalam

BAB I PENDAHULUAN. sampai sub tropis. Menurut Spalding et al. (1997) luas ekosistem mangrove di dunia

BAB I PENDAHULUAN. sumber irigasi, sumber air minum, sarana rekreasi, dsb. Telaga Jongge ini

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Air sungai merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat vital bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam

TINJAUAN PUSTAKA. tahapan dalam stadia hidupnya (larva, juwana, dewasa). Estuari merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Habitat air tawar dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu perairan

BAB I PENDAHULUAN. ekologis yaitu untuk melakukan pemijahan (spawning ground), pengasuhan (nursery

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. ekosistem lamun, ekosistem mangrove, serta ekosistem terumbu karang. Diantara

BAB I PENDAHULUAN. upaya untuk meningkatkan produksi perikanan adalah melalui budidaya (Karya

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan yang disebut sumberdaya pesisir. Salah satu sumberdaya pesisir

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TOPIK I PENGANTAR EKOLOGI

I. PENDAHULUAN. Ekosistem air tawar merupakan ekosistem dengan habitatnya yang sering digenangi

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Sumber oksigen terlarut dalam perairan

Gambar 4. Peta Rata-Rata Suhu Setiap Stasiun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Secara keseluruhan daerah tempat penelitian ini didominasi oleh Avicennia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan yang dialami ekosistem perairan saat ini adalah penurunan kualitas air akibat pembuangan limbah ke

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya yang sangat tinggi. Nybakken (1988), menyatakan bahwa kawasan

HUBUNGAN ANTARA KELIMPAHAN FITOPLANKTON DENGAN ZOOPLANKTON DI PERAIRAN SEKITAR JEMBATAN SURAMADU KECAMATAN LABANG KABUPATEN BANGKALAN

TINJAUAN PUSTAKA. Laut Belawan merupakan pelabuhan terbesar di bagian barat Indonesia

PERTEMUAN KE-6 M.K. DAERAH PENANGKAPAN IKAN HUBUNGAN SUHU DAN SALINITAS PERAIRAN TERHADAP DPI ASEP HAMZAH

EKOLOGI TANAMAN. Pokok Bahasan II KONSEP EKOLOGI (1)

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton. Ima Yudha Perwira, SPi, Mp

Kondisi Lingkungan (Faktor Fisika-Kimia) Sungai Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat Daya

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

2.2. Struktur Komunitas

ARUS ENERGI DALAM EKOSISTEM

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Selat Bali Bagian Selatan

bentos (Anwar, dkk., 1980).

TINJAUAN PUSTAKA. Estuari oleh sejumlah peneliti disebut-kan sebagai area paling produktif,

KANDUNGAN ZAT PADAT TERSUSPENSI (TOTAL SUSPENDED SOLID) DI PERAIRAN KABUPATEN BANGKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. seperti analisis fisika dan kimia air serta biologi. Analisis fisika dan kimia air

V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN

TINJAUAN PUSTAKA. kesatuan. Di dalam ekosistem perairan danau terdapat faktor-faktor abiotik dan

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhannya bertoleransi terhadap salinitas (Kusmana, 2003). Hutan mangrove

Penentuan batas antar komunitas tidak mudah Zona transisi dengan lingkungan tertentu Proses perubahan secara gradual struktur komunitas disebut

Parameter Oseanografi pada Calon Daerah Kawasan Konservasi Perairan Laut Kabupaten Luwu Utara

EKOLOGI (EKOSISTEM) SMA REGINA PACIS JAKARTA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Waduk Cengklik merupakan salah satu waduk di Kabupaten Boyolali yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Zooplankton adalah hewan berukuran mikro yang dapat bergerak lebih bebas di

I. PENDAHULUAN. pelestaraian mangrove dengan mengubahnya menjadi tambak-tambak. Menurut

TINJAUAN PUSTAKA. hubungan bebas dengan laut terbuka dan menerima masukan air tawar dari

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan karena lingkungan air tawar memiliki beberapa kondisi, antara lain:

Modul 1 : Ruang Lingkup dan Perkembangan Ekologi Laut Modul 2 : Lautan sebagai Habitat Organisme Laut Modul 3 : Faktor Fisika dan Kimia Lautan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang didominasi oleh perairan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hutan mangrove merupakan suatu tipe hutan yang khusus terdapat

I. PENDAHULUAN pulau dengan luas laut sekitar 3,1 juta km 2. Wilayah pesisir dan. lautan Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan dan

IDENTIFIKASI POPULASI MAKROZOOBENTOS DI KAWASAN EKOSISTEM MANGROVE DESA LADONG ACEH BESAR. Lili Kasmini 11 ABSTRAK

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. (Barus, 1996). Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri dari pulau

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Kerusakan hutan mangrove di Indonesia, kini semakin merata ke berbagai

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Komunitas Makrozoobenthos

I. PENDAHULUAN. perairan sangat penting bagi semua makhluk hidup, sebab air merupakan media bagi

Total rata-rata kemelimpahan plankton pada media air sumur sebesar 3,557 x. tertinggi didapatkan pada media air rendaman kangkung.

KEANEKARAGAMAN DAN DOMINANSI PLANKTON DI ESTUARI KUALA RIGAIH KECAMATAN SETIA BAKTI KABUPATEN ACEH JAYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN

Transkripsi:

Keanekaragaman Plankton pada Hutan Mangrove KEANEKARAGAMAN PLANKTON PADA HUTAN MANGROVE DI KEPULAUAN TOGEAN SULAWESI TENGAH Balai Litbang Lingkungan Hidup dan Kehutanan Makassar Jl. Perintis Kemerdekaan Km.16 Makassar, Sulawesi Selatan, Kodepos 90243 Telp. (0411) 554049, Fax (0411) 554058 E-mail : ona_ji2007@yahoo.co.id ABSTRAK Ekosistem mangrove merupakan ekosistem kompleks yang terdiri atas flora dan fauna daerah pantai. Rusaknya mangrove dapat menyebabkan hilangnya habitat plankton yang akan berdampak pada terganggunya siklus hidup dalam ekosistem. Plankton adalah organisme yang hidup melayang atau mengambang di dalam air. Berdasarkan keadaan biologisnya plankton dibedakan menjadi dua golongan utama yakni fitoplankton yaitu plankton yang bersifat sebagai tumbuhan dan zooplankton yaitu plankton yang bersifat sebagai hewan. Fitoplankton mempunyai peranan yang sangat penting dalam ekosistem perairan, sama pentingnya dengan peranan tumbuh-tumbuhan hijau di ekosistem daratan. Hal ini disebabkan karena fitoplankton merupakan tumbuhan yang sangat kecil dan mampu melakukan fotosintesis karena berhijau daun dan berfungsi sebagai produsen primer di perairan. Tulisan ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang keanekaragaman plankton pada hutan mangrove di Kepulauan Togean. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada setiap plot tanaman ditemukan 7-9 jenis plankton dengan kelimpahan (20.000-530.000) individu/liter. Jumlah plankton paling tinggi dijumpai pada jenis L. littorea yakni 101 individu untuk 9 species dan yang paling kecil pada jenis X. granatum yakni 30 individu untuk 7 spesies. Kata kunci: Plankton, Keanekaragaman, Kepulauan Togean. I. PENDAHULUAN Ekosistem hutan mangrove mempunyai fungsi biologis sebagai tempat mencari makan, memijah, dan sebagai tempat asuhan bagi berbagai makhluk yang hidup di sekitar mangrove. Hal ini disebabkan hutan mangrove bukan saja menyediakan lingkungan yang secara fisik kimia ideal, tetapi juga secara biotik kaya dengan berbagai jenis 37

Info Teknis EBONI Vol. 13 No. 1, Juni 2016 : 37-44 plankton. Menurunnya kualitas dan kuantitas hutan mangrove mengakibatkan berkurangnya plankton pada areal tersebut. Hutan mangrove merupakan tempat yang ideal bagi plankton dan larva-larva biota laut untuk hadir dan mengawali kehidupan, karena tersedianya tempat dan pakan yang memadai. Umumnya biota-biota yang ada di daerah tersebut adalah larva ikan yang masih planktonik yang sangat tergantung arus untuk datang dan pergi ke komunitas hutan mangrove (Nybakken, 1992). Pada jenis-jenis mangrove yang berbeda akan terjadi perbedaan pula pada fungsi mekanis (penahan ombak) dari perakaran hutan mangrove. Hal ini akan berpengaruh terhadap akumulasi sedimen, kandungan bahan organik dan intensitas proses dekomposisi, serta kelimpahan plankton. Plankton adalah mikroorganisme yang hidup di daerah mangrove yang merupakan bagian dari rantai makanan dalam ekosistem hutan mangrove. Plankton merupakan sumber energi bagi makhluk lain dalam ekosistem tersebut. Hilang atau berkurangnya plankton akan berpengaruh terhadap siklus hidup dalam ekosistem. Hilangnya plankton akan berpengaruh terhadap kehidupan ikan, kehidupan mangrove, dan kehidupan manusia terutama yang menjadikan laut sebagai sumber mata pencaharian. Oleh karena itu, perlu diketahui perbedaan kelimpahan dan keanekaragaman plankton pada setiap kondisi jenis mangrove yang berbeda selama waktu tertentu. Diduga akan terjadi perbedaan dalam hal komposisi dan dominasi plankton di hutan mangrove. Tulisan ini bertujuan untuk menyajikan informasi tentang keragaman plankton di hutan mangrove Kepulauan Togean di Sulawesi Tengah. II. DESKRIPSI DAN MANFAAT PLANKTON Plankton adalah organisme yang hidup melayang atau mengambang di dalam air. Kemampuan geraknya sangat terbatas, sehingga organisme tersebut selalu terbawa arus. Plankton dapat dibedakan berdasarkan ukuran, siklus dan keadaan biologisnya. Jika berdasarkan ukurannya, maka plankton dibagi menjadi makroplankton (> = 1) mm, mikroplankton (0,06-1) mm dan nanoplankton (< 0,06) mm, dimana 70% dari plankton dikategorikan sebagai nanoplankton. Klasifikasi plankton berdasarkan siklus hidupnya dibedakan atas holoplankton, yakni plankton yang seluruh daur hidupnya dihabiskan sebagai plankton dan meroplankton, yakni 38

Keanekaragaman Plankton pada Hutan Mangrove plankton yang hanya sebagian dari daur hidupnya sebagai plankton. Berdasarkan keadaan biologisnya, plankton dibedakan menjadi dua golongan utama, yakni fitoplankton yaitu plankton yang bersifat sebagai tumbuhan, sedangkan zooplankton, yaitu plankton yang bersifat sebagai hewan. (Nontji, 1993); Nybakken (1992). Fitoplankton mempunyai peranan yang sangat penting dalam ekosistem perairan, sama pentingnya dengan peranan tumbuhtumbuhan hijau di ekosistem daratan. Hal ini disebabkan karena fitoplankton merupakan tumbuhan yang sangat kecil dan mampu melakukan fotosintesis karena berhijau daun dan berfungsi sebagai produsen primer di perairan. Zooplankton adalah plankton berupa hewan yang bergerak tetapi tidak mampu melakukan fotosintesis dan berfungsi sebagai produsen sekunder di perairan. Meskipun terbatas kemampuannya bergerak, namun zooplankton mampu bergerak dengan cara berenang (migrasi vertikal). Pada siang hari zooplankton bermigrasi ke bawah menuju dasar perairan. Migrasi dapat disebabkan karena faktor konsumen atau grazing, yaitu zooplankton mendekati fitoplankton sebagai mangsa, selain itu migrasi juga terjadi karena pengaruh gerakan angin yang menyebabkan upwelling atau downwelling. Plankton baik fitoplankton maupun zooplankton, mempunyai peranan yang penting dalam perairan sebagai sumber makanan bagi berbagai jenis hewan laut lainnya karena banyak mengandung karbohidrat dan protein untuk pertumbuhan (Nontji, 1993). Di dalam proses metabolisme perairan fitoplankton juga mempunyai peran sebagai pendaur ulang hara. Plankton juga dapat menjadi pelindung biota air karena jika tidak ada plankton, maka biota air akan bersifat kanibalisme. Plankton dapat berfungsi sebagai peneduh dan menstabilkan suhu air karena sinar matahari akan terserap oleh plankton untuk aktivitas fotosintesis. Manfaat lain dari plankton yang juga sangat penting adalah sebagai penyumbang oksigen terlarut bagi perairan yang diberikan karena adanya proses fotosintesis yang dilakukan oleh plankton. III. KONDISI LOKASI PENELITIAN Secara umum musim hujan di Pulau Togean terjadi pada bulan Desember sampai dengan bulan Juli, sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan Agustus sampai dengan bulan November. Jumlah 39

Info Teknis EBONI Vol. 13 No. 1, Juni 2016 : 37-44 curah hujan berkisar antara 2.307 mm/tahun sampai dengan 3.246 mm/tahun yang dapat dikategorikan pada iklim A. Kondisi perairan di Pulau Togean dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kondisi Perairan Kepulauan Togean Parameter yang diamati Nilai rata-rata ph (ph) 7,66 Suhu (temperature) 29 C Salinitas (salinity) 25 Oksigen terlarut (dissolved oxygen) 4,55 ppm Konsentrasi nitrat (concentration) 0,06 ppm Kecerahan (brightness) 33 cm ph perairan menunjukkan nilai rata-rata 7,66 yang cukup baik untuk biota akuatik. Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan ph dan menyukai nilai ph pada kisaran (7 8,5) (Effendi, 2003). Oksigen terlarut pada Tabel 1 rata-rata 4,55 ppm, nilai ini cukup baik dan masih berada pada nilai standar baku mutu air yang dipersyaratkan untuk keperluan perikanan. Sumber utama oksigen terlarut adalah fotosintesis, akan tetapi pada lokasi penelitian meskipun plankton berlimpah, kondisi oksigen terlarut juga rendah. Ada beberapa hal yang dapat memengaruhi hilangnya oksigen di perairan antara lain, proses respirasi tumbuhan dan hewan, waktu, suhu, ph dan proses dekomposisi bahan organik (Effendi, 2003). Unsur yang juga penting dalam perairan adalah kandungan Nitrit dan Nitrat. Kandungan nitrit di lokasi penelitian pada setiap plot rata-rata 0,06 ppm. Jumlah kandungan ini sesuai kandungan nitrit yang diperkenankan untuk kelangsungan hidup organisme di perairan. Kandungan nitrit yang melebihi 0,06 ppm akan bersifat toksik bagi organisme perairan yang bersifat sensitif Effendi (2003). Nitrat adalah sumber utama nitrogen di perairan. Kandungan nitrat di lokasi penelitian rata-rata sebesar 0,08 ppm. Nilai ini masih dalam takaran yang diperkenankan baik untuk kehidupan organisme perikanan yang mempunyai nilai standar hingga 20 ppm. Menurut Effendi (2003) kadar nitrat pada perairan yang alami tidak pernah lebih dari 0,1 mg/liter. 40

Keanekaragaman Plankton pada Hutan Mangrove IV. KEANEKARAGAMAN PLANKTON Dari hasil analisis laboratorium diketahui jenis-jenis plankton yang terdapat di daerah mangrove seperti yang tersaji pada Tabel 2. Tabel 2. Daftar nama jenis plankton di area mangrove dan jumlah sel plankton yang ditemui pada setiap plot pengamatan di Taman Nasional Kepulauan Togean Spesies Fitoplankton X. granatum Kelimpahan plankton pada setiap plot tanaman R. apiculata danda B. gymnorrhiza L. littorea R. apiculata wakay Kelimpa han/l Plantonella sp 2 4 0 5 1 37.500 Skeletonema sp) 0 2 4 2 0 33.333 Chaetoceros sp 5 16 14 7 3 112.500 Rhizosolenia sp 2 3 3 4 0 30.000 Pleurosigma sp 0 5 2 5 3 37.500 Lecylindricus sp 4 0 5 0 2 27.500 Cescinodiscus sp 13 38 51 67 43 530.000 Zooplankton Daphnia sp 2 5 6 5 4 55.000 Temora sp 0 4 6 3 5 45.000 Moina sp 2 3 2 3 0 25.000 Jumlah Individu (the number of 30 80 93 101 61 - individuals) Jumlah Species (the number of species) 7 9 9 9 7 - Pada Tabel 2 tampak bahwa pada lokasi penelitian dijumpai 7 hingga 9 spesies plankton dengan kelimpahan 25.000 individu/liter hingga 530.000 individu perliter. Jumlah ini dapat digolongkan cukup melimpah jika dibandingkan dengan beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan. Qiptiyah et al. (2008) melaporkan bahwa kelimpahan plankton di hutan bakau Kabupaten Sinjai Sulawesi Selatan berkisar pada 828 individu/liter hingga 1.548 individu/liter dengan jumlah spesies 18-22 spesies. Demikian juga yang dilaporkan oleh Pirzan et al. (2008) bahwa di hutan bakau kepulauan Bauluang Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan kelimpahan planktonnya berkisar 470 individu/liter hingga 2.680 individu/liter dengan jumlah species 5 hingga 20 spesies. Kelimpahan plankton dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti lokasi, cahaya dan unsur hara serta ketebalan mangrove 41

Info Teknis EBONI Vol. 13 No. 1, Juni 2016 : 37-44 (Nybakken, 1992). Pada Tabel 2 tampak bahwa pada setiap jenis mangrove terdapat kandungan plankton yang berbeda. Jumlah plankton paling tinggi terdapat pada jenis L. littorea dan yang paling kecil adalah pada jenis X. granatum. Hal yang sama dilaporkan oleh Rifal (2012). Hal ini menunjukkan adanya hubungan kerapatan mangrove dengan kelimpahan plankton pada perairan. Sebagai organisme yang dapat berfotosintesa, maka dalam perkembang biakannya plankton sangat membutuhkan cahaya. Kerapatan mangrove akan memengaruhi kecerahan. Kerapatan mangrove berkaitan erat dengan tutupan kanopi, semakin tinggi kerapatan mangrove, maka tutupan kanopi juga semakin luas. Luas tutupan kanopi akan memengaruhi intensitas cahaya yang masuk sampai ke dasar hutan pada saat surut, serta permukaan air laut pada saat air pasang menggenangi kawasan mangrove. Produktivitas primer fitoplankton sangat tergantung pada intensitas cahaya yang sampai ke permukaan air. Kecerahan di lokasi penelitian dapat mencapai rata-rata 33 cm, tetapi di tepi bakau dengan jarak sekitar 5 meter terdapat laut dengan terumbu karang yang mempunyai kecerahan hingga 3 meter. Sebagai organisme yang pergerakannya tergantung pada arus maka diduga bahwa kelimpahan plankton di lokasi penelitian juga disebabkan karena melimpahnya plankton di daerah karang yang terbawa arus pada saat pasang naik ke daerah mangrove. Meskipun cukup melimpah, tetapi dari segi keanekaragaman plankton yang terdapat di lokasi penelitian nampak kurang beragam khususnya untuk zooplankton yang hanya dijumpai 3 spesies. Dari hasil analisis indeks keanekaragaman plankton di Togean diketahui hanya berkisar pada nilai 1,10-1,66 (, dkk, 2012), yang menunjukkan bahwa keanekaragam species adalah rendah (Fachrul, 2007). Hal yang sama diungkapkan oleh Novianto (2011) bahwa di hutan mangrove di Kedung Malang Kabupaten Jepara yang sudah rusak juga hanya dijumpai zooplankton dengan indeks keanekaragaman 1,33-1,97 yang dikategorikan rendah. Azwar (2013) melaporkan hasil penelitiannya di hutan mangrove Belawan yang menjumpai 23 jenis zooplankton yang dikelompokkan ke dalam 3 filum dan 17 famili. Rendahnya keanekaragam plankton ini diduga karena rendahnya keanekaragaman jenis mangrove. Hal ini disebabkan keanekaragaman mangrove sangat memengaruhi keanekaragaman plankton. Hasil analisis regresi sederhana 42

Keanekaragaman Plankton pada Hutan Mangrove menunjukkan 74,52% variasi dari keanekaragaman plankton dapat ditentukan oleh variabel keanekaragaman vegetasi (Azwar, 2013). V. KESIMPULAN Ketersediaan plankton sangat ditentukan oleh kondisi hutan mangrove dan jenis mangrove yang ada. Hara yang tersedia karena adanya guguran daun mangrove dan cahaya yang sampai ke lantai hutan merupakan media yang baik bagi perkembang biakan plankton. Tersedianya plankton merupakan kondisi yang diharapkan di dalam ekosistem perairan. Plankton bermanfaat bagi perkembangbiakan organisme lain yang hidup di perairan karena merupakan sumber makanan bagi hewan laut serta adanya fungsi-fungsi lain yang sangat dibutuhkan bagi organisme perairan lainnya. Jumlah plankton di Togean ini cukup melimpah jika dibandingkan dengan beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan di daerah lain, yakni 25.000 individu/liter hingga 530.000 individu/liter. Meskipun melimpah tetapi dari segi keanekaragaman plankton yang terdapat di lokasi penelitian kurang beragam khususnya zooplankton yang hanya dijumpai 3 spesies. 43

Info Teknis EBONI Vol. 13 No. 1, Juni 2016 : 37-44 DAFTAR PUSTAKA Azwar, E. 2013. Pengaruh hutan mangrove Belawan terhadap keanekaragaman zooplankton. Keguruan. Jurnal Penelitian, Pemikiran dan Pengabdian. Vol.1 No.1 Jan-Juni 2013; 57-66. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Islam Sumatera Utara. Medan. Effendi, H. 2003. Telaah kualitas air bagi Pengelolaan sumber daya dan lingkungan perairan. Kanisius. Yokyakarta. Fachrul, M.F. 2007. Metode sampling bioekologi. PT. Bumi Aksara, Jakarta, B.B.Wisnu, M.A.Rakhman, Mursidin dan F. Ansari. 2012. Kajian keragaman satwa dan mikroorganisme hutan mangrove. Laporan Hasil Penelitian. Balai Penelitian Kehutanan Makassar. Makassar. Nybakken, 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. PT. Gramedia. Jakarta. Nontji, A. 2007. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta Novianto, A. 2011. Struktur Komunitas Zooplankton Pada Ekosistem mangrove Desa Kedung Malang Kabupaten Jepara. Skripsi Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Undip. Semarang. Pirzan, A.M., P.R. Pong dan Masak. 2008. Hubungan keragaman Fitoplankton dengan kualitas air di Pulau Bauluang Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan. Biodiversitas. Vol. 9 No.3. Solo. Qiptiyah, M.,, dan M. A. Rakhman. 2008. Struktur komunitas plankton di perairan mangrove dan perairan terbuka di Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan. Jurnal Penelitian Hutan dan konservasi Alam Vol. 5.No.2. Bogor Rifal. 2012. Hubungan kerapatan mangrove dengan plankton di kawasan pesisir Gampong Lamreh Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar Banda Aceh. Fakultas Kelautan Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh. 44