Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berlebihan dan kondisi fisik yang lain dapat mengakibatkan gangguan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan bagi pekerja (Sucipto, 2014). Dalam lingkungan industri, proses. terhadap kondisi kesehatan pekerja (Kuswana, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. maupun psikis terhadap tenaga kerja (Tarwaka, 2014). Dalam lingkungan

PUBLIKASI ILMIAH. Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

HUBUNGAN KEPATUHAN INSTRUKSI KERJA DENGAN KEJADIAN KECELAKAAN KERJA PADA BAGIAN PRODUKSI DI PT. ANEKA ADHILOGAM KARYA CEPER KLATEN

PUBLIKASI ILMIAH. Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

PENGARUH IKLIM KERJA PANAS TERHADAP KELELAHAN TENAGA KERJA DI BAGIAN PELEBURAN LOGAM KOPERASI BATUR JAYA CEPER KLATEN ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi akan selalu diiringi oleh penerapan teknologi tinggi.

HUBUNGAN ANTARA TEKANAN DARAH DENGAN GANGGUAN EMOSIONAL TENAGA KERJA TERPAPAR TEKANAN PANAS DI UNIT BOILER PT. INDO ACIDATAMA,

Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh:

HUBUNGAN IKLIM KERJA DAN STATUS GIZI DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI DI PABRIK KOPI PD. AYAM RAS KOTA JAMBI TAHUN

PERBEDAAN TINGKAT DEHIDRASI DAN KELELAHAN PADA KARYAWAN TERPAPAR IKLIM KERJA MELEBIHI NAB ( STOCK YARD

BAB I PENDAHULUAN. mencakup syarat-syarat keselamatan kerja yang berkaitan dengan suhu,

-THESIS (TI )- Perancangan Model Penilaian Potensi Personal Protective Clothing (PPC) dalam Mempengaruhi Kinerja Karyawan di Lingkungan Panas

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat kota besar yang mengandalkan kepraktisan sehingga

BAB V PEMBAHASAN. penggerindaan dan pengelasan di area malting, dan finishing produk. Lokasi

HUBUNGAN TEKANAN PANAS DENGAN SISTOLIK DAN DIASTOLIK SERTA KELELAHAN KERJA PEKERJA UNIT PENGECORAN LOGAM

*Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi Manado

HUBUNGAN KEPATUHAN INSTRUKSI KERJA DENGAN PERILAKU AMAN PEKERJA BAGIAN PRODUKSI DI PT ANEKA ADHILOGAM KARYA, CEPER, KLATEN

PERBEDAAN TEKANAN DARAH DAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA TERPAPAR PANAS DI ATAS DAN DI BAWAH NAB DI PT. ANEKA ADHILOGAM KARYA CEPER KLATEN

HUBUNGAN TEKANAN PANAS DAN BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA WEAVING PT. ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT TEKANAN PANAS DENGAN FREKUENSI DENYUT NADI PEKERJA PANDAI BESI DI KELURAHAN PADEBUOLO

HUBUNGAN TEKANAN PANAS DAN BEBAN KERJA FISIK DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA WANITA BAGIAN SEWING DI CV.

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA INDUSTRI RUMAH TANGGA RAMBAK KERING DESA DOPLANG KECAMATAN TERAS BOYOLALI

HUBUNGAN ANTARA IKLIM KERJA DENGAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN MENYETRIKA UNIT GARMEN PT APAC INTI CORPORA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan

BAB I PENDAHULUAN. dihindari, terutama pada era industrialisasi yang ditandai adanya proses

ANALISIS HUBUNGAN STATUS GIZI DAN IKLIM KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA DI CATERING HIKMAH FOOD SURABAYA

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata Kunci: Intensitas Kebisingan, Kelelahan Kerja, Tenaga Kerja Ground Handling

HUBUNGAN BEBAN KERJA FISIK MANUAL DAN IKLIM KERJA TERHADAP KELELAHAN PEKERJA KONSTRUKSI BAGIAN PROJECT RENOVASI WORKSHOP MEKANIK

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : Taufiq Abdullah J

PENGARUH TEKANAN PANAS TERHADAP DENYUT NADI TENAGA KERJA DI BAGIAN X PT. Y SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) memperkirakan setiap 15 detik

PERBEDAAN TINGKAT DEHIDRASI DAN KELELAHAN PADA PEKERJA TERPAPAR IKLIM KERJA PANA DI BAGIAN PENGEPAKAN DAN PELINTINGAN DI PT.

HIGEIA JOURNAL OF PUBLIC HEALTH RESEARCH AND DEVELOPMENT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang sedang berjalan saat ini di Indonesia. Pemerintah pusat, dalam hal ini Departemen

PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP DENYUT NADI PEKERJA SEBELUM DAN SESUDAH BEKERJA DI PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Unsrat Manado

BAB I PENDAHULUAN. dengan kadar yang melebihi nilai ambang batas (NAB), yang diperkenankan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bagian penting dalam proses produksi (Ramli, 2009). kematian sebanyak 2,2 juta serta kerugian finansial 1,25 Triliun USD.

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Waktu Reaksi Rangsang Cahaya Pada Tenaga Kerja Yang Terpapar Panas Di PT. Baja Kurnia Ceper Klaten

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui karakteristik subjek. penelitian tenaga kerja meliputi :

ABSTRACT. Conclusion: Suggested to use mask and gloves and also have consumption of isotonic water every minutes after drink mineral water.

PENGARUH TEKANAN PANAS DAN KEBISINGAN TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH DAN DENYUT NADI PADA PEKERJA TEKSTIL DI PT. X PEKALONGAN

PENGARUH BEBAN KERJA FISIK TERHADAP KELELAHAN KERJA DI BAGIAN PRODUKSI TULANGAN BETON PT. WIJAYA KARYA Tbk. BETON BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. ribuan orang cedera setiap tahun (Ramli, 2009). (K3) perlu mendapat perhatian yang sebaik-baiknya sehingga diharapkan

PERBEDAAN EFEK FISIOLOGIS PADA PEKERJA SEBELUM DAN SESUDAH BEKERJA DI LINGKUNGAN KERJA PANAS

HUBUNGAN PENGGUNAAN APD TELINGA DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA PABRIK DI PT. SINTANG RAYA KABUPATEN KUBU RAYA

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH IKLIM KERJA PANAS TERHADAP DEHIDRASI DAN KELELAHAN PADA TENAGA KERJA BAGIAN BOILER DI PT ALBASIA SEJAHTERA MANDIRI KABUPATEN SEMARANG

BAB V PEMBAHASAN. A. Perbedaan tekanan darah pada tenaga kerja terpapar panas di atas dan. di bawah NAB di PT. Aneka Adhilogam Karya Ceper Klaten.

TUGAS AKHIR KAJIAN IKLIM KERJA DAN TINGKAT KELELAHAN PADA TENAGA KERJA DI BAGIAN DAN KONVEKSI 4 PT. DAN LIRIS SUKOHARJO

STUDI PERBEDAAN KELELAHAN KERJA BERDASARKAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (EXTRA FOODING) (Studi di PT. Besmindo Materi Sewatama, Pekopen Tambun Bekasi)

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Selain itu faktor fisik juga berpengaruh terhadap kesehatan pekerja,

DINASTI TUNGGAL DEWI J

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri akan selalu diikuti oleh penerapan teknologi tinggi penggunaan

PENGARUH IKLIM TENAGA KERJA. Tbk, Disusun Oleh : J PROGRAM FAKULTAS

Indeks Suhu Bola Basah (ISBB)/WBGT (Wet Bulb Globe Temperature Index)

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PETUGAS SAMPAH DI KELURAHAN SUMBER KOTA SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PEKERJA DI UNIT KERJA PRODUKSI PENGECORAN LOGAM

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN PADA PEKERJA DI PT KALIMANTAN STEEL

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN HEAT STRAIN PADA TENAGA KERJA YANG TERPAPAR PANAS DI PT. ANEKA BOGA MAKMUR

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V PEMBAHASAN. saat penelitian dilakukan yang diukur dengan satuan tahun. Dalam

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi di bidang industri menyebabkan terjadinya

DINASTI TUNGGAL DEWI J

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi Manado

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA FISIK DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI TULANGAN BETON DI PT WIJAYA KARYA BETON Tbk.

BAB IV HASIL telah berubah lagi menjadi PT. Indo Acidatama Tbk. Indonesia di bawah supervisi dari Krup Industri Teknik GMBH Jerman Barat

GAMBARAN BEBAN KERJA BERDASARKAN DENYUT JANTUNG PADA TENAGA KERJA BONGKAR MUAT (TKBM) PELABUHAN SAMUDERA BITUNG.

PENGARUH IKLIM KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA PADA PEMBUATAN KAPAL FIBER (STUDI KASUS: PT. FIBERBOAT INDONESIA)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia baik dampak positif maupun dampak negatif. Dampak

HUBUNGAN TEKANAN PANAS DENGAN KELELAHAN KERJA DAN STRES KERJA PADA PEKERJA BAGIAN SMALL PACKAGINGS 2 DI PT X KLATEN

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DENGAN KEJADIAN KECELAKAAN KERJA PADA PEKERJA DI PT ANEKA ADHILOGAM KARYA CEPER KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. panas umumnya lebih banyak menimbulkan masalah dibanding iklim kerja dingin,

PENGARUH TEKANAN PANAS TERHADAP TEKANAN DARAH TENAGA KERJA PADA PENGECORAN LOGAM DI KOPERASI BATUR JAYA CEPER- KLATEN

Analisis Pengaruh Karakteristik Individu dan Lingkungan Kerja Terhadap Kelelahan pada Pekerjaan Packaging di Perusahaan Minyak Goreng dan Margarin.

HUBUNGAN ANTARA UMUR DAN BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA MONTIR PERBENGKELAN DI DESA KIAWA KECAMATAN KAWANGKOAN UTARA KABUPATEN MINAHASA

EVALUASI KONDISI IKLIM KERJA DI LABORATORIUM BETON TEKNIK SIPIL INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

HUBUNGAN KONSUMSI AIR MINUM DENGAN KELUHAN SUBJEKTIF AKIBAT TEKANAN PANAS PADA PEKERJA PANDAI BESI DI DESA BANTARAN PROBOLINGGO

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan.

PENGUJIAN SIFAT FISIS DAN MEKANIS BESI COR KELABU PADA BLOK REM KERETA API

PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN DAN STATUS GIZI TERHADAP KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA DI PT. PUTRA NUGRAHA TRYAGAN

PERBEDAAN STRES KERJA PADA KARYAWAN TERPAPAR KEBISINGAN DI ATAS DAN DI BAWAH NAB PADA BAGIAN PABRIKASI DI PG. TRANGKIL PATI

BAB I PENDAHULUAN. untuk keperluan suatu usaha dimana terdapat sumber-sumber bahaya (UU no. 1/

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA BAGIAN DAILY CHECK

STUDI KOMPARASI DAMPAK PENGGUNAAN AC (AIR CONDITIONING) PADA BUS TERHADAP TINGKAT KELELAHAN PENGEMUDI

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universtas Sam Ratulangi Manado

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. setiap unit dinding pembuluh darah. Jantung secara umum memberikan tekanan

PERBEDAAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN SESUDAH TERPAPAR PANAS PADA PEKERJA BAGIAN BOTTLING PROCESS PT SINAR SOSRO DELI SERDANG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan/atau alat-alat. (Permenakertrans RI Nomor PER.13/MEN/X/2011).

Bab V Hasil dan Pembahasan. Bab ini akan menampilkan data yang diperoleh selama penelitian beserta pengolahan dan pembahasannya

PENGARUH IKLIM KERJA PANAS TERHADAP KELELAHAN PADA PEKERJA DI BAGIAN SIZING PT. ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH IKLIM KERJA TERHADAP DEHIDRASI PADA KARYAWAN UNIT WORKSHOP PT. INDO ACIDATAMA Tbk, KEMIRI, KEBAKKRAMAT, KARANGANYAR NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar pekerja dan yang

Kata Kunci: Kelelahan Kerja, Shift Kerja, PLTD.

Transkripsi:

PERBEDAAN KEBUTUHAN AIR MINUM DAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA TERPAPAR IKLIM KERJA PANAS DI BAGIAN PENGECORAN LOGAM DAN FINISHING PT ANEKA ADHILOGAM KARYA CEPER KLATEN Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Oleh: YUSUF HASANI J 410 141 004 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016

i

ii

iii

PERBEDAAN KEBUTUHAN AIR MINUM DAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA TERPAPAR IKLIM KERJA PANAS DI BAGIAN PENGECORAN LOGAM DAN FINISHING PT ANEKA ADHILOGAM KARYA CEPER KLATEN Abstrak Dalam bekerja di lingkungan panas, tubuh secara otomatis akan memberikan reaksi untuk menyeimbangkan panas yang diterima dengan kehilangan panas dari dalam tubuh, pertukaran panas dengan lingkungan sekitarnya dan produksi panas dari dalam tubuh. Lingkungan kerja yang terlalu panas mengakibatkan pekerja cepat lelah dan kehilangan cairan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kebutuhan air minum dan kelelahan kerja di bagian pengecoran logam dan finishing PT Aneka Adhilogam Karya, Ceper Klaten. Penelitian observasional analitik dengan metode pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja di bagian pengecoran logam dan finishing sebanyak 30 responden. Pengambilan sampel dengan total sampling sebanyak 30 responden. Uji statistik dengan menggunakan mann whitney. Hasil penelitian menunjukkan, ada perbedaan kebutuhan air minum terpapar iklim kerja panas di bagian pengecoran logam dan finishing (p value 0,011 0,05) dan ada perbedaan kelelahan kerja terpapar iklim kerja panas di bagian pengecoran logam dan finishing (p value 0,011 0,05). Berdasarkan penelitian ini, ada perbedaan kebutuhan air minum dan kelelahan kerja di bagian pengecoran logam dan finishing. Kata Kunci: Iklim Kerja Panas, Kebutuhan Air Minum, Kelelahan Kerja Abstract In working in a hot environment, the body will automatically react to balance the heat received by the heat loss from the body, heat exchange with the surrounding environment and the production of heat from the body. The working environment is too hot resulting in fast worker fatigue and loss of fluids. This study aims to determine differences in water consumption and fatigue at the foundry and finishing PT Aneka Adhilogam Karya, Ceper Klaten. Analytic observational study with cross sectional method. The population in this study were all workers at the foundry and finishing by 30 respondents. Sampling with sampling total of 30 respondents. Statistical test using Mann Whitney. The results showed Statistical analysis showed difference in the drinking water needs of the working climate exposed to heat in the metal casting and finishing (p value 0,011 0,05) and difference in fatigue working environment exposed to heat in the metal casting and finishing (p value 0.011 0,05). Based on this study, there was a difference in the need for drinking and fatigue in metal casting and finishing section. Keywords: working climate is hot, drinking water needs, job fatigue 1

1. PENDAHULUAN Kondisi fisik lingkungan tempat kerja dimana pekerja beraktifitas sehari-hari mempunyai pengaruh terhadap gangguan bahaya baik langsung dan tidak langsung bagi keselamatan dan kesehatan kerja. Bahaya kondisi tempat kerja ruangan yang terlalu panas, pencahayaan yang kurang, getaran yang berlebihan dan kondisi fisik yang lain dapat mengakibatkan gangguan kesehatan bagi pekerja (Sucipto, 2014). Dalam lingkungan industri, proses produksi yang melibatkan suhu tinggi, sumber panas radiasi, kelembaban tinggi, kontak fisik langsung dengan benda panas sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan pekerja (Kuswana, 2014). Menurut Nugroho (2013), terdapat perbedaan tingkat kelelahan yang signifikan antara bagian peleburan dan bagian produksi sesudah bekerja dengan hasil uji signifikan pada post test 0,000 < 0,005 di Koperasi Batur Jaya Ceper Klaten. Menurut Andayani (2013), pekerja yang bekerja di lingkungan panas PT. Komatsu Indonesia, 28,8% pekerja yang memiliki status hidrasi baik, sisanya ditemukan mengalami dehidrasi ringan 37% dan dehidrasi sedang 15,1% dan dehidrasi berat, sebanyak 2,7% pekerja mengkonsumsi cairan 6,0-7,0 liter perhari, 53,4% mengkonsumsi cairan 4,0-5,9 liter per hari dan 43,9% mengkonsumsi cairan 2,0-3,9 liter per hari. PT. Aneka Adhilogam Karya merupakan perusahaan swasta nasional bergerak pada pembuatan peralatan rumah tangga, pertanian, industri tebu dan industri tenun. Perusahaan ini juga memproduksi pipe fitting dari cast iron. Proses kerja produksi dengan melakukan peleburan atau pencairan pada suhu tinggi melalui pemanasan, menuangkan ke dalam cetakan untuk memperoleh bentuk dan dimensi yang diinginkan serta pengujian untuk mengecek kualitas produk. Hasil observasi pendahuluan pada tanggal 20 Desember 2015, proses pengecoran logam dilakukan dengan cara mencairkan bahan baku potonganpotongan besi menggunakan api panas di dapur induksi pada suhu ±1300 0 C selama satu jam dan dituang ke dalam cetakan yang telah disiapkan, kemudian didinginkan hingga membentuk cetakan yang diinginkan. Pada proses pengecoran 2

dan penuangan, pekerja terpapar panas dari sumber panas dengan jarak rata-rata 1 meter dan banyak diantara mereka yang berkeringat. Dari hasil pengukuran denyut nadi, didapatkan rata-rata denyut nadi pada area pengecoran logam 126,8 denyut /menit dalam katagori beban kerja berat, sedangkan di bagian finishing 92 denyut/menit dalam katagori beban kerja ringan. Hasil pengukuran iklim kerja dengan menggunakan alat pengukuran iklim kerja atau Thermal Enviroment Monitor Questemp pada area pengecoran logam 32,6 0 C dan area finishing 27,9 0 C. Menurut Permenakertrans No. PER.13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas (NAB) faktor fisika dan faktor kimia di tempat kerja, standar ISBB di pengecoran logam dengan beban kerja berat kemudian pengaturan waktu kerja 25% kerja dan 75% istirahat sebesar 30,5 0 C dan di bagian finishing dengan beban kerja ringan kemudian pengaturan waktu kerja 75% kerja dan 25% istirahat sebesar 31 0 C. 2. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja di Aneka Adhilogam Karya, Ceper, Klaten yang bekerja di bagian pengecoran logam dan finishing. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 30 responden. Sampel yang diambil pada penelitian ini sebesar 30 sampel. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan Total Populasi yakni 30 responden. Metode pengukuran iklim kerja panas menggunakan alat Thermal Enviroment Monitor Questemp, kebutuhan air minum menggunakan lembar pengukuran air minum dan kelelahan kerja menggunakan reaction timer L.77. Uji statistik korelasi menggunakan uji Mann Whitney. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2016 yang dilakukan di PT. Aneka Adhilogam Karya yang beralamat di Desa Batur Kecamatan Ceper Klaten Jawa Tengah. 3. HASIL 3.1 Gambaran Umum Perusahaan Pada tahun 1996 perusahaan ini mengikuti perkembangan Industri nasional dengan memproduksi automatif yang merupakan program nasional. produk baru 3

yang dibuat adalah pelekracing dan blok mesin dengan adanya produk itu perusahaan mengekspansikan perusahaan menjadi III Unit dan PT Aneka Adhilogam Karya mendapat standar produksi ISO 9000 dan penghargaan dari pemerintah. 3.2 Hasil Analisis Data 3.2.1 Analisis Univariat 3.2.1.1 Umur Tabel 1. Distribusi Frekuensi Umur Reponden Umur (Tahun) Pengecoran Finishing (n) (%) (n) (%) 17-25 (Remaja akhir) 0 0 0 0 26-35 (Dewasa awal) 2 13,3 6 40,0 36-45 (Dewasa akhir) 6 40,0 5 33,3 46-55 (Lansia awal) 7 46,7 4 26,7 56-65 (Lansia akhir) 0 0 0 0 Total 15 100,00 15 00,00 Berdasarkan hasil wawancara dengan responden diperoleh umur dari 26 tahun sampai 55 tahun. Dibagi dalam 6 kelompok, umur 18-25 tahun, 26-35 tahun, 36-45 tahun, 46-55 tahun, 56-65 tahun, dan >65 tahun. Dari hasil Tabel 1, diketahui pada bagian pengecoran logam kelompok umur yang terbanyak pada 46-55 tahun dengan jumlah 7 orang (46,7%). Selain itu pada bagian finishing terbanyak terdapat pada kelompok umur 26-35 tahun sebanyak 6 orang (40,0%). 3.2.1.2 Masa Kerja Tabel 2. Distribusi Frekuensi Masa Kerja Responden Masa Kerja (Tahun) Pengecoran Finishing (n) (%) (n) (%) 7 (Baru ) 2 13,3 2 13,3 8-14 (Cukup Lama) 4 26,7 4 26,7 15-21 (Lama) 8 53,3 4 26,7 22 (Sangat Lama) 1 6,7 5 33,3 Jumlah 15 100,0 15 100,0 Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 2, jumlah responden pada bagian pengecoran terdapat kelompok masa kerja paling banyak yaitu kelompok dengan masa kerja lama 15-21 tahun sebanyak 8 orang (53,3%) sedangkan yang paling 4

sedikit yaitu kelompok sangat lama 22 tahun sebanyak 1 orang (6,7%). Pada bagian finishing, masa kerja yang terbanyak pada kelompok sangat lama 22 tahun sebanyak 5 orang (33,3%). Jumlah responden masa kerja yang paling sedikit pada bagian finishing kelompok 7 tahun sebanyak 2 orang (13,3%). 3.2.1.3 Beban Kerja Beban kerja responden diukur dengan cara mengukur denyut nadi per menit. Digunakan untuk menentukan beban kerja ringan, sedang dan berat. Tabel 3. Beban Kerja Responden No Bagian Rata-Rata Denyut Nadi Kerja (Denyut/menit) Kategori Beban Kerja 1 Pengecoran 127,2 Berat 2 Finishing 90,46 Ringan Berdasarkan Tabel 3, pada bagian pengecoran didapat rata-rata 127,2 denyut/menit berdasarkan katagori beban kerja termasuk dalam katagori berat (125-150 denyut/menit), sedangkan pada bagian finishing dengan rata-rata 90,46 denyut/menit termasuk dalam katagori beban kerja ringan (75-100 denyut/menit). 3.2.1.4 Status Gizi Tabel 4. Distribusi Frekuensi Indeks Masa Tubuh Responden Status Gizi Pengecoran Finishing (n) (%) (n) (%) IMT < 17,0 (KEK Berat) 0 0 0 0 IMT 17,0 18,4 (KEK ringan) 0 0 0 0 IMT 18,5 25,0 (Normal) 11 73,3 9 60,0 IMT 25,1 27,0 (Gemuk ringan) 2 13,3 2 13,3 IMT > 27,0 (Gemuk Berat) 2 13,3 4 26,7 Jumlah 15 100,0 15 100,0 Berdasarkan Tabel 4, mayoritas menunjukkan indeks masa tubuh yang normal seperti pada bagian pengecoran logam sebanyak 11 orang (73,3%) dan pada bagian finishing sebanyak 9 orang (60,0%). Selain itu jumlah yang paling sedikit pada bagian pengecoran gemuk ringan dan gemuk berat jumlahnya sama yakni masing-masing 2 orang (13,3%). Pada bagian finishing jumlah yang paling sedikit pada gemuk ringan 2 orang (13,3%). 5

3.2.1.5 Iklim Kerja Panas Pengukuran iklim kerja dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada pukul 10.30 WIB dan pukul 14.30 WIB. Berikut adalah tabel rata-rata hasil pengukuran iklim kerja pada bagian pengecoran dan finishing : Tabel 5. Hasil Rata-Rata Iklim Kerja Panas (ISBB) di Bagian Pengecoran dan Finishing No Bagian Hasil Rata- Beban Kerja Nilai NAB Keterangan Rata ISBB 1 Pengecoran 31.3 O C Berat 30.5 O C > NAB 2 Finishing 29,7 O C Ringan 31 O C < NAB Berdasarkan Tabel 5, diketahui bahwa hasil rata-rata ISBB di bagian pengecoran adalah sebesar 31.3 O C dengan beban kerja berat, sehingga ISBB pada bagian pengecoran melebihi NAB. Sedangkan pada bagian finishing diperoleh hasil rata-rata ISBB sebesar 29,7 O C dengan beban kerja ringan, sehingga ISBB pada bagian finishing tidak melebihi NAB. 3.2.1.6 Kebutuhan Air Minum Tabel 6. Hasil Katagori Kebutuhan Air Minum Kebutuhan Air Minum Pengecoran Finishing (n) (%) (n) (%) < 2,8 liter (Kurang) 12 80,0 15 100,0 2,8-9,6 liter (Cukup) 3 20,0 0 0 > 9,6 liter (Lebih) 0 0,0 0 0 Jumlah 15 100 15 100 Berdasarkan Tabel 6, responden yang di bagian pengecoran dalam katagori cukup sebanyak 3 orang (20,0%) sedangkan kurang sebanyak 12 orang (80%), kemudian di bagian finishing responden terbanyak pada katagori kurang sebanyak 15 orang (100,0%). 6

3.2.1.7 Kelelahan Kerja Tabel 7. Hasil Pengukuran Katagori Kelelahan Kerja Kelelahan Kerja Pengecoran Finishing (n) (%) (n) (%) 150,0-240,0 (Normal) 4 26,7 10 66,7 241,0-409,0 (Ringan) 7 46,5 5 33,3 410,0-580,0 (Sedang) 4 26,7 0 0,0 >580,0 (Berat) 0 0,0 0 0,0 Jumlah 15 100 15 100 Berdasarkan Tabel 7, bagian pengecoran yang terbanyak katagori kelelahan ringan sebanyak 7 orang (46,5%), kemudian pada finishing yang terbanyak pada katagori normal sebanyak 10 orang (66,7%). Pada bagian pengecoran yang paling sedikit katagori normal sebanyak 4 orang (26,7%) sama dengan kelelahan kerja sedang. Sedangkan pada bagian finishing jumlah yang paling sedikit yaitu yang mengalami kelelahan ringan sebanyak 5 orang (33,3%). 3.2.2 Analisis Bivariat 3.2.2.1 Analisis Perbedaan Kebutuhan Air Minum Terpapar Iklim Kerja Panas di Bagian Pengecoran Logam dan Finishing Berdasarkan uji statistik Mann Whitney U didapatkan p-value sebesar 0,011 yang artinya p < 0,05 menunjukkan bahwa ada perbedaan kebutuhan air minum antara Pekerja Terpapar Iklim Kerja Panas Di Atas dan Di Bawah NAB. Tabel 8. Analisis Perbedaan Kebutuhan Air Minum Terpapar Iklim Kerja di Bagian Pengecoran Logam dan Finishing Kebutuhan Air Minum Bagian Pengecoran dengan Iklim Kerja di Atas NAB Bagian Finishing dengan Iklim Kerja di Bawah NAB (n) (%) (n) (%) < 2,8 L (Kurang) 12 80,0 15 100,0,8-9,6 L (Cukup) 3 20,0 0 0 > 9,6 L (Lebih) 0 0,0 0 0 Jumlah 15 100 15 100 p value 0,011 7

3.2.2.2 Analisis Perbedaan Kelelahan Kerja Terpapar Iklim Kerja di Bagian Pengecoran Logam dan Finishing Tabel 9. Analisis Perbedaan Kelelahan Kerja terpapar Iklim Kerja Panas di Bagian Pengecoran Logam dan Finishing Tingkat Kelelahan Kerja Bagian Pengecoran dengan Iklim Kerja di Atas NAB Bagian Finishing dengan Iklim Kerja di Bawah NAB p value (n) (%) (n) (%) 150,0-240,0 (Normal) 4 26,7 10 66,7 241,0-409,0 (Ringan) 7 46,5 5 33,3 0,040 410,0-580,0 (Sedang) 4 26,7 0 0,0 >580,0 (Berat) 0 0,0 0 0,0 Jumlah 15 100 15 100 Berdasarkan uji statistik Mann Whitney U didapatkan p-value sebesar 0,040 yang artinya p < 0,05 menunjukkan bahwa ada perbedaan kelelahan kerja antara pekerja terpapar iklim kerja panas di bagian pengecoran logam dan finishing. 3.3 PEMBAHASAN 3.3.1 Analisis Paparan Iklim Kerja Panas Berdasarkan hasil dari pengukuran, penelitian dilakukan di dua tempat yakni ISBB diukur pada pukul 10.30 dan 14.30. Rata-rata hasil yang diperoleh pada bagian pengecoran logam 31.3 0 C dan bagian finishing 29,7 0 C. Berdasarkan Permenakertrans No. PER 13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas (NAB) Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja, pengaturan waktu kerja tiap jam, 25% bekerja dan 75% istirahat pada bagian pengecoran logam NAB iklim kerja ISBB 30,5 0 C, sedangkan pengaturan waktu kerja tiap jam, 75% kerja dan 25% istirahat pada bagian finishing NAB iklim kerja ISBB 31 0 C. Di bagian pengecoran logam yang telah melebihi NAB, disebabkan oleh sumber panas langsung di dapur induksi dimana logam yang dilebur menjadi coran logam, pencairan logam memerlukan suhu tinggi ±1600 0 C dan ladle beserta alat pembawa untuk proses penuangan ke dalam cetakan logam. Menurut Beatty dan Kauwell (2015), yang mengakibatkan penyakit akibat kerja panas dikarenakan bekerja pada temperatur yang tinggi. 8

3.3.2 Analisis Kebutuhan Air Minum Menurut PERDOKI (2014) dan Suma mur (2009), standar kebutuhan air minum dalam lingkungan kerja yang panas ataupun jenis pekerjaan yang berat yaitu 2,8 liter/hari, sedangkan untuk jenis pekerjaan ringan atau pekerjaan dengan suhu lingkungan tidak panas membutuhkan air minum minimal 1,9 liter/hari. Responden yang di bagian pengecoran dalam katagori kebutuhan air minum cukup ( 2,8 liter) sebanyak 3 orang (20,0%) katagori kurang (<2,8 liter) sebanyak 13 orang (80,0%). Kemudian di bagian finishing responden katagori kurang sebanyak 15 orang (100,0%). Sehingga mempunyai risiko terkena penyakit akibat panas dan dehidrasi. Dampaknya akan terganggunya kondisi kesehatan sehingga menjadi berkurang produktivitasnya. Berdasarkan penelitian Putri (2013), uji one way annova dengan nilai p value= 0,000 <0,050 sehingga disimpulkan ada pengaruh iklim kerja panas secara signifikan terhadap produktivitas. 3.3.3 Analisis Kelelahan Kerja Bagian pengecoran yang katagori kelelahan ringan sebanyak 7 orang (46,5%), Pada bagian pengecoran katagori normal sebanyak 4 orang (26,7%) sama dengan kelelahan kerja sedang. Sedangkan pada bagian finishing yang mengalami kelelahan ringan sebanyak 5 orang (33,3%). Kemudian katagori normal sebanyak 10 orang (66,7%). Berdasarkan observasi, kelelahan kerja yang terjadi banyak diakibatkan oleh faktor lingkungan karena paparan suhu yang tinggi. Berdasarkan hasil penelitian Nurullita (2007) dengan uji statistik p=0,001 menunjukkan ada perbedaan kelelahan sebelum dan bekerja pada tempat yang panas. Iklim kerja mempengaruhi kelelahan akibat kolaps sirkulasi darah perifer karena dehidrasi dan defisiensi garam. 3.3.4 Perbedaan Kebutuhan Air Minum pada Pekerja Terpapar Iklim Kerja Panas di Bagian Pengecoran Logam dan Finishing Untuk mengetahui perbedaan kebutuhan air minum pada pekerja terpapar iklim kerja panas di bagian pengecoran logam dan finishing digunakan uji statistik Mann Whitney U. Dari uji statistik tersebut didapatkan p-value sebesar 0,011. Hal ini berarti bahwa p<0,05 menunjukkan Ho ditolak dan Ha diterima sehingga ada 9

perbedaan tingkat kebutuhan air minum antara pekerja terpapar iklim kerja panas di atas dan di bawah NAB. Bersasarkan hasil observasi, kebutuhan air minum di pengecoran logam dalam katagori cukup ( 2,8 liter/hari) sebanyak 3 orang (20,0%), untuk katagori kurang (<2,8 liter/hari) sebanyak 13 orang (80,0%) dengan hasil rata-rata kebutuhan air minum di daerah pengecoran logam 2,06 liter/hari termasuk dalam rata-rata katagori kurang. Sedangkan di bagian finishing responden pada katagori kurang (2,8 liter/hari) sebanyak 15 orang (100,0%) dengan hasil rata-rata 1,44 liter/hari. Berdasarkan penelitian Andayani (2013) tentang Hubungan Konsumsi Cairan dengan Status Hidrasi pada Pekerja Industri Laki-laki, menyatakan ada hubungan konsumsi cairan dengan status hidrasi pada pekerja industri laki-laki yang sering melakukan kegiatan fisik di lingkungan panas dalam waktu yang lama yang mengakibatkan kehilangan cairan karena keluar dari keringat dan pernafasan, sehingga kebutuhan cairan meningkat 3.3.5 Perbedaan Kelelahan Kerja pada Pekerja Terpapar Iklim Kerja Panas di Bagian Pengecoran Logam dan Finishing Untuk mengetahui perbedaan gangguan kesehatan pada pekerja terpapar iklim kerja panas di atas dan di bawah NAB digunakan uji statistik Mann Whitney U. Dari hasil uji statistik tersebut didapatkan p-value sebesar 0,040. Hal ini berarti bahwa p<0,05 menunjukkan H 0 ditolak dan H a diterima sehingga ada perbedaan kelelahan kerja antara pekerja terpapar iklim kerja panas di atas dan di bawah NAB. Dari hasil penelitian, didapatkan data kelelahan di bagian pengecoran logam 4 orang (26,7%) dalam kondisi normal 7 orang (46,7%) mengalami kelelahan ringan dan 4 orang (26,7%) mengalami kelelahan sedang. Sedangkan di bagian finishing 10 orang (66,7%) dalam kondisi normal, 5 orang (33,3%) mengalami kelelahan ringan. Pekerja yang bekerja panas dapat berpengaruh pada kurangnya cairan dan kelelahan, seperti pada penelitian Sari (2014) dengan pengukuran iklim kerja panas yang melebihi NAB di bagian boiler dengan uji statistik mann whitney p=0,023 menunjukkan adanya pengaruh iklim kerja panas 10

terhadap dehidrasi sedangkan pada kelelahan dengan hasil uji t test independent p=0,000 ada pengaruh iklim kerja panas terhadap kelelahan kerja. 4. PENUTUP Dari hasil pembahasan penelitian yang telah dilakukan di PT Aneka Adhilogam Karya Ceper Klaten, maka dapat disimpulkan ada perbedaan kebutuhan air minum di PT. Aneka Adhilogam Karya, dengan hasil uji statistik menggunakan uji statistik mann whitney diperoleh nilai p value (0,011 0,050). Ada perbedaan kelelahan kerja terpapar iklim kerja panas di bagian pengecoran logam dan finishing di PT. Aneka Adhilogam Karya. Hasil uji statistik menggunakan uji statistik mann whitney diperoleh nilai p value (0,040 0,050). Berdasarkan hasil penelitian, kebutuhan air minum di pengecoran logam dalam katagori cukup 20,0%, untuk katagori kurang 80,0% sedangkan di bagian finishing dalam kondisi kurang 100%. Berdasarkan hasil penelitian, kelelahan kerja di bagian pengecoran logam kondisi normal (26,7%),kelelahan kerja ringan (46,7%) dan kelelahan kerja sedang (26,7%). Sedangkan di bagian finishing, dalam kondisi normal (66,7%), dan mengalami kelelahan kerja ringan (33,3%). Saran bagi pekerja di PT Aneka Adhilogam Karya, Ceper, Klaten diharapkan minum air minimum 2,8 liter untuk supaya kebutuhan air minum tercukupi dan diharapkan dapat mengurangi beban kerja, dengan memaksimalkan rotasi kerja dan istirahat yang cukup. Bagi PT Aneka Adhilogam Karya, Ceper, Klaten, menyediakan fasilitas tempat air minum yang cukup dan dekat dengan pekerja, penambahan kipas sebagai langkah pengendalian teknis untuk menurunkan iklim kerja, sosialisasi bahaya terjadinya kekurangan air minum belum terpasang papan tanda memberikan informasi tentang dehidrasi, mengadakan pemeriksaan kesehatan karena penting dilakukan untuk menjamin kemampuan fisik dan kesehatan tenaga kesehatan. Bagi peneliti lain, sebaiknya perlu adanya penelitian lebih lanjut dengan menambahkan atau meneliti beberapa variabel lain seperti ergonomi, APD, dan kesehatan kerja. 11

DAFTAR PUSTAKA Andayani, K. 2013. Hubungan Konsumsi Cairan dengan Status Hidrasi pada Pekerja Industri Laki-laki. [Skripsi Ilmiah] : Universitas Diponegoro Semarang. Beatty, Kauwell. 2015. Hydration in Hot Working Environments. IFAS Extention Publications : University of Florida U.S. Direktorat Pengawasan Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja, 2016 Permenakertrans No. PER 13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas (NAB) Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja. Jakarta: Kementrian Ketenagakerjaan RI. Harrianto, 2010. Buku Ajar Kesehatan Kerja. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Kenefick, Sawka. 2007. Hydration at Work Site. Journal of the American College of Nutrition Vol 26 No 5 : 597S-603S. Kuswana, WS. 2014. Ergonomi Dan Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. PERDOKI, 2014. Pedoman Kebutuhan Cairan Bagi Pekerja Agar Tetap Sehat Dan Produktif. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. Putri. CU. 2013. Pengaruh Iklim Kerja Panas terhadap Produktivitas Tenaga Kerja Unit Boler PT Indo Acidatama Tbk [Artikel Publikasi Ilmiah] : Universitas Muhammadiyah Surakarta. Sari, P. 2014. Pengaruh Iklim Kerja Panas terhadap Dehidrasi dan Kelelahan pada Tenaga Kerja Bagian Boiler di PT Albasia Sejahtera Mandiri Kabupaten Semarang. [Skripsi Ilmiah]: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Soeripto, 2008. Higene Industri. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Suma mur, PK. 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Sagung Seto. Tarwaka, 2014. Ergonomi Industri. Surakarta: Harapan Press. 12