VARIASI GELOMBANG LAUTDI SELAT MAKASSAR BAGIAN SELATAN Nike Noermasari Waluyo 1, Bagus Pramujo 2 1 Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (STMKG), Tangerang Selatan 2 Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Jakarta Pusat Email :nikenurmasari@yahoo.com Abstrak Selat Makassar bagian selatan merupakan salah satu jalur pelayaran yang cukup ramai yang terletak di antara pulau Kalimantan dan pulau Sulawesi yang merupakan penghubung arus dari samudra Pasifik dan samudra Hindia. Segala aktivitas di laut seperti pelayaran dan penangkapan ikan merupakan bagian penting bagi masyarakat setempat, oleh karena itu diperlukan adanya informasi tentang variasi tinggi gelombang maksimum dan signifikan yang akan dijumpai di lautan pada setiap monsun. Penelitian ini dilakukan menggunakan data arah dan kecepatan angin permukaan produk GFS (Global Forecasting System) tahun 2010-2015, yang kemudian dimasukan ke dalam Model Windwaves-05 dan dipetakan menggunakan software pengolahan peta. Hasil penelitian menunjukkan tinggi gelombang maksimum dan signifikan termasuk dalam kategori moderate pada saat monsun Asia dan, sedangkan pada musim transisi termasuk dalam kategori slight. Kata kunci :Gelombang, Monsun, Windwave-05 Abstract Southern of Makassar Strait is one of crowded cruise line that located between Kalimantan and Sulawesi Island that which is the current connector from Pacific Ocean to Hindian Ocean and vice versa. All sea activity, such as shipping, and fishing is very important to the local resident, that s why the maximum sea wave height, and significant sea wave variation in each monsoon is very important. This research is done using GFS (Global Forecasting System) product for wind speed and direction at surface level in 2010-2015, and then this data will be inputed to Windwave-05 model and mapped by map processing program. The research result is shown that maximum sea wave height an significant sea wave ismeasured as moderate at Asian and n monsoon, while at transition season is measured as slight. Keywords : Wave, monsoon,windwave-05 1
I. PENDAHULUAN Selat Makassar merupakan salah satu jalur perdagangan dan pelayaran penting di Indonesia.Selat Makassar bagian selatan merupakan salah satu jalur pelayaran yang cukup ramai yang terletak di antara pulau Kalimantan dan pulau Sulawesi.Selat Makassar bagian selatan juga menghubungkan perairan barat Sulawesi Selatan dengan Laut Jawa yang ada di bagian timur. Selat Makassar bagian selatan merupakan Selat di Indonesia yang memiliki keadaan arus yang unik, karena merupakan penghubung dua sistem samudera yaitu Samudera Pasifik dan Samudera Hindia (Broecker, 1997). Mengingat sensitivitas kegiatan kelautan terhadap cuaca sangat tinggi, maka diperlukan adanya informasi karakteristik gelombang yang berguna bagi perencanaan kegiatan kelautan seperti perencanaan pembangunan di laut, tempat wisata, penelitian di laut dan untuk pelayaran seperti penentuan waktu layar, penentuan kapasitas muatan, serta desain kapal agar dapat menyesuaikan dengan tinggi gelombang yang akan dihadapi di selat Makassar bagian selatan pada setiap monsun. Ditinjau dari monsun yang berkuasa, maka di Indonesia terjadi 4 musim (Tjasyono, 2008): Tabel 1Pembagian musim berdasarkan sifat monsun di Indonesia Nama Musim Periode Monsun Asia Desember, Januari, Februari TransisiMonsun Maret, April, Mei Monsun Juni, Juli, Agustus TransisiMonsun Asia September, Oktober, November Perubahan angin musim (musim barat, musim timur dan periode transisi keduanya) akan mengakibatkan perubahan lingkungan perairan dalam suatu kawasan. Pada periode transisi umumnya kondisi laut menjadi tenang karena terjadi pergantian dari dominasi angin barat menjadi angin timur atau sebaliknya (Nontji,1987). Pergerakan musiman air permukaan laut sangat erat kaitannya dengan pola monsunal.seperti diungkapkan oleh Hutabarat dan Evan (1985) bahwa angin musim (monsun) mempunyai pengaruh yang dramatis terhadap arah pergerakan arus permukaan laut dan gelombang laut. Secara geografis, lokasi selat Makassar bagian selatan berada diantara pulau Sulawesi dan pulau Kalimantan dengan titik koordinat 116,8 0 BT 118,9 0 BT dan 3,3 0 LS 6,3 0 LS. Gambar 1. Lokasi selat Makassar bagian selatan II. DATA DAN METODE II.1. DATA Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data arah dan kecepatan angin permukaan (ketinggian 10 meter) produk NWP (Numerical Weather Prediction) GFS (Global Forecast System) dalam format GRIB dari NOAA USA. Data ini merupakan data pengamatan tiap 6 jam selama 5 (lima) tahun (2011 2015) dengan resolusi 1 derajat x 1 derajat. Pengumpulan data dilakukan dengan mengunduh pada website http://petamaritim.bmkg.go.id/grib untuk tanggal 1 Januari 2011 hingga 31 Desember 2015. II.2. METODE Perhitungan tinggi gelombang laut (maksimum dan signifikan) dilakukan secara cepat dengan menggunakan bantuan perangkat lunak Windwaves-05.Perangkat lunak ini dapat digunakan untuk mengolah data input arah dan kecepatan angin menjadi output arah dan tinggi gelombang, arah dan kecepatan arus laut, periode gelombang laut maupun 2
ketinggian maksimum gelombang laut. Data output Windwaves-05 yang akan dibutuhkan untuk analisa temporal adalah arah dan tinggi gelombang signifikan dan maksimum yang kemudian dipetakan menggunakan aplikasi pengolahan peta. III. HASIL DAN PEMBAHASAN III.1. Monsun Asia Gambar 2. Rata-rata arah dan tinggi gelombang maksimum saat monsun Asia Gambar 3. Rata-rata arah dan tinggi gelombang signifikan saat monsun Asia Berdasarkan gambar 2. terlihat bahwa gelombang maksimum pada bulan Desember berkisar antara 1 meter sampai 1,5 meter, pada bulan Januari berkisar antara 1,25 meter sampai 2,5 meter, dan pada bulan Februari berkisar antara 1 meter sampai 2 meter. Sedangkan pada gambar 3. terlihat gelombang signifikan pada bulan Desember berkisar antara 0,5 meter sampai 1 meter, pada bulan Januari berkisar antara 0,75 meter sampai 1,5 meter, dan pada bulan Februari berkisar antara 0,5 meter sampai 1 meter. Arah gelombang maksimum dan gelombang signifikan pada monsun Asia bertiup dari arah barat daya hingga barat. signifikan mengalami peningkatan pada bulan Januari yang merupakan gelombang tertinggi pada monsun Asia yang kemudian melemah pada bulan Februari, hal ini dikarenakan adanya peningkatan kecepatan angin pada bulan Januari dan melemah pada bulan Februari. III.2. Transisi Monsun B. Gelombang Signifikan Gambar 4. Rata-rata arah dan tinggi gelombang maksimum saat transisi monsun 3
B. Gelombang Signifikan tertinggi pada transisi monsun, hal ini dikarenakan adanya kecepatan angin yang cukup signifikan, seiring dengan perubahan posisi Matahari dari khatulistiwa menuju utara khatulistiwa. III.3. Monsun Gambar 5. Rata-rata arah dan tinggi gelombang signifikan saat transisi monsun Berdasarkan gambar 4. terlihat bahwa gelombang maksimum pada bulan Maret berkisar antara 1 meter sampai 1,5 meter, pada bulan April berkisar antara 0,5 meter sampai 1 meter, dan pada bulan Mei berkisar antara 0,75 meter sampai 2 meter. Sedangkan pada gambar 5. terlihat gelombang signifikan pada bulan Maret berkisar antara 0,5 meter sampai 1 meter, pada bulan April berkisar antara 0,25 meter sampai 0,75 meter, dan pada bulan Mei berkisar antara 0,25 meter sampai 1 meter. Arah gelombang maksimum dan signifikan dari baratdaya hingga barat terjadi pada bulan Maret sedangkan arah gelombang maksimum dan signifikan dari timur hingga tenggara terjadi pada bulan April dan Mei. signifikan pada bulan Maret lebih rendah bila dibandingkan dengan ketinggian gelombang pada saat terjadinya Monsun Asia. Hal ini disebabkan karena posisi Matahari yang sudah terletak di khatulistiwa sehingga massa udara yang bergerak ke arah utara umumnya masih lemah karena perbedaan tekanan udara di permukaan laut antara selatan khatulistiwa dengan khatulistiwa umumnya tidak signifikan, kemudian mengalami peningkatan pada bulan Mei yang merupakan gelombang Gambar 6. Rata-rata arah dan tinggi gelombang maksimum saat monsun B. Gelombang Signifikan Gambar 7. Rata-rata arah dan tinggi gelombang signifikan saat monsun 4
Berdasarkan gambar 6. terlihat bahwa gelombang maksimum pada bulan Juni berkisar antara 1 meter sampai 2 meter, pada bulan Juli berkisar antara 1,25 meter sampai 2,5 meter, dan pada bulan Agustus berkisar antara 1,25 meter sampai 2,5 meter. Pada gambar 7. terlihat gelombang signifikan pada bulan Juni berkisar antara 0,5 meter sampai 1,25 meter, pada bulan Juli berkisar antara 0,75 meter sampai 1,5 meter, dan pada bulan Agustus berkisar antara 0,75 meter sampai 1,5 meter. Arah gelombang maksimum dan gelombang signifikan pada monsun bertiup dari arah timur hingga tenggara. signifikan mengalami peningkatan pada bulan Juli, hal ini dikarenakan ada bulan Juli terjadi angin yang cukup kencang karena perbedaan tekanan antara belahan Bumi utara dan belahan Bumi selatan cukup signifikan seiring dengan posisi terjauh Matahari yaitu terletak di sebelah utara khatulistiwa. III.4. Transisi Monsun Asia B. Gelombang Signifikan Gambar 9. Rata-rata arah dan tinggi gelombang signifikan saat transisi monsun Asia Sedangkan gelombang signifikan yang terlihat pada gambar 9. pada bulan September berkisar antara 0,75 meter sampai 1,5 meter, pada bulan Oktober berkisar antara 0,5 meter sampai 1,25 meter, dan pada bulan November berkisar antara 0,25 meter sampai 0,75 meter. Arah gelombang maksimum dan gelombang signifikan pada transisi monsun Asia bertiup dari arah tenggara hingga selatan. signifikan mengalami peningkatan pada bulan September dan melemah pada bulan Oktober dan November, hal ini dikarenakan adanya peningkatan kecepatan angin pada bulan September dan melemah pada bulan Oktober dan November. IV. KESIMPULAN Gambar 8. Rata-rata arah dan tinggi gelombang maksimum saat transisi monsun Asia Berdasarkan gambar 8. terlihat bahwa gelombang maksimum pada bulan September berkisar antara 1,25 meter sampai 2,5 meter, pada bulan Oktober berkisar antara 1 meter sampai 2 meter, dan pada bulan November berkisar antara 0,5 meter sampai 1,25 meter. Secara umum arah pergerakan gelombang di selat Makassar bagian selatan mengikuti pola angin pada saat monsun.tinggi gelombang maksimum maupun signifikan termasuk dalam kategori moderate pada saat monsun Asia dan, dan termasuk dalam kategori slight pada saat transisi monsun Asia dan. 5
DAFTAR PUSTAKA Broecker, W. S. 1997. Thermohaline circulation, the Achilles heel of our climate system: Will man-made CO2 upset the current balance. Science, 278, 1582. Hutabarat,S., dan Evans,S.M.,1985. Penganta r Oseanografi. Universitas Indonesia Press. Kurniawan, R., 2012, Karakteristik Gelombang Laut Dan Daerah Rawan Gelombang Tinggi Di Perairan Indonesia, Tesis, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam/Program Pasca Sarjana Program Studi Magister Ilmu Kelautan, Universitas Indonesia, Depok. Nontji, A., 1987, Laut Nusantara, Jakarta: Djambatan. Pramujo, B., 2014, Variabilitas Gelombang Pada Perairan Laut Selatan Jawa Di Samudra Hindia Dalam Perspektif Dinamika Meteorologis, Tesis, Fakultas Geografi/Program Pascasarjana Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Ramage, C.S, 1971, Monsoon Meteorology, Academic Press, San Diego. Ramlan, 2012, Variabilitas Gelombang Laut Di Laut Jawa Dan Selat Karimata Ditinjau Dari Perspektif Dinamika Meteorologi, Tesis, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam/Program Pasca Sarjana Program Studi Magister Ilmu Kelautan, Universitas Indonesia, Depok. Suratno, 1997, Model Numerik Prakiraan Gelombang Permukaan Laut untuk Perairan Indonesia dan Sekitarnya, Thesis: Universitas Indonesia. Suratno, 2008, Interpretasi produk Windwave- 05, Materi Training Forecaster Meteorologi Maritim, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Jakarta. Tjasyono, B., 2008, Meteorologi Terapan, Penerbit ITB, Bandung. Zakir, A., Sulistya, W., dan Khotimah, M.K., 2010, Perspektif Operasional Cuaca Tropis, Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG 6