TEKNOLOGI ARSITEKTUR TRADISIONAL RUMAH HONAI SUKU DANI PAPUA

dokumen-dokumen yang mirip
Kajian Struktur Rumah Tradisional Papua (Honai)

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN : X KARAKTERISTIK ARSITEKTUR TRADISIONAL PAPUA

Arsitektur Dayak Kenyah

PENGARUH KENYAMANAN DAN KEAMANAN BERMUKIM TERHADAP BENTUK PERMUKIMAN TRADISIONAL SUKU DANI DI WAMENA KABUPATEN JAYAWIJAYA, PAPUA

RUMAH ADAT LAMPUNG. (sumber : foto Tri Hidayat)

BAB VI KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Karakteristik penghuni yang mempengaruhi penataan interior rumah susun

BAB V1 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN

SIMBOL SIMBOL KEBUDAYAAN SUKU ASMAT

Jenis-jenis kayu untuk konstruksi Bangunan

STRUKTUR KONSTRUKSI RUMAH JOGLO

FESTIVAL LEMBAH BALIEM 2018 (live-in, 6 hari 5 malam)

BAB IV ANALISA STUDI KASUS

Gambar 1.1 Tampak samping Rumah Tongkonan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1993)

DINDING DINDING BATU BUATAN

+ 3,63 + 2,60 ± 0, ,00

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

KARAKTERISTIK RUMAH ADAT TAMBI SUKU LORE SULAWESI TENGAH

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

pada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR

STS 1032 TEKNOLOGI PEMBINAAN 1

BAB V PENUTUP. Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan, maka dapat ditarik kesimpulan

Cut Nuraini/Institut Teknologi Medan/

BAB 1 STRUKTUR DAN KONSTRUKSI

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB III RUMAH ADAT BETAWI SETU BABAKAN. 3.1 Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan

TIANG Gambar Balok Lantai Dimasukkan ke dalam Tiang (Sketsa : Ridwan)

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN

KONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center

Iklim Perubahan iklim

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Rumah Tahan Gempabumi Tradisional Kenali

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tingkat kerawanan yang tinggi terhadap gempa. Hal ini dapat dilihat pada berbagai

KAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG

Kampung Wisata -> Kampung Wisata -> Konsep utama -> akomodasi + atraksi Jenis Wisatawan ---> Domestik + Mancanegara

A. GAMBAR ARSITEKTUR.

BAB 1. Pendahuluan. Negara Indonesia selain terkenal dengan Negara kepulauan, juga terkenal dengan keindahan alam dan kekayaan hutan.

Struktur dan Konstruksi II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Penjelasan Skema : Konsep Citra yang diangkat merupakan representasi dari filosofi kehidupan suku Asmat yang berpusat pada 3 hal yaitu : Asmat sebagai

ADAPTASI TEKNOLOGI DI RUMAH ADAT SUMBA

1.2. ELEMEN STRUKTUR UTAMA

BAB II IDENTIFIKASI DAN PRIORITAS MASALAH

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

METAMORFOSA HUNIAN MASYARAKAT BALI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PBI 1983, pengertian dari beban-beban tersebut adalah seperti yang. yang tak terpisahkan dari gedung,

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

REGOL PAGAR RUMAH TRADISIONAL DI LAWEYAN SURAKARTA

BAB III ELABORASI TEMA

IDENTIFIKASI RUMAH TRADISIONAL DI LORONG FIRMA KAWASAN 3-4 ULU, PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013)

TARI GANGERENG ATAU TARI GIRING-GIRING

BAB I PENDAHULUAN. wujud hasil kebudayaan seperti nilai - nilai, norma-norma, tindakan dalam

ANALISIS SITE LAHAN/TAPAK RELATIF DATAR

DENAH LT. 2 DENAH TOP FLOOR DENAH LT. 1

BAB VI KESIMPULAN. Rumah toko Cina Malabero Bengkulu yang dikelompokkan dalam

PRINSIP PENATAAN RUANG PADA HUNIAN MUSLIM ARAB DI KAMPUNG ARAB MALANG

berbentuk persegi panjang yaitu memanjang dari selatan ke utara. Di desa ini

Dasar-Dasar Rumah Sehat KATA PENGANTAR

Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I LATAR BELAKANG KELUARGA DAMPINGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

RESORT DENGAN FASILITAS MEDITASI ARSITEKTUR TROPIS BAB III TINJAUAN KHUSUS. 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema. 3.2 Penjelasan Tema

BAB VI HASIL RANCANGAN. perancangan tapak dan bangunan. Dalam penerapannya, terjadi ketidaksesuaian

KARAKTER ARSITEKTUR TRADISIONAL SUKU BADUY LUAR DI GAJEBOH BANTEN. Djumiko. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 I d e n t i f i k a s i P e r u b a h a n R u m a h T r a d i s i o n a l D e s a K u r a u, K e c. K o b a

Tugas I PERANCANGAN ARSITEKTUR V

BAB I PENDAHULUAN. Setiap lingkungan budaya senantiasa memberlakukan nilai-nilai sosial budaya yang

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lantai.satu keuntungan tambahan dari system rangka baja Staggered Truss ini adalah

Pada acara penyambutan tersebut Prof. Yo juga diperkenalkan dengan staf-staf di jajaran pemerintahan Kabupaten Tolikara.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB III KOTA PALEMBANG

RESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN

BAB 2 DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori. TUGAS AKHIR Perencanaan Struktur Show Room 2 Lantai Dasar Perencanaan

PERSYARATAN UMUM DAN PERSYARATAN TEKNIS GUDANG TERTUTUP DALAM SISTEM RESI GUDANG

BAB III TINJAUAN PELINGKUP BANGUNAN DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR TROPIS

Matahari dan Kehidupan Kita

PENGAWETAN KAYU. Eko Sri Haryanto, M.Sn

BAB V KONSEP PERANCANGAN PASAR. event FESTIVAL. dll. seni pertunjukan

BAB II DESA HUTAJULU HINGGA TAHUN 1960

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap kelompok sosial yang mendiami suatu wilayah memiliki sistem sosial dan

SAINS ARSITEKTUR II BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS. Di susun oleh : Di Susun Oleh :

BAB 6 HASIL PERANCANGAN

Cara cepat untuk membuat terarium padang pasir yang sempurna

NILAI-NILAI VERNAKULAR PADA ARSITEKTUR MASYARAKAT WANUKAKA, SUMBA BARAT

BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA DEWA JARA

Peter Swanborn, The Netherlands, Lima Portret Five Portraits

Tindakan Persiapan Menghadapi Badai Topan

Transkripsi:

1 TEKNOLOGI ARSITEKTUR TRADISIONAL RUMAH HONAI SUKU DANI PAPUA A. Pendahuluan Secara umum, arsitektur tradisional suku-suku yang terdapat di Papua terbagi menjadi beberapa tipe bentuk hunian, yaitu: 1. Bentuk kotak 2. Segi enam bertingkat 3 ( kariwari ) 3. Lingkaran ( pada honai suku Dani ) Ketiga bentuk hunian tersebut merupakan adaptasi masing-masing suku terhadap kondisi geografis daerah tempat mereka berhuni. Pada makalah ini, yang akan dibahas adalah arsitektur tradisional suku Dani yang bertempat tinggal di lembah Baliem, Wamena, yang merupakan wilayah pegunungan dan perbukitan. Lembah Baliem ini memiliki ketinggian sekitar 2500 dari permukaan laut. Suku Dani merupakan suku yang hidup secara berkelompok dalam satu kesatuan kelompok teritorial. Mata pencaharian utamanya adalah bercocok tanam ubi jalar (hipere) dengan sistem ladang berpindah dan berburu, di dalam batas wilayah teritorial mereka. Selain itu, masayarakat suku Dani juga beternak babi dalam kompleks permukiman mereka. Babi memiliki makna khusus bagi suku Dani, karena melambangkan status sosial dan tingkat kekayaan. Babi digunakan sebagai alat tukar dalam proses penyerahan mas kawin ketika melamar gadis, menyelesaikan masalah perang, serta sebagai hidangan utama dalam pesta-pesta dan upacara adat yang besar. Semakin banyak babi yang dimiliki, maka semakin tinggi status sosial di dalam masyarakat. Pakaian yang mereka kenakan adalah holim bagi para lelaki dan sali untuk para wanita. Holim terbuat dari sejenis buah labu yang dibuang isinya dan dikeringkan, kemudian digunakan sebagai pakaian untuk menutup kemaluan. Sedangkan Sali terbuat dari kulit kayu atau rumput yang dibentuk menjadi semacam rok dan dikenakan dari pinggul sampai ke lutut.

2 Sistem kepercayaan masyarakat Dani adalah Atou, yaitu kepercayaan terhadap kekuatan gaib, roh leluhur, serta roh kerabat. Pada perkembangannya, setelah masuknya ajaran Katolik dan Kristen, maka kepercayaan Atou tersebut mulai bergeser dan berkurang. B. Pola Permukiman Suku Dani Kompleks permukiman terkecil dari suku Dani adalah Silimo. Satu kompleks silimo terdiri dari beberapa massa bangunan dengan fungsi-fungsi khusus, dan satu silimo dihuni oleh satu keluarga luas terbatas (extended family). Kemudian beberapa silimo akan membentuk suatu perkampungan yang memiliki batas teritori wilayah berupa bentukan bentang alam, seperti gunung, bukit, lembah, atau sungai. Pola permukiman dalam satu perkampungan ini terpencarpencar dan tidak mengikuti suatu pola khusus. Biasanya untuk mendirikan suatu silimo, mereka memilih suatu daerah yang tinggi dan tidak terlalu jauh dengan sungai. Pemilihan lokasi yang tinggi ini merupakan salah satu cara masyarakat Dani untuk menghindari bahaya banjir, air tergenang, serbuan binatang buas, serta sergapan suku-suku lain (Agustinus, SAA: 1997). Pada suatu silimo, konsep yang dipakai adalah sebagai berikut: Gambar 1. Konsep berhuni suku Dani Sumber: Agustinus, 1997 Konsep berhuni masyarakat Dani membagi unit-unit massa huniannya sesuai dengan fungsi dan makna masing-masing. Pada satu silimo, terdiri dari unit-unit massa bangunan sebagai berikut: Honai tempat tinggal laki-laki

3 Pilamo (rumah adat) Honai tempat tinggal perempuan (ebeai) Hunila (dapur) Wamdabu (kandang babi) Konsep penataan massa pada silimo yaitu berbentuk huruf U atau berbentuk melingkar, dengan dikelilingi oleh pagar dari kayu sebagai penanda teritori dan pengaman dari gangguan manusia suku lain atau binatang. Berikut adalah ilustrasi konsep penataan massa di dalam satu silimo: Keterangan: 1. Pintu masuk (muso holak) 2. Dapur bersama (hunila) 3. Honai perempuan (ebeai) 4. Lubang bakar 5. Honai laki-laki 6. Rumah adat (Pilamo) 7. Kandang babi (wamdabu) 8. Halaman bermain babi Gambar 2. Konsep penataan Silimo suku Dani Sumber: Agustinus, 1997 Letak honai laki-laki adalah tegak lurus dengan pintu masuk, agar kepala keluarga dapat segera berhadapan dengan tamu ataupun gangguan dan ancaman yang masuk ke kompleks silimo. Honai untuk laki-laki dan rumah adat/pilamo merupakan bangunan yang terlarang bagi para wanita untuk memasukinya. Demikian juga dengan honai untuk perempuan merupakan area terlarang bagi para lelaki. Pada beberapa silimo, honai perempuan/ebeai jumlahnya lebih dari

4 satu. Hal ini karena masyarakat Dani menganut sistem perkawinan monogami dan juga poligami, dengan tujuan untuk menghasilkan banyak keturunan sehingga dapat menambah tenaga kerja dan generasi penerus suku Dani. Jumlah istri juga merupakan lambang prestise, karena orang yang mampu mempunyai istri lebih dari satu maka dianggap memiliki status sosial yang lebih tinggi. Biasanya kepala suku atau orang-orang yang kaya, akan memiliki istri lebih dari satu. Berikut adalah ilustrasi silimo dengan jumlah ebeai yang lebih dari satu: Keterangan: 1. Dapur bersama (hunila) 2. Honai perempuan (ebeai) 3. Honai laki-laki 4. Rumah adat (Pilamo) 5. Kandang babi (wamdabu) Gambar 3. Konsep penataan silimo dengan beberapa ebeai Sumber: Agustinus, 1997 Perletakan masing-masing massa bangunan pada silimo tersebut memiliki makna tersendiri. Honai laki-laki/kepala keluarga diibaratkan sebagai kepala manusia yang membuat keputusan di dalam slimo, bangunan honai perempuan diibaratkan sebagai tangan kanan yang melaksanakan hasil keputusan, kandang babi diibaratkan sebagai tangan kiri, sedangkan pintu masuk diibaratkan sebagai kaki, dan bagian tengah silimo yang berupa ruang terbuka untuk umum, diibaratkan sebagai jantung.

5 Selain penataan massa bangunan di silimo seperti ilustrasi sebelumnya, ada juga penataan massa bangunan di silimo yang meletakkan dapur dan kandang babi bersebelahan, yaitu sebagai berikut: Gambar 4. Bagan silimo suku Dani Sumber: epository.binus.ac.id

6 Berikut adalah fungsi masing-masing bangunan di sebuah silimo: 1. Honai laki-laki Merupakan tempat tinggal untuk kepala keluarga, kerabat dan keluarga lakilaki, serta anak laki-laki yang telah berumur lebih dari 5 tahun. Honai lakilaki ini berbentuk bulat dan terdiri dari dua lantai, dengan sebuah perapian terletak di pusat bangunan. Lantai satu difungsikan sebagai tempat bersantai dan lantai dua sebagai tempat beristirahat/tidur. Masyarakat suku Dani tidur dengan pola kepala membujur di bagian dinding dan kaki mengarah ke pusat honai (perapian). 2. Rumah adat / Pilamo Pilamo berbentuk bulat dan terdiri dari dua lantai. Lantai pertama difungsikan sebagai tempat untuk mendidik dan membina para remaja suku Dani agar menjadi laki-laki yang kuat dan tangguh (sejak berusia 4-5 tahun). Selain itu, juga difungsikan untuk tempat mengatur strategi perang, membicarakan konflik dan masalah yang menyangkut peperangan dan mas kawin/perkawinan. Lantai dua berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan benda-benda pusaka dan senjata perang, serta mumi dari leluhur. 3. Honai perempuan/ebeai Ebeai berbentuk bulat dan terdiri dari dua lantai, dengan sebuah perapian terletak di pusat bangunan. Lantai pertama digunakan untuk mendidik para anak-anak dan remaja suku Dani agar mengerti dan dapat mengerjakan tugastugas kewanitaannya. Selain itu, juga digunakan sebagai tempat bersantai dan mengobrol, yaitu di sekeliling perapian. Lantai dua digunakan sebagai tempat beristirahat/tidur bagi para wanita. 4. Dapur/hunila Dapur bersama/hunila merupakan bangunan yang berbentuk persegi panjang, dengan tinggi sekitar 1,5 meter 2 meter. Dapur digunakan sebagai tempat memasak sehari-hari, biasanya memasak hipere/ubi jalar. Pada bangunan dapur ini para anggota keluarga biasanya berkumpul dan bersantai pada waktu siang atau malam hari.

7 5. Kandang babi/wamdabu Kandang babi merupakan suatu bangunan yang berbentuk persegi panjang dan terletak melintang di seberang honai perempuan. Di depan kandang babi terdapat tanah kosong yang digunakan sebagai tempat bermain bagi babi. Di tanah ini babi-babi akan dilepas dan dihitung jumlahnya. C. Karakteristik Rumah Honai Bangunan rumah honai (rumah tinggal suku Dani, baik honai laki-laki maupun perempuan), memiliki karakteristik yang merupakan bentuk adaptasi terhadap cuaca dingin dan angin kencang, yaitu secara garis besar adalah sebagai berikut: Berbentuk bulat/melingkar Ukurannya sempit (diameter 4m - 6m) Ketinggian sekitar 3m - 7m (2 lantai) Tidak berjendela dan ketinggian pintu sangat rendah (sangat minim bukaan) Gambar 5. Honai suku Dani Sumber: http://arsitekturberkelanjutan.wordpress.com

8 Kemudian akan dibahas satu per satu detail konstruksi dan karakteristik dari masing-masing elemen rumah honai. a. Atap Atap rumah honai berbentuk bulat kerucut dengan lingkaran-lingkaran besar dari kayu buah yang dibakar sebagai kerangka atapnya, yang kemudian diikat menjadi satu di bagian atas (membentuk dome). Terdapat 4 pohon muda yang berfungsi sebagai kolom penyangga utama yang diikat di atas dan vertikal ke bawah menancap ke dalam tanah. Pada lantai 1, ruang yang terbentuk diantara 4 kolom ini difungsikan sebagai tempat meletakkan perapian untuk menghangatkan honai. Gambar 6. Konstruksi atap honai Sumber: http://globalwindow.wordpress.com/2009/01/23/honai-house/ Bahan penutup atap terbuat dari jerami/rumbia (rumput alang-alang), dengan pertimbangan bahwa material tersebut ringan, lentur, menyerap goncangan gempa, serta dapat menghangatkan dan melindungi dari hujan dan panas matahari.

9 Gambar 7. Bahan penutup atap honai Sumber: http://www.wahana-budaya-indonesia.com/ b. Dinding dan bukaan Pada rumah honai, dinding terbuat dari bahan papan kayu kasar, dan terdiri dari 2 lapis, dengan tujuan untuk menahan udara dingin dan angin kencang dari luar. Di sekeliling dinding rumah, terdapat bukaan yang sangat minim, yaitu berupa sebuah pintu masuk yang sempit dan rendah sehingga penghuni rumah harus membungkuk untuk melewatinya. Terkadang terdapat sebuah jendela sempit pada honai laki-laki, agar dapat mengetahui jika ada tamu yang berkunjung atau musuh yang memasuki silimo. Sedangkan pada honai perempuan, sama sekali tidak terdapat bukaan berupa jendela. Jadi, suasana di dalam honai adalah remang-remang atau bahkan gelap. Pada malam hari, hanya diterangi oleh nyala api dari perapian yang terdapat di tengah honai. Gambar 8. Pintu honai yang sempit dan rendah Sumber: http://globalwindow.wordpress.com/2009/01/23/honai-house/

10 c. Lantai Honai terdiri dari dua lantai, yaitu lantai satu yang digunakan sebagai tempat bersantai dan mengobrol di sekeliling perapian, serta lantai panggung yang digunakan sebagai tempat menyimpan barang berharga dan istirahat/tidur. Lantai honai dialasi dengan rumput atau jerami yang diganti secara berkala jika sudah rusak/kotor. Gambar 9. Perapian pada lantai satu honai Sumber: tjontheroad.blogspot.com Gambar 10. Lantai panggung rumah honai Sumber: http://globalwindow.wordpress.com/2009/01/23/honai-house/

11 D. Tahapan Konstruksi Pada proses pembangunan honai, terdapat beberapa tahapan konstruksi yaitu sebagai berikut: 1. Tahap pengukuran, pembersihan, pemerataan tanah Sebelum mendirikan suatu silimo, maka dilakukan musyawarah antara anggota keluarga dan klen untuk menentukan lokasi yang tepat. Kemudian dilakukan pembersihan dan pemerataan tanah di lokasi tersebut, dan dilakukan pengukuran. Penentuan diameter honai didasarkan pada ukuran tinggi badan anggota keluarga yang paling tinggi, dikarenakan masyarakat suku Dani tidur dengan tubuh membujur dari dinding dan kaki ke arah perapian (bagian pusat honai). 2. Tahap pemasangan tiang-tiang utama dan pembagian lantai atas dan bawah 3. Tahap pekerjaan rangka rumah 4. Tahap penyelesaian akhir Gambar 11. Tahapan konstruksi pembangunan honai Sumber: Agustinus, 1997

12 Berikut merupakan dokumentasi pembangunan honai suku Yali, yaitu salah satu suku yang juga menghuni daerah pegunungan di Papua, sehingga dapat memberikan gambaran lebih jelas tentang proses pembangunan sebuah honai: Gambar 12. Pembersihan dan pengukuran lahan Gambar 13. Penanaman papan dinding

13 Gambar 14. Pemasangan balok lantai Gambar 15. Pemasangan balok lantai Gambar 16. Pemasangan balok melingkar penahan dinding

14 Gambar 17. Ikatan rotan pada bagian dinding Gambar 18. Pemasangan 4 tiang utama Gambar 19. Pengikatan 4 tiang utama

15 Gambar 20. Detail konstruksi atap Gambar 21. Pemasangan lingkaran2 penahan atap Gambar 22. Pemasangan penutup atap

16 Gambar 23. Pengerjaan finishing E. Filosofi Honai Bentuk bulat dan melingkar dari rumah honai memiliki filosofi yang dipegang teguh oleh masyarakat Dani, yang mencerminkan nilai-nilai yang diturunkan dari generasi ke generasi, yaitu sebagai berikut: Kesatuan dan persatuan yang paling tinggi untuk mempertahankan dan mewariskan budaya, suku, harkat, martabat yang telah di pertahankan oleh nenek moyang dari dulu hingga saat ini. Bermakna sehati, sepikir dan satu tujuan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.

17 REFERENSI: Agustinus, SAA. (1997). Pola Permukiman Keluarga Orang Dani Di Lembah Balim Wamena Kabupaten Jayawijaya. Tesis. Jakarta: Universitas Indonesia. Anonim. (2010). Arsitektur Tradisional Papua. http://othisarch07.wordpress.com/arsitektur-tradisional-papua/ (4 Maret 2011) Anonim. Honai, Rumah Adat Papua. http://www.wahana-budayaindonesia.com/index.php? option=com_content&view=article&id=788:honairumah-adatpapua&catid=101:arsitektur-tradisional&itemid=77&lang=en (4 Maret 2011) Anonim. (2010). Tropical Architecture Rumah Adat Papua-Honai. http://arsitekturberkelanjutan.wordpress.com/2010/05/06/tropical-architecturerumah-adat-papua-honai/ (4 Maret 2011) Boissiere, Manuel. (1999). Membangun Homea. http://www.papuaweb.org/gb/foto/boissiere/homea.html (4 Maret 2011) Korst, TJ. (2009). tjontheroad.blogspot.com (7 April 2011) Marhaen, Gerry. Pengertian Pilamo. http://pilamo.wordpress.com/pilamo/ (8 April 2011) Purwoaji, Ayos. (2010). Menemui Ksatria Mabel. http://aci.detik.com/read/2010/10/25/054540/1473785/1001/menemui-ksatriamabel/2 (4 Maret 2011) Saragi, Rizalina Tama. (2009). Honai House. http://globalwindow.wordpress.com/2009/01/23/honai-house/ (8 April 2011) Uaga, Ogia Nuel Siep. (2009). Sistematika Pembangunan Honai Suku Dani. http://linceogiapapualina.blogspot.com/2009/11/sistematika-pembangunanhonai-suku-dani.html (4 Maret 2011) Universitas Bina Nusantara. (2007). Kebudayaan epository.binus.ac.id/content/g0542/g054214231.ppt (4 Maret 2011) Papua.