RINOSINUSITIS KRONIS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (simptoms kurang dari 3 minggu), subakut (simptoms 3 minggu sampai

BAB 1 PENDAHULUAN. pakar yang dipublikasikan di European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dasar diagnosis rinosinusitis kronik sesuai kriteria EPOS (European

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik Ilmu Kesehatan THT-KL RSUD

Profil Pasien Rinosinusitis Kronik di Poliklinik THT-KL RSUP DR.M.Djamil Padang

BAB I PENDAHULUAN. Rinitis alergi (RA) adalah penyakit yang sering dijumpai. Gejala utamanya

ABSTRAK KARAKTERISTIK PASIEN SINUSITIS DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR PADA APRIL 2015 SAMPAI APRIL 2016 Sinusitis yang merupakan salah

Rhinosinusitis. Bey Putra Binekas

Diagnosis Dan Penatalaksanaan Rinosinusitis Dengan Polip Nasi

BAB III METODE DAN PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik Ilmu Kesehatan THT-KL RSUD

BAB III METODE DAN PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik THT-KL RSUD Dr. Moewardi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. endoskopis berupa polip atau sekret mukopurulen yang berasal dari meatus

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara fisiologis hidung berfungsi sebagai alat respirasi untuk mengatur

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik dua atau lebih gejala berupa nasal. nasal drip) disertai facial pain/pressure and reduction or loss of

BAB I PENDAHULUAN. paranasal dengan jangka waktu gejala 12 minggu, ditandai oleh dua atau lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. diperantarai oleh lg E. Rinitis alergi dapat terjadi karena sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sinus Paranasalis (SPN) terdiri dari empat sinus yaitu sinus maxillaris,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian eksperimental telah dilakukan pada penderita rinosinusitis

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PENDERITA SINUSITIS DI POLIKLINIK TELINGA HIDUNG DAN TENGGOROKAN RSUP SANGLAH PERIODE JANUARI-DESEMBER 2014

FAKTOR PREDISPOSISI TERJADINYA RINOSINUSITIS KRONIK DI POLIKLINIK THT-KL RSUD Dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Laporan Kasus SINUSITIS MAKSILARIS

BAB I PENDAHULUAN. WHO menunjukkan jumlah perokok di Indonesia menduduki peringkat ketiga

SURVEI KESEHATAN HIDUNG MASYARAKAT DI DESA TINOOR 2

LAPORAN KASUS (CASE REPORT)

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

BAB I PENDAHULUAN. hidung dan sinus paranasal ditandai dengan dua gejala atau lebih, salah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tulang kepala yang terbentuk dari hasil pneumatisasi tulang-tulang kepala. 7 Sinus

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian eksperimental telah dilakukan pada penderita rinosinusitis

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Hubungan gejala dan tanda rinosinusitis kronik dengan gambaran CT scan berdasarkan skor Lund-Mackay

BAB 1 PENDAHULUAN. pada saluran napas yang melibatkan banyak komponen sel dan elemennya, yang sangat mengganggu, dapat menurunkan kulitas hidup, dan

PENGERTIAN Peradangan mukosa hidung yang disebabkan oleh reaksi alergi / ransangan antigen

Author : Edi Susanto, S.Ked. Faculty of Medicine University of Riau. Pekanbaru, Riau. 0 Files of DrsMed FK UNRI (

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi di Indonesia, termasuk dalam daftar jenis 10 penyakit. Departemen Kesehatan pada tahun 2005, penyakit sistem nafas

SURVEI KESEHATAN HIDUNG PADA MASYARAKAT PESISIR PANTAI BAHU

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN SKOR LUND-MACKAY CT SCAN SINUS PARANASAL DENGAN SNOT-22 PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIS TESIS IRWAN TRIANSYAH

PROFIL PASIEN RINOSINUSITIS KRONIS DI RUMAH SAKIT PHC SURABAYA TAHUN 2013

Laporan Kasus Besar. Observasi Limfadenopati Colli Multipel, Dekstra & Sinistra SHERLINE

BAB I PENDAHULUAN. paranasaldengan jangka waktu gejala 12 minggu, ditandai oleh dua atau lebih gejala, salah

Bronkitis pada Anak Pengertian Review Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan

DEFINISI BRONKITIS. suatu proses inflamasi pada pipa. bronkus

PENDERITA TONSILITIS DI POLIKLINIK THT-KL BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO JANUARI 2010-DESEMBER 2012

PERBEDAAN WAKTU TRANSPORTASI MUKOSILIAR HIDUNG PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIS SETELAH DILAKUKAN BEDAH SINUS ENDOSKOPIK FUNGSIONAL DENGAN ADJUVAN

BAB 1 PENDAHULUAN. mungkin akan terus meningkat prevalensinya. Rinosinusitis menyebabkan beban

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang muncul membingungkan (Axelsson et al., 1978). Kebingungan ini tampaknya

KORELASI VARIASI ANATOMI HIDUNG DAN SINUS PARANASALIS BERDASARKAN GAMBARAN CT SCAN TERHADAP KEJADIAN RINOSINUSITIS KRONIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Rinosinusitis kronis merupakan inflamasi kronis. pada mukosa hidung dan sinus paranasal yang berlangsung

Validasi Foto Polos Sinus Paranasal 3 Posisi untuk Diagnosis Rinosinusitis Kronik

DIAGNOSIS CEPAT (RAPID DIAGNOSIS) DENGAN MENGGUNAKAN TES SEDERHANA DARI SEKRET HIDUNG PADA PENDERITA RINOSINUSITIS

BAB I PENDAHULUAN. organisme berbahaya dan bahan-bahan berbahaya lainnya yang terkandung di

Mr rinto, 22 thn KU : discharge hidung kental dan kekuningan

Anatomi Sinus Paranasal Ada empat pasang sinus paranasal yaitu sinus maksila, sinus frontal, sinus etmoid dan sinus sfenoid kanan dan kiri.

REFERAT SINUSITIS. Oleh : KELOMPOK VI. Eka Evia R.A Mustika Anggane Putri

GAMBARAN KASUS ABSES LEHER DALAM DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN TAHUN Oleh : VERA ANGRAINI

BAB II. Landasan Teori. keberhasilan individu untuk menyesuaikan diri terhadap orang lain pada

2.3 Patofisiologi. 2.5 Penatalaksanaan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Hubungan tipe deviasi septum nasi klasifikasi Mladina dengan kejadian rinosinusitis dan fungsi tuba Eustachius

Gambaran Rinosinusitis Kronis Di RSUP Haji Adam Malik pada Tahun The Picture Of Chronic Rhinosinusitis in RSUP Haji Adam Malik in Year 2011.

BAB II KONSEP DASAR. Sinusitis adalah peradangan pada sinus paranasal (Smeltzer, 2001). Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara berkembang.1 Berdasarkan data World Health

Maria Ulfa Pjt Maria Lalo Reina Fahwid S Riza Kurnia Sari Sri Reny Hartati Yetti Vinolia R

Kesehatan hidung masyarakat di komplek perumahan TNI LANUDAL Manado

Famili : Picornaviridae Genus : Rhinovirus Spesies: Human Rhinovirus A Human Rhinovirus B

BAB 4 METODE PENELITIAN. 3. Ruang lingkup waktu adalah bulan Maret-selesai.

PROBLEM BASED LEARNING SISTEM INDRA KHUSUS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di apotek Mega Farma Kota Gorontalo pada tanggal

BAB I PENDAHULUAN. Bronkitis menurut American Academic of Pediatric (2005) merupakan

I. PENDAHULUAN. Farmasi dalam kaitannya dengan Pharmaceutical Care harus memastikan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah. mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan pada mukosa hidung

ABSTRAK PREVALENSI INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT SEBAGAI PENYEBAB ASMA EKSASERBASI AKUT DI POLI PARU RSUP SANGLAH, DENPASAR, BALI TAHUN 2013

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Diagnosis dan Penanganan Rinosinusitis

I.2. Rumusan Masalah I.3. Tujuan Penelitian I.3.1 Tujuan umum I.3.2 Tujuan khusus

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Rinosinusitis kronis disertai dengan polip hidung adalah suatu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Rhinitis alergi merupakan peradangan mukosa hidung yang

2.1. Sinusitis Maksilaris Odontogen

BAB 1 PENDAHULUAN. muka sekitar 40%. Lokasi hidung di tengah dan kedudukan di bagian anterior

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Data rekam medis RSUD Tugurejo semarang didapatkan penderita

LAPORAN PENDAHULUAN SINUSITIS

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Telinga, Hidung, dan Tenggorok Bedah Kepala dan Leher, dan bagian. Semarang pada bulan Maret sampai Mei 2013.

HUBUNGAN TIPE DEVIASI SEPTUM NASI MENURUT KLASIFIKASI MLADINA DENGAN KEJADIAN RINOSINUSITIS DAN FUNGSI TUBA EUSTACHIUS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidung luar dan hidung dalam. Struktur hidung luar ada 3 bagian yang dapat

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Secara klinis, rinitis alergi didefinisikan sebagai kelainan simtomatis pada hidung yang

Kesehatan Hidung pada Siswa-Siswi Sekolah Dasar Negeri 11 Manado

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 3 Agustus 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sumber infeksi, seperti: gigi, mulut, tenggorok, sinus paranasal, telinga

BAB 5 HASIL DAN BAHASAN. adenotonsilitis kronik dengan disfungsi tuba datang ke klinik dan bangsal THT

BAB 6 PEMBAHASAN. Penelitian ini mengikutsertakan 61 penderita rinitis alergi persisten derajat

Transkripsi:

RINOSINUSITIS KRONIS Muhammad Amir Zakwan (07/25648/KU/12239) Dokter Muda Periode 2-25 Januari 2013 Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok-Kepala Leher Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada/RSUP Sardjito Yogyakarta ABSTRAK Latar Belakang: Rinosinusitis merupakan penyakit yang sering ditemukan dalam praktek dokter sehari-hari, bahkan dianggap sebagai salah satu penyebab gangguan kesehatan tersering seluruh dunia. Rinosinusitis didefinisikan sebagai inflamasi hidung dan sinus paranasal yang ditandai dengan adanya dua atau lebih gejala, salah satunya harus termasuk sumbatan hidung, obstruksi atau pilek, nyeri pada tekanan wajah, penurunan atau hilangnya daya penghidu.tujuan: Memahami penyebab bagi rinosinusitis kronis dan penatalaksanaannya.kasus: Dilaporkan satu kasus rinosinusitis kronis pada perempuan usia 30 tahun. Hasil:. Beberapa faktor etiologi dan predisposisi bagi rinosinusitis kronis antara lain ISPA akibat virus, bermacam rinitis terutama rinitis alergi, rinitis hormonal pada wanita hamil, polip hidung, kelainan anatomi seperti deviasi septum atau hipertrofi konka, sumbatan kompleks ostio-meatal (KOM), infeksi tonsil, infeksi gigi, kelainan imunologik, diskinesia silia seperti pada sindrom kartagener, dan diluar negri adalah penyakit fibrosis kistik.terapi konservatif berupa Antibiotik dapat mengatasi rhinosinusitis dan biasanya jika dalam satu minggu keluhan tak berkurang dapat diganti antibiotik jenis lain. Untuk melegakan saluran nafas maka diberikan dekongestan, dan untuk mengencerkan dahak agar mudah dikeluarkan diberikan mukolitik, dan untuk mengurangi pembengkakan diberikan anti inflamasi non steroid. Kesimpulan: Rinosinusitis merupakan masalah yang penting dan merupakan permasalahan kesehatan pada masyarakat luas, karena sebagian besar penyakit ini penatalaksanaannya sering mengalami kegagalan. Kata Kunci: rinosinusitis kronis,definisi,etiologi,penatalaksanaan ABSTRACT Background: Objectives: Rhinosinusitis is a disease that is often found in everyday medical practice, even considered as one of the most common health problem worldwide. Rhinosinusitis is defined as inflammation nose and paranasal sinuses characterized by two or more symptoms, one of which must include nasal obstruction, obstruction or runny nose, pain

in the face of pressure, decrease or loss of smelling. Case: A case of a 30-years-old woman with chronic rhinosinusitis reported. Result: Several etiologic factors and predisposing to chronic rhinosinusitis including viral respiratory infection, rhinitis variety especially allergic rhinitis, hormonal rhinitis in pregnant women, nasal polyps, anatomical abnormalities such as septal deviation or hypertrophy conchae, obstruction ostio-meatal complex (COM), tonsil infection, dental infections, immunologic disorders, such as ciliary dyskinesia Kartagener syndrome, and beyond the country is fibrocystic cyst.conservative treatment such as antibiotics can overcome rhinosinusitis and usually within one week if the complaint was not reduced can be replaced other types of antibiotics. To relieve airway then given a decongestant, and to thin the phlegm so easily removed given mucolytics, and to reduce swelling given non-steroidal anti-inflammatory.conclusion Rhinosinusitis is an important issue and a public health problem, because most of its management of the disease often fails and can reduced the quality of life of the patient. Keywords: chronic rhinosinusitis,definition,etiology,treatment PENDAHULUAN Rinosinusitis merupakan penyakit yang sering ditemukan dalam praktek dokter seharisehari, bahkan dianggap sebagai salah satu penyebab gangguan kesehatan tersering seluruh dunia. Penyebab utamanya adalah selesma (common cold) yang merupakan infeksi virus, alergi dan gangguan anatomi yang selanjutnya dapat di ikuti infeksi bakteri. Bila mengenai beberapa sinus disebut multisinusitis, sedangkan bila mengenai semua sinus paranasal disebut pansinusitis. Yang paling sering terkena ialah sinus ethmoid dan maksila, sedangkan sinus frontal lebih jarang dan sinus sphenoid lebih jarang lagi.sinus maksila disebut juga antrum highmore, letaknya dekat akar gigi rahang atas, maka infeksi gigi mudah menyebar kesinus,disebut sinusitis dentogen.sinusitis dapat menjadi berbahaya karena menyebabkan komplikasi keorbita dan intrakranial, serta menyebabkan peningkatan serangan asma yang sulit diobati. Rinosinusitis didefinisikan sebagai: o Inflamasi hidung dan sinus paranasal yang ditandai dengan adanya dua atau lebih gejala, salah satunya harus termasuk sumbatan hidung / obstruksi / kongesti atau pilek (sekret hidung anterior / posterior), nyeri / tekanan wajah, penurunan / hilangnya penghidu o Salah satu dari temuan endoskopi: 1. Polip dan / atau 2. Sekret mukopurulen dari meatus medius dan / atau 3. Edema / obstruksi mukosa dimeatus media

o Gambaran tomografi komputer memperlihatkan perubahan mukosa dikompleks osteomeatal dimeatus media LAPORAN KASUS Dilaporkan kasus perempuan usia 30 tahun datang ke klinik THT RS Soeradji Tirtonegoro Klaten pada tanggal 15 Januari 2013 dengan keluhan tidak dapat menghidu lewat kedua lubang hidungnya.riwayat sekarang: sejak 2 bulan yang lalu,pasien merasa daya pengecapan hidungnya berkurang. Hidungnya sering tersumbat.saat ini batuk(-)pilek(-).wajahnya terasa tebal(+) namun tidak nyeri bila ditekan.kepalanya juga sering pusing disebelah kiri.pasien juga merasa ada hingus mengalir di tenggorokan sejak 3 bulan terakhir ini.riwayat dahulu: asma(-) allergi(-) Batuk dan pilek yang lama hampir 3 bulan tapi sudah sembuh. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kondisi umum pasien kompos mentis, status gizi cukup. Pada pemeriksaan hidung, hidung luar tidak ditemukan kelainan namun pasien merasa tebal di area sinus ethmiod.pada kavum nasi kanan dan kiri mukosa oedema dan hipertrofi.pada pemeriksaan tenggorokan terlihat adanya post nasal drip.pemeriksaan telinga dalam batas normal.tidak dilakukan pemeriksaan penunjang yang lain. Hasil dari anamnisa dan pemeriksaan fisik pasien didiagnosa rinosinusitis kronis.pasien diterapi dengan antibiotik, dekongestan, analgetic dan mukolitik. DISKUSI Dilaporkan satu kasus rinosinusitis kronis pada perempuan usia 30 tahun.pada kasus ini pasien datang dengan keluhan tidak dapat meghidu.pasien mempunyai riwayat pilek yang lama dan hidungnya sering tersumbat.pasien juga merasa wajahnya tebal terutama dia area sinus ethmoid.pasien merasa kepala sebelah kiri sering pusing.pasien juga sering merasa ada hingus mengalir di tenggorokannya. Pasien tidak pasti sama ada mempunyai sebarang allergi atau tidak dan belom pernah dilakukan test allergi. Keluhan rinosinusitis kronis tidak khas sehingga sulit didiagnosis. Kadangkadang hanya 1 atau 2 dari gejala-gejala berupa sakit kepala kronik, post nasal drip, batuk kronik, gangguan tenggorok, gangguan telinga akibat sumbatan kronik muara tuba Eustachius, gangguan ke paru seperti bronchitis (sino-bronkitis), bronkiektasis dan yang penting adalah serrangan asma yang meningkat dan sulit diobati. Pada anak, mukopus yang tertelan dapat menyebabkan gastroenteritis.

Beberapa faktor etiologi dan predisposisi bagi rinosinusitis kronis antara lain ISPA akibat virus, bermacam rinitis terutama rinitis alergi, rinitis hormonal pada wanita hamil, polip hidung, kelainan anatomi seperti deviasi septum atau hipertrofi konka, sumbatan kompleks ostio-meatal (KOM), infeksi tonsil, infeksi gigi, kelainan imunologik, diskinesia silia seperti pada sindrom kartagener, dan diluar negri adalah penyakit fibrosis kistik. Penyakit ini dapat dibagi menjadi, ringan, sedang dan berat berdasarkan skor total visual analoque scale (VAS): o Ringan = 0-3 o Sedang = 3-7 o Berat = 7-10 Nilai VAS > 5 mempengaruhi kualitas hidup pasien. Lamanya Penyakit Akut : kurang dari 12 minggu Kronik : lebih dari 12 minggu Patofisiologi Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan lancarnya klirens mukosiliar didalam KOM. Mukus juga mengandung substansi antimikroba dan zat-zat yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap kuman yang masuk bersama udara pernafasan. Organ-organ yang membentuk KOM letaknya berdekatan dan bila terjadi edema, mukosa yang berdekatan akan saling bertemu sehingga silia tidak dapat bergerak dan ostium tersumbat. Akibatnya terjadi tekanan negatif didalam rongga sinus yang menyebabkan terjadinya transudasi, mula-mula serous. Kondisi ini bisa dianggap sebagai rinositis nonbakterialdan biasanya sembuh dalam beberapa hari tanpa pengobatan.bila kondisi ini menetap, sekret yang terkumpul dalam sinus merupakan media yang baik untuk tumbuhnya dan multipikasi bakteri. Sekret menjadi purulen. Keadaan ini disebut sebagai rinosinusitis akut bakterial dan memerlukan terapi antibiotik.jika terapi tidak berhasil (misalnya karena ada faktor predisposisi), inflamasi berlanjut, terjadi hipoksia dan bakteri anaerob berkembang.mukosa makin membengkak dan ini merupakan rantai siklus yang terus berputar sampai akhirnya perubahan mukosa menjadi kronik yaitu hipertrofi, polipoid atau pembengkakan polip dan kista. Untuk mengetahui adanya kelainan pada sinus paranasal dilakukan inspeksi dari luar hidung,palpasi rinoskopi anterior, rinoskopi posterior, transluminasi, pemeriksaan radiologik dan sinoskopi. Pemeriksaan pembantu yang penting adalah foto polos atau CT scan. Foto polos posisi Waters, PA dan lateral, umumnya hanya mampu menilai kondisi

sinus-sinus besar seperti sinus maksila dan frontal. Kelainan akan terlihat perselubungan, batas udara-cairan (air fluid level) atau penebalan mukosa. CT scan sinus merupakan gold standard diagnosis rinosinusitis karena mampu menilai anatomi hidung dan sinus secara keseluruhan dan perluasannya. Namun karena mahal hanya dikerjakan sebagai penunjang diagnosis rinosinusitis kronis yang tidak membaik dengan pengobatan atau pra-operasi sebagai panduan operator saat melakukan operasi sinus. Antibiotik dan dekongestan merupakan terapi pilihan pada rinosinusitis akut bakterial untuk menghilangkan infeksi dan pembengkakan mukosa serta membuka sumbatan ostium sinus. Antibiotik yang dipilih adalah golongan penisilin seperti amoksisilin. Jika diperkirakan kuman telah resisten atau memproduksi beta-laktamase maka dapat diberikan amoksisilin-klavulanat atau jjenis sefalosporin generasi ke-2. Pada rinosinusitis antibiotik diberikan selama 10-14 hari meskipun gejala klinik sudah hilang. Pada rinosinusitis kronik diberikan antibiotik yang sesuai untuk kuman gram negative dan anaerob. pencucian rongga hidung dengan NaCl atau pemanasan (diatermi). Antihistamin tidak rutin diberikan karena sifat antikolinergiknya dapat menyebabkan secret lebih kental. Bila ada alergi berat sebaiknya diberikan antihistamin generasi ke-2. Irigasi sinus maksila atau Proetz displacement therapy juga merupakan terapi tambahan yang dapat bermanfaat. Imunoterapi dapat dipertimbangkan jika pasien menderita kelainan alergi yang berat. REFERENSI 1. Soepardi, EA. et al. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher Edisi Keenam. Jakarta: Gaya Baru 2. Bailey, B., Johnson, B., Otorhinolaryngology-Head and Neck Surgery 3. http://www.wadaama.org/documents/science_medi cine/medical_info_to_support_tu ECs/WADA_Medical_info_Sinusit is_rhinosinusitis_v1.0_en.pdf Selain dekongestan terapi lain dapat diberikan jika diperlukan, seperti analgetik, mukolitik, steroid oral/topikal,