BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. besar dari sejak awalnya berdirinya desa (kurang lebih 150 tahun yg lalu)

dokumen-dokumen yang mirip
TESIS. Sampul Depan PROGRAM

BAB V ARAHAN PELESTARIAN PERMUKIMAN TRADISIONAL BALI AGA DAN REKOMENDASI

PERGESERAN KONSEP MORFOLOGI PADA DESA BALI AGA Studi Kasus: Desa Bayung Gede dan Desa Panglipuran

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang pemilihan kawasan

KEARIFAN EKOLOGI MASYARAKAT BAYUNG GEDE DALAM PELESTARIAN HUTAN SETRA ARI-ARI DI DESA BAYUNG GEDE, KECAMATAN KINTAMANI, KABUPATEN BANGLI

BALI CITYWALK Ari Dianwahyudhi

BAB I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang -1-

Konsep Tri Mandala pada Pola Tata Ruang Luar Pasar Tradisional Badung di Kota Denpasar

Konservasi Nilai-nilai Hunian Bali Aga (Bali Kuno) dalam Wisata Budaya di desa Penglipuran, Bangli

TEORI PERANCANGAN KOTA. Pengantar Perancangan Perkotaan

KONSEPSI POLA TATA RUANG PEMUKIMAN MASYARAKAT TRADISIONAL PADA HOTEL RESORT DI TOYABUNGKAH KINTAMANI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut (Laurens, 2007) mendefinisikan Behavioral Setting sebagai suatu

LAPORAN PENELITIAN IMPLEMENTASI NILAI NILAI ARSITEKTUR TRADISIONAL BALI DALAM RUMAH TINGGAL PERKOTAAN. ( Kasus Rumah Tinggal Orang Bali di Kupang )

BAB I MENGENAL ARSITEKTUR KOTA, BENTUK DAN DINAMIKANYA

LAPORAN PENELITIAN IMPLEMENTASI NILAI NILAI ARSITEKTUR TRADISIONAL BALI DALAM RUMAH TINGGAL PERKOTAAN. ( Kasus Rumah Tinggal Orang Bali di Kupang )

KARAKTER INDIS KAWASAN SAGAN LAMA YOGYAKARTA

PERUBAHAN ARSITEKTUR TRADISIONAL HUNIAN DESA BAYUNG GEDE, BANGLI

Bali. Pola Tata Ruang Tradisional

Identifikasi Perubahan Tatanan Spasial Karang di Desa Taro Kelod Gianyar Bali

sampai sasaran keempat. Berikut ini merupakan kesimpulan dari konsep Konservasi; 1. Konsep pada kondisi tetap: Konsep Preservasi jaringan jalan (pola

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

KARAKTERISTIK RUANG TRADISIONAL PADA DESA ADAT PENGLIPURAN, BALI Characteristic of Traditional Space in the Traditional Village of Penglipuran, Bali

BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan dari penelitian dinamika aktifitas di ruang pejalan kaki di Jalan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PASAR SENI DI WAIKABUBAK SUMBA BARAT NTT ARSITEKTUR TRADISIONAL SEBAGAI ACUAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang Menurut sejarah yang diceritakan K.R.T. Darmodipuro, dahulu di tepi sungai

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 06 KODE / SKS : KK / 4 SKS. Sub Pokok Bahasan dan Sasaran Belajar

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Latar belakang merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. terbentuklah Kabupaten Natuna dengan kota Ranai sebagai pusat

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Faktor-faktor yang Melatarbelakangi Perwujudan Tata Spasial Kota Peninggalan Kerajaan Karangasem di Bali

DAFTAR ISI BAB I... 0 PENDAHULUAN PENGERTIAN JUDUL LATAR BELAKANG Kawasan Betawi Condet Program Pemerintah

BAB V PENUTUP. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masuknya kebudayaan baru dan

Carmona, M., Heath, T., Oc, T., Tiesdell, S., 2003, Public Places - Urban Spaces, Architectural Press, Oxford.

Penyusun, Tim, Kecamatan Tepus dalam Angka 2010, Badan Pusat Statistik

L I N K A G E. Mata Kuliah Arsitektur Kota. Teori Urban Desain

Tipologi Bangunan Paikhong sebagai salah satu Elemen Dominan (Landmark) dalam Memperkuat Citra Kota Singkawang Kalimantan Barat.

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata masih menjadi basis perekonomian Provinsi Bali. Pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan

DESAIN RUMAH BALI KONTEMPORER YANG BERBASIS KONSEP TRI MANDALA

PENDEKATAN DESAIN PENCAHAYAAN FASADE BANGUNAN BERSEJARAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sangamandala Oleh: I Made Pande Artadi, S. Sn., M. Sn

Penerapan Budaya Sunda dalam Perancangan Pasar Rakyat Kasus: Pasar Sederhana, Bandung

Identitas, suatu objek harus dapat dibedakan dengan objek-objek lain sehingga dikenal sebagai sesuatu yang berbeda atau mandiri.

BAB VI KESIMPULAN. Terhadap 5 elemen Citra Kota Kevin Linch. a. Path (jalur)

PENGEMBANGAN DESA WISATA BAYUNG GEDE KECAMATAN KINTAMANI KABUPATEN BANGLI, BALI 1)

Kabupaten Sumba Barat Daya. Fasilitas & rambu lalulintas pada jalan menuju tempat wisata masih belum ada

BAB I PENDAHULUAN Perkembangan Puri Agung Peliatan Ubud sebagai Destinasi Wisata Budaya

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai luas daratan ± 5.632,86 Km². Bali dibagi menjadi 8 kabupaten dan 1 Kota

keywords:change, culture, rites

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA

PENATAAN DAN PENGEMBANGAN SENTRA BATIK & TENUN DI PEKALONGAN DENGAN PENEKANAN DESAIN SUSTAINABLE SETTLEMENT

logo lembaga S

BAB I PENDAHULUAN.

IDENTITAS KOTA, FENOMENA DAN PERMASALAHANNYA

BAB III GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK ROCK DI DENPASAR

BAB VI KESIMPULAN. berikut : Investasi industri pariwisata dengan didukung keputusan politik ekonomi

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR... viii BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG... 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KAWASAN WISATA BETAWI DI CONDET DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR REGIONALISME

Kantor Produksi Iklan di Badung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN. memiliki keterkaitan dengan topik dari permasalahan yang akan dikaji.

3. Pelayanan terhadap wisatawan yang berkunjung (Homestay/Resort Wisata), dengan kriteria desain : a) Lokasi Homestay pada umumnya terpisah dari

BAB III METODE PERANCANGAN

PERANAN DESA PAKRAMAN DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA DI DESA TENGANAN PEGRINGSINGAN KECAMATAN MANGGIS KABUPATEN KARANGASEM

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan pariwisata. Menurut Peraturan daerah Provinsi Bali Nomor 2

BAB I PENDAHULUAN. daya tarik wisata tersebut berada mendapat pemasukan dan pendapatan.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Sumber : BAPEDDA Surakarta

RENCANA KEGIATAN KKN-PPM BAB I DESKRIPSI KEGIATAN

BAB I PENDAHULUAN I.1. Pengertian Judul Penataan dan Pengembangan Wisata Kampung Rebana di Tanubayan, Bintoro, Demak. I.1.1.

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) SEMESTER: GANJIL GENAP TAHUN AKADEMIK:

BAB 1 PENDAHULUAN. gb Peta Kawasan Wisata Pantai Lebih Gianyar Bali Sumber. Brosur Kabupaten Gianyar

area publik dan privat kota, sehingga dihasilkan ekspresi rupa ruang perkotaan khas Yogyakarta. Vegetasi simbolik ini dapat juga berfungsi sebagai

Gigih Juangdita

INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

RUMAH SUSUN SEWA DI DENPASAR SELATAN

Konsep Design Mikro (Bangsal)

ALTERNATIF DESAIN ARSITEKTUR HIJAU PADA PERSIL BANGUNAN UNTUK MEMPERKUAT KARAKTER GARDEN CITY DI KAWASAN KOTABARU DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang

BAB 3 METODE PERANCANGAN. Metode perancangan yang digunakan dalam perancangan Convention and

STUDI TERHADAP POTENSI TEPIAN SUNGAI KAHAYAN MENJADI KAWASAN WISATA DI KOTA PALANGKA RAYA

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. 1. Tingginya Mobilitas Penggunaan Jalan di Sumatera Utara

Morfologi Spasial Kompleks Perumahan Karyawan Pabrik Gula Wonolangan, Probolinggo

BAB I PENDAHULUAN Gambaran Kondisi Kepariwisataan Daerah Bali. satu Kotamadya, yang diantaranya: Kabupaten Badung, Kabupaten Buleleng,

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Komunal Kelurahan Kemlayan sebagai Kampung Wisata di. Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

Transkripsi:

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan 6.1.1. Main Conclusion Desa Bayung Gede mengalami perubahan morfologi yang sangat besar dari sejak awalnya berdirinya desa (kurang lebih 150 tahun yg lalu) hingga tahun 2012. Selanjutnya dari tahun 2012 hingga tahun 2016 perubahan morfologi dirasa cukup signifikan. Morfologi Desa Bayung Gede pada dasarnya dipicu oleh faktor internal yang dominan seperti pertumbuhan penduduk yang yang dipengaruhi oleh awig-awig desa, awig-awig tersebut memperbolehkan sistem perkawinan eksogami dan hanya memperbolehkan satu keluarga untuk mendiami satu pekarangan rumah dengan jumlah rata-rata 1,5 are. Selain itu dari faktor eksternal yang dominan adalah pertumbuhan infrastruktur berupa sarana dan prasarana seperti listrik air jaringan telepon dll yang disediakan oleh pemerintah dalam mewujudkan provinsi bali sebagai tempat tujuan wisata ikut berpengaruh mendorong perkembangan desa ke arah mendekati poros jalan lintas desa (jalan raya kabupaten). Faktor-faktor yang mempengaruhi persistensi dan transformasi tidak terlalu signifikan dampaknya karena memilki pengaruh seccara langsung maupun tidak langsung terhadap kedua variabel tersebut. 108

Faktor budaya adat/awig-awig yang sifatnya lentur/adaptif secara mikro adalah bentuk toleransi terhadap perubahan material tradisional menjadi material subtitusi dan penambahan fungsi ruang pada pekarangan rumah, dengan syarat tiga massa bangunan utama harus terpenuhi dan memiliki bentuk yang tidak berubah. Sedangkan faktor budaya adat/awigawig yang sifatnya lentur/adaptif secara makro adalah memperbolehkan masyarakat membuat tempat tinggal sementara di bagian kebun yang terdapat pada sisi timur laut, dengan syarat tempat tinggal bersifat tidak permanen dan segala bentuk upacara adat tetap di lakukan di rumah yang terdapat di pekarangan adat desa Bayung Gede. 6.1.2. Detail Conclusion Konsep sanga mandala yang merupakan bagian dari awig-awig desa secara tidak langsung membawa pertumbuhan dan perkembangan desa untuk berorientasi secara makro ke arah penzoningan utamaning madya, madyaning utama, dan madyaning madya. Sehingga daerah yang menjadi wilayah pemukiman adalah utamaning nista, madyaning nista, nistaning utama, nistaning madya dan nistaning nista. Sedangkan zoning utamaning utama merupakan zoning yang menjadi tempat paling suci dalam pekarangan desa, sehingga tidak terdapat satupun bangunan pemukiman, maupun kebun/sawah warga yang terdapat pada zona tersebut. Dengan demikian, pola morfologi yang ada saat ini terlihat masih berpedoman pada pola/konsep yang memegang teguh awig-awig desa, 109

akan tetapi pola pertumbuhan pemukiman tersebut menunjukan toleransi yang lebih fleksibel terhadap pengaruh infrastruktur baru di sekitarnya. 6.2. Saran Saran untuk melanjutkan penelitian dalam upaya pengembangan dan pelestarian awig-awig desa sebagai desa wisata antara lain : 1. Bagi pengembangan pada desa Bayung Gede, perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai persebaran pemukiman penduduk yang berada di luar desa, serta faktor apa yang mendorong warga untuk meninggalkan desa adat. Kelanjutan dari penelitian ini diharapkan memberikan hasil bagaimana cara untuk mempertahankan jumlah populasi penduduk yang seimbang. 2. Kepada pihak pemerintah terkait agar menjadi fasilitator dalam melestarikan awig-awig desa yang bernilai budaya yang diharapkan turut mendukung perkembangan morfologi yang baik tanpa menghilangkan identitas budaya sebagai desa adat bali. 3. Untuk melestarikan bangunan tradisional yang masih asri atau minim perubahan bentuk serta material, agar menjadi rumah contoh dan sebagai bentuk investasi terhadap kebudayaan untuk keberlangsungan seni arsitektural rumah tradisional Bayung Gede di masa yang akan datang. 110

DAFTAR PUSTAKA Alit, I. K. (2004). Morfologi pola mukiman adati bali. Jurnal Permukiman Natah, 2(2), 56 107. Arismayanti, N. K., Ariana, N., Sudana, I. P., Sukana, M., Suwena, I. K., & Rahyuda, I. (2015). Pelatihan Pengemasan Paket Petasan (Produk Wisata Pedesaan) Di Desa Wisata Penglipuran Kecamatan Bangli Kabupaten Bangli Bali. Jurnal Ilmiah Pariwisata-STP Trisakti, 20(2), 1 12. http://doi.org/10.1017/cbo9781107415324.004 Arnawa, I. K., Runa, I. W., Astuti2, P. S., Palgunadi, P., Raka, I. D. N., & Martini, L. K. B. (2015). Pengembangan Desa Wisata Bayung Gede Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli, Bali. Statewide Agricultural Land Use Baseline 2015, 1, 76 83. http://doi.org/10.1017/cbo9781107415324.004 Budihardjo, E. (1986). Architectural Conservation in Bali. Yogyakarta: Penerbit Gajah Mada University Press. Ching, D. K. (2008). Arsitektur: Bentuk, Ruang, dan Tatanan Edisi Ketiga. Cetakan I. Terjemahan Hanggan Situmorang. Jakarta: Penerbit Erlangga. Ching, D. K. (2010). Menggambar Desain. Edisi II. Terjemahan B. Sendra Tanuwijaya. Jakarta: Penerbit Erlangga. Covarrubias, M. (2013). Pulau Bali Temuan Yang Menakjubkan. Denpasar: Udayana University Press. Dewi, N. W. L. O. (2015). Perubahan Unsur Ritus Keagamaan Masyarakat Bali Aga Di Desa Bayung Gede, Kecamatan Kintamani, Bangli, Bali. Humanis, 12, No.3, 1 8. Dwijendra, N. K. A. (2003). Perumahan Dan Permukiman Tradisional Bali. Jurnal Permukiman Natah, 1(1), 8 24. Dwijendra, N. K. (2009). Arsitektur & Kebudayaan Bali Kuno. Denpasar: Udayana Uviversity Press. Kumurur, V. A., & Damayanti, S. (2009). Pola perumahan dan pemukiman desa tenganan bali. Jurnal Sabua, 1(1), 1 7. Laurens, J. M. (2007). Arsitektur dan Perilaku Manusia. Jakarta: PT. Grasindo. Lynch, K. (1960). The Image of The City. Cambridge, Massachusetts: The MIT PRESS. 111

Mucuk, J. K. (2016, April 18). Morfologi Desa Bayung Gede, Company Visit 2016 Pascasarjana MTA Atmajaya Yogyakarta. (F. Pangasih, Interviewer) Pangasih, F., & Asvitasari, A. (2016). Pergeseran Konsep Morfologi Pada Desa Bali Aga. Studi Kasus: Desa Bayung Gede dan Desa Panglipuran. Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 11, Nomor 3, 111-125. Peraturan Daerah Provinsi Bali No.5 Tahun 2005 Tentang Persyaratan Arsitektur Bangunan Gedung Prayogi, P. A. (2011). Dampak Perkembangan Pariwisata Di Objek Wisata Penglipuran. Jurnal Perhotelan Dan Pariwisata, 1(1), 64 79. Prayogi, P. A., & Sonder, I. W. (2014). Pengembangan Rumah Tradisional Sebagai Sarana Akomodasi Di Desa Bayung Gede, Kabupaten Bangli. Jurnal Perhotelan Dan Pariwisata, 4(2), 235 247. Putri, D. A. E. (2015). Kearifan Ekologi Masyarakat Bayung Gede Dalam Pelestarian Hutan Setra Ari-Ari Di Desa Bayung Gede, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Skripsi Program Studi Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana Denpasar 2015. Reuter, T. A. (2005). CUSTODIANS OF THE MOUNTAINS : Budaya dan Masyarakat di Pegunungan Bali. Jakarta: Yayaysan Obor Indonesia. Sugiyono, S. (2007). Penelitian Pendidikan. Bandung: Penerbit Rosda Karya. Suryana. (2010). Metodologi Penelitian : Model Praktis Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Trancik, R. (1986). Finding Lost Space: Theories of Urban Design. New York: Nostrand Reinhold. Zahnd, M. (1999). Perancangan Kota secaraterpadu-teori Perancangan Kota dan Penerapannya. Yogyakarta: Kanisius. Website Google, Google Earth Pro, https://www.google.com/enterprise/mapsearth/products/earthpro.html. Diakses tanggal 9 mei 2016, pukul 16:24 WIB. Youtube, https://www.youtube.com/watch?v=do8m_yc0dns. Diakses pada tanggal 23 februari 2017, pukul 20.33 WIB. 112