BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
KESENJANGAN PERSEPSI DAN PEMAHAMAN INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DALAM PERENCANAAN WILAYAH DI KOTA SUKABUMI IRMA RAHMANIAH

BAB VII KETERCAPAIAN INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI KOTA SUKABUMI DAN ANALISIS KESENJANGAN

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

I. PENDAHULUAN. lainnya dapat hidup dan beraktivitas. Menurut Undang-Undang Nomor 24

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Model ekonomi keseimbangan umum digunakan untuk menganalisis secara

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH

SUSTAINABLE DEVELOPMENT : Paradigma baru metode Memadukan Pembangunan Ekonomi Dan Lingkungan. Oleh Dewi Triwahyuni

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Lampiran 1 Kuesioner untuk Stakeholder PENDAHULUAN

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

EVALUASI PENERAPAN PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DALAM PEMBANGUNAN DI KABUPATEN BOYOLALI

BERITA RESMI STATISTIK

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu upaya meningkatkan taraf hidup

I. PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi di Indonesia menyebabkan terjadinya pergeseran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang

BAB IV GAMBARAN UMUM

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015

Produk Domestik Regional Bruto Gross Regional Domestic Product

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Menghitung PDRB Hijau di Kabupaten Bandung

I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah pembangunan ekonomi bukanlah persoalan baru dalam

10 REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang

DAFTAR ISI DAFTAR ISI...

RPJMD KABUPATEN LINGGA BAB 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Produk Domestik Bruto (PDB)

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

5.3. VISI JANGKA MENENGAH KOTA PADANG

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

SEKILAS TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dikatakan baik apabila terjadi peningkatan pada laju pertumbuhan di

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya merupakan perairan dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008

SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat.

STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup

PENGARUH AKTIVITAS PARIWISATA TERHADAP KEBERLANJUTAN SUMBERDAYA WISATA PADA OBYEK WISATA PAI KOTA TEGAL TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

BAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

BAB I P E N D A H U L U A N. sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai

Analisis Isu-Isu Strategis

METODE PENELITIAN. Dalam beberapa tahun terakhir ini terdapat kecenderungan berupa

BAB 7. ASPEK EKONOMI & SOSIAL

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan,

BAB I PENDAHULUAN Tujuan Penulisan Laporan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan menurut Kartasasmita (1994) yaitu sebagai suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana. Pembangunan adalah untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan kualitas manusia yang terlebur dalam arus besar pembangunan untuk meningkatkan kualitas hidup. Apabila cara pembangunan seperti sekarang ini berlangsung terus, merusak lingkungan, maka kelangsungan pembangunan itu sendiri terancam. Hal ini memungkinkan adanya peningkatan kesejahteraan generasi masa depan juga akan terganggu. Menurut Salim (1987), orang sekarang tidak lagi bicara tentang kecukupan kebutuhan pokok atau pemerataan, tetapi mulai bertanya tentang kualitas hidup apa yang dihasilkan oleh proses pembangunan ini. Kualitas hidup tersebut mencakup baik kualitas lingkungan tempat manusia bermukim, maupun kualitas diri manusia itu sendiri. Rustiadi et al. (2009) menegaskan bahwa di masa sekarang dan yang akan datang diperlukan adanya pendekatan perencanaan wilayah yang berbasis pada hal-hal berikut : (i) sebagai bagian dari upaya memenuhi kebutuhan masyarakat untuk melakukan perubahan atau upaya untuk mencegah terjadinya perubahan yang diinginkan, (ii) menciptakan keseimbangan pembangunan antar wilayah, (iii) menciptakan keseimbangan pemanfaatan sumberdaya di masa sekarang dan masa yang akan datang (pembangunan berkelanjutan), dan (iv) disesuaikan dengan kapasitas pemerintah dan masyarakat untuk mengimplementasikan perencanaan yang disusun. Pada awal dekade 1980-an telah berkembang suatu paradigma pembangunan yang disebut paradigma pembangunan berkesinambungan yang kemudian dikenal menjadi pembangunan berkelanjutan. Alasan pengembangan paradigma pembangunan ini yaitu keterbatasan daya dukung sumberdaya alam.

2 Adapun definisi pembangunan berkelanjutan berdasarkan pengertian dari World Commision on Environment and Development (WCED) pada Tahun 1987 yaitu pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi kini tanpa membahayakan kemampuan generasi mendatang untuk dapat memenuhi sendiri kebutuhan mereka. Definisi ini sangat berkaitan erat dengan intra-generational equity (memenuhi kebutuhan generasi kini secara merata) dan inter-generational equity (memenuhi kebutuhan generasi kini dan generasi mendatang secara adil). Umat manusia memiliki kemampuan untuk menjadikan pembangunan ini berkelanjutan (sustainable) - untuk memastikan bahwa pembangunan ini dapat mencukupi kebutuhan sekarang tanpa mengkompromikan kemampuan generasi mendatang untuk mencukupi kebutuhan mereka sendiri. Konsep pembangunan berkelanjutan dikembangkan sejak KTT Bumi di Rio de Jeneiro, Brazil pada bulan Juni 1992. Hasil KTT Bumi tersebut adalah agenda 21 yaitu sebuah program global bagi pembangunan berkelanjutan yang mencakup dimensi pertumbuhan ekonomi, pembangunan sosial dan perlindungan lingkungan hidup (World bank, 2001). Konsep pembangunan keberlanjutan diamanatkan pula dalam Amandemen Undang-undang Dasar 1945 yaitu pasal 28 H ayat (1) dan pasal 33 ayat (4). Hal ini mempunyai arti bahwa pasal tersebut menjadi dasar dalam rumusan hukum tertinggi di Indonesia dan menunjukkan bahwa kebijakankebijakan pembangunan di Indonesia haruslah mengacu terhadap prinsip dalam pasal-pasal tersebut. Sebagai katalisator dan monitoring terhadap tercapainya prinsip pembangunan berkelanjutan, maka haruslah ada indikator-indikator untuk mengukurnya Rustiadi et al. (2009) mengartikan bahwa indikator merupakan ukuran kuantitatif dan/atau kualitatif yang menggambarkan pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, indikator kinerja harus merupakan sesuatu yang akan dihitung dan diukur serta digunakan sebagai dasar untuk menilai atau melihat tingkat kinerja baik dalam tahap perencanaan,pelaksanaan, maupun tahap setelah kegiatan selesai dan berfungsi. Selain itu, indikator kinerja digunakan untuk meyakinkan bahwa hari demi hari organisasi atau program yang bersangkutan menunjukkan kemajuan dalam rangka menuju tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

3 Ada beberapa indikator untuk menilai pembangunan berkelanjutan di suatu negara/kota. Hal ini seperti yang terdapat dalam Buku Indicators of Sustainable Development : Guidelines and Methodoligies - third edition ( United Nation Publicity, 2007) yang menyebutkan bahwa indikator penilaian keberlanjutan tersebut (yang dikeluarkan oleh Commission on Sustainable Development, United Nations) terdiri dari 14 tema utama dengan 44 sub tema, 50 indikator utama dan 46 indikator lain. Indikator menjadi sesuatu yang penting karena indikator merupakan petunjuk yang memberikan indikasi tentang suatu keadaan dan merupakan refleksi dari keadaan tersebut, artinya dengan menggunakan indikator maka dapat berfungsi dalam mengklasifikasi sehingga mempermudah untuk membuat suatu keputusan atau kebijakan. Penelitian yang terkait dengan pembangunan berkelanjutan telah banyak dilakukan. Purnomo (2002) melakukan pengkajian terhadap penerapan dari model persamaan struktural dalam melihat keterkaitan antar indikator pembangunan berkelanjutan di Pulau Jawa dan Luar Jawa. Hasil penelitiannya memperlihatkan bahwa keberlanjutan dan ketidakberlanjutan pembangunan tergantung terhadap kondisi sumberdaya manusia-nya. Lain halnya dengan yang dilakukan Nurmalasari (2003) yang menerapkan metode analisis Procrustes dan autokorelasi spasial dalam melihat hubungan jarak kota dengan indikator pembangunan berkelanjutan yang ada di Provinsi Jawa Barat. Adapun hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa autokorelasi spasial mempunyai indikasi yang negatif terhadap sebagian besar pencapaian indikator pembangunan berkelanjutan di Provinsi Jawa Barat. Peneliti dari luar negeri juga banyak yang telah meneliti tentang pembangunan berkelanjutan dan pencapaian indikator-indikatornya. Seperti halnya yang dilakukan Doody et al. (2008) yang menerapkan Q-method sebagai metoda partisipasi publik dalam pemilihan indikator pembangunan berkelanjutan. Lokasi penelitiannya yaitu salah satu kota di Irlandia. Q-method digunakan untuk mengkombinasikan opini publik dengan keahlian teknis dalam menghasilkan daftar indikator yang relevan terhadap publik. Metode ini terdiri dari kumpulan pernyataan, analisis pernyataan tersebut, Q-sort dan analisis Q-sort. Hasil dari

4 penelitian ini yaitu daftar pernyataan dan kerangka kerja yang efektif tentang indikator keberlanjutan dari para ahli berbagai bidang yang dikombinasikan dengan persepsi masyarakat yang disesuaikan dengan manfaat yang didapat sesuai kehidupan masyarakat sehari-hari. Dalam aspek yang lain Surd et al. (2011) meneliti tentang solusi geo-spasial terhadap visi stratejik dan konsep perencanaan wilayah dan pembangunan berkelanjutan di Rumania. Adapun penelitiannya menunjukkan bahwa dalam pengembangan dan implementasi konsep kemitraan strategis perencanaan wilayah (baik jangka pendek, menengah maupun jangka panjang) identifikasi solusi geospasial yang sesuai, merupakan kunci faktor yang mendasari pelaksanaan kebijakan daerah yang diperlukan untuk menjamin kerangka kerja bagi pengembangan pembangunan berkelanjutan dan seimbang. Counsell dan Haughton (2006) dalam penelitian yang lain menyebutkan bahwa penilaian keberlanjutan (sustainability appraisal) merupakan suatu teknik untuk mencapai tujuan dari pembangunan berkelanjutan dalam suatu perencanaan wilayah. Penilaian keberlanjutan sekarang telah dipadukan dengan proses perencanaan wilayah dan bahkan prakteknya, hal ini merupakan refleksi dari perhatian pemerintah terhadap regulasi perencanaan menurut pandangan masing-masing terhadap pembangunan berkelanjutan. Menurut kedua peneliti tersebut, dengan penilaian berkelanjutan akan membantu dalam sistem perencanaan dengan transparansi dan partisipasi yang lebih besar. Kegagalan pemerintah dalam memperbaiki konflik ekonomi, sosial maupun lingkungan merupakan bukti ketidaktercapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. Seperti kota-kota lain di Indonesia, Kota Sukabumi merupakan suatu kota yang terus meningkat jumlah penduduknya. Rata-rata laju pertumbuhan penduduk Kota Sukabumi selama kurun waktu lima Tahun (Tahun 2005-2009) yaitu ratarata sebesar 1,31% tiap tahunnya (lihat Tabel 1). Laju pertumbuhan yang relatif besar ini merupakan suatu hal yang harus diantisipasi mengingat luas lahan di Kota Sukabumi hanya 4.800,23 Ha yang berarti bahwa pada Tahun 2009 kepadatan penduduk Kota Sukabumi yaitu sebesar 5.879,75 jiwa/km. Peningkatan jumlah penduduk dapat menambah tekanan pada sumberdaya dan memperlambat peningkatan taraf hidup di daerah-daerah yang kemelaratan sudah

5 tersebar luas. Meskipun masalahnya bukanlah semata-mata jumlah penduduk namun adalah distribusi sumberdaya; pembangunan berkelanjutan hanya dapat dicapai bila pembangunan demografi selaras dengan perubahan potensi produktif ekosistem (WCED, 1987). Dalam pelaksanaan pembangunan, penduduk bukan hanya merupakan modal akan tetapi penduduk dapat menjadi beban pembangunan apabila tidak diarahkan kepada peningkatan kualitas sumberdaya manusianya. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan syarat penting tidak hanya untuk mengumpulkan pengetahuan dan kemampuan teknis, namun juga untuk menciptakan nilai-nilai baru untuk membantu individu dan bangsa keseluruhan dalam mengatasi realitasrealitas sosial, lingkungan dan pembangunan yang berubah cepat. Tabel 1 Perkembangan dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Sukabumi Tahun 2005 2009 No. Tahun Jenis Kelamin LPP Lakilaki Perempuan Jumlah (%) (Jiwa) 1 2005 136.673 136.205 272.878 1,37 2 2006 138.548 138.067 276.615 1,37 3 2007 140.413 139.956 280.369 1,36 4 2008 142.238 141.887 281.030 1,34 5 2009 142.689 139.539 282.228 1,31 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Sukabumi,2011 Seiring dengan perkembangan jumlah penduduk, di Kota Sukabumi juga terjadi perubahan penggunaan lahan secara signifikan. Selama 5 (lima) tahun terdapat kenaikan luas lahan pekarangan dan rumah sebesar 5% sedangkan penggunaan lahan lainnya mengalami penurunan. Perbandingan penggunaan lahan antara Tahun 2005 dan Tahun 2009 di Kota Sukabumi dapat dilihat pada Gambar 1.

6 2.500 2.000 1.500 Luas Lahan (Ha) 1.000 500 - Pekarangan & Rumah Tegal/kebun Lain-lain Kolam/tebat/e mpang tahun 2005 1.891 293 201 97 tahun 2010 1.993 152 181 91 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Sukabumi,2011 Gambar 1 Penggunaaan lahan di Kota Sukabumi Tahun 2005 dan Tahun 2009 (Ha) 1.2 Perumusan Masalah Kota Sukabumi berada pada posisi strategis karena berada diantara pusat pertumbuhan megaurban JABOTADEBEK dan BANDUNG RAYA, sehingga merupakan salah satu kawasan andalan dari 8 kawasan andalan di Jawa Barat (RTRW Jawa Barat) yang berpotensi selain memacu perkembangan wilayahnya juga mendorong pertumbuhan wilayah-wilayah disekitarnya (hinterland). Untuk lebih jelas batas administrasi dan posisi Kota Sukabumi dapat dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3. Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Sukabumi Tahun 2002 2011 yang ditetapkan oleh Peraturan Daerah Kota Sukabumi No.8 Tahun 2002 tentang RTRW Kota Sukabumi Tahun 2002-2011 disebutkan bahwa terdapat 8 (delapan) fungsi Kota Sukabumi yaitu perumahan/permukiman, pemerintahan, perdagangan dan jasa, koleksi dan distribusi, parawisata, pusat pengembangan industri, pusat pendidikan dan pusat. Sesuai dengan visi pembangunan Kota Sukabumi Tahun 2005-2025 seperti yang termuat dalam RPJPD Kota Sukabumi Tahun 2005-2025 yaitu : Terwujudnya Kota Sukabumi sebagai pusat pelayanan berkualitas bidang

7 pendidikan, kesehatan dan perdagangan di Jawa Barat berlandaskan iman dan taqwa, maka kota ini termasuk salah satu tujuan investasi dari luar daerah. Nilai investasi di Kota Sukabumi relatif terus meningkat seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4. 140.000.000.000,00 120.000.000.000,00 Nilai Investasi (Rp.) 100.000.000.000,00 80.000.000.000,00 60.000.000.000,00 40.000.000.000,00 20.000.000.000,00 0,00 2007 2008 2009 2010 Investasi Per Tahun (Rp) 103.003.620.7 67.729.525.27 117.341.289.8 125.351.450.0 Sumber : Kantor Penanaman Modal Kota Sukabumi,2011 Gambar 4 Nilai Investasi PMDN Di Kota Sukabumi Tahun 2007-2010 Investasi yang ditanamkan di suatu kota berkaitan erat dengan meningkatnya pembangunan fisik di kota tersebut., hal ini sesuai dengan kondisi di Kota Sukabumi, dimana pembangunan fisiknya terus meningkat (Gambar 5). Jumlah IMB 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 Triwulan 1 Triwulan 2 Sumber : Kantor Penanaman Modal Kota Sukabumi,2011 Triwulan 3 Triwulan 4 Tahun 2010 91 124 113 143 Tahun 2011 124 156 165 Gambar 5 Jumlah Ijin Mendirikan Bangunan yang diterbitkan selama Tahun 2010 dan Tahun 2011 di Kota Sukabumi

8 Gambar 2 Peta Administrasi Kota Sukabumi Provinsi Jawa Barat Gambar 3 Peta Orientasi Kota Sukabumi Provinsi Jawa Barat

9 Aspek ekonomi adalah salah satu aspek terpenting dalam menentukan indikator pembangunan wilayah. Diantara berbagai indikator ekonomi, indikator mengenai pendapatan masyarakat di suatu wilayah merupakan indikator yang terpenting. Salah satu ukuran produktivitas wilayah yang paling umum dan paling diterima secara luas sebagai standar ukuran pembangunan dalam skala wilayah dan negara yaitu Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atau Gross Domestic Product (GDP). Walaupun Redclift (1990) menyebutkan bahwa PDRB mempunyai keterbatasan, dimana ukurannya aktivitas produktif yang disebutkan didalamnya berarti sempit, termasuk didalamnya aktivitas produktif dari rumah tangga karena banyak diantaranya dikerjakan oleh wanita dan anak-anak. PDRB merupakan ukuran dari aktivitas sektor formal, meskipun dalam sektor utama (seperti pertanian) atau dalam industri dan jasa. Sedangkan sektor informal, dimana pasar eksis tetapi tidak sepenuhnya dilaporkan secara statistik, dan dengan apa masyarakat menghasilkan untuk konsumsi mereka sendiri tidak diperlihatkan dalam gambaran PDRB. Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Sukabumi dalam Buku tentang PDRB Kota Sukabumi Per Kecamatan Tahun 2009 menyebutkan bahwa laju pertumbuhan ekonomi Kota Sukabumi pada Tahun 2009 mencapai 6,14 persen sedangkan pada Tahun 2008 sebesar 6,11 persen. Kondisi tersebut menggambarkan pertumbuhan ekonomi pada tahun tersebut mengalami peningkatan sebesar 0,03 persen. Namun demikian pertumbuhan ekonomi Kota Sukabumi pada tahun tersebut masih diatas rata-rata pertumbuhan ekonomi Jawa Barat yaitu sebesar 4,29 persen. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan perkembangan atau pertumbuhan riil perekonomian, atau dapat menggambarkan kinerja pembangunan dari suatu periode ke periode sebelumnya. Adapun pertumbuhan ekonomi yang digambarkan dalam nilai PDRB di Kota Sukabumi dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar tersebut menunjukkan lapangan usaha perdagangan, hotel dan restoran memberikan kontribusi tersebar dalam pembentukan PDRB di Kota Sukabumi. Hal ini sesuai dengan lapangan

10 usaha yang menjadi sumber mata pencaharian penduduk terbanyak di Kota Sukabumi, yaitu sebagai buruh dan pedagang (setelah proporsi yang terbesar yaitu pelajar dan mahasiswa) seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2. (Lapangan Usaha) JASA-JASA KEUANGAN,PERSEWAAN DAN JASA PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI PERDAGANGAN,HOTEL DAN BANGUNAN LISTRIK,GAS DAN AIR BESIH INDUSTRI PENGOLAHAN PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN PERTANIAN,PETERNAKAN,KEHUTAN - 1.000.000,00 2.000.000,00 3.000.000,00 Sumber : Kota Sukabumi Dalam Angka Tahun 2010 Gambar 6 Perkembangan PDRB Kota Sukabumi Dari Tahun 2006-2009 Tabel 2 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kota Sukabumi Tahun 2009 Kecamatan Mata Pencaharian Baros Citamiang Warudoyong Gunung Puyuh Cikole Lembur Situ Cibeureum Jumlah P e t a n i 495 435 1.762 2.332 425 3.069 2.182 10.700 Pegawai Negeri 1.242 1.579 1.294 1.628 2.351 517 630 9.241 Pegawai Swasta 2.650 2.404 2.871 1.562 8.583 2.130 630 21.970 TNI + POLRI 91 109 200 678 340 114 102 1.634 Pensiunan 350 1.087 933 1.307 1.102 215 224 5.218 Pedagang 2.971 5.329 3.614 2.073 5.916 4.090 2.382 26.375 B u r u h 2.778 6.843 6.932 3.839 6.199 5.476 3.325 35.392 Pelajar/Mhs. 6.251 3.232 11.350 12.931 13.149 5.105 1.755 62.068 Lainnya 12.328 11.350 20.277 13.541 17.249 12.118 17.863 10.977 Jumlah Th. 2009 29.156 16.393 49.233 39.891 55.314 32.834 30.233 282.228 Sumber : Kota Sukabumi Dalam Angka Tahun 2010 Pada dasarnya Kota Sukabumi memiliki sumberdaya alam yang terbatas, namun demikian kondisi alam yang ada menjadi salah salah satu modal dasar dalam pembangunan disamping sumber daya manusia (SDM) Kota Sukabumi. Kondisi alam yang dimiliki tetap dipertahankan agar tidak mengalami degradasi

11 kualitasnya yang tentunya dapat merugikan Kota Sukabumi di masa-masa yang akan datang. Kegiatan transportasi yang menggunakan kendaraan bermotor merupakan sumber utama penyebab terjadinya pencemaran udara di Kota Sukabumi yaitu dengan dihasilkannya gas buangan berupa CO, NO 2, Hidrokarbon dan SO 2 yang merupakan parameter-parameter penting akibat aktivitas ini. Unsur-unsur tersebut adalah bahan logam timah yang ditambahkan kedalam bensin berkualitas rendah untuk meningkatkan nilai oktan guna mencegah terjadinya letupan pada mesin. Udara yang tercemar dengan partikel dan gas ini dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang berbeda tingkatan dan jenisnya, tergantung dari macam, ukuran dan komposisi kimiawinya. Gangguan tersebut terutama terjadi pada fungsi faal dari organ tubuh, paru-paru, susunan saraf pusat dan pembuluh darah juga menyebabkan iritasi pada mata dan kulit. Meskipun kualitas udara di Kota Sukabumi pada tiga titik lokasi pengujian masih dibawah ambang batas yang disyaratkan seperti yang diperlihatkan pada Tabel 3, akan tetapi hal ini tetaplah harus diantisipasi, sehingga tidak menjadi masalah dikemudian hari. Tabel 3 Pekiraan Emisi CO 2 dari Konsumsi Energi menurut Sektor Pengguna di Kota Sukabumi Tahun 2009 No. Sektor Energi Pengguna Konsumsi Energi Emisi CO 2 (Ton/Tahun) 1. Transportasi 905.400 10.500 2. Industri 5.400 33 3. Rumah Tangga 94.400 704 Total 1.005.200 11.237 Sumber : Buku Satuan Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Sukabumi Tahun 2009 Menurut Buku Resume RPJMD Kota Sukabumi Tahun 2008-2013, kondisi sumberdaya alam dan lingkungan hidup dalam hal ini sungai di Kota Sukabumi kondisinya semakin memprihatinkan, terutama pada pemukimanpemukiman padat di sepanjang bantaran sungai. Masyarakat Kota Sukabumi banyak yang masih membuang sampah dan tinja ke sungai. Kondisi tersebut merupakan salah satu penyebab banjir pada musim hujan. Perilaku membuang sampah dan membuang tinja ke sungai memperlihatkan bahwa sebanyak 13,8% dari jumlah Kepala Keluarga (KK) di Kota Sukabumi

12 mempunyai kebiasaan membuang sampah ke sungai. Hal ini erat kaitannya dengan perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat. Kondisi ini salah satunya disebabkan pula oleh kurang tersedianya sarana dan prasarana Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPSS) di lokasi-lokasi tertentu di kota. Terkait dengan pembangunan perkotaan, maka kota yang menganut paradigma pembangunan berkelanjutan dalam rencana tata ruangnya merupakan suatu kota yang nyaman bagi penghuninya, dimana akses ekonomi dan sosial budaya terbuka luas bagi setiap warganya untuk memenuhi kebutuhan dasar maupun kebutuhan interaksi sosial warganya serta kedekatan dengan lingkungannya. Simonds dalam Budiharjo dan Sujarto (1999) mengingatkan bahwa kita agar berhati-hati dalam mengelola kota dan lingkungan binaan manusia. Disebutkan bahwa para pengelola kota bersama kalangan pengusaha, dan masyarakat luas sedang bersama-sama melakukan apa yang disebutnya dengan ecological suicide atau bunuh diri ekologis. Prakiraan tentang anatomi kota masa depan memang sulit dilakukan, mengingat banyaknya aktor-aktor pembangunan yang terlibat. Menurut Budihardjo dan Sujarto (1999) kota masa depan yang diinginkan yaitu wajah kota yang humanopolis. Kota humanopolis yaitu pembangunan kota dengan wajah kota yang ditentukan sendiri sepenuhnya oleh warganya. Keterlibatan warga kota dalam pembangunan kota yang berwajahkota yang berwajah manusia tidak sekadar terbatas pada pemberian informasi, penyelenggaraan diskusi dan konsultasi, tetapi sudah sampai pada tahap citizen power. Rakyatlah yang lebih menentukan wajah kota masa depan. Kota yang berkelanjutan adalah suatu daerah perkotaan yang mampu berkompetisi secara sukses dalam pertarungan ekonomi global dan mampu merpertahankan vitalitas budaya serta keserasian lingkungan. Keberlanjutan pada hakikatnya adalah suatu etik, suatu perangkat prinsip-prinsip, dan pandangan masa depan. Konsep kota yang berkelanjutan merupakan suatu konsep global yang kuat yang diekspresikan dan diaktualisasikan secara lokal. Menurut Menurut Budihardjo dan Sujarto (1999) konsep kota yang berkelanjutan merupakan konsep yang bersifat holistik yang mengkategorisasikan

13 adanya jenis capital stock yaitu natural capital stock (berupa segala sesuatu yang disediakan oleh alam); human-made capital stock (antara lain dalam wujud investasi dan teknologi); human capital stock (berupa sumberdaya manusia dengan segenap kemampuan, keterampilan dan perilakunya); dan social capital stock (berupa organisasi sosial, kelembagaan atau institusi. Konsep kota yang berkelanjutan haruslah sudah dipikirkan oleh segenap pelaku pembangunan yang terlibat dalam pembangunan perkotaan. Kota harus berkembang terus secara berkelanjutan, melalui saling kebergantungan dan saling mendukung secara resiprokal antara elemen alam dan elemen buatan manusia. Untuk mewujudkan impian menjadi kota yang berkelanjutan, maka persepsi dan pemahaman segenap pelaku pembangunan termasuk masyarakat tentang prinsip pembangunan berkelanjutan itu sendiri haruslah sama. Apabila prinsip pembangunan berkelanjutan sudah dipahami oleh pelaku pembangunan dengan proses perencanaan partisipatif atau bersama-sama, maka dokumen perencanaan yang merupakan hasil penyusunan bersama pelaku pembangunan pun akan terjiwai oleh prinsip pembangunan berkelanjutan. Tercapainya prinsip pembangunan berkelanjutan pada suatu daerah dapat diukur melalui ketercapaian indikator pembangunan berkelanjutan di daerah tersebut. Oleh sebab itu maka penelitian yang akan dilakukan merupakan upaya dalam mengidentifikasi sejauhmana persepsi stakeholder dan masyarakat di Kota Sukabumi sebagai pelaku pembangunan mengenai pembangunan berkelanjutan serta mengkaji pencapaian indikator pembangunan berkelanjutan di Kota Sukabumi. Penelitian ini juga akan melihat sejauhmana prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan menjiwai terhadap dokumen perencanaan wilayah yang telah ada. Dari penelitian tersebut diharapkan dapat menganalis apakah terjadi kesenjangan/gap antara persepsi stakeholder dan masyarakat tentang pembangunan berkelanjutan, ketercapaian indikator pembangunan berkelanjutan eksisting serta dokumen perencanaan wilayah yang telah dihasilkan dari Kota Sukabumi.

14 Memperhatikan uraian latar belakang dan perumusan masalah di atas, ada beberapa pertanyaan penelitian yang diajukan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Bagaimana persepsi dan pemahaman stakeholder di Kota Sukabumi tentang prinsip pembangunan berkelanjutan? 2. Sejauhmana prinsip pembangunan berkelanjutan telah diterapkan pada dokumen perencanaan di wilayah Kota Sukabumi? 3. Sampai sejauh mana ketercapaian indikator pembangunan berkelanjutan yang ada di Kota Sukabumi? 4. Sampai sejauh mana kesenjangan/gap antara persepsi dan pemahaman stakeholder di Kota Sukabumi tentang prinsip pembangunan berkelanjutan, realita ketercapaian indikator pembangunan berkelanjutan di Kota Sukabumi dengan dokumen perencanaan wilayahnya? 1.3 Tujuan Penelitian Apabila membaca uraian permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini yaitu : 1. Mengidentifikasi persepsi dan pemahaman stakeholder dan masyarakat di Kota Sukabumi tentang prinsip pembangunan berkelanjutan. 2. Mengidentifikasi prinsip pembangunan berkelanjutan yang ada dalam dokumen perencanaan di Kota Sukabumi (khususnya draft RTRW Kota Sukabumi Tahun 2009-2029 dan RPJPD Kota Sukabumi Tahun 2005-2025 ). 3. Menganalisis ketercapaian indikator pembangunan berkelanjutan di Kota Sukabumi. 4. Menganalisis ada tidaknya kesenjangan/gap antara persepsi dan pemahaman stakeholder dan masyarakat di Kota Sukabumi tentang prinsip pembangunan berkelanjutan, realita ketercapaian indikator pembangunan berkelanjutan di Kota Sukabumi dengan dokumen perencanaan wilayahnya.

15 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan berguna dalam memberikan masukan dan informasi sebagai bahan pertimbangan Pemerintah Kota Sukabumi dalam perumusan perencanaan pembangunan di wilayahnya. 1.5 Kerangka Pemikiran Pembangunan yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tidak dapat terhindarkan dari penggunaan sumberdaya alam; namun eksploitasi sumberdaya alam yang tidak mengindahkan kemampuan dan daya dukung lingkungan mengakibatkan merosotnya kualitas lingkungan. Pembangunan berkelanjutan harus diletakkan sebagai kebutuhan dan aspirasi manusia kini dan masa depan. Oleh sebab itu, maka hak-hak asasi manusia seperti hak-hak ekonomi, sosial, budaya, dan hak atas pembangunan dapat membantu memperjelas arah dan orientasi perumusan konsep pembangunan yang berkelanjutan. Pembangunan yang seimbang dan berkelanjutan mencakup keempat aspek keberlanjutan yaitu ekonomi, sosial, lingkungan dan kelembagaan. Tercapainya tujuan pembangunan berkelanjutan hanya dapat diwujudkan apabila perencanaan pengembangan suatu wilayah telah dijiwai oleh prinsip keberlanjutan yang tentunya harus dipahami oleh semua pihak karena akan berperan dan turut serta baik dalam perencanaan maupun pelaksanaannya. Perencanaan wilayah yang disusun dengan proses perencanaan partisipatif yang dilakukan secara bersamasama stakeholder terkait dan masyarakat dengan prinsip-prinsip dalam pembangunan berkelanjutan akan menghasilkan perencanaan pembangunan yang seimbang dan berkelanjutan.

16 Gambar 7. Adapun kerangka pemikiran penelitian ini yaitu dapat dilihat pada Paradigma Pembangunan Berkelanjutan Perencanaan Wilayah Pembangunan Yang Seimbang dan Berkelanjutan Economic Growth Social Progress Ecological Balance Institutional Sustainability Perencanaan Partisipatif Ketercapaian Indikator Pembangunan Berkelanjutan Stakeholder dan masyarakat Persepsi tentang Pembangunan Berkelanjutan Gambar 7 Kerangka Pemikiran