DATA DAN ANALISA. - Muljana, Slamet Tafsir Sejarah Nagara Kretagama, Yogyakarta : LKiS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

KONSEP DESAIN. sinematik adalah cara (gaya) untuk mengolahnya.

I. PENDAHULUAN. Dalam perjalanan Negara Kesatuan Republik Indonesia mencapai kemerdekaan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara etimologis konsep tinjauan historis terdiri dari dua kata yakni tinjauan dan

VISUALISASI CERITA SEJARAH SUMPAH PALAPA MELALUI MEDIA KOMIK

BAB I PENDAHULUAN. juga sudah mulai mengantisipasi perfilman animasi. Media periklanan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Judul Perancangan 2. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. film merupakan media massa yang digemari oleh masyarakat di Indonesia.

BAB 2 DATA DAN ANALISIS Perang Wanara dan Raksasa. satu ksatria yang sangat ditakuti oleh lawannya.

BAB I PENDAHULUAN. Larasita Puji Daniar, 2014 Legenda Ciung Wanara Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

Kidung Sunda Pride, Sacrifice, Greed and Love

BAB I PENDAHULUAN. dari banyaknya judul film yang muncul di bioskop bioskop di Indonesia saat ini.

PERANCANGAN PERMAINAN DIGITAL KRONIK MAJAPAHIT SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN SEJARAH SUMPAH PALAPA UNTUK REMAJA

: Ainul Khilmiah, Ella yuliatik, Anis Citra Murti, Majid Muhammad Ardi SMART?: SEBUAH TAFSIR SOLUSI IDIOT ATAS PENGGUNAAN TEKNOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. olahraga dengan penggunaan teknik super slow motion berjudul ASA.

5.1 Visualisasi Gajah Mada. Gambar 5.1 Visualisasi Gajah Mada

Kerajaan-Kerajaan Hindu - Buddha di indonesia. Disusun Oleh Kelompok 10

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya sebagai media hiburan saja melainkan sebagai media komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

CONTOH BAB I PENDAHULUAN

MENGANGKAT NILAI-NILAI PLURALISME DALAM NEGARAKERTAGAMA DI SITUS TROWULAN KABUPATEN MOJOKERTO

1. Menurut pendapat kamu teori atau pendapat mana yang paling kuat terkait dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia kesastraan terdapat suatu bentuk karya sastra yang

BAB 1 PENDAHULUAN. membuat setiap bisnis film di bioskop tetap eksis dan mulai mampu bersaing

Menelusuri Rancang Bangun Perahu Pada Masa Kerajaan Majapahit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan industri perfilman di Indonesia mempunyai sisi kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

STIKOM SURABAYA BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Banyaknya masyarakat miskin di Indonesia menjadikan Indonesia negara

Hasil Wawancara Dengan Ki Kasim Kesdo Lamono dan Paguyuban Cinde

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2015 LANGIT SENJA PALAGAN BUBAT SAKSI BELA PATI CITRARESMI SEBAGAI IDE BERKARYA SENI LUKIS DENGAN TEKNIK LAYER PADA MEDIUM AKRILIK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mereka mempunyai pandangan tersendiri terhadap dunia luar.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, dan penerangan (Shadily, 1980, p.1007). bergerak. Dalam bahasa Indonesia, dahulu dikenal istilah gambar hidup, dan

BAB I. PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan teknologi tanpa disadari telah mempengaruhi hidup kita.

ABSTRAK. : Antonime, Film Pendek, Film Pendek Bisu, Pantomime, Produser

Mahendra Dinata

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kedalam bentuk film bukanlah hal baru lagi di Indonesia. membantu dalam menggagas sebuah cerita yang akan disajikan dalam film.

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. I.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. seni juga mengalami perkembangan. Seni bahkan menyatu dengan kemajuankemajuan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang sangat pesat. Apalagi banyak masyarakat yang membutuhkan teknologi itu

BAB I PENDAHULUAN. diproduksi semenarik mungkin agar penonton tidak merasa bosan. Berbagai

I.PENDAHULUAN. Majapahit adalah salah satu kerajaandi Indonesia yangberdiri pada tahun 1293-

I. PENDAHULUAN. melalui tayangan cerita yang ditampilkan dalam film tersebut. Cerita yang ada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra tidak lahir dalam kekosongan budaya (Teew, 1991:

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk face to face maupun menggunakan alat (media). Media

Perancangan Media Komik Dari Buku Gajahmada Karangan Langit K.Hariadi. Gilbert Jansen

FASILITAS KOMUNITAS KOMIK INDONESIA BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. animasi 2,5 dimensi bergenre drama tentang tentang berkurangnya populasi

Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila telah ada di Indonesia pada bangsa Indonesia sejak zaman dahulu sebelum bangsa Indonesia terbentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

SUMPAH PALAPA SUMPAH SANG MAHA PATIH BERDARAH SUNDA

PENDIDIKAN PANCASILA. Hakikat Pancasila dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia. Novia Kencana, S.IP, MPA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan teknologi telah menjadi bagian terpenting dalam pembuatan film

BAB I PENDAHULUAN. horor adalah film yang penuh dengan eksploitas unsur unsur horor yang

BAB I PENDAHULUAN. dan bagaimana konsumen dipengaruhi oleh lingkungannya, kelompok referensi,

II. METODOLOGI. A. Kerangka Berpikir Studi

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya di takdirkan untuk menjadi seorang pemimpin atau leader, terutama

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kini, film merupakan salah satu pilihan utama masyarakat untuk mencari

BAB I PENDAHULUAN. Film Dokumenter tidak seperti halnya film fiksi (cerita) merupakan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. game berjalan beriringan, dan para desainer saling bersaing secara kreatif. Fakta

PERJUANGAN GAJAH MADA DALAM PERLUASAN WILAYAH KEKUASAAN MAJAPAHIT DI NUSANTARA TAHUN ABSTRACT

Wujud Garapan pakeliran Jaya Tiga Sakti Kiriman I Gusti Ngurah Nyoman Wagista, Mahasiswa PS. Seni Pedalangan ISI Denpasar. Wujud garapan pakeliran

Ekonomi dan Bisnis Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. keinginannya. Hal inipun diatur dalam Undang-Undang Dasar Terdapat paham liberalisme dimana liber yang artinya bebas atau

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan kehidupan yang diwarnai oleh sikap, latar belakang dan

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah pencerminan kehidupan masyarakat. Melalui karya sastra, seorang

BAB I PENDAHULUAN. sastra memiliki kekhasan dari pengarangnya masing-masing. Hal inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. seniman melalui berbagai bentuk media yang digunakannya. Melalui karya seni inilah

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengolah unsur-unsur tadi, film itu sendiri mempunyai banyak unsur-unsur

BAB I PENDAHULUAN. pada satu atau beberapa karakter utama yang sukses menikmati perannya atau

dapat dilihat bahwa media massa memiliki pengaruh yang besar dalam

MEDIA PEMBELAJARAN HURUF AKSARA JAWA UNTUK SISWA KELAS III VI SEKOLAH DASAR BERBASIS GAME EDUKASI

PERANCANGAN KONSEP ADAPTASI PERMAINAN TRADISIONAL BAS-BASAN SEPUR DALAM PERMAINAN DIGITAL AMUKTI PALAPA

BAB III Analisa Masalah

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL FILM PENDEK ANIMASI THE LETTER S JOURNEY

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak bisa apa apa di bawah bayang bayang kekuasaan kaum pria di zaman

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam hal produksi ataupun dalam hal berakting. Film itu sendiri dapat juga

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Karya sastra itu dapat dinikmati dan dipahami oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Seni Fotografi Semarang. Ilham Abi Pradiptha Andreas Feininger, Photographer,

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya zaman ke arah modern membuat kepopuleran ludruk

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Simpulan. asing, kata sapaan khas atau nama diri, dan kata vulgar. Kata konotatif digunakan

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 5. PERADABAN AWAL INDONESIA DAN DUNIALATIHAN SOAL BAB 5. 1, 2 dan 3. 1, 2 dan 4. 1, 2 dan 5.

Transkripsi:

DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data - Muljana, Slamet. 2006. Tafsir Sejarah Nagara Kretagama, Yogyakarta : LKiS Yogyakarta. - Direktorat Peninggalan Purbakala. Majapahit Trowulan. 2006. Jakarta : Indonesian Heritage Society. - Santoso, Jo. Arsitektur-kota Jawa Kosmos, Kultur & Kuasa. 2008. Jakarta : Centropolis. - Hariadi, Langit Kresna. Gajah Mada Hamukti Palapa. 2007. Solo. Tiga Serangkai. - Hariadi, Langit Kresna. Gajah Mada Perang Bubat. 2007. Solo. Tiga Serangkai. - Groslier, Bernard Philippe. Indocina Persilangan Kebudayaan. 2007.Jakarta : KPG. - Padmapuspita, Ki J. Pararaton : terjemahan bahasa Indonesia. 1966. Yogyakarta. Penerbit Taman Siswa. - 2009, Majapahit, www.wikipedia.com - 2009, Gajah Mada, www.wikipedia.com - 2009, Kidung Sunda, www.wikipedia.com - Pratista, Himawan. Memahami Film. 2008. Yogyakarta : Homerian Pustaka. - Okky. 2008. Sejarah Animasi Indonesia.Majalah Concept, volume 04 (22), pp19, 34. - Dameria, Anne. Color Basic : Panduan Dasar Warna untuk desainer & Industri Grafika. 2007. Jakarta : Link Match Graphic. 5

6 2.2 Gambaran umum tentang Hamukti Palapa Hamukti Palapa (Sumpah Palapa) adalah sebuah sumpah yang diucapkan oleh Gajah Mada pada saat pelantikannya sebagai Mahapatih Amangkubumi (pada masa sekarang dapat disamakan sebagai perdana menteri, namun memiliki tingkat yang sedikit lebih tinggi karena tingkatnya nomor dua setelah raja). Sumpah itu menyatakan bahwa dia tidak akan menikmati kenikmatan dunia sebelum menyatukan seluruh Nusantara. Bunyi sumpah itu adalah : Lawun huwus kalah Nusantara ingsun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring seram, Tanjungpura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasek, samana ingsun amukti palapa. Dalam film Hamukti Palapa ini bercerita tentang upaya Gajah Mada mewujudkan mimpinya itu, mulai dari keberhasilan Gajah Mada menumpas pemberontakan Sadeng yang menyebabkan dia diangkat menjadi Mahapatih tiga tahun kemudian, peristiwa pengucapan sumpah, beberapa gambaran penaklukan-penaklukan, hingga peristiwa perang Bubat yang juga merupakan usaha Gajah Mada memenuhi sumpahnya untuk menaklukkan kerajaan Sunda Galuh yang akibatnya menyebabkan Gajah Mada kehilangan jabatannya sebagai mahapatih. 2.3 Gambaran umum tentang film Hamukti Palapa Film Hamukti Palapa adalah film yang bergenre epik kolosal untuk menggambarkan sepak terjang Gajah Mada dalam menaklukkan kerajaan-kerajaan lain di Nusantara. 2.3.1 Definisi film Hamukti Palapa Film Hamukti Palapa adalah film animasi pendek yang berkisah tentang alur sejarah Gajah Mada dalam mewujudkan sumpahnya untuk mempersatukan Nusantara. Film ini dapat dikatakan semi fiksi, karena tidak seratus persen mengambil dari sumber sejarahnya secara akurat, namun juga disajikan dengan lebih apik, agar juga memiliki nilai komersil. Penggambaran fiksi dalam film ini tidak menyinggung tentang alur sejarahnya, namun lebih kepada penggambaran situasi dan kronologis peristiwa-peristiwa didalamnya. Tentunya

7 bukan bermaksud untuk mengaburkan masyarakat tentang situasi pada masa itu, tetapi lebih karena kurang atau tidak adanya sumber yang sangat akurat tentang hal tersebut, sekaligus juga untuk menyesuaikan film ini dengan keterkinian yang berlaku, agar film ini mendapat tanggapan yang positif dan dapat diterima oleh semua kalangan. 2.3.2 Tujuan film Film ini bertujuan agar masyarakat mengetahui alur sejarah dari peristiwa Hamukti Palapa, sebagai awal dari persatuan Nusantara sekaligus memvisualisasikan kehidupan masyarakat pada zaman itu. Film ini juga bertujuan sebagai sarana hiburan yang mengandung unsur edukasi tentang sejarah bangsa bagi para penontonnya serta diharapkan dapat ikut meramaikan industri animasi Indonesia. 2.3.3 Ruang lingkup film Seputar sepak terjang Gajah Mada menaklukkan Nusantara. 2.3.4 Masalah yang dihadapi Para penonton Indonesia banyak yang masih memiliki apresiasi yang rendah terhadap film-film Indonesia, terutama film animasi Indonesia. Selain itu, masih banyaknya pertentangan tentang sejarah yang berkaitan dengan film Hamukti Palapa ini. 2.3.5 Khalayak Sasaran Para penggemar film di Indonesia, usia 15-25 tahun, kelas B sampai A+, tinggal di kota besar. Alasan penulis dalam menentukan khalayak sasaran ini adalah, karena penulis ingin agar film ini dinikmati oleh para penonton sudah yang memiliki latar belakang pendidikan sejarah yang cukup, agar para penonton nantinya tidak merasa dibohongi oleh film ini juga agar penonton tidak bingung dalam mengikuti alur cerita film ini, selain itu

8 rentang usia antara 15-25 tahun dianggap sebagai rentang usia yang masih dapat menikmati film animasi.. 2.3.6 Analisa Masalah Faktor Pendukung Perkembangan perfilman Indonesia dalam satu dekade terakhir dan mulai semakin tingginya apresiasi masyarakat terhadap perfilman nasional, selain itu pertumbuhan animasi Indonesia yang cukup pesat menjadi faktor pendukung suksesnya film ini. Faktor Penghambat Meskipun apresiasi masyarakat terhadap film Indonesia mulai tumbuh, namun tidak diimbangi dengan perkembangan teknologi di Indonesia untuk memproduksi film yang luar biasa, sehingga perfilman Indonesia seakan-akan tersandung untuk lebih imajinatif dalam memilih tema film dan hanya berkutat pada tema-tema yang seragam. 2.3.7 Mandatoris Direktorat Urusan Purbakala 2.3.8 Analisa Film Kekuatan Dasar cerita yang menggambarkan kebesaran Indonesia pada masa lalu menjadi suatu kekuatan dalam film ini, sehingga memancing para calon penonton untuk menyaksikan proses Gajah Mada mempersatukan Nusantara.

9 Kelemahan Kurangnya bahan kajian dan sumber-sumber sejarah sebagai dasar film ini, sehingga untuk menutupi beberapa bagian yang tidak memiliki dasar sejarah ditutupi dengan fiksi. Kesempatan Dengan maraknya film-film Indonesia yang kebanyakan hanya berkisar tetang film horror,percintaan dan komedi yang berbau vulgar, maka inilah saatnya membuat film animasi yang bersifat kolosal mengenai penaklukan Nusantara, sehingga diharapkan film ini dapat membawa suatu terobosan dalam perfilman dan animasi Indonesia. Ancaman Tidak sampainya pesan yang ingin disampaikan kepada penonton, serta tidak semua pesan yang ingin disampaikan akan dapat di terima para penonton secara tepat dan efektif. Selain itu akan menjadi suatu ancaman jika pada saat pemutaran film ini, bersamaan dengan munculnya film bergenre serupa di bioskop-bioskop.