Desain Estetik Dalam Komposisi Tari Berpasangan Oleh: Lilin Candrawati.S. A. Latar Belakang Desain mempunyai pengertian kerangka, bentuk, rancangan, sedangkan estetik adalah keindahan. Tari adalah cabang kesenian yang pengungkapannya menggunakan gerak. Menurut Jelantik estetika adalah apa yang kita sebut indah di dalam jiwa kita dapat menimbulkan rasa senang, rasa puas, rasa aman, nyaman dan bahagia, dan bila perasaan itu sangat kuat, kita merasa terpaku, terharu, terpesona serta menimbulkan keinginan untuk mengalami perasaan itu, walaupun sudah dinikmati berkali-kali. Karya seni merupakan hasil ciptaan manusia yang mengandung unsur keindahan, salah satu hasil karya seni adalah karya tari yang bisa disebut dengan kreativitas tari, komposisi tari, penyusunan karya tari. Kreativitas tari adalah melatih, mendidik daya kreatif seseorang untuk diungkapkan dalam penyusunan tari. Sal Murgianto mengemukakan tentang pemahaman kreativitas, yaitu : kreativitas adalah kemampuan seseorang hasil karya untuk menghasilkan komposisi, produk atau ide-ide baru yang sebelumnya tidak dikenal oleh penyusunnya sendiri. Komposisi atau composition berasal dari kata to compose yang artinya meletakkan, mengatur atau menata bagian-bagian yang sedemikian rupa sehingga satu sama lain saling berhubungan dan secara bersama membentuk kesatuan yang utuh. Berbeda dengan istilah koreografi, komposisi lebih luas dan umum penerapannya. Koreografi adalah proses pemilihan dan pengaturan gerakan-gerakan menjadi sebuah tarian, dan di dalamnya terdapat laku kreatif. Dari pemahaman di atas, koreografi dan komposisi merupakan kerja kreatif dalam mewujudkan karya tari, dan untuk keberhasilannya dibutuhkan acuan ilmu/pengetahuan sebagai bahan pertimbangan, berupa prinsip-prinsip agar mendapatkan hasil karya tari yang baik. Kemampuan seseorang untuk melaksanakan tugas ini tergantung pada pendidikan, pengalaman, selera, perkembangan artistik, pembawaan pribadi,
kemampuan kreatif, dan keterampilan teknisnya. Kemampuan membuat keputusan atau kemampuan memilih ide, bahan dan cara-cara pelaksanaan yang sesuai dan menolak yang tidak sesuai dengan kebutuhan kreatif seseorang, biasanya dianggap bersifat intuitif (gerak hati). Namun pada kenyataannya penilaian artistik ini dipengaruhi oleh adanya prinsip-prinsip bentuk seni yang tampaknya dipahami, diakui dan yang membimbing usaha manusia sejak memulai kesenian. Prinsip-prinsip semacam ini tidaklah membeku menjadi sekumpulan aturan kaku yang merumuskan bentuk seni. Akan tetapi, lebih merupakan faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam rangka mencapai sebuah komposisi yang memenuhi syarat secara estetis. B. Pengertian Tari Berpasangan Tari adalah sebuah ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan melalui gerak. Pangeran Suryodiningrat seorang ahli tari Jawa dalam buku Babad lan Mekaring Joget Jawi memberikan definisi bahwa tari adalah gerakan-gerakan dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras dengan irama musik serta mempunyai maksud tertentu. Sedangkan menurut Soedarsono, tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan lewat gerak-gerak ritmis yang indah. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa tari pada intinya adalah gerak sebagai elemen pertama dan ritme merupakan elemen yang kedua. Tari berpasangan adalah tarian yang dilakukan oleh dua orang penari dengan bentuk gerak yang sama atau berlainan tetapi antar penari rmepunyai keterkaitan dalam mewujudkan garapan tarinya. Tari berpasangan dilakukan oleh penari putra dengan putri atau putri dengan putri, bisa juga putra dengan putra. Tari berpasangan lebih menekankan pada respon antar penari. Tarian berpasangan lebih berorientasi pada keterikatan pola ruang, sehingga kebebasan dalam hal mengolah ruang sedikit agak dibatasi karena biasanya pada ruang yang satu dengan yang lainnya telah ditata dengan susunan tertentu. Berikut ini beberapa contoh tari berpasangan yang hidup di Nusantara, yaitu tari Arjuna melawan Cakil dari Surakarta, tari Srikandhi melawan Suradiwati dari Yogyakarta, tari Damarwulan Anjasmara dari Jawa Barat, tari Oleg Tambulilingan dari Bali, tari Payung dari Sumatra Barat.
C. Disain estetik dalam komposisi tari berpasangan Desain estetik dalam komposisi tari pasangan terdiri dari : 1) Unisson / rampak atau serempak Gerakan dilakukan secara bersama sama dalam hitungan yang telah ditentukan pada semua penari Rampak Gerakan yang dilakukan secara serempak dengan menggunakan bentuk gerak dan hitungan yang sama
2) Alternate / selang seling Desain gerak ini lebih mementingkan keruangan karena desain ini akan sangat berhubungan dengan apa yang dilihat dari level atau tingkatan tinggi rendah kedudukan para penari di atas lantai pentas. Selang seling Gerakan yang dilakukan secara bergantian dengan saling mengisi gerak.
3) Sebab akibat Gerak yang dilakukan sebagai respon dari gerak yang dilakukan oleh penari yang lain. Dalam merespon gerak harus menunjukkan sebagai gerakan sebab akibat. Misalnya : kalau ditampar maka gerakannya akan menghindar. Kalau ditusuk ke kiri maka respon geraknya akan menghindar ke kanan. Sebab akibat Gerakan yang dilakukan sebagai bentuk sebab dan akibat
4). Saling mengisi Komposisi duet saling mengisi dapat diartikan satu penari sebagai pertanyaan dan satu penari lainnya sebagai jawaban atau tanggapan Penari berpasangan atau duet ini akan menimbulkan semacam kesatuan stimulus dan respon. Perbedaan keduanya, dalam gerak saling mengisi gerakan tidak selalu merupakan bentuk tanya jawab ataupun sebab akibat. Saling mengisi Gerakan yang dilakukan sebagai bentuk dari respon dari gerakan pasangannya
5). Kontras Gerakan dibuat dengan memperlihatkan perbedaan yang nyata apabila diperlihatkan dan diperbandingkan.. Kontras Gerakan yang dilakukan dengan memperlihatkan perbedaan gerak yang berlawanan, yang satu kuat sedangkan yang satu lembut
DAFTAR PUSTAKA Departemen Pendidikan Dan kebudayaan Diorektorat kesenian Proyek Pengembangan Kesenian. 1986. Pengetahuan Elementer Tari Dan Beberapa Masalah Tari. Depdikbud. Dikmenjur.1992. Pengantar Pengetahuan Tari. Jakarta. Pendidikan Menengah Kejuruan. Dirjen Dikdasmen Depdikbud. Edi Sedyawati.1986. Pengetahuan Elemen Tari. Jakarta. Direktorat Kesenian Depdikbud. Jacqueline Smith. 1985. Komposisi Tari. Terjemahan Ben Suharto. Yogyakarta. Ikalasti. Oho Garha. 1979. Pendidikan Seni Tari. Jakarta. Departemen Pendididkan dan Kebudayaan. Lameri. 1975. Dance Composition, The Basic Elemen. Terjemahan Soedarsono. Yogyakarta. Akademi Seni Tari. Sal Murgianto. 1983. Koreografi. Jakarta.Proyek Pengadaan Buku Pendidikan Menengah Kejuruan, Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.
BIODATA PENULIS BIODATA PENULIS Dra. Lilin Candrawati S., M.Sn, saat ini merupakan Widyaiswara di PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta. Tahun 1990 meraih gelar sarjana seni di Institut Seni Indonesia Yogyakarta Jurusan Komposisi Tari. Meraih gelar Magister Seni (MSn) Jurusan Pengkajian Seni Tari di Pasca Sarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta tahun 2006.