BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan Neuron Pyramidal CA1 Hippocampus

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nitrit (NO 2 atau nitrogen dioksida) adalah gabungan senyawa nitrogen dan oksigen yang terbentuk dari reaksi

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada 24 ekor mencit betina strain C3H berusia 8

BAB V HASIL. masing kelompok dilakukan inokulasi tumor dan ditunggu 3 minggu. Kelompok 1

BAB V PEMBAHASAN. Penelitian ini menggunakan Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum) sebagai

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Perbedaan Rerata Berat Badan Tikus Putih (Rattus novergicus)

HASIL PENELITIAN Penentuan waktu hewan coba mencapai DM setelah induksi STZ. Kriteria hewan coba mencapai DM adalah apabila kadar GDS 200

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. intervensi), Kelompok II sebagai kontrol positif (diinduksi STZ+NA),

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Perbedaan Rerata Berat Badan Tikus Putih (Rattus novergicus) Pre

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Mekanisme penyerapan Ca dari usus (Sumber: /16-calcium-physiology-flash-cards/)

BAB V HASIL PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. maupun pelarut dan reagensia (Syabatini, 2008). Dalam dunia kesehatan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Rerata Zona Radikal. belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) terhadap bakteri penyebab

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Penelitian telah dilakukan tentang pengaruh pemberian ekstrak etanol

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Perbedaan Rerata Berat Badan Tikus Putih (Rattus novergicus) Pre

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian yang dilakukan oleh dr.

BAB III METODE PENELITIAN. dibagi menjadi kelompok kontrol dan perlakuan lalu dibandingkan kerusakan

EFEK PEMBERIAN EKSTRAK BUAH PARE

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) dengan konsentrasi 25%, 50%

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan post

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Semakin kompleksnya kebutuhan di zaman modern ini, menuntut manusia bekerja dengan beban lebih untuk

PENGARUH PEMBERIAN ESKTRAK ETANOL DAUN SIRIH MERAH ( Piper crocatum ) SELAMA 90 HARI TERHADAP HISTOPATOLOGI HEPAR MENCIT DDY

BAB V. KESIMPULAN, SARANDAN RINGKASAN V. 1. KESIMPULAN. 1. Tidak ada perbedaan kadar TNF-α antara kelompok yang diberikan ekstrak

Gambar 6. Desain Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. design. Posttest untuk menganalisis perubahan jumlah sel piramid pada

Karya Tulis Ilmiah Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

BAB VI PEMBAHASAN. salam dapat menurunkan ekspresi kolagen mesangial tikus Sprague dawley DM.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Disiplin ilmu dalam penelitian ini adalah ilmu Biokimia dan Farmakologi.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI PEMBAHASAN Pengaruh pemberian ekstrak etanol daun salam terhadap kadar GDS. absolut (DM tipe 1) atau secara relatif (DM tipe 2).

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan eksperimental murni, dengan rancanganpost-test control

BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah dianalisis

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN. Study preliminary / uji pendahuluan dan proses penelitian ini telah

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Prevalensi DM global pada tahun 2012 adalah 371 juta dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini menggunakan tikus putih Sprague Dawley yang belum

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Penelitian Pengaruh ekstrak jahe terhadap jumlah spermatozoa mencit yang terpapar 2-ME

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan eksperimental dengan randomized pre post test control

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kedokteran khususnya ilmu Biokimia dan Farmakologi.

III. METODE PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN. induksi selama 9 bulan didapatkan 18 ekor mencit berhasil tumbuh tumor pada

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental dengan menggunakan rancangan penelitian Post Test. Randomized Control Group Design.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Efek Ekstrak Etanol Biji Rambutan (Nephelium Lappaceum L.) dalam Menurunkan Kadar Glukosa Darah Puasa Mencit Model Diabet

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu dan lokasi penelitian ini adalah sebagai berikut : dilakukan di Laboratorium Patologi Anatomi RSUP Dr.

BAB V HASIL PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan sediaan dalam bentuk ekstrak etanol 70% batang

BAB V PEMBAHASAN. fagositosis makrofag pada kelompok perlakuan (diberi ekstrak daun salam)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Jati Belanda

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorium dengan

BAB III METODE PENELITIAN. terkontrol. Menggunakan 25 ekor tikus putih ( Rattus norvegicus) jantan

BAB V HASIL PENELITIAN. Dalam penelitian ini digunakan sebanyak tujuh plate dengan inkubasi

Wibhisono H, Busman H, Susantiningsih T Medical Faculty Lampung University

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. jenis kanker yang mempunyai tingkat insidensi yang tinggi di dunia, dan kanker kolorektal) (Ancuceanu and Victoria, 2004).

I. PENDAHULAN. memetabolisme dan mengekskresi zat kimia. Hati juga mendetoksifikasi zat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tikus putih (Rattus norvegicus, L.) adalah sebagai berikut:

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dengan desain posttest only control group design. perlakuan yang akan diberikan, yaitu 6 kelompok.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian tentang pengaruh pemberian tomat (Solanum

Kata kunci: Kolesterol LDL, kolesterol HDL, daun jambu biji (Psidium guajava Linn.), tikus wistar

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. : Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengalami penyembuhan luka (Fedi dkk., 2004). Proses penyembuhan luka meliputi beberapa fase yaitu fase inflamasi,

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorik dengan rancangan penelitian pretest and posttest with control

BAB V HASIL. berat badan gram. Kemudian dilakukan aklimatisasi selama 1 minggu,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental in vivo pada hewan. uji dengan posttest only control group design

BAB III METODE PENELITIAN. Desain pada penelitian ini adalah eksperimen laboratorium dengan

BAB I. PENDAHULUAN. Luka yang sulit sembuh merupakan salah satu komplikasi pada penderita

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan rancangan eksperimental dengan Post Test Only

BAB V HASIL. menghasilkan ekstrak kering sebanyak 45,60 gram (21,92%). Streptozotocin dua ekor tikus diambil lagi secara acak untuk diperiksa gula

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi minuman ini. Secara nasional, prevalensi penduduk laki-laki yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah tanaman kembang bulan [Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray].

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara disebut juga dengan carsinoma mammae merupakan

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah true experimental dengan pre-post test with

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu

BAB VI PEMBAHASAN. dipanaskan selama 24 jam sampai terbentuk filtrat jernih, filtrat yang

BAB I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kebiasaan merokok berhubungan dengan peningkatan angka kesakitan dan

ABSTRAK. EFEK EKSTRAK ETANOL DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava Linn.) DALAM MENURUNKAN KADAR TRIGLISERIDA TIKUS WISTAR JANTAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini telah mengajukan izin kelayakan penelitian ke Komite Etik FK UII dengan nomor protokol 12/Ka.Kom.Et/70/KE/XII/2015. Hasil penelitian terhadap mencit strain DDY yang diberikan intervensi ekstrak etanol daun sirih merah (Piper crocatum) selama 90 hari untuk melihat gambaran histopatologi cortex cerebri. 4.1.1 Deskripsi Subyek Penelitian Subyek penelitian adalah 60 mencit strain DDY yang berumur 8-10 minggu dengan berat badan 25-30 gram. Subyek dibagi secara acak menjadi masing-masing 5 kelompok jantan dan betina yaitu kelompok I, II, III, dan IV sebagai kelompok perlakuan yang mendapatkan ekstrak etanol daun sirih merah (Piper crocatum) dan kelompok V sebagai kontrol yang mendapatkan akuades. Kelompok I mendapatkan dosis 50 mg/kgbb/hari, kelompok II dengan dosis 100 mg/kgbb/hari, kelompok III dengan dosis 200 mg/kgbb/hari, kelompok IV dengan dosis 400 mg/kgbb/hari, dan kelompok kontrol dengan akuades selama 90 hari. Dalam perjalanan penelitian 17 mencit mati karena sakit yaitu mencit IJ (1,2,3,5,6), IIJ (2,3,4), IIIJ (2,4,5), IVJ (1), dan VJ (1,2,3,5,6). Pada akhir penelitian terdapat 2 kelompok mencit yaitu kelompok IJ (4) dan VJ (4) yang masing-masing tersisa 1 mencit yang tidak dapat dilakukan analisis rerata neuron piramidal, rerata ukuran neuron piramidal, dan rerata tebal cortex cerebri bersama dengan kelompok lainnya. 4.1.2 Hasil Jumlah Neuron Piramidal Sehat Pengamatan jumlah neuron piramidal sehat dilakukan dengan menggunakan kamera Optilab dan mikroskop Olympus CX21 perbesaran 40x. Pada pengamatan preparat, neuron piramidal ditemukan di antara lamina molekularis sampai lamina multiformis. Peneliti mengambil penghitungan rerata jumlah neuron piramidal dari 3 lapang pandang di antara lamina piramidalis

eksterna dan lamina piramidalis interna yang didominasi oleh neuron piramidal dengan ukuran sedang sampai besar. Neuron piramidal sehat memiliki ciri berbentuk piramid, memiliki banyak dendrit dan inti sel ditengahnya dengan sebuah akson yang panjang dari badan selnya. Gambar 8. Gambaran Neuron Piramidal Cortex Cerebri Mencit Strain DDY dengan perbesaran 40x pewarnaan HE. Kelompok IB (A) dan kelompok IIB (B) Gambar 9. Gambaran Neuron Piramidal Cortex Cerebri Mencit Strain DDY dengan perbesaran 40x pewarnaan HE. Kelompok IIIB (C) dan kelompok IVB (D)

Gambar 10. Gambaran Neuron Piramidal Cortex Cerebri Mencit Strain DDY dengan perbesaran 40x pewarnaan HE, Kelompok VB (E). Hasil perhitungan rerata neuron piramidal sehat pada preparat kelompok I, II, III, IV dan V yang dilihat dalam 3 lapang pandang dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil Perhitungan Rerata Jumlah Neuron Piramidal Cortex Cerebri Dosis Kelompok Rerata Jumlah Neuron 50 mg/kg 100mg/kg 200 mg/kg 400 mg/kg Akuades * n(mencit)=1 Piramidal Cortex Cerebri SD IB 51,5340 9,69612 IJ * 56,0000 IIB 61,7233 12,92081 IIJ 55,4467 22,15242 IIIB 69,5567 16,08598 IIIJ 65,1133 12,60752 IVB 90,1117 34,50469 IVJ 76,6660 18,00713 VB 54,9340 13,49336 VJ * 67,6700

Dari tabel di atas, rerata jumlah neuron piramidal cortex cerebri pada kelompok I, II, III, IV, dan V (betina dan jantan) dideskripsikan dalam Gambar 11. Rerata Jumlah Neuron Piramidal Cortex Cerebri 100.0000 90.0000 80.0000 70.0000 60.0000 50.0000 40.0000 30.0000 20.0000 10.0000 0.0000 IB IIB IIIB IVB VB IJ IIJ IIIJ IVJ VJ Jumlah rerata Neuron Piramidal Cortex Cerebri Gambar 11. Grafik Rerata Jumlah Neuron Piramidal Cortex Cerebri 4.1.3 Hasil Ukuran Neuron Piramidal Pengukuran neuron piramidal dengan mengukur diameter masing-masing 3 neuron piramidal ukuran terbesar dalam μm per lapang pandang dengan total keseluruhan 3 lapang pandang. Hasil rerata ukuran neuron piramidal dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Rerata Ukuran Neuron Piramidal Cortex Cerebri Dosis Kelompok Rerata Ukuran Neuron Piramidal SD 50 mg/kg IB 5,8200 0,81056 IJ * 5,1000 100 mg/kg IIB 7,2000 0,51769 IIJ 5,9333 0,37859 200 mg/kg IIIB 7,9833 1,55102 IIIJ 7,5333 1,76163 400 mg/kg IVB 7,4000 1,00200 IVJ 7,9200 1,21737 Akuades VB 5,8800 0,66483 VJ * 6,5000 * n(mencit)=1 Dari tabel di atas, rerata ukuran neuron piramidal cortex cerebri pada kelompok I, II, III, IV, dan V (betina dan jantan) dideskripsikan dalam Gambar 12. Rerata Ukuran Neuron Piramidal (μm) 8 7 6 5 4 3 2 1 0 IB IIB IIIB IVB VB IJ IIJ IIIJ IVJ VJ Ukuran rata-rata Neuron Piramidal (μm) Gambar 12. Grafik Rerata Ukuran Neuron Piramidal Cortex Cerebri

4.1.4 Hasil Tebal Cortex Cerebri Pengukuran tebal cortex cerebri (Gambar 13,14,15) dengan mengukur rerata tebal cortex cerebri dalam μm pada 3 lapang pandang yang diamati antara lapisan molekular sampai lapisan multiformis pada 1 preparat cortex cerebri dengan pewarnaan HE. Hasil rerata tebal cortex cerebri dapat dilihat pada Tabel 3. Gambar 13. Gambaran cortex cerebri mencit Strain DDY (Perbesaran 4x) sediaan HE. Kelompok IB (Gambar A) dan Kelompok IIB (Gambar B). Gambar 14. Gambaran cortex cerebri mencit Strain DDY (Perbesaran 4x) sediaan HE. Kelompok IIIB (Gambar C) dan kelompok IVJ (Gambar D). Gambar 15. Gambaran cortex cerebri mencit Strain DDY (Perbesaran 4x) sediaan HE, kelompok VJ (Gambar E).

Tabel 3. Hasil Rerata Tebal Cortex Cerebri Dosis Kelompok Tebal Rerata Cortex Cerebri SD 50 mg/kg IB 578,3180 84,44311 IJ * 768,5300 100mg/kg IIB 772,3167 144,78490 IIJ 710,1100 31,20515 200 mg/kg IIIB 790,5500 173,76437 IIIJ 687,3733 36,88260 400 mg/kg IVB 712,1283 95,69174 IVJ 825,8160 79,84166 Akuades VB 625,2900 97,97787 VJ * 968,0300 * n(mencit)=1 Dari tabel di atas, rerata tebal cortex cerebri pada kelompok I, II, III, IV, dan V (betina dan jantan) dideskripsikan dalam Gambar 16. Rerata Tebal Cortex Cerebri (μm) 1000 900 800 700 600 500 400 300 200 100 0 IB IIB IIIB IVB VB IJ IIJ IIIJ IVJ VJ Rata-rata Tebal Cortex Cerebri (μm) Gambar 16. Grafik Rerata Tebal Cortex Cerebri

4.1.5. Analisis Data Penelitian 4.1.5.1 Jumlah Neuron Piramidal Berdasarkan hasil analisis data dalam kelompok jumlah neuron piramidal cortex cerebri, didapatkan hasil rerata dalam Tabel 4. Tabel 4. Analisis Rerata Jumlah Neuron Piramidal Perkelompok Kelompok Nilai Nilai Mean SD Minimum Maksimum I (50 mg/kg) 42,33 66,33 51,5340 9,69612 II (100 mg/kg) 41,67 81,00 59,6311 15,39070 III (200 mg/kg) 46,67 87,33 68,0756 14,36654 IV (400 mg/kg) 49,33 159,33 84,0000 27,82615 V (akuades) 32,67 64,33 54,9340 13,49336 Hasil pengamatan rerata jumlah neuron piramidal antara kelompok perlakuan I, II, III, IV, dan kontrol V dilakukan uji normalitas data dengan uji Shapiro-Wilk. Uji Shapiro-Wilk menunjukan bahwa subjek berasal dari populasi yang tidak terdistribusi normal. Sehingga syarat uji One-way ANOVA tidak terpenuhi maka menggunakan uji alternatif yaitu uji Kruskal Wallis. Pada uji Kruskal Wallis, didapatkan nilai p<0,05. Hal ini menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan jumlah neuron piramidal yang signifikan minimal 2 kelompok dari 5 kelompok penelitian. Analisis dilanjutkan dengan uji post-hoc yaitu uji Mann-Whitney untuk menentukan kelompok mana yang memiliki perbedaan yang signifikan. Pada uji Mann-Whitney didapatkan perbedaan signifikan antara kelompok kontrol V dan kelompok perlakuan IV dengan nilai p<0,05. Perbedaan signifikan lainnya yaitu antara kelompok perlakuan I dan III dengan nilai p<0,05, antara kelompok perlakuan I dan IV dengan nilai p<0,05, dan antara kelompok II dan IV dengan nilai p<0,05.

Tabel 5. Nilai uji post-hoc jumlah neuron piramidal Kelompok I II III IV V I - 0,516 0,034 * 0,004 * 0,336 II 0,516-0,185 0,027 * 0,723 III 0,034 * 0,185-0,210 0,238 IV 0,004 * 0,027 * 0,210-0,007 * V 0,336 0,723 0,238 0,007 * - Keterangan : I: dosis 50 mg/kgbb, II: dosis 100 mg/kgbb, III: dosis 200 mg/kgbb, IV: dosis 400 mg/kgbb, V: akuades *perbedaan yang signifikan (p<0,05) 4.1.4.2 Ukuran Neuron Piramidal Berdasarkan hasil analisis data dalam kelompok ukuran neuron piramidal cortex cerebri, didapatkan hasil rerata dalam Tabel 6. Tabel 6. Analisis Rerata Ukuran Neuron Piramidal Perkelompok Kelompok Nilai Minimum Nilai Maksimum Mean I (50 mg/kg) 4,50 6,60 5,8200 0,81056 II (100 mg/kg) 5,50 7,60 6,7778 0,77746 III (200 mg/kg) 6,10 9,70 7,8333 1,52643 IV (400 mg/kg) 6,10 9,20 7,6364 1,08099 V (akuades) 4,90 6,50 5,8850 0,66483 SD Hasil pengamatan ukuran neuron piramidal antara kelompok perlakuan I, II, III, IV, dan kontrol V dilakukan uji normalitas data dengan uji Shapiro-Wilk. Selanjutnya dilakukan uji homogenitas data dengan uji Levene. Uji Shapiro-Wilk menunjukan bahwa subjek berasal dari populasi yang terdistribusi normal (p>0,05). Uji Levene menunjukan subjek berasal dari populasi yang tidak homogen dengan nilai p<0,05. Sehingga syarat uji One-way ANOVA tidak terpenuhi maka menggunakan uji alternatif yaitu uji Kruskal Wallis. Pada uji Kruskal Wallis, didapatkan nilai p<0,05. Hal ini menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan ukuran neuron piramidal yang signifikan minimal 2 kelompok dari 5 kelompok penelitian. Analisis dilanjutkan dengan uji post-hoc yaitu uji Mann-Whitney untuk menentukan kelompok mana yang memiliki

perbedaan yang signifikan. Pada uji Mann-Whitney didapatkan adanya perbedaan signifikan antara kelompok kontrol V dan kelompok perlakuan III (p<0,05) dan antara kelompok kontrol V dan kelompok perlakuan IV (p<0,05). Perbedaan signifikan juga terdapat diantara kelompok I dan III (p<0,05) dan antara kelompok I dan IV (p<0,05). Tabel 7. Nilai uji post-hoc ukuran neuron piramidal Kelompok I II III IV V I - 0,095 0,014 * 0,007 * 1,000 II 0,095-0,288 0,087 0,094 III 0,014 * 0,288-0,879 0,013 * IV 0,007 * 0,087 0,879-0,008 * V 1,000 0,094 0,013 * 0,008 * - Keterangan : I: dosis 50 mg/kgbb, II: dosis 100 mg/kgbb, III: dosis 200 mg/kgbb, IV: dosis 400 mg/kgbb, V: akuades *perbedaan yang signifikan (p<0,05) 4.1.4.3 Tebal Cortex Cerebri Berdasarkan hasil analisis data tebal cortex cerebri dalam kelompok, didapatkan hasil rerata dalam Tabel 8. Tabel 8. Analisis Rerata Tebal Cortex Cerebri Perkelompok Kelompok Nilai Minimum Nilai Maksimum Mean I (50 mg/kg) 507,03 720,23 578,3180 84,4431 II (100 mg/kg) 611,00 962,20 751,5811 119,63496 III (200 mg/kg) 511,66 972,53 756,1578 147,89430 IV (400 mg/kg) 611,23 957,53 763,8045 103,21482 V (akuades) 511,36 735,53 625,2900 97,97787 SD Hasil pengamatan tebal cortex cerebri antara kelompok perlakuan I, II, III, IV, dan kontrol V dianalisis dengan menggunakan uji One Way ANOVA. Sebelum dilakukan uji One Way ANOVA dilakukan uji normalitas data dengan uji Shapiro- Wilk. Selanjutnya dilakukan uji homogenitas data dengan uji Levene. Uji Shapiro- Wilk menunjukan bahwa subjek berasal dari populasi yang terdistribusi normal

(p>0,05). Uji Levene menunjukan subjek berasal dari populasi yang homogen (p>0,05). Pada uji One Way anova dengan menggunakan α = 95%, didapatkan nilai p<0,05. Hal ini menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan tebal cortex cerebri yang signifikan minimal 2 kelompok dari 5 kelompok penelitian. Analisis dilanjutkan dengan uji post-hoc untuk menentukan kelompok mana yang memiliki perbedaan yang signifikan. Pada uji post-hoc didapatkan adanya perbedaan signifikan antara kelompok kontrol V dan kelompok perlakuan IV (p<0,05). Perbedaan signifikan juga terdapat antara kelompok I dan II (p<0,05), antara kelompok I dan III (p<0,05), dan antara kelompok I dan IV (p<0,05). Tabel 9. Nilai uji post-hoc tebal cortex cerebri Kelompok I II III IV V I - 0,012 * 0,010 * 0,006 * 0,529 II 0,012 * - 0,934 0,817 0,061 III 0,010 * 0,934-0,885 0,052 IV 0,006 * 0,817 0,885-0,035 * V 0,529 0,061 0,052 0,035 * - Keterangan : I: dosis 50 mg/kgbb, II: dosis 100 mg/kgbb, III: dosis 200 mg/kgbb, IV: dosis 400 mg/kgbb, V: akuades *perbedaan yang signifikan (p<0,05) 4.2 Pembahasan Pemberian dosis bertingkat pada kelompok I (dosis 50 mg/kgbb), II (dosis 100 mg/kgbb), III (dosis 200 mg/kgbb), IV (dosis 400 mg/kgbb), dan V (akuades) menyebabkan adanya perbedaan yang signifikan pada jumlah neuron piramidal cortex cerebri, ukuran neuron piramidal, dan tebal cortex cerebri antara kelompok perlakuan dan kontrol. Perbedaan jumlah neuron piramidal signifikan terdapat antara kelompok V (mean=54,9340) dan kelompok IV (mean=84,0000). Perbedaan signifikan ini dengan rerata jumlah neuron piramidal kelompok V lebih rendah dibandingkan rerata jumlah neuron piramidal kelompok IV, yaitu kelompok dengan dosis pemberian ekstrak etanol sirih merah 400 mg/kgbb/hari selama 90 hari. Perbedaan tidak signifikan jumlah neuron piramidal terdapat antara kelompok V dan I, kelompok V dan II, dan kelompok V dan III. Perbedaan ini menujukan bahwa pada pemberian dosis 50 mg/kgbb, 100 mg/kgbb, dan 200

mg/kgbb tidak menyebabkan perbedaan signifikan terhadap kelompok kontrol akuades. Selain antara kelompok kontrol V dan kelompok perlakuan IV, perbedaan signifikan rerata jumlah neuron piramidal juga terdapat antar kelompok perlakuan, yaitu kelompok III (mean=68,0756) lebih tinggi dibandingkan kelompok kelompok I (mean=51,5340), dan kelompok IV (mean=84,0000) lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok I dan kelompok II (mean=59,6311). Perbedaan signifikan antar kelompok perlakuan menunjukan dosis perlakuan yang lebih besar memiliki rerata jumlah neuron yang lebih besar dibandingkan dosis perlakuan yang lebih kecil. Utami dan Puspaningtyas (2013) menyebutkan bahwa sirih merah mengandung alkaloid, flavonoid, saponin, tannin, senyawa polifenolat, dan minyak atsiri. Menurut Vauzour et al. (2008), zat flavonoid memiliki kemampuan neuroprotektif terhadap otak melalui modulasi protein kinase dan kaskade sinyal lipid kinase PI3 kinase, protein kinase C dan mitogen activated protein (MAP) kinase yang menyebabkan perubahan pada ekspresi gen dan aktivitas kaspase yang menghambat kerusakan sel saraf yang diinduksi oleh stres oksidatif. Selain itu menekan ekspresi zat yang berperan dalam kematian neuron yaitu COX-2 dan inos, produksi NO, pelepasan sitokin dan aktivasi NADPH oksidase, dan pembentukan ROS. Selain itu flavonoid meningkatkan fungsi endothelial dan aliran darah perifer sehingga meningkatkan aliran darah otak (cerebral blood flow/ CBF). Perubahan ini memicu angiogenesis, pertumbuhan sel saraf baru di hipokampus dan perubahan pada morfologi neuron yang berperan dalam memelihara fungsi optimal neuron. Dalam penelitian yang dilakukan Halim dan Ibrahim (2013) yang melakukan penelitian perubahan inti sel saraf hipokampus pascahipoksia serebri dengan menggunakan ekstrak akar Acalypha indica 500 mg/kgbb didapatkan secara kuantitatif rerata presentase sel jumlah sel normal ditemukan pada kelompok yang mendapatkan ekstrak akar A. indica dibandingkan dengan kontrol akuades dan vitamin B1. Ekstrak akar A. indica mengandung saponin, tannin dan flavonoid yang memiliki efek antioksidan dan antiinflamasi. Selain itu zat polifenol yang terkandung didalamnya mampu menyerap, menetralisasi, dan membuang radikal bebas karena reaksi redoks yang dapat menghambat peroksidase. Zat yang terkandung dalam ekstrak akar A. indica yaitu saponin, tannin, flavonoid dan polifenol merupakan kandungan zat yang

juga terdapat dalam sirih merah. Selain itu dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Zheng et al. (2014) yang meneliti efek protektif zat alkaloid Piper longum pada tikus cedera neuron dopaminergik parkinson s disease yang diinduksi 6- OHDA (hydroxidopamine) yaitu memiliki kemampuan aktivitas antioksidan yang memberikan efek protektif pada sel substansia nigra tikus. Hasil analisis perbedaan rerata ukuran neuron piramidal yaitu terdapat perbedaan signifikan antara kelompok V (mean=5,8850) dengan kelompok III (mean=7,8333) dan IV (mean=7,6364). Perbedaan signifikan tersebut menunjukan rerata ukuran neuron piramidal kelompok III dengan dosis 200 mg/kgbb dan IV dengan dosis 400 mg/kgbb lebih besar dibandingkan dengan rerata ukuran neuron piramidal kelompok V dengan akuades. Perbedaan tidak signifikan ukuran neuron piramidal terdapat antara kelompok V dan I, dan kelompok V dan II. Perbedaan ini menujukan pada dosis 50 mg/kgbb dan dosis 100 mg/kgbb tidak menyebabkan perbedaan signifikan ukuran neuron piramidal terhadap kelompok kontrol akuades. Perbedaan signifikan juga terdapat antar kelompok perlakuan yaitu kelompok III (mean=7,8333) memiliki rerata ukuran neuron piramidal lebih besar dibandingkan kelompok I (mean=5,8200) dan kelompok IV memiliki rerata ukuran neuron lebih besar dibandingkan kelompok I. Perbedaan signifikan tersebut menunjukan bahwa rerata ukuran neuron kelompok III dengan dosis 200 mg/kgbb dan kelompok IV dengan dosis 400 mg/kgbb lebih besar dibandingkan dengan rerata ukuran neuron kelompok I dengan dosis 50 mg/kgbb. Spencer (2009) menjelaskan bahwa konsentrasi flavonoid yang menuju otak mempengaruhi aktivitas farmakologik reseptor, kinase, dan faktor transkripsi. Hal ini melalui berbagai cara antara lain berikatan dengan ATP-sites pada enzim dan reseptor, modulasi aktivitas kinase, mempengaruhi fungsi fosfatase, homeostasis Ca 2+, dan mengatur sinyal kaskade seperti aktivasi faktor transkripsi. Dengan mempengaruhi jalur-jalur ini sehingga flavonoid memiliki kemampuan dalam menginduksi sintesis protein dan perubahan morfologik sehingga berpengaruh dalam akuisisi, konsolidasi, dan penyimpanan memori. Selain itu jalur diatas mengubah sinyal menjadi camp-response elemen-binding protein (CREB) yaitu faktor transkripsi yang berikatan pada bagian promoter yang berkaitan dalam remodeling sinaps, plastisitas sinaps dan memori.

Hasil analisis rerata tebal cortex cerebri yaitu terdapat perbedaan signifikan antara kelompok V (mean=625,2900) dan kelompok IV (mean=763,8045). Perbedaan signifikan menunjukan rerata tebal cortex cerebri lebih besar pada kelompok IV dengan dosis 400 mg/kgbb dibandingkan dengan kelompok V dengan akuades. Perbedaan tidak signifikan tebal cortex cerebri terdapat antara kelompok V dan kelompok I, kelompok V dan kelompok II, serta kelompok V dan III. Perbedaan ini menujukkan bahwa pada pemberian dosis perlakuan 50 mg/kgbb, 100 mg/kgbb, dan 200 mg/kgbb tidak menyebabkan perbedaan signifikan tebal cortex cerebri terhadap pemberian kontrol akuades. Perbedaan signifikan juga terdapat antar kelompok perlakuan yaitu kelompok I (mean= 578,3180) memiliki rerata tebal cortex cerebri rendah dibandingkan dengan kelompok II (mean= 751,5811), kelompok III (mean= 756,1578), dan kelompok IV (mean=763,8045). Nilai rerata tersebut menunjukan bahwa dosis ekstrak sirih merah yang lebih besar yaitu 100 mg/kgbb, 200 mg/kgbb, dan 400 mg/kgbb memiliki rerata tebal cortex cerebri yang lebih besar dibandingkan kelompok dengan dosis perlakuan 50 mg/kgbb. Cortex cerebri terdiri dari neuron, neuroglia dan pembuluh darah yang membentuk enam lapisan yaitu lapisan molecular, lapisan granular eksterna, lapisan piramidal eksterna, lapisan granular interna, dan lapisan multiformis (Snell, 2006). Dalam Carlo dan Stevens (2013) bahwa ketebalan dari cortex cerebri dipengaruhi oleh kepadatan dari sel glia dan neuron. Dalam penelitian yang dilakukan Kim et al. (2001), Wogonin yang mengandung flavonoid mampu menghambat inducible nitrit oxide synthase (inos) dan nuclear factor kappa B (NF-kB) yang berperan dalam apoptosis sel glia tikus. Sehingga mempengaruhi jumlah neuroglia tikus. Menurut Vidak et al. (2015), flavonoid dapar menembus Blood Brain Barrier (BBB) melalui difusi transeluler, carrier-mediated trancellular transport atau difusi paraseluler melalui sel endothelial BBB. Efek utamanya dalam mengurangi terjadinya stres oksidatif yang menghasilkan efek neuroprotektif dan efek antikarsinogenik. Selain itu, efek yang ditimbulkan adalah efek proteksi pada sel glia dan neuron dari kejadian inflamasi. Selain itu, sesuai dengan hasil analisis peningkatan jumlah neuron piramidal dan ukuran neuron piramidal pada kelompok sehingga mempengaruhi dari ketebalan cortex cerebri.