PENGARUH GUNCANGAN HARGA KEDELAI INTERNASIONAL TERHADAP HARGA KEDELAI DOMESTIK KANTI RAHMILLAH

dokumen-dokumen yang mirip
III. KERANGKA PENELITIAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

INTEGRASI PASAR FISIK CRUDE PALM OIL DI INDONESIA, MALAYSIA DAN PASAR BERJANGKA DI ROTTERDAM DIAN HAFIZAH

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010.

DAMPAK PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PEREKONOMIAN DI NEGARA-NEGARA ASEAN+3 EVI JUNAIDI

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. pertumbuhan produksi pertanian tidak sebesar laju permintaan pangan. Tabel 1.1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi adalah fenomena yang selalu ada di setiap negara dan merupakan

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

1 Universitas Indonesia

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

I. PENDAHULUAN. B. Belanja Negara (triliun Rupiah)

V GAMBARAN UMUM PERKEMBANGAN DAN IMPOR KEDELAI INDONESIA

ANALISIS PENGARUH NERACA PERDAGANGAN DAN CAPITAL INFLOW TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA OLEH PRIMA ANDRIANI H

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pangan nasional. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein. dan pakan ternak serta untuk diambil minyaknya.

1. Tinjauan Umum

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang mengimpor maupun mengekspor akan menimbulkan suatu

BAB I PENDAHULAN. yang sedang berkembang (emerging market), kondisi makro ekonomi

ANALISIS PENCAPAIAN STABILITAS INFLASI DENGAN PENDEKATAN HARGA DI INDONESIA TESIS. Oleh H A M D I /EP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

BAB I PENDAHULUAN. adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik. financial openness). Keuntungan dari keterbukaan

HARGA SEMBAKO DAN PRODUKSI KEDELAI NASIONAL Kamis, 27 Agustus 2009

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle

ANALISIS INTEGRASI PASAR KARET ALAM ANTARA PASAR FISIK DI INDONESIA DENGAN PASAR BERJANGKA DUNIA WANTI FITRIANTI

PENGARUH NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP EKSPOR KARET ALAM INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT DAN JEPANG TITIEN KRISTININGSIH

BAB I PENDAHULUAN. dalam kebijakan pangan nasional. Pertumbuhan ekonomi di negara negara

BAB I PENDAHULUAN. fiskal maupun moneter. Pada skala mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya,

DAMPAK KEBIJAKAN MONETER TERHADAP KINERJA SEKTOR RIIL DI INDONESIA

DAMPAK KEBIJAKAN HARGA DASAR PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA RIA KUSUMANINGRUM

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

ANALISIS FLUKTUASI NILAI TUKAR RUPIAH DAN INFLASI INDONESIA PERIODE MUHAMMAD ILHAM RIYADH

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

BAB I PENDAHULUAN. sektor utama dalam perekonomian Negara tersebut. Peran kurs terletak pada nilai mata

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

III. KERANGKA TEORI. sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi,

ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI

KINERJA PRODUKSI DAN HARGA KEDELAI SERTA IMPLIKASINYA UNTUK PERUMUSAN KEBIJAKAN PERCEPATAN PENCAPAIAN TARGET SUKSES KEMENTERIAN PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan luar negeri yang mempunyai peranan penting bagi suatu negara,

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi suatu negara merupakan salah satu tolak ukur untuk

DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DI SEKTOR INDUSTRI CPO TERHADAP KESEIMBANGAN PASAR MINYAK GORENG SAWIT DALAM NEGERI OLEH WIDA KUSUMA WARDANI H

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah

INTEGRASI PASAR BERAS DAN GULA DI THAILAND, FILIPINA DAN INDONESIA DESI ARYANI

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian internasional, diantaranya yaitu impor. Kegiatan impor yang dilakukan

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Harga Gula Domestik

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, yakni salah satu penghasil

BAB I PENDAHULUAN. Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu

Kondisi Perekonomian Indonesia

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

I. PENDAHULUAN. Indonesia, melalui aktivitas investasi. Dengan diberlakukannya kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. peranan yang sangat penting dengan memberikan benefit secara langsung pada

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

Adreng Purwoto, Handewi P.S. Rachman, dan Sri Hastuti Suhartini. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Jl. A. Yani No.

Pengaruh utang luar negeri dan defisit anggaran terhadap kondisi makro ekonomi OLEH: Siti Hanifah NIM.F BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian besaran moneter untuk mencapai perkembangan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN INDUSTRI KECAP DI INDONESIA OLEH RINA MARYANI H

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

STABILITAS MONETER PADA SISTEM PERBANKAN GANDA DI INDONESIA OLEH HENI HASANAH H

HUBUNGAN IMPOR BERAS DENGAN HARGA DOMESTIK BERAS DAN PRODUKSI BERAS DI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. inflasi yang rendah dan stabil. Sesuai dengan UU No. 3 Tahun 2004 Pasal 7,

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB I PENDAHULUAN. proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian

I. PENDAHULUAN. Gula merupakan salah satu komoditas perkebunan strategis Indonesia baik

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan industri perbankannya, karena kinerja dari perekonomian

I. PENDAHULUAN. Kegiatan konsumsi telah melekat di sepanjang kehidupan sehari-hari manusia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar

Transkripsi:

PENGARUH GUNCANGAN HARGA KEDELAI INTERNASIONAL TERHADAP HARGA KEDELAI DOMESTIK KANTI RAHMILLAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pengaruh Guncangan Harga Kedelai Internasional terhadap Harga Kedelai Domestik adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Oktober 2013 Kanti Rahmillah NRP H353100131

RINGKASAN KANTI RAHMILLAH. Pengaruh Guncangan Harga Kedelai Internasional terhadap Harga Kedelai Domestik. (DEDI BUDIMAN HAKIM sebagai Ketua dan LUKYTAWATI ANGGRAENI sebagai Anggota Komisi Pembimbing). Pangan merupakan kebutuhan dasar manuisa yang utama. Kurangnya pangan dapat berakibat pada ketidakstabilan sosial dan politik. Harga pangan yang berubah-ubah dapat berakibat terhadap risiko dan juga ketidakpastian yang dihadapi dalam proses pengambilan keputusan. Kedelai merupakan komoditas utama di Indonesia setelah beras dan jagung. Pertumbuhan produksi kedelai yang tidak secepat pertumbuhan permintaan, mengakibatkan peningkatan kuantitas impor. Tingginya impor menandakan adanya hubungan pasar dunia terhadap pasar domestik. Adapun tujuan dalam studi ini adalah (1) Menganalisis hubungan jangka pendek antara harga kedelai internasional dengan harga kedelai domestik, (2) Menganalisis hubungan jangka panjang antara harga kedelai internasional dengan harga kedelai domestik, (3) Mengukur besar pengaruh guncangan harga kedelai internasional terhadap harga kedelai domestik. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Kementrian Perdagangan, Bank Indonesia, United States Departement of Agriculture (USDA), Zhengzhou Commodity Exchange (CZCE). Harga kedelai internasional diwakili oleh harga USA (eksportir terbesar dunia) dan harga China (importir terbesar dunia). Data yang digunakan untuk penelitian ini adalah data sekunder dan bentuk datanya adalah time series bulanan dari periode 2009 sampai dengan 2012. penelitian ini menggunakan metode analisis VECM. Perangkat lunak yang digunakan dalam penelitian ini adalah Eviews 6.0. Hasil dari studi ini adalah pada jangka pendek, harga kedelai internasional (USA dan China) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga kedelai domestik. Variabel yang berpengaruh terhadap harga kedelai domestik pada jangka pendek adalah variabel harga kedelai itu sendiri. Pada jangka panjang, harga kedelai USA secara signifikan berpengaruh positif terhadap harga kedelai domestik dan nilai tukar riil secara signifikan berpengaruh negatif terhadap harga kedelai domestik. Adapun hasil analisis pass through dapat disimpulkan bahwa besar pengaruh guncangan harga kedelai internasional (harga kedelai USA) terhadap harga kedelai domestik adalah sebesar 1,6 persen. Kata Kunci: VECM, Harga Kedelai Internasional, Harga Kedelai Domestik

SUMMARY KANTI RAHMILLAH. The Influence of International Soybean Price Shock on Domestic Soybean Price. Supervised by DEDI BUDIMAN HAKIM and LUKYTAWATI ANGGRAENI. Foods are primary human basic need. Lack of food supply could implicate on social and politic instability. The fluctuation of foods prices influence risk and uncertainty on decision making process. Soybean is primary commodity in Indonesia after rice and corn. The growth of soybean production is lower than its demand so it leads to increasing number of import. High number of imported soybean may indicate a correlation between international and domestic soybean price. The objectives of this study are (1) to analyze the short term correlation between international soybean price and domestic soybean price, (2) to analyze the long term correlation between international soybean price and domestic soybean price, and (3) to determine the impact of international soybean price shock on domestic soybean price. This study used data from Ministry of Trade, Bank of Indonesia (BI), United States Departement of Agriculture (USDA) and Zhengzhou Commodity Exchange (CZCE). International soybean price represented by USA soybean price (world largest exporter) and China soybean price (world largest importer). Those data above were secondary data in monthly time series form collected from 2009 until 2012. The method use in this study is Vector Correction Error Model (IRF, FEVD and pass trough). This study use Eviews 6.0 software. Study show that in the short term, international soybean price (USA and China) influence s to domestic soybean price were not significant. In long term the USA soybean price has positive significant influence to domestic soybean prices. In contrast, the real exchange rate has negative significant influence. Pass trough analysis conclude that the impact of international soybean price (USA soybean price) shock on domestic soybean price was 1.6 percent. Keyword: VECM, international soybean price, domestic soybean price

Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

PENGARUH GUNCANGAN HARGA KEDELAI INTERNASIONAL TERHADAP HARGA KEDELAI DOMESTIK KANTI RAHMILLAH Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Penguji Luar Komisi : Dr Ir Ratna Winandi, MS

Judul Tesis : Pengaruh Guncangan Harga Kedelai Internasional terhadap Harga Kedelai Domestik Nama : Kanti Rahmillah NRP : H353100131 Disetujui oleh Komisi Pembimbing Dr Ir Dedi Budiman Hakim, MEc Ketua Dr Lukytawati Anggraeni, SP, MSi Anggota Diketahui oleh Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian Dekan Sekolah Pascasarjana Dr Ir Sri Hartoyo, MS Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr Tanggal Ujian: 29 Juli 2013 Tanggal Lulus:

PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT atas kemudahan yang diberikan sehingga karya ilmiah yang berjudul Pengaruh Guncangan Harga Kedelai Internasional terhadap Harga Kedelai Domestik ini dapat diselesaikan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh guncangan harga kedelai internasoional terhadap harga kedelai domestik. Penulis banyak mendapatkan bantuan dan masukan selama penelitian hingga tersusunnya laporan penelitian. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr Ir Dedi Budiman Hakim, MEc dan Ibu Dr Lukytawati Anggraeni, SP, MSi selaku ketua dan anggota komisi pembimbing atas arahan dan pembekalan ilmu serta wawasan selama penyusunan tesis. Terimakasih saya ucapkan kepada pihak-pihak yang telah membantu proses penyusunan proposal ini, yaitu: 1. Dr Ir Sri Hartoyo, MS selaku Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian yang telah turut membantu kelancaran penyelesaian proposal ini, dan sebagai Penguji mewakili Mayor Ilmu Ekonomi Pertanian, serta Pimpinan Sidang yang telah memberikan kritik dan saran pada ujian tesis ini. 2. Dr Ir Ratna Winandi, MS selaku Penguji Luar Komisi yang telah memberikan kritik dan saran untuk perbaikan tesis ini. 3. Seluruh staf Mayor EPN yang selalu sabar dan menyediakan waktu untuk membantu penulis selama perkuliahan sampai penulis menyelesaikan studi. 4. Teman-teman EPN angkatan 2010 untuk kebersamaan dalam suka dan duka serta semangat selama perkuliahan dan proses penulisan tesis. 5. Seluruh mahasiswa Program Studi Ekonomi Pertanian atas dukungan yang tulus dan sumbang saran yang positif. Secara khusus dan dengan penuh rasa cinta kasih penulis ucapkan terima kasih yang tulus kepada suami tercinta Ginanjar Ibnu Abdullah dan si kecil Fikr Almustanir, juga kepada Ibunda Tati Khadijah dan Ayahanda Muhammad Koswara, serta adik-adikku Ali, Fatimah, Hasan dan Husen yang selalu mendorong dan mendoakan untuk keberhasilan penulis. Penulis berharap semoga hasil penelitian ini memberi manfaat bagi kita semua dan khususnya bagi penulis sebagai proses pembelajaran. Terima kasih. Bogor, Oktober 2013 Kanti Rahmillah

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN 1 PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 3 Tujuan Penelitian 6 Manfaat Penelitian 6 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian 6 2 TINJAUAN PUSTAKA 7 Perdagangan Internasional 7 Integrasi Pasar 9 Konsep Transmisi Harga 12 Analisis Pass Through 13 Kebijakan Tarif Impor Kedelai 13 Penelitian Terdahulu 15 Kerangka Pemikiran 16 Hipotesis Penelitian 17 3 METODE 17 Jenis dan Sumber Data 17 Metode Analisis Data 18 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 23 Hasil dan Analisis Penelitian 23 Implikasi Kebijakan 33 5 SIMPULAN DAN SARAN 34 Simpulan 34 Saran 34 DAFTAR PUSTAKA 34 LAMPIRAN 36 RIWAYAT HIDUP 47 xii xii xii

DAFTAR TABEL 1 Jenis Sumber Data yang Digunakan dalam Penelitian 18 2 Uji Stasioneritas pada Level 24 3 Uji Stasioneritas pada First Difference 24 4 Hasil Pengujian Lag Optimal 25 5 Hasil Pengujian Stabilitas VAR 25 6 Analisis Kointegrasi 26 7 Hasil Estimasi VECM Jangka Pendek Dampak Guncangan Harga Kedelai Internasional terhadap Harga kedelai domestik 27 8 Hasil Estimasi VECM Jangka Panjang Dampak Guncangan Harga Kedelai internasional terhadap harga kedelai domestik 28 9 Derajat Pass Through Harga Kedelai Domestik 32 DAFTAR GAMBAR 1 Indeks Harga Pangan Agregat (1990-2012) 1 2 Perkembangan Produksi, Konsumsi dan Impor Kedelai Indonesia Tahun 1961-2009 2 3 Harga Bulanan Kedelai USA, China dan Indonesia, Bulan Januari 2011-Juli 2012 4 4 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah, Bulan Januari 2011-Juli 2012 5 5 Kurva Perdagangan Internasional 8 6 Kurva perdagangan antara Wilayah Potensial Surplus dan Wilayah Potensial Defisit 12 7 Skema Kerangka Pemikiran Penelitian 17 8 Respon Harga Kedelai Domestik terhadap Guncangan Harga Kedelai USA, Harga Kedelai China dan Nilai Tukar. 30 9 FEVD Harga Kedelai Domestik 32 DAFTAR LAMPIRAN 1 Pengujian Unit Root 36 2 Uji Lag Optimal 39 3 Pengujian Stabilitas VAR 40 4 Pengujian Kointegrasi 41 5 Hasil Vector Error Correction Estimates 42 6 Impulse Response Function ( IRF) 44 7 FEVD 45

1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan ekonomi global yang tidak menentu membuat fluktuasi harga komoditas berkontribusi pada terciptanya risiko-risiko ekonomi yang dapat menghambat upaya pemulihan kondisi global. Hal ini diperkuat oleh prediksi World Bank pada awal tahun 2011 dalam Global Commodity Market Outlook bahwa harga komoditas, khususnya komoditas dasar seperti pangan, logam, mineral, dan energi, secara umum cenderung akan mengalami penurunan harga sejak mencapai harga puncak pada awal 2011. Hal ini disebabkan oleh merosotnya kondisi ekonomi global yang ditandai dengan penurunan permintaan komoditas dan peningkatan sisi supply yang salah satunya ditunjang oleh peningkatan sisi investasi akibat kenaikan harga (Mboeik dan Rakhmindyarto, 2012). 160.0 150.0 140.0 130.0 120.0 110.0 100.0 90.0 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 index harga makanan Sumber: FAO, 2012 Gambar 1. Indeks Harga Pangan Agregat (1990-2012) Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia dan merupakan kebutuhan pertama yang harus diprioritaskan pemenuhannya. Ketidakcukupan pangan dapat berimplikasi pada instabilitas sosial dan politik. Peningkatan harga komoditas pangan akan berdampak pada naiknya angka inflasi dan selanjutnya menaikkan suku bunga. Peningkatan suku bunga tersebut akan berdampak pada lesunya sektor riil akibat menurunnya permintaan kredit untuk investasi. Lesunya sektor riil akan merusak sendi-sendi perekonomian negara seperti meningkatnya angka pengangguran dan kemiskinan yang mendorong merebaknya kriminalitas

2 sehingga ancaman instabilitas sosial dan politik menjadi resiko yang harus diterima (Zakiah, 2011). Faktanya harga pangan dunia fluktuatif, terbukti pada realisasi Indeks Harga Pangan Internasional (FAO indeks harga makanan) menunjukkan bahwa kenaikan harga pangan internasional dimulai pada tahun 2005. Pertumbuhan indeks dirangsang oleh pertumbuhan harga kelompok sereal yang mencapai tingkat harga tertinggi dalam 30 tahun. Fluktuasi harga komoditas yang diduga sebagai pola baru dan diproyeksikan akan terus-menerus, setidaknya dalam jangka menengah. Komoditas pangan dalam negeri pun meningkat meskipun polanya berbeda dan perubahan cukup mendasar terjadi sepuluh tahun terakhir, yakni sejak reformasi (Sumaryanto, 2009). Pemerintah maupun masyarakat berkepentingan terhadap harga komoditas pangan yang relatif stabil. Stabilisasi harga pangan perlu dilakukan agar pembangunan ekonomi berjalan lancar dan kondusif untuk mendukung terciptanya stabilitas sosial, politik dan keamanan. Harga pangan yang sangat berfluktuasi berimplikasi pada risiko dan ketidakpastian yang harus dihadapi dalam pengambilan keputusan. Komoditas pangan di Indonesia yang berfluktuasi harganya dan sering menjadi sorotan publik adalah beras, jagung, kedelai, tepung terigu, gula pasir, minyak goreng, bawang merah, cabai, telur, daging, dan susu (Sumaryanto, 2009). Kedelai merupakan komoditas penting di Indonesia dan termasuk pangan utama setelah beras dan jagung. Kedelai juga merupakan bahan baku utama industri tempe, tahu dan kecap yang menggerakan perekonomian Indonesia. Rasanya yang disukai dan harga yang relatif murah, membuat masyarakat Indonesia kelas menengah kebawah memilih tempe dan tahu untuk memenuhi kebutuhan protein tubuhnya. Sumber : FAO, 2010 Gambar 2. Perkembangan Produksi, Konsumsi dan Impor Kedelai Indonesia Tahun 1961-2009

Perkembangan produksi kedelai pernah mencapai puncaknya pada 1992, kemudian terus menunjukkan kecenderungan yang menurun (Gambar 2). Penurunan selama 11 tahun tersebut mencapai 125.34 persen. Hal tersebut disebabkan oleh luas lahan yang menurun, produktivitas yang rendah, akses modal yang sulit, teknologi yang rendah (Zakiah, 2011). Akibatnya luas tanam kedelai juga menurun. Hal tersebut dipicu oleh masuknya kedelai impor dengan harga murah, adanya kemudahan impor kedelai, serta bea masuk impor/tarif nol persen yang dimulai pada tahun 1998. Pada tahun 2005-2006 produksi mulai meningkat kembali namun sangat lambat. Produksi kembali turun pada tahun 2007-2008 dan mulai meningkat kembali pada tahun 2009. Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan pertambahan penduduk, ditambah meningkatnya konsumsi per kapita terutama dalam bentuk olahan dan tumbuhnya industri pakan ternak (Siregar, 2003). Permintaan kedelai per kapita sejak periode 1970 sampai 1990 telah meningkat 160 persen. Sedangkan pada periode 1990-an sampai tahun 2010 tumbuh 2.92 persen per tahun (Zakiah, 2011). Konsumsi kedelai nasional menunjukkan kecenderungan yang terus meningkat, dan mencapai puncaknya pada tahun 2005 yaitu 2.62 juta ton. Pada tahun 1997 dan 1998 terjadi penurunan konsumsi disebabkan terjadinya krisis moneter (Zakiah, 2011). Peningkatan konsumsi kedelai yang begitu pesat dan tidak dapat diimbangi oleh peningkatan produksi kedelai dalam negeri, mengakibatkan terciptanya kesenjangan. Kesenjangan itu ditutup dengan kedelai impor yang banyak menyita devisa. Sejak perdagangan kedelai lepas dari kontrol BULOG mulai tahun 1991 impor kedelai meningkat sangat pesat. Akibatnya untuk memenuhi permintaan dari konsumen kedelai yang sebagian besar adalah industri, Indonesia harus mengimpor kedelai. Jumlah kedelai yang diimpor pun menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat (Zakiah, 2011). Pertumbuhan produksi yang tidak secepat pekembangan permintaan menuntut konsekuensi derasnya impor. Tingginya impor mengindikasikan adanya hubungan pasar dunia terhadap pasar domestik. Sehingga fluktuasi harga pangan dunia yang bergejolak bisa mengakibatkan guncangan harga pada pasar domestik (Zhao et al, 2010). 3 Perumusan Masalah Sebuah negara terhubung ke dalam pasar international tanpa adanya distorsi perdagangan maka harga komoditas di tingkat domestik akan mengacu pada pergerakan harga komoditas international. Adapun jika harga relatif suatu komoditi dalam negeri lebih tinggi dibandingkan dengan harga internasional, konsekuensinya adalah impor akan naik, kenaikan akan terus terjadi sampai keseimbangan antara harga domestik dan impor tercapai. Begitupun yang terjadi pada fenomena ekspor, harga relatif suatu komoditi dalam negeri lebih rendah dibandingkan dengan harga internasional maka ekspor akan terus terjadi sampai keseimbangan antara harga domestik dan impor tercipta. Oleh karena itu, perbedaan antara domestik dan harga internasional seharusnya hanya diwakili oleh biaya transportasi, dengan asumsi pasar sempurna (Achsani et al, 2011).

4 Namun pada kenyataannya, transmisi harga internasional ke tingkat domestik dan regional menunjukkan bahwa kemungkinan perubahan besarnya harga sangat bervariasi dalam setiap negara. Harga komoditas internasional adalah salah satu faktor yang mempengaruhi harga komoditas di tingkat domestik maupun regional. Adapun negara-negara dengan tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap komoditas impor maka fluktuasi harga akan dipengaruhi oleh nilai tukar, kebijakan perdagangan, dan kebijakan lainnya (ADB, 2008). Negaranegara yang memiliki ketergantungan rendah terhadap impor maka harga komoditas akan ditentukan oleh penawaran dan permintaan, dan juga kebijakan subsidi serta insentif fiskal (World Bank, 2011). Berdasarkan data pada tahun 2012, Indonesia mengimpor kedelai sebesar 2.09 juta ton untuk memenuhi 71 persen kebutuhan kedelai dalam negerinya (BPS, 2012). Hal ini mengindikasikan bahwa Indonesia adalah negara dengan tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap kedelai impor. Negara eksportir kedelai terbesar ke Indonesia adalah USA dengan jumlah impor pada Januari-Mei 2012 saja mencapai 721 ribu ton atau 90 persen dari kebutuhan kedelai impor Indonesia. Sisa kebutuhan kedelai impor Indonesia sebesar 10 persen di pasok dari Malaysia, Kanada, Ukraina dan China (BPS, 2012). China adalah negara importir kedelai terbesar di dunia, sehingga permintaan kedelai China berdampak signifikan terhadap harga kedelai dunia (Zhao et al, 2010). Gambar 3. menjelaskan keterkaitan harga kedelai domestik terhadap harga kedelai dunia. Terlihat pada gambar, harga kedelai domestik mengikuti tren harga kedelai dunia. Perubahan pada harga kedelai dunia menjelaskan alasan atas penurunan pasokan kedelai dan perilaku spekulan. Penurunan pasokan kedelai menyebabkan harga kedelai dengan mudah mengalami peningkatan (Achsani et al, 2011). 1100 1000 900 800 700 600 500 400 300 1-Jan-09 1-Mar-09 1-May-09 1-Jul-09 1-Sep-09 1-Nov-09 1-Jan-10 1-Mar-10 1-May-10 1-Jul-10 1-Sep-10 1-Nov-10 1-Jan-11 1-Mar-11 1-May-11 1-Jul-11 1-Sep-11 1-Nov-11 1-Jan-12 1-Mar-12 1-May-12 1-Jul-12 1-Sep-12 1-Nov-12 HKA dolar/ton HKC (dolar/ton) hkd (dolar/ton) Sumber: FAO, 2012 Gambar 3. Harga Bulanan Kedelai USA, China dan Indonesia, Bulan Januari 2011-Juli 2012

5 Pada Gambar 4 dijelaskan perkembangan nilai tukar Rupiah selama periode 1 Januari sampai dengan 15 April 2011. Terlihat pada gambar bahwa terdapat keterkaitan harga domestik dan nilai tukar serta terdapat hubungan yang kuat antara harga domestik dan nilai tukar. Semakin Rupiah terdepresi maka harga kedelai domestik semakin mengalami kenaikan. Penguatan nilai tukar Rupiah yang terjadi mendorong pemerintah untuk mengubah asumsi Rupiah. Sumber: Bank Indonesia, 2012 Gambar 4. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah, Bulan Januari 2011-Juli 2012 Pada bulan Januari 2011 sampai April 2011 nilai tukar Rupiah terhadap Dollar meningkat tajam, selanjutnya pada bulan April sampai Agustus 2011 Rupiah menguat terhadap Dollar dengan kekuatan yang lemah. Pada bulan Agustus nilai tukar Rupiah mulai melemah sampai bulan Juli tahun 2012. Fluktuasi rupiah yang terjadi di pasar uang merupakan dinamika perekonomian yang juga akan berpengaruh terhadap harga komoditas. Faktor lainnya yang tidak kalah penting adalah kebijakan pemerintah. Pada tanggal 25 Juli 2012 diadakan rapat koordinasi terbatas mengenai kebijakan stabilisasi harga pangan dan kedelai yang menghasilkan PMK (Peraturan Menteri Keuangan). PMK ini telah dikoordinasikan oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dengan melibatkan instansi-instansi terkait diantaranya Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Pertanian, dan Kementerian Keuangan, dalam koordinasi tersebut telah disepakati untuk menurunkan tarif bea masuk impor kacang kedelai dari 5 persen menjadi 0 persen untuk jangka waktu sampai dengan 31 Desember 2012 (Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 135/PMK.011/2012). Dikeluarkannya PMK ini dalam rangka menjaga stabilitas harga kacang kedelai di dalam negeri dengan tetap memperhatikan kepentingan petani dan konsumen, sehingga perlu

6 dilakukan penyesuaian terhadap tarif bea masuk atas impor barang berupa kacang kedelai. Untuk meningkatkan efektivitas kebijakan dan program stabilisasi harga pangan dibutuhkan informasi yang lengkap mengenai perilaku harga komoditas yang bersangkutan. Mengacu pada kompleksitas masalah harga komoditas kedelai, serta berbagai tantangan yang terkandung di dalamnya, maka dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut: 1. Bagaimana hubungan jangka pendek antara harga kedelai internasional dengan harga kedelai domestik 2. Bagaimana hubungan jangka panjang antara harga kedelai internasional dengan harga kedelai domestik 3. Berapa besar pengaruh guncangan harga kedelai internasional terhadap harga kedelai domestik Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki tujuan umum yaitu untuk menganalisis pengaruh harga kedelai internasional terhadap harga kedelai domestik 1. Menganalisis hubungan jangka pendek antara harga kedelai internasional dengan harga kedelai domestik 2. Menganalisis hubungan jangka panjang antara harga kedelai internasional dengan harga kedelai domestik 3. Mengukur besar pengaruh guncangan harga kedelai internasional terhadap harga kedelai domestik Manfaat Penelitian 1. Memperoleh gambaran jelas mengenai pengaruh guncangan harga kedelai internasional terhadap harga kedelai domestik. 2. Bagi penulis dapat meningkatkan pengetahuan, wawasan dan memberikan pemahaman yang semakin mendalam tentang pengaruh perubahan harga kedelai internasional terhadap harga kedelai domestik. 3. Bagi pemerintah diharapkan dapat menjadi masukan dalam program stabilisasi harga komoditas kedelai. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah pengaruh guncangan harga kedelai internasional terhadap harga kedelai domestik. Analisis menggunakan data time series bulanan dari bulan Januari 2009 sampai Desember 2012. Metode yang digunakan untuk menentukan pengaruh guncangan harga kedelai internasional terhadap harga kedelai domestik adalah analisis VECM. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga kedelai domestik, harga kedelai USA, harga kedelai China, nilai tukar dan kebijakan. Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Pertama, penelitian ini mewakili harga internasional pada harga kedelai USA dan China, dengan tiga

alasan yaitu: 1) USA adalah negara dengan tingkat produksi kedelai tertinggi di dunia, 2) impor kedelai Indonesia sebesar 90 persen berasal dari kedelai USA, 3) China merupakan importir kedelai terbesar dunia. Kedua, tidak dilakukan pemisahan berdasarkan jenis kedelai. Ketiga, variabel produksi dan konsumsi kedelai domestik tidak dimasukan dalam model karena keterbatasan data. Keempat, kebijakan yang digunakan adalah Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 135 yang dikeluarkan pada tanggal 25 Juli 2012. 7 2 TINJAUAN PUSTAKA Perdagangan Internasional Perdagangan internasional dapat didefinisikan sebagai perdagangan antar atau lintas negara, yang mencakup ekspor dan impor. Terdapat beberapa faktor yang mendorong timbulnya perdagangan internasional (ekspor-impor) suatu negara dengan negara lain, yaitu keinginan untuk memperluas pemasaran komoditi ekspor, memperbesar penerimaan bagi kegiatan pembangunan, adanya perbedaan penawaran permintaan antar negara. Di banyak negara, perdagangan internasional menjadi salah satu faktor utama untuk meningkatkan GDP. Perdagangan internasional pun turut mendorong Industrialisasi, kemajuan transportasi, globalisasi, dan kehadiran perusahaan multinasional. Dibandingkan dengan perdagangan di dalam negeri, perdagangan internasional sangatlah rumit dan kompleks. Kerumitan tersebut antara lain disebabkan karena adanya batas-batas politik dan kenegaraan yang dapat menghambat perdagangan, misalnya dengan adanya bea, tarif, atau quota barang impor. Selain itu, kesulitan lainnya timbul karena adanya perbedaan budaya, bahasa, mata uang, taksiran dan timbangan, dan hukum dalam perdagangan. Perdagangan internasional mendorong negara untuk menghasilkan produk produk terbaik dan sekaligus memungkinkan negara untuk mengimpor lebih banyak ragam barang dan jasa yang berasal dari seluruh dunia. Selain itu, perdagangan internasional dapat meningkatkan kesejahteraan semua negara melalui spesialisasi dalam produksi barang dan jasa yang memiliki keunggulan komparatif. Perdagangan internasional timbul karena adanya perbedaan harga relatif diantara negara. Perbedaan ini berasal dari perbedaan dalam biaya produksi yang disebabkan oleh: 1. Perbedaan-perbedaan dalam karunia Tuhan atas faktor produksi. 2. Perbedaan-perbedaan dalam tingkat teknologi yang menentukan intesitas faktor yang digunakan. 3. Perbedaan-perbedaan dalam efisiensi pemanfaatan faktor-faktor produksi. 4. Kurs valuta asing. Pada dasarnya faktor yang mendorong timbulnya perdagangan internasional dari suatu negara ke negara lain bersumber dari keinginan memperluas pemasaran komoditi ekspor dan memperbesar penerimaan devisa dalam penyediaan dana pembangunan dari negara yang bersangkutan. Teori perdagangan internasional mengkaji dasar-dasar terjadinya perdagangan internasional serta keuntungan yang diperoleh dengan adanya perdagangan

8 tersebut. Kebijakan perdagangan internasional membahas alasan-alasan dan pengaruh adanya hambatan-hambatan perdagangan, serta hal-hal yang menyangkut proteksionisme baru (Salvatore, 1997). Kegiatan perdagangan internasional atau disebut sebagai kegiatan ekspor dan impor antar negara menyatakan bahwa suatu negara akan cenderung mengekspor barang-barang yang biaya produksi di dalam negerinya relatif lebih rendah dibandingkan dengan barang yang sama di luar negeri. Sebaliknya, suatu negara akan mengimpor barang-barang yang biaya produksi di dalam negerinya relatif lebih mahal dibandingkan dengan barang yang sama di luar negeri. Gambarannya yaitu, suatu negara (misalnya negara A) akan cenderung mengekspor suatu komoditas ke negara lain (negara B) apabila harga domestik komoditas tersebut di negara A sebelum terjadi perdagangan internasional relatif lebih rendah dibandingkan dengan komoditas yang sama di negara B. Terjadinya harga yang relatif murah di negara A disebabkan karena adanya kelebihan penawaran, yaitu produksi domestik melebihi konsumsi domestik, sehingga memungkinkan negara A untuk menjual produksinya ke negara lain (negara B). Di sisi lain, di negara B terjadi kelebihan permintaan, yaitu konsumsi domestik melebihi produksi domestik. Akibatnya harga komoditas tersebut di negara B relatif lebih tinggi dibandingkan dengan negara A. Akibat kelebihan permintaan tersebut, menyebabkan negara B berkeinginan untuk membeli komoditas bersangkutan yang harganya relatif lebih murah (negara A). Jadi, adanya perbedaan kebutuhan antar negara A dan B menyebabkan timbulnya perdagangan internasional antar kedua negara, dalam hal ini akan mengekspor kenegara B. D A X S A P* E S P B D B S B P A E D M O Q A Q* Negara A (pengekspor) Perdagangan Internasional Negara B (pengimpor) Q B Sumber : Salvatore (1997) Gambar 5. Kurva Perdagangan Internasional Keterangan: P A : Harga domestik di negara A (pengekspor) tanpa perdagangan Internasional. OQ A : Komulatif respon HKA, HKC, NT, T terhadap shock HKA, HKC, NT, T dari horizon pertama sampai ke-n. X : Jumlah komoditi yang diekspor oleh negara A.

9 P B : Harga domestik di negara B (pengimpor) tanpa perdangangan internasional. OQ B : Jumlah produk domestik yang diperdagangkan di negara B (pengimpor) tanpa perdagangan internasional. M : Jumlah komoditi yang diimpor oleh negara B. P* : Harga keseimbangan antara kedua negara setelah perdagangan internasional OQ* : Keseimbangan penawaran dan permintaan antar kedua negara dimana jumlah yang diekspor (X) sama dengan jumlah yang diimpor (M). Harga yang terjadi di pasar internasional merupakan harga keseimbangan antara penawaran dan permintaan dunia. Perubahan dalam produksi dunia akan mempengaruhi penawaran dunia, sedangkan perubahan dalam konsumsi dunia akan mempengaruhi permintaan dunia. Kedua perubahan tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi harga dunia (Salvatore, 1997). Dalam memenuhi kebutuhannya, suatu negara akan melakukan transaksi ekspor impor antar negara karena keterbatasan sumber daya dan ketidakterbatasan keinginan manusia. Ekspor akan mendatangkan keuntungan bagi negara produsen dan impor menyebabkan negara konsumen mengeluarkan hartanya kepada negara produsen. Semakin banyak produk yang unggul secara komparatif dibanding produk yang sama dari negara lain, semakin potensial produk tersebut akan mendatangkan keuntungan jika diekspor. Selisih positif ekspor terhadap impor (ekspor neto) akan menambah kekayaan suatu negara. Integrasi Pasar Harga merupakan sinyal utama yang menjadi arah bagi pengambilan keputusan produsen, konsumen dan dan pelaku pemasaran dalam pasar. Menurut Kohls dan Uhl (2002), harga merupakan hasil dari interaksi antara permintaan dan penawaran yang berlangsung pada pasar yang bersaing sempurna. Harga optimal akan terjadi dimana manfaat yang diperoleh oleh pembeli barang atau jasa tersebut sama dengan marginal cost dari penjual. Secara kuantitatif, cara yang dapat digunakan dalam penentuan harga komoditas tertentu dalam pasar adalah melalui analisis permintaan dan penawaran. Analisis ini juga merupakan alat peramalan kualitatif yang digunakan untuk melihat tren pada pasar bersaing. Integrasi pasar merupakan sebuah konsep dimana harga-harga pada pasar yang terpisah secara spasial atau pasar yang merupakan level yang berbeda dalam suatu supply chain digerakkan oleh mekanisme penawaran dan permintaan. Integrasi antar pasar antara lain dapat diindikasikan oleh terjadinya pergerakan barang, jasa dan faktor produksi antar pasar. Pengetahuan tentang integrasi pasar berguna sebagai dasar pengambilan kebijakan berdasarkan respon suatu pasar terhadap perubahan harga yang terjadi pada pasar yang lain (Rapsomanikis et al, 2004). Secara garis besar, ada dua jenis integrasi pasar, yaitu integrasi vertikal dan integrasi spasial. Integrasi vertikal adalah keterpaduan antar pasar yang masingmasing merupakan level yang berbeda dalam supply chain. Sementara integrasi spasial merupakan keterpaduan antar pasar yang terpisah secara spasial.

10 Transmisi dan informasi yang berjalan antar pasar mengakibatkan harga komoditas tertentu bergerak secara bersama-sama pada beberapa pasar. Sistem pemasaran dikatakan berjalan efisien jika pasar menggunakan harga masa lalu (past price) secara tepat dalam penentuan harga saat ini (current price determination). Salah satu metode dalam analisis integrasi pasar adalah melalui metode kointegrasi dan model vektor koreksi galat (vector Error Correction Model/VECM). Metode ini dilakukan pada penelitian yang menggunakan data time series yang tidak stasioner pada level, tetapi stasioner pada data diferensi dan terkointegrasi sehingga menunjukkan adanya hubungan jangka panjang antar variabelnya. Hukum Persamaan Harga (Law of One Price) Konsep persamaan harga adalah sebuah teori yang mengacu kepada keterkaitan harga komoditas tertentu yang diperdagangkan pada dua pasar atau lebih. Pada pasar yang efisien, seharusnya hanya ada satu harga dari suatu komoditas tertentu dan tidak dipengaruhi lokasi perdagangannya berlangsung. Menurut Kohls dan Uhl (2002), hukum persamaan harga muncul dari perilaku profit-seeking dalam pemasaran dan perdagangan komoditas. Ketika terjadi kenaikan harga suatu komoditas pada pasar tujuan (pasar konsumen) maka perbedaan harga antara kedua pasar menjadi lebih besar dari biaya transfer. Hal ini dilihat oleh trader sebagai peluang untuk menaikkan profit sehingga pelaku perdagangan akan meningkatkan volume perdagangan dari pasar produsen. Sebagai respon dari adanya insentif profit, trader akan membeli komoditas di wilayah asalnya dengan harga yang lebih tinggi dan mengurangi harga pada pasar dimisalkan harga suatu komoditas pada dua pasar yang terpisah secara spasial adalah P 1t dan P 2t dan biaya transfer dari pasar 1 ke pasar 2 adalah sebesar c, maka hubungan antara kedua harga tersebut adalah : P 1t = P 2t + c (2.1) Jika hubungan dua harga berlangsung menurut persamaan (2.1) diatas, maka kedua pasar tersebut terintegrasi sehingga dalam jangka panjang terdapat keseimbangan antara kedua harga. Meskipun demikian, dalam jangka pendek beberapa hal dapat terjadi yang menyebabkan hubungan antara kedua harga tersebut menyimpang dari kondisi diatas. Jika persamaan (2.1) menggambarkan hubungan harga yang memenuhi law of one price secara penuh, maka untuk hubungan antara dua harga yang berada dalam kondisi yang tidak sepenuhnya memenuhi law of one price adalah persamaan berikut: P 1t - P 2t = λ c (2.2) Dimana λ adalah konstanta yang besarnya antara 0 dan 1. Kondisi (2.2) merupakan kondisi arbitrase spasial yang dapat menggambarkan hubungan yang lemah dalam law of one price (hubungan yang kuat digambarkan pada persamaan 2.1). Dalam hal ini, harga mungkin mengalami penyimpangan dari kondisi law of one price, namun adanya arbitrase spasial akan menyebabkan perbedaan harga antara kedua harga akan bergerak mendekati biaya transfer.

Dengan demikian integrasi pasar dapat diinterpretasikan melalui pendekatan kointegrasi. Jika dua harga pada dua pasar yang terpisah secara spasial terkointegrasi maka kedua harga tersebut bertendensi untuk bergerak bersamasama dalam jangka panjang menurut suatu persamaan linier. Dalam jangka pendek kedua harga mungkin bergerak sendiri-sendiri, sehingga guncangan pada satu pasar tidak langsung ditransmisikan ke pasar yang lain. Adanya arbitrase spasial menyebabkan penyimpangan yang terjadi pada jangka pendek akan dikembalikan kepada keseimbangan jangka panjangnya. Dalam sebuah pasar, penyimpangan dari hukum satu harga harus bersifat sementara. Dalam kenyataanya, perbedaan harga seringkali berbeda dengan keseimbangan pada hukum satu harga, dimana nilai rasio harga suatu pasar dengan pasar lain ditambah biaya transfer lebih besar atau lebih kecil dari 1. Pada pasar yang efisien, hanya akan terjadi sedikit penyimpangan dari law of one price. Terjadinya guncangan (shock) di suatu tempat membutuhkan waktu untuk didifusikan ke pasar yang lain. Seberapa lama penyimpangan terjadi salah satunya tergantung dari derajat kompetitif suatu pasar. Hal lain yang berpengaruh adalah kemajuan teknologi informasi. Pasar komoditas yang ditunjang transmisi informasi, inventori dan tidak adanya barrier to entry hanya mentoleransi penyimpangan yang pendek dan bersifat sementara. Model Keseimbangan Spasial Tomek dan Robinson (1990) memperkenalkan suatu model untuk menggambarkan proses integrasi antara pasar yang mempunyai excess demand dan pasar lain yang mengalami excess supply terhadap suatu komoditas tertentu. Melalui model ini dapat diduga harga yang terjadi pada masing-masing pasar dan jumlah komoditi yang diperdagangkan. Perdagangan antar pasar yang berpotensi mengalami defisit dan pasar yang berpotensi mengalami surplus dianalisa dengan pendekatan kurva penawaran dan permintaan dari masing-masing wilayah (Gambar 6). Kurva excess supply pasar A dan kurva excess demand pasar B dapat berubah sesuai perubahan permintaan dan penawaran pada masing-masing pasar. Jika diasumsikan tidak ada biaya transfer dan biaya lain-lain dalam perdagangan antara pasar A dan pasar B, maka kuantitas perdagangan dari pasar A ke pasar B adalah sebesar Q E1 dengan tingkat harga sebesar P E. Volume perdagangan (XY) antara pasar A dan pasar B akan semakin menurun jika biaya transfer (TC) semakin besar. Jika biaya transfer lebih besar dari P B P A maka perdagangan antara pasar A dengan pasar B tidak akan berlangsung. Adanya hambatan perdagangan baik yang berupa hambatan tarif dan non tarif akan memperbesar biaya transfer. Jika biaya transfer melebihi selisih harga P B P A maka pedagang tidak akan memperoleh keuntungan dari perdagangan antar pasar tersebut. Hal ini berakibat tidak ada transfer excess supply dah excess demand antar pasar sehingga harga pada masing-masing pasar akan bergerak secara individual. 11

12 Harga (P) ES S A P E2 Harga (P) ES Harga (P) S B P E P A D A P E1 ED ED D B Kuantitas Q E Kuantitas Kuantitas Pasar A (Potensial Surplus) Pasar B (Potensial Defisit) Transfer Cost (TC) Harga (P) P A -P B T C X Q E2 Q E1 Y Kuantitas Sumber : Tomek dan Robinson, 1990 Gambar 6. Kurva Perdagangan antara Wilayah Potensial Surplus dan Wilayah Potensial Defisit Konsep Transmisi Harga Perubahan harga pada suatu pasar dapat mempengaruhi efisiensi alokasi sumber daya. Transmisi perubahan harga dari suatu pasar ke pasar yang lain menyebabkan terjadinya integrasi antar pasar, baik secara vertikal maupun horizontal. Transmisi harga merupakan sebuah proses dimana perubahan harga pada suatu pasar akan diteruskan dan direspon oleh pasar lain, baik secara vertikal (antara tingkatan dalam satu supply chain), antar pasar yang terpisah secara spasial, maupun transmisi harga yang bersifat cross product (transmisi harga suatu komoditas dengan komoditas yang berbeda tetapi terkait dalam satu lini produksi). Analisis transmisi harga vertikal dilakukan untuk menguji hubungan antar harga pada tingkatan yang berbeda dalam sebuah supply chain. Transmisi harga vertikal dapat menggambarkan perilaku persaingan harga dalam pasar yang merefleksikan efisiensi pelaku pasar pada setiap tingkatan dalam melaksanakan fungsinya. Transmisi harga horizontal berlangsung antara pasar yang terpisah secara geografis, baik antar negara maupun antar wilayah dalam suatu wilayah negara. Studi mengenai transmisi harga horizontal menjadi semakin penting karena globalisasi perdagangan yang menyebabkan perekeonomian semakin terbuka

sehingga gejolak harga dunia akan ditransmisikan kepada harga domestik, atau gejolak harga yang terjadi pada negara pengekspor akan ditransmisikan kepada pasar di negara pengimpor. Informasi mengenai transmisi harga horizontal untuk komoditas yang bersifat pokok akan bermanfaat dalam pengambilan kebijakan yang terkait stabilisasi harga komoditas tersebut. Pada pasar yang terintegrasi, perubahan harga pada salah satu pasar akan ditransmisikan secara langsung dan penuh kepada harga pada pasar yang lain. Hal ini sesuai dengan law of one price. Sebaliknya jika perubahan harga tidak langsung ditransmisikan, tetapi setelah beberapa waktu, maka transmisi tidak berlangsung penuh pada jangka pendek, namun baru akan penuh dalam jangka panjang sebagaimana implikasi kondisi arbitrase. Perbedaan transmisi harga antara jangka panjang dan jangka pendek serta kecepatan penyesuaian harga menuju keseimbangan jangka panjangnya penting untuk mengetahui derajat integrasi antar pasar pada jangka pendek (Rapsomanikis et al, 2004). Proses transmisi harga dari satu pasar ke pasar lainnya memperlihatkan kecenderungan terjadinya transmisi yang asimetris (asymmetric price transmission). Sangat jarang transmisi harga berlangsung secara simetris. 13 Analisis Pass Through Analisis efek perubahan (pass-through effect analysis) umumnya digunakan untuk mengetahui efek perubahan nilai tukar terhadap perubahan tingkat harga, baik harga ekspor-impor maupun harga di tingkat konsumen. Passthrough effect akan menimbulkan efek langsung dan tidak langsung (direct and indirect pass through effect). Svensson (2000) mengembangkan model pengaruh lintasan kurs terhadap perekonomian. Analisis yang dilakukan oleh Svensson menyatakan bahwa pengaruh lintasan kurs terhadap perekonomian data melalui efek langsung maupun tidak langsung. Perubahan nilai tukar akan berpengaruh langsung terhadap inflasi melalui perubahan harga barang-barang impor merupakan jalur yang terjadi pada efek langsung (direct pass through), sedangkan jalur yang terjadi pada efek tidak langsung, perubahan nilai tukar akan mempengaruhi melalui jalur output, yaitu melalui perubahan permintaan agregat dan penawaran agregat. Dampak tidak langsung lintasan kurs dapat dilihat dari pergerakan nilai tukar. Nilai tukar akan mempengaruhi tingkat harga domestik melalui guncangan permintaan dan penawaran agregat. Secara teoritis, jalur tidak langsung biasanya melalui transmisi demand pull, yaitu ketika kenaikan harga luar negeri ataupun kenaikan mata uang asing terhadap Rupiah mengakibatkan kenaikan pendapatan eksportir dalam negeri. Hasil akhirnya adalah akan meningkatkan permintaan eksportir terhadap barang dan jasa di dalam negeri. Kebijakan Tarif Impor Kedelai Kebijakan penggunaan tarif impor kedelai dapat dipakai sebagai alternatif untuk melindungi produsen kedelai dalam negeri. Dengan tingkat tarif bea masuk tertentu akan dapat dibentuk tingkat harga yang tidak akan menyaingi harga

14 kedelai lokal. Pengenaan tarif untuk kedelai impor Indonesia dikenal dengan tarif ad-valorem. Dimana pajak yang dikenakan berdasarkan angka persentase tertentu dari nilai barang-barang yang diimpor (misalnya, Indonesia memungut tarif 10 persen atas total nilai impor kedelai). Tarif impor kedelai dimulai sejak tahun 1974 sampai 1982 sebesar 30 persen. Pada tahun 1983 sampai 1993 tarif impor kedelai diturunkan menjadi 10 persen, kemudian pada tahun 1994 sampai 1996 tarif diturunkan kembali menjadi 5 persen dan pada tahun 1997 menjadi 2.5 persen. Selanjutnya, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 543/KMK-01/1997 ditetapkan mulai 1 Januari 1998 terhadap importir kedelai yang dilakukan oleh importir umum dikenakan bea masuk 20 persen. Namun, berdasarkan Keputusan Menteri Nomor 444/KMK.01/1998 terhitung 29 September 1998, tarif bea masuk kedelai impor dihilangkan menjadi 0 persen sampai tahun 2003 sesuai dengan kesepakatan IMF yang tertuang dalam LOI (Letter of Intent), dimana Indonesia wajib sepenuhnya mematuhi ketentuan yang lebih berat dari ketentuan WTO, seperti penghapusan monopoli impor kedelai yang semula dilakukan oleh BULOG diubah menjadi dilakukan oleh importir umum dan penurunan tarif bea masuk yang semula 20 persen menjadi setinggi-tingginya 5 persen. Ketentuan ini berlaku bagi barang impor yang dokumen pemberitahuan impor barangnya (PIB) telah mendapat nomor pendaftaran dari kantor pelayanan Ditjen Bea dan Cukai. Alasan pemerintah menerapkan tarif rendah adalah untuk memenuhi kebutuhan kedelai dalam negeri. Namun, kebijakan tersebut justru memberikan dampak memacu peningkatan impor kedelai dari USA, China, Argentina dan Brazil dalam jumlah besar dan mempengaruhi kestabilan harga kedelai domestik. Sebaliknya, harga kedelai di tingkat petani menjadi turun dan industri pengolahan kedelai dapat menikmati murahnya kedelai impor dengan kualitas pasokan yang lebih menjamin kontinuitas produknya. Dampak yang lebih buruk lagi adalah akan mempengaruhi motivasi petani produsen untuk menanam kedelai yang berakibat pada menurunya produksi kedelai nasional. Maka melalui keputusan Menteri Keuangan No. 557/KMK.01/2003 tentang perubahan tarif bea masuk dan penyempurnaan klasifikasi atas impor untuk beberapa produk tertentu maka diputuskan bahwa tarif bea masuk kedelai menjadi 15 persen. Keputusan tersebut dilakukan untuk mengantisipasi kekurangan stok kedelai di dalam negeri, peningkatan konsumsi dan semakin tingginya harga kedelai di dalam negeri. Pada tahun 2004 tarif impor kedelai kembali diturunkan menjadi 5 persen dan diperbaharui kembali melalui Peraturan Menteri Keuangan No. 110/PMK.010/2006 tentang Penetapan Sistem, Klasifikasi Barang dan Pembebanan Tarif Bea Masuk atas Barang Impor menjadi 10 persen pada tahun 2006. Namun, melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 01/PMK.001/2008 pada tanggal 18 Januari 2008 tarif impor kedelai diubah kembali menjadi 0 persen. Untuk kali ini bukan hanya melalui satu keputusan menteri saja, melainkan juga dikeluarkannya Keputusan Presiden dari Presiden. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi kekurangan stok kedelai di dalam negeri, semakin meningkatnya konsumsi dan tingginya harga kedelai di dalam negeri dengan perubahan mencapai lebih dari 100 persen dari harga sebelumnya. Padahal di Amerika Serikat harga kedelai hanya naik sekitar 30 persen. Tarif bea masuk 10 persen akan kembali diterapkan apabila harga kedelai di luar negeri sudah turun dikarenakan mayoritas kedelai dalam negeri disuplai dari kedelai impor. Dan

sejak tahun 2010, tarif impor kedelai diperbaharui kembali menjadi 10 persen. Penerapan tarif impor kedelai sebesar 10 persen ini tidak mengurangi ketergantungan terhadap impor kedelai Indonesia. Impor kedelai pada tahun 2010 justru meningkat jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2011, Kementrian Keuangan menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No 13/PMK. 011/2011 yang menetapkan tarif bea masuk kedelai dan tepung terigu 0 persen sejak 31 Maret 2011 hingga 31 Desember 2011. Dengan demikian setiap impor kedelai dan tepung terigu dibebaskan dari pungutan bea masuk hingga 31 Desember 2011. Seperti halnya tahun 2008, penurunan tariff impor kedelai sampai 0 persen ini tidak hanya dilakukan untuk menjaga kestabilan harga kedelai dalam negeri tapi juga sebagai antisipasi dampak yang lebih parah akibat kenaikan harga kedelai internasional. Dampak lain yang ditimbulkan adalah impor kedelai Indonesia justru semakin meningkat dengan penetapan tarif impor kedelai 0 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya sementara produksi kedelai nasional terus menurun. Oleh karena itu, sejak tanggal 1 Januari 2012 dalam PMK No 13/PMK.011/ 2011 Pasal 2 Ayat 2 ditetapkan tarif bea masuk kedelai kembali dinaikkan menjadi 5 persen. Langkah ini dilakukan untuk mendukung program swasembada kedelai pada tahun 2014. 15 Penelitian Terdahulu Harri et al. (2009) dalam penelitiannya yang berjudul The Relationship between Oil, Exchange rate, and Commodity Prices dengan menggunakan VAR Model menemukan bahwa nilai tukar mempengaruhi harga komoditas (minyak jagung, kapas dan kedelai) dari waktu ke waktu. Nuryati et al (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor Penentu Instabilitas Harga Produk Berbasis Impor (Kedelai dan Gula) dengan menggunakan VAR VECM menemukan bahwa Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas harga kedelai domestik adalah shock harga kedelai sendiri, harga kedelai internasional, serta kuantitas impor kedelai. Sementara, shock dari produksi, konsumsi, harga BBM serta laju harga pangan masih relatif kecil. Lebih jauh dalam penelitiannya Nuryati et. al. menemukan bahwa dalam jangka panjang kointegrasi harga internasional dengan harga komoditi berbasis impor relatif sangat kuat Hernandez (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Factors Influencing Price Volatility on Soybean Futures Prices dengan menggunakan VAR VECM menemukan bahwa harga kedelai China berjangka dipengaruhi oleh konsumsi kedelai China, harga minyak dan indeks komoditas yang tersedia bagi investor. Zhao et al. (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Impact on the Chinese Soybean Markets From International Prices Volatility: Empirical Study Based on VEC Model menganalisis dampak harga internasional terhadap pasar kedelai China. Penelitian ini menggunakan VAR VECM. Penelitian ini menemukan bahwa terdapat mekanisme keseimbangan harga antara pasar kedelai domestik dengan pasar kedelai internasional. Penelitian ini juga menyebutkan bahwa fluktuasi pasar kedelai China dipengaruhi oleh harga internasional dan juga permintaan dan penawaran kedelai domestik.

16 Kerangka Pemikiran Fluktuasi ekonomi global yang terjadi di dunia mempengaruhi fluktuasi ekonomi domestik. Perkembangan ekonomi yang tidak menentu ini membuat fluktuasi komoditas berkontribusi pada terciptanya risiko-risiko ekonomi yang mampu menghambat upaya pemulihan ekonomi global dan juga ekonomi domestik. Fluktuasi ekonomi global mempengaruhi fluktuasi harga komoditas, termasuk komoditas pangan. Fluktuasi harga pangan dunia bisa berdampak pada fluktuasi harga pangan domestik. Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia dan merupakan kebutuhan pertama yang harus diprioritaskan pemenuhannya, gejolak harga pangan yang tinggi mengakibatkan kesejahteraan masyarakat menurun. Kedelai merupakan komoditas penghasil protein yang penting dan diminati oleh banyak kalangan, khususnya di Indonesia. Sehingga stabilitas harga kedelai domestik harus senantiasa dijaga. Komoditas pangan kedelai di Indonesia mempunyai tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap dunia, terlihat dari 71 persen kebutuhan nasional dipasok dari kedelai impor. Hal demikian dapat menyebabkan fluktuasi harga kedelai dipengaruhi oleh fluktuasi harga kedelai internasional. Salah satu faktor yang menyebabkan tingginya impor kedelai ke Indonesia adalah nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dollar. Faktor lain yang tidak kalah penting yang dapat mempengaruhi harga domestik kedelai adalah kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah, baik kebijakan produksi ataupun kebijakan perdagangan. Dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga kedelai domestik, akan didapatkan sebuah rumusan kebijakan yang mampu menstabilkan harga kedelai domestik.

17 Fluktuasi Ekonomi Global Konsumsi Kedelai Produksi kedelai Harga Kedelai China Harga Kedelai Internasional Impor Kedelai Harga Kedelai Domestik Kebijakan Harga Kedelai USA Nilai Tukar Stabilitas Harga = Variabel yang dibahas Gambar 7. Skema Kerangka Pemikiran Penelitian Hipotesis Penelitian 1. Pada jangka pendek variabel yang berpengaruh secara signifikan adalah harga kedelai domestik itu sendiri. 2. Pada jangka panjang variabel yang mempengaruhi harga kedelai domestik adalah harga kedelai internasional, nilai tukar dan kebijakan tarif. 3 METODE Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan untuk penelitian ini adalah data sekunder dan bentuk datanya adalah time series bulanan dari periode Januari 2009 sampai Desember 2012. Jenis data yang akan digunakan dengan besaran dan sumbernya disajikan pada Tabel 1.