BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang World Health Statistic 2013 menyatakan bahwa WUS Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan masalah yang dihadapi bangsa Indonesia sekarang ini. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa terdiri atas jiwa

BAB I PENDAHULUAN. dimulai sejak tahun 1968 dengan mendirikan LKBN (Lembaga Keluarga Berencana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN berjumlah jiwa meningkat menjadi jiwa di tahun

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut World Population Data Sheet 2013, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu,

HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL SUNTIK DMPA DENGAN PENINGKATAN BERAT BADAN DI PUSKESMAS LAPAI KOTA PADANG SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. (RISKESDAS) tahun 2013 menunjukkan bahwa pada wanita usia tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada Zaman sekarang ini perempuan sering mengalami banyak

BAB I PENDAHULUAN. menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan. variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Menurut Word Health Organisation (WHO) Expert Commite

BAB I PENDAHULUAN. menunggu mendapatkan keturunan dan menunda kehamilan dapat dilakukan

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN

HUBUNGAN ANTARA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DI PUSKESMAS DELANGGU KLATEN

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan salah satu masalah kependudukan Indonesia sehingga memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. hanya pemerintah, masyarakat juga diperlukan partisipasinya dalam

BAB I PENDAHULUAN. berbagai permasalahan kependudukan.pemerintah Indonesia telah

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

BAB I PENDAHULUAN. tidak disertai peningkatan kualitas hidupnya. Laporan BKKBN (2008)

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut World Population Data Sheet (2013) Indonesia merupakan urutan

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa angka kematian ibu (AKI) di Indonesia di tahun 2012 mengalami kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi Indonesia. Dinamika laju pertumbuhan penduduk di

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Biro Pelayanan Statistik (BPS) kependudukan, Ju mlah penduduk

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF AKSEPTOR AKTIF HORMONAL SUNTIK 1 BULAN PADA Ny E DENGAN PENINGKATAN BB DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. oleh tiga faktor utama yaitu: kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) yang kita kenal seperti. sekarang ini adalah buah perjuangan yang cukup lama yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan "Keluarga Berkualitas 2015" adalah keluarga yang bertaqwa

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengendalian tingkat kelahiran dan usaha penurunan tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

PERBEDAAN PENGARUH KB SUNTIK 1 BULAN DAN KB SUNTIK 3 BULAN TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN DI BPS BIDAN S KECAMATAN TAWANGSARI KOTA TASIKMALAYA

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan pada umur kurang 15 tahun dan kehamilan pada umur remaja. Berencana merupakan upaya untuk mengatur jarak kelahiran anak

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

BAB I PENDAHULUAN. mulai menerapkan Program Keluarga Berencana Nasional pada tahun 1970

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk merupakan alasan untuk diperlukannya pelayanan Keluarga Berencana

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. dirasakan mengalami kemunduruan. Setelah program KB digalakkan pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. periode tahun yaitu 1,45%. Maka dari itu, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas tahun 2015 dan misi sangat

BAB I PENDAHULUAN. jiwa dari jumlah penduduk tahun 2000 sebanyak 205,8 juta jiwa.pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya

BAB 1 PENDAHULUAN. dihasilkan dalam International Conference of Population Development (ICPD) Cairo

BAB I PENDAHULUAN. (KB) yang dimulai sejak tahun 1968 dengan mendirikan LKBN (Lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) (1970, dalam Suratun, 2008)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan sensus penduduk mencapai 237,6 juta jiwa. keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan jarak

BAB I PENDAHULUAN. Pasangan Usia Subur diharapkan menggunakan metode kontrasepsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejarah penemuan kontrasepsi hormonal berjalan panjang, mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. kualitas penduduk dan pengarahan mobilitas penduduk kedepan. Berdasarkan hasil

BAB 1 PENDAHULUAN. petugas membantu dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) (2014) penggunaan. kontrasepsi modern telah meningkat tidak signifikan dari 54% pada tahun

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional (Prawirohardjo, 2007). Berdasarkan data

BAB I PENDAHULUAN. bagi negara-negara di dunia, khususnya negara berkembang.perserikatan Bangsa

Pengguna Kontrasepsi Hormonal Suntikan dengan Kenaikan I. PENDAHULUAN. kontrasepsi yang populer di Indonesia. adalah kontrasepsi suntik.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebanyak 248 juta jiwa. akan terjadinya ledakan penduduk (Kemenkes RI, 2013).

1. BAB I PENDAHULUAN

ABSTRAK. Kata kunci: pengalaman, seksual, vasektomi. Referensi (108: )

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia (Cina, India, dan Amerika Serikat) dengan. 35 tahun (Hartanto, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. Juli 2013 mencapai 7,2 miliar jiwa, dan akan naik menjadi 8,1 miliar jiwa pada tahun

HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL DAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN ABSTRAK

GAMBARAN MENSTRUASI IBU PADA AKSEPTOR ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK KOMBINASI DI RB MEDIKA JUWANGI KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kehamilan. Alat kontrasepsi non hormonal artinya tidak mengandung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai

BAB 1 PENDAHULUAN. negara ke-4 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk terbanyak yaitu 256 juta jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan yang hingga saat ini belum bisa diatasi. Jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang masih relatif tinggi. 1. Indonesia yang kini telah mencapai 237,6 juta hingga tahun 2010 menuntut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan berbagai progam untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas pelayanan kesehatan. Kematian ibu masih merupakan masalah besar yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan berbagai. masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS PERBEDAAN BERAT BADAN ASEPTOR KB MENGGUNAKAN KONTRASEPSI SUNTIK TIGA BULAN

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kepadatan kependudukan di Indonesia merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. sebab apapun yang berkaitan atau memperberat kehamilan diluar kecelakaan. Angka

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN SIKLUS HAID

itu bersifat sementara, dapat pula Pendahuluan Tingginya angka kelahiran di bersifat permanen. Penggunaan Indonesia menggelisahkan banyak

Volume 2 / Nomor 2 / November 2015 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam masa kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan secara teratur dan

Jl. Ki Ageng Selo no. 15 Pati ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut World Health Organisation (WHO) Keluarga Berencana (KB)

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat jumlah

KONTRASEPSI INJEKSI ( INJECTION CONTRACEPTIVE)

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari berbagai masalah kependudukan. Masalah di bidang. Indonesia sebesar 1,49% per tahun.

BAB I PENDAHULUAN. besar dan berkualitas serta dikelola dengan baik, akan menjadi aset yang besar dan

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga berencana (KB) adalah gerakan untuk membentuk keluarga. alat-alat kontrasepsi atau penanggulangan kelahiran.

BAB I PENDAHULUAN. penghambat pengeluaran folicel stimulating hormon dan leitenizing hormon. sehingga proses konsepsi terhambat (Manuaba, 2002).

Transkripsi:

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang World Health Statistic 2013 menyatakan bahwa WUS Indonesia merupakan jumlah terbesar di Asia Tenggara yakni 65 juta di ikuti Vietnam (25,3 juta) dan Filipina (23 juta). Melihat data tersebut, dikhawatirkan jumlah penduduk akan semakin banyak dan terjadi ledakan penduduk di tahun 2030 menjadi sebesar 295 juta jiwa. Hal ini tentu akan menjadi sebuah masalah yang besar, meningat ledakan penduduk ini masuk pada tantangan mega-demografi. Untuk itu pemerintah berupaya untuk menekan laju pertumbuhan penduduk melalui program Keluarga Berencana (KB). (1) Program Keluarga Berencana memiliki makna yang sangat strategis, komprehensif dan fundamental dalam mewujudkan manusia Indonesia yang sehat dan sejahtera. UU Nomor 52 Tahun 2009 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga menyebutkan bahwa keluarga berencana adalah upaya untuk mengatur kelahiran anak, jarak, dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas. (2) Berbagai metode kontrasepsi dikenalkan dan dikembangkan dalam upaya mengendalikan ledakan penduduk baik secara oral dengan memanfaatkan hormone dalam bentuk pil, injeksi, AKDR dan sterilisasi. Metode kontrasepsi dapat dibagi berdasarkan jangka waktu pemakaian yaitu Metode Kontasepsi Jangka Panjang (MKJP) dan non MKJP. MKJP yang terdiri dari Intra Uterine Device (IUD), Metode Operasi Pria (MOP), Metode Operasi Wanita (MOW), dan implant, sedangkan non MKJP terdiri dari kondom, pil, dan suntik. Berdasarakan

kandungan metode kontrasepsi terdiri atas kontrasepsi hormonal dan non hormonal. (3) Pengguna kontrasepsi di dunia menurut World Health Organization (WHO) lebih dari 100 juta wanita menggunakan kontrasepsi yang memiliki efektifitas, dengan pengguna kontrasepsi hormonal lebih dari 75% dan 25% menggunakan non hormonal. (4) Di Indonesia kontrasepsi suntik merupakan metode kontrasepsi hormonal yang paling banyak digunakan, hal ini dapat terlihat berdasarkan jumlah peserta KB aktif di Indonesia tahun 2014 berjumlah 35.202.908 (74,87%), 47,57% menggunakan kontrasepsi suntik, kontrasepsi pil (23,58%) dan implant (10,46%). Sedangkan penggunaan metode non hormonal terbilang sedikit dibandingkan metode hormonal yaitu IUD (11,07%), MOW (3,52%), kondom (3,15%), dan MOP (0,69%). Hal tersebut dapat menjadi indikator bahwa KB suntik merupakan pilihan utama peserta KB untuk mencegah kehamilan dan mengatur kesuburan. (5) Provinsi Sumatera Barat termasuk dalam 5 pengguna kontrasepsi suntik terbanyak di Indonesia. Mengenai penggunaan kontrasepsi di Provinsi Sumatera Barat, didapatkan peningkatan persentase penggunaan kontrasepsi hormonal suntik setiap tahunnya, 52.35% di tahun 2013 dan meningkat tahun 2014 menjadi 52,77%. Kontrasepsi suntik ini juga merupakan metode kontrasepsi yang paling banyak dipilih dibandingkan dengan kontrasepsi yang lain. (5) Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat menunjukkan bahwa penggunaan KB Suntik di kota Padang mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2013 jumlah penggunaan kontrasepsi suntik sebanyak 39.060 (48%) meningkat pada tahun 2014 mencapai

51.826 (53,2%). Puskesmas Lubuk Begalung merupakan puskesmas dengan jumlah penggunaan kontrasepsi suntik tertinggi tahun 2014 dari 22 Puskesmas yang ada di Kota Padang. Presentase pengguna kontrasepsi suntik di Puskesmas Lubuk Begalung sebanyak 83.6%. (6) Kontrasepsi suntik merupakan salah satu jenis kontrasepsi hormonal, yang berisi hormon progesteron atau kombinasi hormon estrogen dan progesterone. Kontrasepsi suntik terdiri atas 2 macam yaitu Depo Medroksi Progesteron Aseatat (DMPA) dan Depo Noreisteron (Depo Noristerat). DMPA diberikan setiap 3 bulan sekali dengan dosis progestron 150 mg. Depo Noristerat diberikan dalam dosis 200 mg sekali setiap 8 minggu untuk 6 bulan pertama. Baik DMPA maupun NET-EN sangat efektif dengan angka kegagalan < 1 per 100 wanita pertahun (DMPA) dan 2 per 100 wanita pertahun (NET-EN). Kontrasepsi DMPA merupakan kontrasepsi yang lebih banyak penggunanya karena sangat efektif dengan angka kegagalan kurang dari 1 per 100 wanita pertahun, pemakaiannya sederhana, praktis bagi akseptor karena injeksi hanya 4 kali setahun dan reversible. (3) Cara kerja kontrasepsi DMPA mencegah terjadinya ovulasi dengan menekan pembentukan gonadotropin releasing hormon dari hipotalamus maka dapat mengalami efek samping berupa gangguan pola haid. Selain itu efek samping dari penggunaan kontrasepsi ini diantaranya berupa mual, hipertensi, jerawat dan peningkatan berat badan. (7) Efek samping yang sering terjadi adalah peningkatan berat badan. Berdasarkan penelitian Veidi yang membandingkaan efek samping dari pengguna kontrasepsi suntik DMPA menyatakan sebanyak 60 (48%) akseptor DMPA

mengalami peningkatan berat badan sedangkan pengguna kontrasepsi suntik Cyclofem sebanyak 25 (20%) akseptor mengalami peningkatan berat badan. Penelitian Palimbo dan Widodo di wilayah kerja puskesmas Lok Baintan tentang hubungan penggunaan suntik KB 3 bulan dengan kenaikan berat badan pada wanita akseptor KB menyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara (8, 9) penggunaan KB suntik 3 bulan dengan kenaikan berat badan (p=0,002). Pada umumnya peningkatan berat badan akibat pengaruh kontrasepsi hormonal berkisar antara 1 kg 5 kg dalam tahun pertama. Penggunaan kontrasepsi suntik DMPA > 1 tahun mempunyai pengaruh terhadap peningkatan berat badan. (3) Berdasarkan hasil penelitian Liando menyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara lama pemakaian kontrasepsi suntik DMPA dengan peningkatan berat badan di puskesmas Kumelembuai kabupaten Minahasa selatan tahun 2015. (p=0,021) dan penelitian Diana menyatakan terdapat hubungan antara lama pemakaian KB suntik DMPA dengan perubahan berat badan (p=0,587). (10) Penyebab dari peningkatan berat badan tersebut adalah hormon progesterone yang dapat merangsang pusat pengendali nafsu makan sehingga terjadi peningkatan nafsu makan dan hormon estrogen meningkatkan kecepatan gluconeogenesis (perubahan karbohidrat dan gula) sehingga dapat meningkatkan kadar glukosa dalam darah, apabila glukosa tersebut tidak digunakan akan disimpan kembali dalam bentuk lemak. Semakin banyak lipid terbentuk maka cadangan energi di dalam jaringan adipose akan semakin meningkat, biasanya terdapat pada lengan atas, pinggul,paha, perut dan dada. Hal ini tentu saja akan semakin memburuk jika tidak dikontrol dan tidak diimbangi dengan pola hidup

sehat seperti olahraga teratur dan pola makan yang benar sehingga peningkatan (3, 11) berat badan yang tidak terkontrol (Obesitas) tidak dapat dihindari. Obesitas merupakan masalah kesehatan yang sangat serius. Apalagi wanita menunjukkan resiko lebih besar dibanding pria. Kontrasepsi hormonal yang menjadi pilihan bagi sebahagian ibu sedangkan peningkatan berat badan menjadi efek sampingnya. Penambahan berat badan melebihi batasan normal merupakan hal yang perlu mendapatkan perhatian, karena berhubungan erat dengan resiko beberapa penyakit degeneratif seperti DM tipe 2, hipertensi, jantung dan kanker. (12) Berdasarkan survei awal yang penulis lakukan pada tanggal 13 s/d 15 April 2016 di Puskesmas Lubuk Begalung. Berdasarkan observasi kartu kunjungan KB dari 10 akseptor suntik DMPA terdapat 6 akseptor mengalami peningkatan berat badan dengan lama pemakaian >1 tahun sedangkan 4 akseptor lain dapat dikategorikan tidak mengalami peningkatan. Selain dari faktor lama penggunaan kontrasepsi suntik peningkatan berat badan juga dapat di pengaruhi oleh faktor genetik, metabolisme lemak, aktifitas fisik, pola makan, psikologis, lingkungan, umur dan penyakit. Untuk itu peneliti juga menghubungkan aktifitas fisik, pola konsumsi dan umur dalam penelitian ini. Berdasarkan latar belakang diatas maka, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan lama pemakaian kontrasepsi suntik DMPA dengan peningkatan berat badan di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Begalung tahun 2016. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan lama pemakaian kontrasepsi suntik DMPA dengan

peningkatan berat badan di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Begalung tahun 2016? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan lama pemakaian kontrasepsi suntik DMPA dengan peningkatan berat badan di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Begalung tahun 2016. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui distribusi frekuensi lama pemakaian kontrasepsi suntik DMPA, umur, pola konsumsi, aktifitas fisik dan peningkatan berat badan akseptor KB suntik di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Begalung tahun 2016. 2. Mengetahui hubungan lama pemakaian kontrasepsi suntik DMPA dengan peningkatan berat badan di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Begalung tahun 2016. 3. Mengetahui hubungan umur akseptor KB suntik DMPA dengan peningkatan berat badan di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Begalung tahun 2016. 4. Mengetahui hubungan pola konsumsi akseptor KB suntik DMPA dengan peningkatan berat badan di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Begalung tahun 2016.

5. Mengetahui hubungan aktifitas fisik akseptor KB suntik DMPA dengan peningkatan berat badan di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Begalung tahun 2016. 6. Mengetahui pengaruh umur terhadap hubungan lama pemakaian kontrasepsi suntik DMPA dengan peningkatan berat badan di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Begalung tahun 2016. 7. Mengetahui pengaruh pola konsumsi terhadap hubungan lama pemakaian kontrasepsi suntik DMPA dengan peningkatan berat badan di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Begalung tahun 2016. 8. Mengetahui pengaruh aktifitas fisik terhadap hubungan lama pemakaian kontrasepsi suntik DMPA dengan peningkatan berat badan di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Begalung tahun 2016. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis 1. Untuk mendapatkan tambahan teori tentang hubungan lama pemakaian kontrasepsi suntik DMPA dengan peningkatan berat badan. 2. Memberikan sumbangan ilmiah terhadap pengembangan ilmu pengetahuan terutama mengenai penelitian tentang kesehatan reproduksi dan gizi. 1.4.2 Manfat Praktis 1.4.2.1 Instansi penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi tenaga kesehatan dalam melaksanakan program programnya. 1.4.2.2 Instansi pendidikan Sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya dalam pengembangan ilmu.

1.4.2.3 Penulis Diharapkan dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama di perkuliahan dan untuk mengembangkan kemampuan peneliti dalam menganalisa melalui penelitian sehingga peneliti mendapatkan pengalaman yang bermanfaat. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan lama pemakaian kontrasepsi suntik DMPA dengan peningkatan berat badan di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Begalung tahun 2016. Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Maret s/d Juli di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Begalung. Dalam penelitian penulis ingin menunjukkan juga apakah ada pengaruh faktor risiko lain (kovariat) terhadap hubungan lama pemakaian kontrasepsi suntik DMPA terhadap peningkatan berat badan. Faktor-faktor kovariat tersebut yaitu umur, pola konsumsi dan aktifitas fisik. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh akseptor KB metode suntik DMPA yang ada di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Begalung. Data peningkatan berat badan diperoleh dengan data primer sedangkan pola makan dan aktifitas fisik menggunakan kuesioner.