BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan dunia bisnis yang semakin ketat dewasa ini membuat setiap perusahaan berupaya mencari strategi yang tepat untuk dapat unggul dari para pesaingnya serta menjaga eksistensinya dalam bidang bisnis yang sedang berkembang. Perusahaan food and beverages dalam melakukan inovasi guna meningkatkan kualitas produknya membutuhkan perencanaan yang tepat agar mampu besaing di pasar. Persaingan yang ada dari waktu ke waktu semakin sulit sehingga perusahaan harus bekerja keras dan dengan adanya perencanaan yang matang pada semua aspek perusahaan tidak terkecuali aspek yang berkaitan dengan kebijakan keuangan tentunya perusahaan dapat menghadapi persaingan itu. Dalam menghadapi persaingan perusahaan dituntut untuk memanfaatkan faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh perusahaan secara efektif dan efisien dalam menjalankan kegiatan operasionalnya sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Konsep Going Concern yang terdapat dalam konsep dasar teori akuntansi menyatakan bahwa, pada dasarnya suatu perusahaan tidak didirikan untuk usahausaha jangka pendek dengan anggapan perusahaan akan hidup sepanjang masa dan tidak akan pernah mati. Anggapan tersebut diasumsikan pada kondisi normal. Namun yang terjadi terkadang perusahaan berjalan tidak sesuai dengan yang diharapkan sehingga banyak perusahaan mengalami kemacetan, likuidasi, dan 1
kebangkrutan seperti yang banyak menimpa industri-industri di Indonesia dari berbagai sektor sejak terjadinya krisis moneter tahun 1998. Kebangkrutan merupakan masalah yang sangat esensial yang harus diwaspadai oleh perusahaan. Apabila perusahaan sudah bangkrut, maka perusahaan tersebut benar-benar mengalami kegagalan usaha. Dengan demikian perusahaan harus sedini mungkin melakukan berbagai analisis terutama analisis yang menyangkut kebangkrutan perusahaan. Analisis ini sangat bermanfaat bagi perusahaan untuk melakukan antisipasi yang diperlukan. Analisis kebangkrutan dilakukan untuk memperoleh peringatan awal kebangkrutan (tanda-tanda bangkrut). Menurut Mamdur dan Halim dalam Siti Rodliyah (2008) semakin awal tanda-tanda kebangkrutan tersebut, semakin baik bagi pihak manajemen karena pihak manajemen bisa melakukan perbaikanperbaikan agar kebangkrutan tersebut benar-benar tidak terjadi pada perusahaan dan perusahaan dapat mengantisipasi atau membuat strategi untuk menghadapi jika kebangkrutan benar-benar menimpa perusahaan. Analisa terhadap laporan keuangan dapat memberikan informasi yang bermanfaat untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan dan kinerja keuangan yang sedang berjalan juga sebagai alat untuk memprediksi kondisi perusahaan di masa yang akan datang. Hal ini tentu dapat digunakan untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan. Pengukuran atas kebangkrutan perusahaan juga dapat dilakukan melalui laporan keuangan dengan 2 metode, yaitu metode univariate dan metode multivariate. Menurut Hanafi dalam Muhammad Hawaldi (2008), analisis univariate dilakukan dengan melihat variabel keuangan yang diperkirakan mempengaruhi 2
atau berkaitan dengan kebangkrutan dengan menganalisis terpisah. Analisis rasio merupakan salah satu bentuk analisis univariate, cara ini yang pada umumnya digunakan investor dalam menghitung dan menganalisis berbagai macam rasio keuangan seperti modal kerja, rasio-rasio profitabilitas, tingkat hutang atau leverage, dan likuiditas untuk mendeteksi tanda-tanda kebangkrutan suatu perusahaan, tetapi timbul suatu permasalahan yaitu masing-masing rasio mempunyai kegunaan dan memberikan indikasi yang berbeda mengenai kesehatan keuangan perusahaan. Kadang-kadang rasio-rasio tersebut juga terlihat berlawanan satu sama lain. Oleh karena itu, jika hanya bergantung pada perhitungan rasio secara individual maka para investor akan mendapat kesulitan dan kebingungan untuk memutuskan apakah perusahaan dalam kondisi sehat atau sebaliknya. Menurut Hanafi dalam Muhammad Hawaldi (2008), analisis multivariate menggunakan dua variabel atau lebih secara bersama-sama dalam satu persamaan. Analisis ini dapat mempermudah analisis atas kondisi keuangan perusahaan daripada menghitung sekian banyak rasio keuangan secara individual lalu menginterpretasikan masing-masing rasio satu per satu. Salah satu contoh analisis multivariate yang cukup terkenal adalah model kebangkrutan yang dikembangkan oleh Edward Altman seorang professor of finance dari New York University School of Business pada akhir 1960-an yang dikenal dengan Altman Z-score. Model ini menggunakan analisis keuangan yang dibuat dengan mengkombinasikan lima rasio keuangan yang berbeda-beda (Rasio Modal Kerja/Total Aktiva, Laba Ditahan/Total Aktiva, Earning Before Income and 3
Tax/Total Aktiva, Nilai Pasar Modal/Nilai Buku Hutang, Penjualan/Total Aktiva) untuk menentukan potensi atau kemungkinan bangkrutnya sebuah perusahaan. Suatu perusahaan dapat dikelompokkan ke dalam salah satu klasifikasi perusahaan sehat, sehat tapi rawan kebangkrutan ataupun sebagai perusahaan yang diprediksikan bangkrut berdasarkan nilai Z-nya. Menurut Altman dalam Muhammad Hawaldi (2008) ketepatan dan keakuratan model ini telah diuji beberapa kali dan secara umum menunjukkan hasil yang relatif dapat dipercaya untuk memprediksi kegagalan perusahaan dalam jangka waktu kurang dari 5 tahun. Dalam penelitiannya, Altman membuktikan bahwa model yang diciptakannya ini dapat memprediksi kebangkrutan dengan tingkat keakuratan 95 persen untuk periode 1 tahun sebelum bangkrut, 72 persen untuk periode 2 tahun sebelum bangkrut, 48 persen untuk periode 3 tahun sebelum bangkrut, 36 persen untuk periode 4 tahun sebelum bangkrut dan 29 persen untuk periode 5 tahun sebelum bangkrut. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa kemampuan prediksi dari model Z-score menurun dari tahun ke tahun. Pasar modal di Indonesia masih diperlukan dan menjadi alternatif penting dalam menyediakan investasi. Secara formal pasar modal bisa didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta. Dengan pengertian yang demikian, maka pasar modal sebagai tempat pertemuan antara penjual dan pembeli sekuritas yang diterbitkan dan dipasarkan di pasar modal. Penerbit sekuritas yang disebut emitent menerbitkan sekuritas baik dalam bentuk penyertaan (saham) maupun penyertaan hutang (obligasi) untuk dijual atau 4
dipasarkan di pasar modal yang dapat diperjualbelikan oleh para investor atau pemodal. Pasar modal Indonesia bermula pada tahun 1912 dengan Bursa Efek yang didirikan oleh Belanda di Batavia dengan nama Vereniging Voor De Effecten. Kemudian dilanjutkan dengan didirikannya bursa di Surabaya dan Semarang pada tahun 1925. Namun akibat Perang Dunia II, semua bursa ditutup. Pada tahun 1950 diaktifkan kembali dan kembali diberhentikan pada tahun 1958. Pada tanggal 10 Agustus 1977 pasar modal kembali diaktifkan. Tahun 1995, mulai diberlakukan sistem JATS (Jakarta Automatic Trading System). Suatu system perdagangan di lantai bursa yang secara otomatis me-match kan antara harga jual dan beli saham. Sebelum diberlakukannya JATS, transaksi dilakukan secara manual. Misalnya dengan menggunakan papan tulis sebagai papan untuk memasukkan harga jual dan beli saham. Perdagangan saham berubah menjadi scripless trading, yaitu perdagangan saham tanpa warkat (bukti fisik kepemilikkan saham), seiring dengan kemajuan teknologi, bursa kini menggunakan sistem Remote Trading, yaitu sistem perdagangan jarak jauh. Bursa Efek Indonesia (BEI, atau Indonesia Stock Exchange (IDX)) merupakan bursa hasil penggabungan dari Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa Efek Surabaya (BES). Demi efektivitas operasional dan transaksi, Pemerintah memutuskan untuk menggabung Bursa Efek Jakarta sebagai pasar saham dengan Bursa Efek Surabaya sebagai pasar obligasi dan derivatif. Penelitian ini memprediksi kebangkrutan pada perusahaan food and beverages dengan menggunakan metode Altman s Z-score, dimana tahun yang akan dijadikan masa pengamatan adalah tahun 2004 sampai 2007 dan tahun 2008 5
akan dijadikan tahun pembuktian hasil analisis tersebut. Adapun perusahaanperusahaan yang dipilih sebagai sampel dalam penelitian adalah perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2004 sampai 2007. Tabel 1.1 Laba Bersih Perusahaan Food and Beverages Tahun 2004-2007 (Dalam Jutaan Rupiah) No Nama Perusahaan Food and Beverages Laba Bersih 2004 2005 2006 2007 1 PT. Ades Waters Indonesia Tbk -148.331-119.256-128.794-154.851 2 PT. Aqua Golden Mississippi Tbk 91.640 64.350 48.854 52.245 3 PT. Cahaya Kalbar Tbk -23.200-21.594 15.291 20.187 4 PT. Davomas Abadi Tbk 98.958 90.069 196.277 208.456 5 PT. Delta Djakarta Tbk 38.696 56.405 43.284 31.671 6 PT. Fast Food Indonesia Tbk 35.861 41.291 68.929 66.838 7 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk 378.056 124.018 661.210 980.357 8 PT. Multi Bintang Indonesia Tbk 86.297 87.014 73.581 47.484 9 PT. Mayora Indah Tbk 85.106 45.730 93.576 115.557 10 PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk 929 118.433 11.847-4.133 11 PT.PioneerindoGourmet InternasionalTbk -20.940 4.658-1.851-815 12 PT. Sierad ProduceTbk -154.346-122.480 40.954 27.468 13 PT. Sekar Laut Tbk -42.607 91.602 4.637 3.310 14 PT. Siantar Top Tbk 28.599 10.637 14.426 10.187 15 PT. Smart Tbk -107.960 304.203 628.005 988.944 16 PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 90 35 130 15.760 17 PT. Tunas Baru Lampung,Tbk 16.455 6.219 52.884 97.227 18 PT. Ultra Jaya Milk Tbk 4.414 4.528 14.732 38.934 Sumber: www.idx.co.id Tabel 1.1 diatas menunjukkan bahwa terdapat satu perusahaan yang mengalami kerugian selama empat tahun berturut-turut (tahun 2004-2007) dan beberapa perusahaan mengalami kerugian satu sampai tiga kali selama tahun 2004-2007, hal tersebutlah yang menjadi motivasi peneliti untuk mengetahui potensi kebangkrutan perusahaan food and beverages. Peneliti ingin mengetahui 6
apakah perusahaan yang mengalami beberapa kali kerugian berpotensi bangkrut dan apakah perusahaan yang selama tahun pengamatan menghasilkan laba tidak berpotensi bangkrut. Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah prediksi terhadap kondisi keuangan perusahaan food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2004-2007, sehat atau berpotensi mengalami kebangkrutan jika dianalisis dengan menggunakan metode Altman s Z-score? 1.2 Tujuan Penelitian Berdasarkan pokok permasalahan yang telah dikemukakan, tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui prediksi terhadap kondisi keuangan perusahaan food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2004-2007, sehat atau berpotensi mengalami kebangkrutan jika dianalisis dengan menggunakan metode Altman s Z-score. 1.3 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan untuk operasional serta perumusan kebijakan. 1) Bagi Khasanah Ilmu Pengetahuan Penelitian ini diharapkan mampu memberi kontribusi dan pemahaman lebih luas untuk pengembangan ilmu mengenai prediksi kebangkrutan perusahaan food and beverages menggunakan analisis Altman s Z-score. 7
2) Bagi Penyelesaian Operasional dan Perumusan Kebijakan Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan tolak ukur dan gambaran untuk menilai keadaan suatu perusahan berdasarkan laporan keuangan serta memberikan bukti empiris bagi pemerintah, investor, kreditur, dan masyarakat dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan. 1.4 Sistematika Penyajian Untuk memberikan gambaran secara garis besar mengenai isi dan susunan skripsi ini, berikut dikemukakan sistematika penyajian dari setiap bab. BAB I : PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai latar belakang masalah, pokok masalah, tujuan dan kegunaan penelitian serta sistematika penyajian. BAB II : KAJIAN PUSTAKA Bab ini menguraikan landasan teori yang mendasari objek penelitian sebagai acuan dalam pemecahan masalah. BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini menguraikan mengenai identifikasi variabel penelitian, definisi operasional, jenis data, teknik pengumpulan serta teknik analisis data. BAB IV : DATA DAN PEMBAHASAN Bab ini menguraikan data dan pembahasan hasil penelitian. BAB V : SIMPULAN DAN SARAN Bab ini menguraikan simpulan-simpulan yang didapatkan dari hasil penelitian dan mengungkapkan saran-saran yang didasarkan atas simpulan yang diberikan. 8