GANGGUAN KESEHATAN PADA PEMULUNG DI TPA ALAK KOTA KUPANG. Health Problems of Scavengers at the Alak Landfill, Kupang City

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

FAKTOR - FAKTOR RISIKO PAPARAN GAS AMONIA DAN HIDROGEN SULFIDA TERHADAP KELUHAN GANGGUAN KESEHATAN PADA PEMULUNG DI TPA JATIBARANG KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan suatu industri adalah mengolah masukan (input) menjadi

ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN GAS AMONIA (NH 3 ) PADA PEMULUNG DI TPA JATIBARANG, SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan manusia akan protein hewani, ini ditandai dengan peningkatan produksi daging

BAB 1 : PENDAHULUAN. kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang

ANALISIS KONSENTRASI GAS HIDROGEN SULFIDA (H2S) DI UDARA AMBIEN KAWASAN LOKASI PEMBUANGAN AKHIR (LPA) SAMPAH AIR DINGIN KOTA PADANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. maupun mahluk hidup lainnya. Tanpa makan manusia bisa hidup untuk beberapa. udara kita hanya dapat hidup untuk beberapa menit saja.

BAB I PENDAHULUAN. Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat dijelaskan di dalam Undang-Undang

KUESIONER PENELITIAN

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN OLEH PEMULUNG DI TPA TAMANGAPA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak pabrik yang mengolah bahan mentah. menjadi bahan yang siap digunakan oleh konsumen. Banyaknya pabrik ini

Mahasiswa Program Studi Ilmu Lingkungan, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2

BAB I PENDAHULUAN. ini. Udara berfungsi juga sebagai pendingin benda-benda yang panas, penghantar bunyi-bunyian,

: FIANI RAHMADANI SIREGAR NIM.

BAB 1 PENDAHULUAN. gizi yang baik ditentukan oleh jumlah asupan pangan yang dikonsumsi.

berkembang, baik pencemaran udara dalam ruangan maupun udara ambien di

No. kuesioner. I. Identitas Responden 1. Nama : 2. Umur : 3. Pendidikan : 4. Lama Bekerja : 5. Sumber Informasi :

ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN GAS HIDROGEN SULFIDA (H 2 S) PADA PEMULUNG AKIBAT TIMBULAN SAMPAH DI TPA JATIBARANG KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara..., Dian Eka Sutra, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS KONSENTRASI GAS AMMONIA (NH3) DI UDARA AMBIEN KAWASAN LOKASI PEMBUANGAN AKHIR (LPA) SAMPAH AIR DINGIN KOTA PADANG TUGAS AKHIR

BAB 1 : PENDAHULUAN. lingkungan yang utama di dunia, khususnya di negara berkembang. Pencemaran udara dapat

PENYAKIT KULIT AKIBAT KERJA PADA PEMULUNG DI TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH AKHIR SUWUNG DENPASAR SELATAN TAHUN 2016

PENGGUNAAN BAHAN BAKAR DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN SIKUMANA ABSTRAK

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. besar. Salah satu industri yang banyak berkembang yakni industri informal. di bidang kayu atau mebel (Depkes RI, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja merupakan tempat yang potensial mempengaruhi kesehatan pekerja.

Kata Kunci : Sampah,Umur,Masa Kerja,lama paparan, Kapasitas Paru, tenaga kerja pengangkut sampah.

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango. Wilayah Kerja. Poowo, Poowo Barat, Talango, dan Toto Selatan.

ANALISIS KADAR CO dan NO 2 SERTA KELUHAN KESEHATAN PEDAGANG ASONGAN DI TERMINAL AMPLAS TAHUN 2014 SKRIPSI. Oleh : IRMAYANTI NIM.

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK TERHADAP TERJADINYA DRY MOUTH PADA PEROKOK FILTER DI KELURAHAN SUKAWARNA BANDUNG


Gunung api yang meletus akan mengeluarkan berbagai jenis debu serta gas dari dalam perut. Debu Vulkanik Dan Gangguan Kesehatan

TESIS. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Ilmu Lingkungan

ABSTRAK. Utin Dewi Sri Aryani; 2016 Pembimbing I : Lisawati Sadeli, dr., M.Kes Pembimbing II : Sri Utami Sugeng, Dra., M.Kes.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN PENANGANAN SAMPAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS INGIN JAYA KABUPATEN ACEH BESAR

ABSTRAK. Kata Kunci : Kadar debu kayu industri mebel, keluhan kesehatan pekerja, Kepustakaan : 9 ( )

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014

PENGARUH COD, Fe, DAN NH 3 DALAM AIR LINDI LPA AIR DINGIN KOTA PADANG TERHADAP NILAI LC50

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS DEMAND MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEDAN DELI, PUSKESMAS BROMO DAN PUSKESMAS KEDAI DURIAN TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terjadinya penyakit paru kronik (Kurniawidjaja,2010).

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat, terutama pada kondisi lingkungan yang di bawah standar. (1)

BAB 1 : PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. maupun di luar rumah, baik secara biologis, fisik, maupun kimia. Partikel

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

BAB 1 PENDAHULUAN. dihasilkan dari proses produksi terkadang mengandung potensi bahaya yang

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI... iv. ABSTRAK...

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur

BAB I PENDAHULUAN. disinfeksi setelah waktu kontak tertentu (Chandra, 2009 : 50), sedangkan klorin atau

BAB I PENDAHULUAN. (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Saat ini, ISPA merupakan masalah. rongga telinga tengah dan pleura. Anak-anak merupakan kelompok

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan. Industri selalu diikuti masalah pencemaran

Analisis Risiko Paparan Hidrogen Sulfida (H 2 S) pada Peternak Ayam Broiler di Kecamatan Maiwa Kabupaten Enrekang Tahun 2016

3. METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kejadian ISPA Di Indonesia, pada balita adalah sekitar 10-20%

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA.

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia mempunyai visi yang sangat ideal, yakni masyarakat Indonesia

Departemen Kesehatan Lingkungan. Sumatera Utara, Medan, 20155, Indonesia

Relation between Indoor Air Pollution with Acute Respiratory Infections in Children Aged Under 5 in Puskesmas Wirobrajan

BAB 1 : PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini. Ekonomi kota yang tumbuh ditandai dengan laju urbanisasi yang

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PULAU BARRANG LOMPO KECAMATAN UJUNG TANAH KOTA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan parameter..., Duniantri Wenang Sari, FKM 2 UI, Universitas Indonesia

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PNEUMONIA DENGAN KEKAMBUHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI JINGAH BANJARMASIN

FAKTOR RISIKO DENGAN PERILAKU KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI

ANALISA KUALITAS UDARA DAN KELUHAN SALURAN PERNAPASAN SERTA KELUHAN IRITASI MATA PADA PEKERJA DI PETERNAKAN SAPI PT

BAB 1 : PENDAHULUAN. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih saat ini sudah sulit diperoleh, khususnya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Marisa Kec. Marisa merupakan salah satu dari 16 (enam belas)

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor lingkungan kerja merupakan salah satu penyebab timbulnya penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas sehingga jumlah tenaga kerja yang berkiprah disektor

BAB I PENDAHULUAN. Nigeria masing-masing 6 juta episode (Kemenkes RI, 2011). (15%-30%). Berdasarkan hasil penelitian Khin, dkk tahun 2003 di Myanmar

BAB I PENDAHULUAN. bermotor, pembangkit tenaga listrik, dan industri. Upaya pemerintah Indonesia untuk

BAB I PENDAHULUAN. untuk anak-anak, bahkan orang dewasa pun menyukainya. Tempat tujuan utama yang

Keywords: Smoking Habits of Students, Parents, Friends, Ads

BAB 1 : PENDAHULUAN. renang setidaknya seminggu sekali, 55% anak anak (umur 5 9 tahun)

HUBUNGAN PERAN BIDAN DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS COLOMADU 1

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya bagi kesehatan pekerja (Damanik, 2015). cacat permanen. Jumlah kasus penyakit akibat kerja tahun

3. METODE PENELITIAN

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. mencakup 74% (115,3 juta) dari 156 juta kasus di seluruh dunia. Lebih dari. dan Indonesia (Rudan, 2008). World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia Indonesia.

BAB 1 : PENDAHULUAN. Peraturan Pemerintah No 66 Tahun 2014 pada pasal 1 ayat 9 yang menyatakan

PEDOMAN TEKNIS PENETAPAN BAKU MUTU UDARA AMBIEN DAERAH

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA PEKERJA BAGIAN RING SPINNING

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) adalah infeksi saluran

Transkripsi:

Siprianus Singga : Gangguan Kesehatan pada Pemulung di TPA Alak Kota Kupang GANGGUAN KESEHATAN PADA PEMULUNG DI TPA ALAK KOTA KUPANG Health Problems of Scavengers at the Alak Landfill, Kupang City Siprianus Singga Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Kupang (ssiprianus@gmail.com) ABSTRAK Pemulung merupakan salah satu dari kelompok pekerja informal yang berisiko mengalami gangguan kesehatan akibat pekerjaannya. Penelitian ini bertujuan menganalisa gangguan kesehatan yang dialami pemulung selama bekerja di TPA Alak. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional dengan rancangan cross sectional study yang dianalisis menggunakan uji chi square. Responden penelitian sebanyak 100 orang yang diambil menggunakan teknik simpel random sampling. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 10 jenis gangguan kesehatan yang dialami pemulung di TPA Alak dengan jumlah gangguan bervariasi pada setiap responden. Hasil analisis statistik diperoleh umur (p=0,000), lokasi tinggal (p=0,004), jam kerja (p=0,000) dan masa kerja (p=0,002) berkorelasi secara signifikan dengan jumlah gangguan kesehatan yang dialaminya. Kesimpulan penelitian ini adalah umur, lokasi tinggal, jam kerja, dan masa kerja berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah gangguan kesehatan yang dialami pemulung di TPA Alak. Kata Kunci : Pemulung, gangguan kesehatan, TPA ABSTRACT Scavengers are one group of informal workers who are at risk of health problems caused by their occupation. This study aims to analyze the health problems experienced by scavengers during their work at the Alak landfill. The method used in this research was the observational method with a cross sectional study approach and utilized the square test. Populations of this research were all of the scavengers in the Alak landfill. 100 samples were selected by using the simple random sampling technique. Results of this study found that there were 10 kinds of health problems experienced by scavengers in the Alak landfill with the number of problems varying for each respondent. Result of analyze statistically found that, age (p=0,000), residence location (p=0,004), working hours (p=0,000) and working period (p=0,002) significantly correlated with the number of health problems experienced by the scavengers. In conclusion, age, residence location, working hours, and working period were factors that significantly affected the number of health problems of scavengers. Keywords : Scavenger, health problems, TPA 30

JURNAL MKMI, Maret 2014, hal 30-35 PENDAHULUAN Salah satu dampak lingkungan yang besar dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah adalah pencemaran udara sebagai akibat dari proses dekomposisi sampah. Proses dekomposisi sampah akan membentuk berbagai jenis gas, seperti Hidrogen Sulfida (H 2 S), Karbon Monoksida (CO), Ammonia (NH 3 ), Fosfor (PO 4 ) dan Sulfur Oksida (SO 4 ), dan Metana (CH 4 ). 1 Semakin banyak sampah yang didekomposisi, akan semakin banyak pula jumlah gas-gas yang dihasilkan. Gas-gas tersebut sering menimbulkan bau busuk dan menurunkan kualitas udara di lingkungan TPA tersebut. dekomposisi secara alamiah menghasilkan gas NH 3, H 2 S, CO dan CH 4. 2 Studi Amdal terhadap TPA Bantar Gebang Bekasi tahun 1989 menyatakan bahwa timbulnya pencemaran udara akibat meningkatnya konsentrasi gas disertai bau busuk, baik yang ditimbulkan pada tahap operasi penimbunan dan pemadatan sampah maupun setelah selesainya tahap operasi. 3 Pemulung merupakan kelompok masyarakat yang paling rentan mengalami gangguan kesehatan akibat paparan gas-gas pencemar dari proses dekomposisi sampah. Aktivitas pemulung yang setiap hari berada dalam lingkungan TPA serta tempat tinggalnya yang berada di sekitar lokasi TPA tentu menjadi salah satu penyebab terpaparnya pemulung terhadap gas-gas tersebut. Meirinda menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara jarak rumah dari TPA dengan konsentrasi gas hasil pembusukan sampah. Selain itu juga terdapat hubungan yang bermakna antara kondisi fisik rumah dan konsentrasi gas pembusukan sampah dalam rumah penduduk tersebut. 4 Penelitian di TPA Terjun Medan menyatakan bahwa pemulung yang tinggal di lokasi TPA 11,6 kali memiliki risiko akan terganggu kesehatannya akibat paparan gas H 2 S dalam udara ambien TPA bila dibandingkan dengan responden yang tinggal diluar TPA. Hasil ini juga menunjukkan bahwa penduduk di lokasi TPA Terjun berdasarkan parameter, populasi telah memiliki risiko akan terkena gangguan kesehatan akibat terpapar H 2 S dari pembusukan sampah. 5 Penelitian di TPA Tamangapa Makassar, menyatakan bahwa pemulung mempunyai probabilitas untuk menderita penyakit akibat terpapar gas H 2 S adalah sebesar 6,53 dan mempunyai probabilitas untuk menderita penyakit akibat terpapar gas NH 3 adalah sebesar 0,77. 6 Paparan terhadap gas hasil pembusukan sampah dapat menimbulkan gangguan sistem pernafasan. Hasil survei di TPA Supiturang diketahui sebanyak 65% pemulung di TPA mengalami gangguan sistem pernapasan. 7 Gejala gangguan yang sering dialami pemulung antara lain batuk, sakit kepala, gangguan sistem pernapasan, bronchitis. Orang yang terpapar dalam jumlah yang besar dan lama bahkan dapat mengakibatkan kematian. Data dari koordinator pemulung TPA Alak menyebutkan bahwa jumlah pemulung yang bekerja di TPA Alak sebanyak 52 KK. Dari 52 KK tersebut ada yang semua anggota keluarganya bekerja sebagai pemulung, adapula yang hanya sebagian anggota keluarganya yang bekerja sebagai pemulung. Mayoritas keluhan penyakit yang diderita oleh masyarakat pemulung di TPA Alak adalah Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA). Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Alak, ISPA juga menempati urutan pertama dari 10 penyakit terbanyak yang diderita penduduk dalam wilayah kerja Puskesmas Alak. Hal ini menunjukkan bahwa permasalahan kondisi kesehatan masyarakat di sekitar TPA Alak cukup memprihatinkan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan menganalisa gangguan kesehatan yang dialami pemulung selama bekerja di TPA Alak. BAHAN DAN METODE Penelitian bersifat observasional, dengan rancangan cross sectional study. Variabel bebas yang diteliti berupa umur, lokasi tinggal, jam kerja, serta masa kerja sedangkan varibel terikat berupa gangguan kesehatan responden. Penelitian ini dilakukan di TPA Alak Kota Kupang dengan waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni Juli 2012. Populasi penelitian ini adalah seluruh pemulung yang bekerja di TPA Alak Kota Kupang dengan jumlah sampel yang digunakan sebanyak 100 pemulung. Teknik pengambilan sampel dilakukan menggunakan simpel random sampling dengan kriteria inkulusi, yaitu usia minimal 10 tahun, bekerja sebagai pemulung di 31

Siprianus Singga : Gangguan Kesehatan pada Pemulung di TPA Alak Kota Kupang TPA minimal 1 tahun dan bersedia diwawancarai. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara menggunakan kuesioner untuk mengetahui data karakteristik pemulung serta gangguan kesehatan yang dideritanya. Data hasil penelitian dianalisis secara univariat dan bivariat dengan uji chi square. Pengolahan data dilakukan secara elektronik dengan bantuan komputer program SPSS versi 16,00 dan disajikan dalam bentuk tabel yang disertai narasi. HASIL Gangguan kesehatan diukur dari gejalagejala gangguan kesehatan yang dialami responden sebagai akibat dari terpapar gas-gas dari pembusukan sampah terdapat 10 gejala yang berhasil diidentifikasi. Distribusi responden berdasarkan gejala gangguan kesehatan yang dialami dapat dilihat pada Tabel 1. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa seluruh responden mengalami gejala gangguan kesehatan. Gejala gangguan kesehatan yang paling banyak dialami responden adalah batuk-batuk sebanyak 98% responden, sedangkan gejala gangguan kesehatan yang paling sedikit dialami responden adalah sesak napas sebanyak 55% responden. Hasil penelitian juga memperlihatkan bahwa terdapat responden yang mengalami lebih dari satu gejala gangguan kesehatan. Berdasarkan jumlah gejala yang dialami, distribusi responden terbanyak terdapat pada kelompok yang mengalami 10 gejala gangguan kesehatan, yaitu 39 responden. Responden paling sedikit terdapat pada kelompok yang mengalami 1 gejala gangguan kesehatan dan 2 gejala gangguan kesehatan, masing-masing 1 responden (Grafik 1). Pada penelitian ini responden terdiri atas 5 golongan umur, yang terbanyak adalah dewasa sebanyak 40 orang, remaja 32 orang, lansia 19 orang, manula 5 orang dan anak-anak sebanyak 4 orang. Jumlah gangguan kesehatan yang dialami reseponden akibat paparan gas hasil pembusukan sampah bervariasi menurut kelompok umurnya. Dari 10 gangguan kesehatan yang didata, pada kelompok manula mempunyai rata-rata 9,4 gangguan, lansia 8,6 gangguan, dewasa 7,7 gangguan, remaja 7,3 gangguan dan anak-anak mempunyai rata-rata 3 gangguan. Dari data tersebut terlihat Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Gejala Gangguan Kesehatan di TPA Alak Jenis Gejala Gangguan Kesehatan n % Batuk-batuk Mata berair dan gatal Hidung iritasi dan gatal Sesak napas Iritasi tenggorokan Jalan pernafasan kering dan panas Lesu Kulit terasa perih Sakit kepala atau pusing Kehilangan nafsu makan Sumber : Data Primer, 2013 98 90 66 55 62 56 93 87 96 61 98 90 66 55 62 56 93 87 96 61 bahwa semakin tua usia pemulung, semakin banyak gangguan kesehatan yang dialami. Pernyataan ini juga didukung oleh hasil analisa statistik yang menunjukan bahwa ada korelasi yang bermakna antara umur responden dengan jumlah gangguan kesehatan yang dialami (p=0,000) (Tabel 2). Hasil analisis menunjukkan sebanyak 68 responden yang tinggal di lingkungan TPA dengan rata-rata jumlah gangguan kesehatan sebanyak 8,2 dan 32 responden yang tinggal di luar lingkungan TPA dengan rata-rata jumlah gangguan kesehatan sebanyak 6,5. Hasil analisa statistik menunjukan ada perbedaan yang bermakna antara jumlah gangguan kesehatan pada responden yang tinggal di lingkungan TPA dengan responden yang tinggal di luar lingkungan TPA (p= 0,004) (Tabel 2). Distribusi responden menurut jam kerja terbanyak terdapat pada kelompok 8 jam/hari, yaitu 31 responden dan paling sedikit terdapat pada kelompok 5 jam/hari, yaitu 2 responden. Secara keseluruhan rata-rata jam kerja responden di TPA Alak adalah 6,35 jam/hari. Pada kelompok 1-4 jam perhari terdapat 26 responden dengan ratarata 6,0 gangguan kesehatan. Pada kelompok 5-8 jam/hari terdapat 66 responden dengan rata-rata 8,0 gangguan kesehatan. Sedangkan pada kelompok 9-12 jam/hari terdapat 8 responden dengan rata-rata 10,0 gangguan kesehatan. Jumlah jam kerja responden bila dikorelasikan dengan gejala gangguan kesehatan yang dialami responden, di 32

JURNAL MKMI, Maret 2014, hal 30-35 Sumber : Data Primer, 2013 Grafik 1. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Gangguan Kesehatan yang Dialami di TPA Alak dapat hasil bahwa jam kerja berkorelasi secara bermakna dengan gejala gangguan kesehatan responden (p=0,000) (Tabel 2). Hal ini dapat diartikan bahwa jumlah jam kerja responden setiap hari berpengaruh terhadap gangguan kesehatan responden akibat paparan gas hasil dekomposisi sampah. Distribusi responden menurut masa kerja terbanyak terdapat pada kelompok 6-10 tahun, yaitu 44 responden dan paling sedikit terdapat pada kelompok 21/tahun, yaitu 2 responden dengan rata-rata keseluruhan adalah 9,88 tahun. Pada kelompok masa kerja 1-10 tahun terdapat 67 responden dengan rata-rata 7,0 gangguan kesehatan. Sedangkan pada kelompok 11 tahun terdapat 33 responden dengan rata-rata 9,0 gangguan kesehatan. Masa kerja responden di TPA Alak bila dikorelasikan dengan data gejala gangguan kesehatan yang dialami responden, didapat hasil bahwa durasi pajanan berkorelasi secara signifikan dengan gejala gangguan kesehatan responden (p=0,002) (Tabel 2). PEMBAHASAN Secara teoritis, efek paparan gas hasil dekomposisi sampah terhadap manusia tergantung dari beberapa faktor, diantaranya adalah lamanya seseorang berada di lingkungan paparan, seberapa sering seseorang terpapar, besarnya konsentrasi gas dan daya tahan seseorang terhadap paparan. 8 Beberapa jenis gas hasil dekomposisi sampah yang berbahaya bagi kesehatan adalah H 2 S dan NH 3. Efek dari gas-gas tersebut pada konsentrasi rendah menyebabkan sakit kepala atau pusing, badan terasa lesu, hilangnya nafsu makan, rasa kering pada hidung, tenggorokan dan dada, batuk-batuk, kulit terasa perih, bahkan memiliki efek membakar (caustic effect) terhadap jaringan tubuh khususnya gas amoniak. 9 Pada konsentrasi yang lebih rendah amoniak meningkatkan iritasi, karena amoniak yang sangat larut dalam air, maka permukaan-permukaan tubuh yang basah berkontak dengan amoniak akan teriritasi atau terbakar yang daya keparahannya ditentukan oleh sifat alkali dari amoniak itu sendiri. Bagian tubuh yang paling mungkin berkontak dan berdampak adalah organ saluran pernafasan, mata, kulit, mulut dan saluran pernafasan. 10 Umur responden dalam penelitian ini berkisar antara 10-66 tahun. Menurut Depkes penggolongan umur manusia terdiri atas balita, kanak-kanak, remaja, dewasa, lansia dan manula. 33

Siprianus Singga : Gangguan Kesehatan pada Pemulung di TPA Alak Kota Kupang Tabel 2. Distribusi Variabel Berdasarkan Jumlah Responden, Gangguan Kesehatan dan Nilai p di TPA Alak Variabel Umur Kanak-kanak Remaja Dewasa Lansia Manula Lokasi Tinggal Dalam kompleks TPA Luar kompleks TPA Jam Kerja 1-4 jam 5-8 jam 9-12 jam Masa Kerja 1-10 tahun 11 tahun Sumber : Data Primer, 2013 Jumlah Responden (n) 4 32 40 19 5 68 32 26 66 8 67 33 Rata-Rata Jumlah Gangguan Kesehatan 3 7,3 7,7 8,6 9,4 8,2 6,5 6,0 8,0 10,0 7,0 9,0 p 0,000 0,004 0,000 0,002 Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur berpengaruh terhadap gejala gangguan kesehatan pemulung di TPA Alak. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Kafrawi di TPA Gempong Jawa Banda Aceh yang menyatakan bahwa umur berpengaruh secara signifikan terhadap gangguan pernafasan dan mata pada pemulung. 11 Pada penelitian ini lokasi tempat tinggal dibagi dalam dua kategori, yaitu di lingkungan TPA dan di luar lingkungan TPA. Kategori lingkungan TPA adalah responden yang tinggal dalam TPA dan sekitar TPA dalam radius 100 meter dari TPA, sedangkan kategori luar TPA adalah responden yang tinggal lebih dari 100 meter dari TPA. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara lokasi tempat tinggal responden dengan gejala gangguan kesehatan yang dialami pemulung. Hasil ini sejalan dengan penelitian Sianipar di TPA Terjun Medan yang menyatakan bahwa penduduk yang tinggal di wilayah TPA lebih berisiko mengalami gangguan kesehatan dibanding penduduk yang tinggal di luar wilayah TPA (OR=12). 5 Mendukung hal ini, hasil penelitian Meirinda juga menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara jarak rumah dari TPA dan konsentrasi gas hasil pembusukan sampah pada rumah tersebut. 4 Jam kerja diartikan sebagai jumlah jam perhari responden yang bekerja di TPA Alak. Penggunaan variabel jam kerja dikarenakan responden akan terpapar gas dari hasil dekomposisi sampah ketika mereka bekerja TPA. Waktu paparan responden dalam penelitian ini berkisar antara 2 jam/hari sampai dengan 12 jam/hari. Hasil analisis diperoleh bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara jam kerja responden dengan gejala gangguan kesehatan pada pemulung di TPA Alak. Hal ini sejalan dengan penelitian Ahmad di TPA Tamangapa Makassar yang menyatakan bahwa dengan waktu paparan 8 jam/hari dan konsentrasi H 2 S 0,002 mg/m 3 diketahui 97,9% responden dinyatakan berisiko, sedangkan untuk paparan gas NH 3 dengan waktu paparan 8 jam/ hari dan konsentrasi NH 3 0,637 mg/m 3 diketahui bahwa 21,9% responden dinyatakan berisiko. 6 Masa kerja diartikan sebagai lama waktu dihitung sejak pertama kali responden berada atau bekerja TPA Alak. Lama kerja responden dalam penelitian ini bervariasi antara 1-22 tahun dan dari hasil analisis menunjukkan bahwa lama kerja berpengaruh terhadap ganguan kesehatan yang dialami pemulung akibat paparan gas-gas hasil dekomposisi sampah di TPA Alak. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang 34

JURNAL MKMI, Maret 2014, hal 30-35 dilakukan oleh Sianipar menyatakan bahwa kelompok responden yang terpapar H 2 S lebih dari 15 tahun lebih banyak yang berisiko mengalami gangguan kesehatan besar dari pada responden yang terpapar H 2 S kurang dari 15 tahun. Pada kelompok yang lebih dari 15 tahun sebesar 49% responden berisiko, sedangkan pada kelompok kurang dari 15 tahun hanya 6% responden yang berisiko. 5 Penelitian Kafrawi juga menyatakan bahwa masa kerja berpengaruh secara signifikan terhadap gangguan pernapasan dan mata pemulung di TPA Genpong Jawa. 11 KESIMPULAN DAN SARAN Terdapat 10 jenis gangguan kesehatan yang dialami oleh pemulung di TPA Alak serta semua responden mengalami gangguan kesehatan dengan distribusi jumlah gangguan yang bervariasi pada masing-masing responden. Umur, lokasi tinggal, jam kerja, dan masa kerja berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah gangguan kesehatan yang dialami responden. Disarankan kepada pemulung agar mengurangi jam kerja harian di TPA serta dianjurkan untuk tinggal di luar kompleks TPA. Pemulung juga dianjurkan untuk menggunakan alat pelindung diri saat bekerja di TPA Alak. DAFTAR PUSTAKA 1. Suriawiria, U. Pengantar Mikrobiologi Umum. Bandung: Penerbit Angkasa; 1985. 2. Soemirat, J. Toksikologi Lingkungan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press; 2003. 3. Noriko, N. Tinjauan Akhir Tempat Pemusnahan Akhir Sampah Bantar Gebang Bekasi [Skripsi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor; 2003. 4. Meirinda. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Disekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan [Skripsi]. Medan: Universitas Sumatera Utara; 2008. 5. Sianipar, R.H. Analisis Risiko Paparan Hidrogen Sulfida Pada Masyarakat TPA Sampah Terjun Kecamatan Medan Marelan [Skripsi]. Medan: Universitas Sumatera Utara; 2009. 6. Ahmad, R. Analisis Risiko Paparan Gas Hidrogen Sulfida (H 2 S) dan Amoniak (NH 3 ) Bagi Masyarakat Pemulung di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah, Kelurahan Tamangapa, Kecamatan Manggala, Kota Makassar [Skripsi]. Makassar: Universitas Hasanuddin; 2011. 7. Sigid, Y. Identifikasi Status Kesehatan Masyarakat Pemulung di Tempat Pembuangan Akhir Supiturang Kelurahan Mulyorejo Kecamatan Sukun Kota Malang [Skripsi]. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang; 2007. 8. EPA. Exposure Factor Handbook. United Stated: National Center for Environmental Assesment United States Environmetal Protection Agency; 1997. 9. EPA. Toksicological Review Of Hidrogen Sulfide. United Stated: National Center for Environmental Assesment United States Environmetal Protection Agency; 2003. 10. Hutabarat, I, O. Analisis Dampak Gas Amoniak dan Klorin Pada Faal Paru Pekerja Pabrik Sarung Tangan Karet X Medan [Skripsi]. Medan: Universitas Sumatera Utara; 2007. 11. Kafrawi. TPA Gempong Jawa dan Kesehatan Pemulung di Kota Banda Aceh [Skripsi]. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada; 2012. 35