BAB II PENGATURAN PENYELESAIAN SENGKETA DALAM GENERAL AGREEMENT ON TARIFFS AND TRADE (GATT) DAN WORLD TRADE ORGANIZATION (WTO) A. Sejarah Perjalanan GATT Menuju WTO Pasca perang dunia kedua Negara-negara mencoba membangun suatu sistem perdagangan internasional melalui sekumpulan peraturan internasional yang cukup rumit yang ketentuan-ketentuan pokoknya diatur dalam General Agreement on Tariff and Trade (GATT) yang ditandatangani pada tahun 1947. Namun, dengan tidak mengecilkan arti yang telah dicapai General Agreement on Tariff and Trade (GATT), masih terdapat suatu masalah besar yang senantiasa mengancam kelancaran dan ketertiban perdagangan internasional yang tidak hanya efisiensi dan efektif, tetapi juga adil, yaitu karena masih terjadi ketidakpatuhan Negara-negara terutama Negara ekonomi kuat (Negara superpower) terhadap ketentuan-ketentuan General Agreement on Tariff and Trade (GATT). Salah satu alasan yang menimbulkan ketidakpatuhan ini adalah kurang berfungsinya mekanisme penyelesaian sengketa. 25 General Agreement on Tariff and Trade (GATT) semula merupakan kondifikasi sementara mengenai peraturan hubungan perdagangan antar Negara penandantangan 23 negara sambil menunggu berlakunya Piagam Havana dan ketentuan-ketentuan General Agreement on Tariff and Trade (GATT) tersebut akan dimasukkan ke dalam Piagam Havana sebagai bagian dari peraturan 25 Christhophorus Barutu, Op.Cit, hal 1
perdagangan berdasar Piagam Havana. Karena piagam Havana gagal untuk diberlakukan, maka General Agreement on Tariff and Trade (GATT) akhirnya menjadi instrument hukum yang berdiri sendiri. Untuk mengisi kekosongan hukum di bidang perdagangan internasional, karena Piagam Havana gagal berlaku kemudian melalui sebuah Protocol of Provisional Application, General Agreement on Tariff and Trade (GATT) diberlakukan mulai 1948. Semula General Agreement on Tariff and Trade (GATT) dimaksudkan berlaku sementara waktu sambil menunggu dibentuknya perjanjian internasional yang permanen yang mengatur perdagangan internasional. Namun dalam praktik, hingga terbentuknya persetujuan World Trade Organization (WTO), General Agreement on Tariff and Trade (GATT) berlaku sebagai peraturan perdagangan internasional yang terpenting dan juga berperan sebagai organisasi perdagangan internasional. 26 Rencana pembentukan International Trade Organization (ITO), yang merupakan satu dari 3 (tiga) kerangka Bretton Woods Institution. Kedua organisasi lainnya adalah International Monetary Fund (IMF) dan International Bank for Reconstruction and Development (IBRD) yang sering dikenal dengan World Bank. GATT sebenarnya hanya salah satu dari IX Chapters yang direncanakan menjadi isi dari Havana Charter mengenai pembentukan International Trade Organization (ITO) pada tahun 1947, yaitu Chapter IV: Commercial Policy. NamunInternational Trade Organization (ITO) tidak berhasil didirikan, 26 Triyana Yohanes, Hukum Ekonomi Internasional, Yogyakarta : Penerbit Cahaya Atma Pustaka, 2015, hal 45
walaupun Havana Charter sudah disepakati dan ditandatangani oleh 53 negara pada Maret 1948. Hal tersebut dikarenakan Amerika Serikat menolak untuk meratifikasinya di mana Kongres Amerika Serikat khawatir wewenangnya dalam menentukan kebijakan Amerika Serikat semakin berkurang. 27 The General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) atau (Persetujuan Umum Mengenai Tarif Perdagangan) adalah suatu perjanjian internasional yang sejarah lahirnya bertepatan dari sejarah lahirnya ITO (Internasional Trade Organization). Tujuannya antara lain sebagai forum yang membahas dan mengatur masalah perdagangan dan ketenagakerjaan internasional. Dasar pemikiran penyusunan GATT adalah kesepakatan yang memuat hasil-hasil negosiasi tarif dan klausul-klausul perlindungan (protektif) guna mengatur komitmen tarif. GATT karenanya dirancang sebagai suatu persetujuan tambahan yang posisinya dibawah piagam ITO. Tetapi tidak dirancang sebagai organisasi internasional. Menyadari piagam ITO tidak diratifikasi oleh negara pelaku utama perekonomian dunia, negara-negara mengambil inisiatif untuk memberlakukan GATT melalui Protocol of Provisional Appliacation (PPA) yang ditandatangani oleh 22 negara anggota asli GATT pada akhir tahun 1947. sejak itulah GATT kemudian diberlakukan dan perjalanan sejarah menunjukkan GATT bahkan berubah menjadi organisasi internasional. 28 27 Orinton Purba, Fungsi Dan Peranan Wto Dalam Era Perdagangan Bebas, melalui https://hukuminvestasi.wordpress.com/2010/09/16/fungsi-dan-peranan-wto.html, diakses tanggal 29 Mei 2016 28 Budi Harman, GATT Sebagai Organisasi Ekonomi Internasional, melalui http://budiharman.blogspot.co.id/2014/09/gatt-sebagai-organisasi-ekonomi.html, diakses tanggal 29 Mei 2016
Dalam konferensi internasional yang diselenggarakan setelah peran dunia II, perdagangan internasional semula akan diatur berdasar perjanjian internasional multilateral di bawah the International Trade Organization (ITO) yang akan dijadikan sebagai salah satu organ khusus dari PBB. Melalui konferensi internasional yang diselenggarakan dari tahun 1946 hingga 1948 dihasilkan Piagam Havana (the Havana Charter) yang merupakan peraturan dasar dari ITO. Akan tetapi, Piagam Havana tersebut ternyata gagal untuk diberlakukan karena tidak diratifikasi mayoritas Negara-negara peserta perundingan, termasuk Amerika Serikat. Oleh karena itu Piagam Havana tidak dapat diberlakukan dan ITO juga gagal terbentuknya sebagai organisasi perdagangan internasional di bawah PBB. 29 Sejak tahun 1947-1994 sistem General Agreement on Tariff and Trade (GATT) memuat peraturan-peraturan mengenai perdagangan dunia dan menghasilkan pertumbuhan perdagangan internasional tertinggi. Hampir setengah abad teks legal General Agreement on Tariff and Trade (GATT) masih tetap sama sebagaimana pada tahun 1947 dengan beberapa penambahan diantaranya bentuk persetujuan disepakati oleh beberapa negara saja dan upaya-upaya pengurangan tarif. Masalah-masalah perdagangan diselesaikan melalui serangkaian perundingan multilateral yang dikenal dengan nama Putaran Perdagangan (Trade Round), sebagai upaya untuk mendorong liberalisasi perdagangan 29 Triyana Yohanes, Op.Cit, hal 44
internasional. Sebagai upaya mewujudkan cita-cita perbaikan ekonomi dunia yang hancur akibat perang dunia ke II. 30 Bersamaan dengan perundingan pembentukan Piagam Havana, sejumlah Negara juga melakukan perundingan-perundingan perdagangan internasional berkaitan dengan konsesi tarif (bea masuk) timbal balik. Hasil perundingan tersebut kemudian dituangkan dalam the General Agreement on tariff and Trade (GATT) tanggal 30 Oktober 1947. General Agreement on Tariff and Trade (GATT) semula merupakan kodifikasi sementara mengenai peraturan hubungan perdagangan antar Negara penanda tangan (ditanda tangani 23 negara) sambil menunggu berlakunya Piagam Havana dan ketentuan-ketentuan General Agreement on Tariff and Trade (GATT) 1947 tersebut akan dimasukkan ke dalam Piagam Havana sebagai bagian dari peraturan perdagangan berdasarkan Piagam Havana sebagai bagian dari peraturan perdagangan berdasarkan Piagam Havana. Karena Piagam Havana gagal untuk diberlakukan, maka General Agreement on Tariff and Trade (GATT) 1947 akhirnya menjadi instrument hukum yang berdiri sendiri. 31 Hasil dari perundingan General Agreement on Tariff and Trade (GATT) putaran Uruguay tersebut adalah disetujuinya persetujuan pembentukan WTO beserta lampiran-lampirannya (the Agreement Establishing the World Trade Organization and annexes). Dengan terbentuknya World Trade Organization (WTO), maka terealisir cita-cita masyarakat internasional untuk memiliki suatu organisasi internasional universal yang membidangi masalah-masalah 30 Hata. Perdagangan Internasional Dalam Sistem GATT dan WTO-Aspek-Aspek Hukum dan Non Hukum. Bandung: Refika Aditama, 2006, hal 53-56 31 Oliver Long dalam Triyana Yohanes, Op.Cit, hal 45
perdagangan dunia. Persetujuan tentang pembentukan World Trade Organization (WTO) tidak merupakan perjanjian internasional tunggal yang berdiri sendiri, namun merupakan persetujuan internasional yang terdiri dari banyak instrument yang berkaitan dan merupakan satu kesatuan. 32 World Trade Organization (WTO) merupakan suatu fenomena menarik dalam hokum internasional. Ada sementara pengamat yang menyatakan bahwa World Trade Organization (WTO) merupakan satu bentuk hukum internasional yang memiliki daya paksa sangat kuat yang antara lain ditunjukkan oleh jauh lebih efektifnya mekanisme penyelesaian perselisihan di antara sesama Negara anggotanya dibandingkan yang pernah dimiliki GATT 1947. Sebagai pengganti dari General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) 1947 dalam kurun waktu sepuluh tahun World Trade Organization (WTO) telah memperhatikan efektivitas dan effisiensi lebih besar dibandingkan dengan GATT 1947 selama hampir setengah abad keberadaannya. 33 World Trade Organization (WTO) merupakan salah satu organisasi internasional publik terbesar di bidang perdagangan pada saat ini. Sebagai sebuah organisasi Negara di seluruh wilayah dunia, organisasi internasional dan kesatuan ekonomi yang memiliki otonomi penuh dalam melakukan perdagangan internasionalnya (pasal XXI ayat 1 dan pasal XXII ayat 1 persetujuan WTO). World Trade Organization (WTO) dibentuk melalui persetujuan tentang pembentukan World Trade Organization (WTO), yang mulai berlaku secara efektif di bidang perdagangan, dapat dikatakan World Trade Organization (WTO) 32 Ibid, hal 68 33 Hata, Hukum Internasional : Sejarah dan Perkembangan Hingga pasca Peran Dingin, Malang : Setara Press, 2012, hal 143
merupakan penerus dan perluasan dari organisasi perdagangan dunia sebelumnya yakni General Agreement on Tariff and Trade (GATT). 34 Inisiatif pembentukan General Agreement on Tariff and Trade (GATT) muncul dari Amerika selama dan sesudah Perang Dunia II dimana diyakini bahwa salah satu pendorong terjadinya perang tersebut adalah kondisi ekonomi dunia. Diyakini bahwa telah terjadi disfungsi ekonomi internasional pada masa itu. Perlindungan terhadap tarif dan perdagangan dipandang memiliki tanggung jawab yang paling besar atas terjadinya depresi dan ketidakpercayaan yang tinggi antar bangsa-bangsa berkaitan dengan isu perdagangan. Konflik yang terjadi itu merupakan konsekuensi dari ketidakpercayaan. Oleh karenanya, kemudian timbul konsep bahwa situasi seperti itu hendaknya dapat diantisipasi dan perdagangan internasional pada masa akan datang harus dibuat sebebas mungkin. General Agreement on Tariff and Trade (GATT) merupakan sebuah perjanjian multilateral yang bukan merupakan sebuah organisasi maupun institusi. General Agreement on Tariff and Trade (GATT), yang pada awalnya merupakan sebuah perjanjian multilateral, akhirnya dikembangkan sebagai sebuah institusi dan dalam prakteknya beroperasi seperti sebuah organisasi internasional. Dengan diberlakukannya Protocol of Provisional Application, akhirnya General Agreement on Tariff and Trade (GATT) dapat beroperasi antara tahun 1948 1994. Secara de facto, General Agreement on Tariff and Trade (GATT) mampu mencapai hasil yang signifikan dalam meliberalisasi perdagangan dunia. Salah satu kunci keberhasilan General Agreement on Tariff and Trade (GATT) adalah 34 Triyana Yohanes, Op.Cit, hal 70
pada pengurangan tarif diantara para pihak anggota General Agreement on Tariff and Trade (GATT). Namun, terdapat beberapa permasalahan yang substansi dalam pelaksanaan GATT. 35 Dalam perjalanannya, General Agreement on Tariff and Trade (GATT) telah melakukan beberapa perundingan pertama di lakukan di Geneva, Switzerland (1947), kemudian Annency (France 1948) Torguay, Switzerland (1950), Geneva Switzerland (1956), Dillon round, Geneva (1960-1961), Kenedy round, Geneva (1964-1967), Tokyo round, Geneva (1973-1979) dan terakhir Uruguay Round Marrakesh (1986-1994). Sejak keberadaan GATT 1948 sampai terbentuknya WTO pada 1995, sudah dilakukan 8 (delapan) putaran perundingan perdagangan multilateral, dimana putaran perundingan kali ini, yaitu Doha Development Agenda (DDA) atau Doha Round prosesnya memakan waktu paling lama, dan sampai saat ini belum berhasil diselesaikan. Putaran Uruguay yang dipandang paling luas cakupannya bisa diselesaikan dalam waktu sekitar 9 (sembilan) tahun. Putaran Doha atau yang lebih kita kenal sebagai Doha Development Round atau Doha Development Agenda (DDA) pada 2001, dimaksudkan sebagai langkah lanjutan agar tatanan perdagangan multilateral yang ada bisa sesuai dengan situasi perdagangan terkini. Beberapa diantaranya menyangkut upaya agar perdagangan produk pertanian dan perdagangan jasa dapat lebih bebas, menyempurnakan persetujuan-persetujuan yang sudah ada 38 35 Meria Utama, Hukum Ekonomi Internasional, Jakarta : PT Fikahati Aneska, 2012, hal
seperti misalnya Anti Dumping dan subsidies (termasuk subsidi dibidang perikanan), fasilitasi perdagangan dan sebagainya. 36 Perundingan Uruguay inilah yang dianggap salah satu perundingan yang paling menentukan perkembangan General Agreement on Tariff and Trade (GATT) di masa yang akan datang. Putaran Uruguay merupakan putaran perundingan yang berlangsung lama dan mencangkup segi-segi pengaturan yang lebih luas. Di sana tidak hanya dibicarakan mengenai masalah tarif dan non tarif saja tetapi juga masalah-masalah lain yang di golongkan sebagai aspek non trade seperti, hak atas kekayaan intelektual, dan kepentingan negara-negara miskin yang harus diperhatikan. Kemudian pada putaran terakhir ini pula disahkan persetujuan untuk membentuk sebuah organisasi perdagangan yang di sebut World Trade Organization (WTO). 37 Disepakatinya General Agreement on Tariff and Trade (GATT) didasarkan pada pertimbangan bahwa hubungan perdagangan dan ekonomi antar Negara harus dijalankan dengan sasaran untuk meningkatkan standar hidup, menjamin lapangan kerja dan meningkatkan penghasilan dan pemenuhan kebutuhan, pemanfaatan sumber-sumber daya dunia sepenuhnya, serta memperluas produksi serta pertukaran barang. Cara untuk mencapai tujuan-tujuan ini adalah dengan mengadakan pengaturan timbal balik dan saling menguntungkan untuk mengurangi tariff dan hambatan-hambatan perdagangan lainnya serta menghilangkan diskriminasi dalam perdagangan internasional. 36 http://www.tabloiddiplomasi.org/previous-isuue/157-juli-2011/1152-diplomasiperdagangan-multilateral.html 37 Alfonso, Antony. Japanese Language Patterns. Tokyo : Shopia University Centre of Aplied Linguistics, 1989, hal 18-28
Dalam tahun-tahun berikutnya berbagai tambahan dan penyempurnaan telah dilakukan melalui peraturan perundingan General Agreement on Tariff and Trade (GATT) yang biasa disebut putaran perundingan (round). 38 Pada tahun 1954-1955, teks General Agreement on Tariff and Trade (GATT) mengalami perubahan. Ada dua perubahan penting yang terjadi. Pertama, dikeluarkannya protokol yang merubah bagian I dan Pasal XXIX dan XXX dan protokol yang merubah preambule dan bagian 2 dan 3. Protokol pertama mensyaratkan penerimaan oleh semua Negara peserta. Namun karena Uruguay Round tidak meratifikasinya, protocol ini menjadi tidak berlaku sejak tanggal 1 Januari 1968. Sedangkan protokol kedua mulai berlaku sejak tanggal 28 November 1957. Pada tahun 1965, General Agreement on Tariff and Trade (GATT) mendapat tambahan bagian baru, yaitu bagian keempat. Bagian ini berlaku secara de facto tanggal 8 Februari 1965 dan mulai berlaku efektif tanggal 27 Juni 1965. Bagian ini khusus mengatur kepentingan perluasan ekspor bagi Negara-negara berkembangan (Pasal XXXVI XXXVIII). 39 General Agreement on Tariff and Trade (GATT) didirikan berdasarkan suatu perjanjian internasional. Namun demikian perjanjian tersebut tidak dimaksudkan untuk mendirikan sebuah organisasi internasional. General Agreement on Tariff and Trade (GATT) disepakati Negara-negara sambil menunggu terbentuknya sebuah organisasi perdagangan dunia terbentuknya sebuah organisasi perdagangan dunia bernama International Trade Organization yang ternyata tidak terwujud. Namun demikian tidak dapat dikatakan General 38 Hata, Op.Cit, hal 145 39 Huala Adolf, Op.Cit, hal 8
Agreement on Tariff and Trade (GATT) membentuk sebuah organisasi internasional. Dengan demikian persyaratan pertama tidak terpenuhi. Dalam naungan General Agreement on Tariff and Trade (GATT) telah dibentuk berbagai organ. Organ-organ ini memiliki kompetensi atas dasar General Agreement on Tariff and Trade (GATT) sendiri atau atas dasar keputusan organ General Agreement on Tariff and Trade (GATT) yang sudah ada. Jadi dapat dikatakan bahwa persyaratan kedua telah terpenuhi. Selanjutnya General Agreement on Tariff and Trade (GATT) didirikan berdasarkan hukum internasional karena General Agreement on Tariff and Trade (GATT) adalah sebuah perjanjian internasional, demikian juga perjanjianperjanjian lain dalam kerangka General Agreement on Tariff and Trade (GATT). Kerjasama dalam General Agreement on Tariff and Trade (GATT) dimaksudkan untuk berlangsung lama dan Negara-negara peserta mengejar tujuan yang sama. Jadi persyaratan lainnya pun terpenuhi. Jadi, secara hukum General Agreement on Tariff and Trade (GATT) bukan sebuah organisasia internasional. Pengakuan sebagai organisasi internasional adalah perlu karena terkait legal capacity dari organisasi tersebut dalam hukum internasional. Dalam pada itu sekalipun persyaratan sebagai organisasi internasional tidak terpenuhi namun tak dapat disangkal bahwa General Agreement on Tariff and Trade (GATT) lebih dari sekedar sebuah perjanjian internasional. General Agreement on Tariff and Trade (GATT) meletakkan kerangka tindakan para pihak dalam perjanjian (contracting parties). Lebih dari itu General Agreement on Tariff and Trade (GATT) memiliki
organ-organ dan secretariat tetap yang berfungsi dengan baik sehingga eksistensinya sebagai organisais tidak dapat disangkal. 40 General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) atau Persetujuan Umum tentang Tarif dan Perdagangan yang ditandatangani pada tahun 1947 adalah suatu kesepakatan multilateral yang mewajibkan Negara anggotanya untuk melakukan kerjasama ekonomi internasional. General Agreement on Tariff and Trade (GATT) menuntut anggotanya untuk mengorganisasikan perdagangan luar negari mereka sesuai dengan prinsip perlakuan bangsa yang paling menguntungkan (mosr-favoured nation treatment). Yaitu, yang bertujuan untuk membuat perdagangan luar negeri sebebas mungkin melalui penurunan tingkat tarif dan penghapusan hambatan kuota impor, an untuk memberikan pengarahan tertentu terhadap kebijakan perdagangan luar negeri Negara-negara tersebut. Putaran Tokyo gagal menyelesaikan masalah produk utama yang berkaitan dengan perdagangan produk pertanian dan penetapan persetujuan baru mengenai safeguards (emergency import measures). Meskipun demikian, serangkaian persetujuan mengenai hambatan non tarif telah muncul di berbagai perundingan, yang dalam beberapa kasus menginterpretasikan peraturan General Agreement on Tariff and Trade (GATT) yang sudah ada. Selanjutnya adalah Putaran Uruguay (1986-1994) yang mengarah kepada pembentukan WTO. Putaran Uruguay memakan waktu 7,5 tahun. Putaran tersebut hampir mencakup semua bidang perdagangan. Pada saat itu putaran tersebut nampaknya akan berakhir dengan kegagalan. Tetapi pada akhirnya Putaran Uruguay membawa perubahan besar 40 Hata, Op.Cit, hal150
bagi sistem perdagangan dunia sejak diciptakannya General Agreement on Tariff and Trade (GATT) pada akhir Perang Dunia II. Meskipun mengalami kesulitan dalam permulaan pembahasan, Putaran Uruguay memberikan hasil yang nyata. Hanya dalam waktu 2 tahun, para peserta telah menyetujui suatu paket pemotongan atas bea masuk terhadap produk-produk dari negara berkembang, penyelesaian sengketa, dan menyepakati agar para anggota memberikan laporan reguler mengenai kebijakan perdagangan. Hal ini merupakan langkah penting bagi peningkatan transparansi aturan perdagangan di seluruh dunia. 41 Pembentukan General Agreement on Tariff and Trade (GATT) dinyatakan bahwa perdagangan dan hubungan ekonomi internasional harus bertujuan untuk meningkatkan standar-standar kehidupan global, yang mengusahakan tercapainya suatu tingkat penyerapan tenaga kerja sepenuhnya (full employment) menjamin pertumbuhan pendapatan riil yang tinggi dan terusmenerus, mengamankan permintaan efektif, mengeksploitasi sepenuhnya sumbersumber daya dunia, dan barnag-barang dan berhasrat untuk mendukung pelaksanaan tujuan-tujuan ini sebagai akibat dari penandatanganan persetujuan untuk menghilangkan tarif dan hambatan-hambatan perdagangan lainnya di dalam perdagangan internasional. 42 World Trade Organization (WTO) merupakan badan internasional yang mempromosikan liberalisasi perdagangan dan berkompeten untuk menghasilkan aturan perdagangan antarnegara. Anggota World Trade Organization (WTO) yang 41 H.S Kartadjoemena, GATT dan WTO- Sistem, Forum, dan Lembaga Internasional di Bidang Perdagangan. Jakarta: UI Press, 2002, hal 48 42 Apridar, Ekonomi Internasional: Sejarah, Teori, Konsep dan Permasalahan dalam Aplikasinya, Yogyakarta : Penerbit Graha Ilmu, 2009, hal 123
saat ini berjumlah 148 negara dan diperkirakan akan terus meningkat menandakan bahwa peranan badan dunia tersebut dalam mengatur perdagangan dunia semakin besar dan penting. Disamping itu, sistem perdagangan multilateral tersebut juga memiliki implikasi secara langsung terhadap kebijakan perdagangan negaranegara anggotanya, mengingat semkin tinggi interdepensi dan integrasi Negaranegara anggota ke dalam ekonomi global. 43 Perjanjian pembentukan World Trade Organization (WTO) merupakan perjanjian terpenting yang dihasilkan Putaran Uruguay. Dengan terbentuknya World Trade Organization (WTO), maka mulai 1 Januari 1995 persoalan tentang apakah General Agreement on Tariff and Trade (GATT) sebuah organisasi internasional atau bukan sudah terjawab. General Agreement on Tariff and Trade (GATT) 1947 kini diintegrasikan ke dalam salah satu perjanjian yang merupakan annex dari World Trade Organization (WTO) Agreement yakni Multilateral Agreement on Trade in Goods atau General Agreement on Tariff and Trade (GATT) 1994. 44 B. Penyelesaian Sengketa Berdasarkan Kesepakatan GATT Proses perundingan Uruguay Round upaya penyempurnaan sistem penyelesaian sengketa GATT mencakup keseluruhan substansi dari sistem berlaku dalam GATT tersebut. Hal pertama yang perlu dicatat sebagai prinsip umum dalam sistem penyelesaian sengketa yang secara eksplisit dikemukakan dalam perjanjian hasil Uruguay Round adalah fungsi dari sistem tersebut adalah untuk 43 Faisal Santiago, Op.Cit, hal 113 44 Hatta, Op.Cit, hal164
menjaga agar setiap anggota tetap menghormati hak dan kewajiban masingmasing sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati. 45 GATT tidak memiliki kesatuan prosedur penyelesaian sengketa melainkan aturan-aturan yang terpisah-pisah. Di satu sisi terdapat sistem konsiliasi dan penyelesaian sengketa bersifat umum yang didasarkan Pasal XXII dan XXIII, dan disisi lain terdapat prosedur penyelesaian sengketa yang khusus sebagaimana terdapat dalam berbagai dokumen yang dihasilkan perundingan perdagangan Putaran Tokyo 1979. Menurut Pasal XXII ayat (1) GATT, setiap negara peserta harus memberikan pertimbangan yang simpatik kepada negara peserta lain, serta memberikan kesempatan yang cukup untuk berkonsultasi mengenai hal-hal yang diajukan negara peserta lain yang ada pengaruhnya terhadap pelaksanaan Perjanjian. Pasal ini mengatur konsultasi dua tahap. Pertama, di antara sesama negara peserta GATT, kemudian Contracting Parties, negara peserta secara bersama-sama. Pasal ini telah disempurnakan dari waktu ke waktu. Sedangkan Pasal XXIII menentukan kapan suatu negara peserta dapat menggunakan prosedur ini guna melindungi kepentingannya. Dari perjalanannya, GATT 1947 belum dapat memberikan kepuasan bagi Negara anggota karena GATT hanyalah merupakan sekumpulan aturan sehingga bila terjadi sengketa antar anggota tidak dapat diselesaikan karena GATT tidak memiliki Badan Penyelesaian Sengketa. Dari pengalaman tersebut maka pada perundingan Akhir Putaran Uruguay 1994, para Menteri Perdagangan anggota 45 Oka Pangestu, Tahap Penyelesaian Sengketa GATT, melalui http://okapangestu. blogspot.co.id/2010/03/tahap-penyelesaian-sengket-gatt.html,diakses tanggal 27 Mei 2016
GATT bersepakat untuk mendirikan suatu organisasi yang kuat yaitu WTO, yang berdiri secara resmi pada tanggal 1 Januari 1995. 46 Sebenarnya arsitek aturan-aturan GATT sejak semula tidak membayangkan atau menciptakan GATT sebagai suatu lembaga yang akan menyelesaikan sengketa dagang di antara negara anggotanya.pada awalnya GATT semata-mata dimaksudkan sebagai lampiran (Annex) yang akan diletakkan pada Piagam Organisasi Perdagangan Internasional (The Charter of the International Trade Organization). Disamping itu, GATT sejak semula dibentuk semata-mata untuk mengatur pengurangan tarif. Dalam GATT, perselisihan di antara anggota biasanya diselesaikan melalui konsultasi antara pihak-pihak yang bersangkutan atau dengan perantaraan Contracting Parties (Organ utama GATT, yakni negaranegara anggota yang bertindak bersama-sama). Jika perselisihan tidak dapat diselesaikan maka akan diserahkan kepada Contracting Parties sendiri yang kemudian akan melakukan penyelidikan, dan memberikan rekomendasi atau putusan bagi pihak-pihak yang bersangkutan. 47 Sebagai lembaga, maka GATT telah menerapkan tatacara dan prosedur untuk menangani sengketa yang timbul antara negara peserta. Dalam konteks hukum internasional secara umum, masyarakat internasional memberikan peluang untuk melakukan penyelesaian sengketa antara negaranegara melalui berbagai cara. Sengketa antar negara dapat diatasi melalui: 46 Baradina Alhafizh, Memahami Penyelesaian Sengketa WTO, melalui http://baradinaalhafizh.blogspot.co.id/2010/12/dispute-settlement-under-wto.html, diakses tanggal 28 Mei 2016 47 Benny Swastik Nasution, Penyelesaian Sengketa dalam GATT dan WTO, melalui http://bennyswastika.blogspot.co.id/2008/10/penyelesaian-sengketa-dalam-gatt-dan.html, diakses tanggal 29 Mei 2016
1. Proses dimana pihak yang bersengketa menerima penyelesaian sengketa yang dirumuskan dan diputuskan oleh pihak ketiga; 2. Proses dimana pihak yang bersengketa dianjurkan supaya berembuk dan berusaha untuk menyelesaikan sengketa di antara mereka sendiri. 48 General Agreement on Tariff and Trade (GATT) didirikan atas dasar kesepakatan provisional selepas perang dunia kedua bersamaan dengan pembentukan lembaga-lembaga multilateral lain yang ditujukan guna menata kerjasama ekonomi internasional. Lembaga-lembaga ini biasanya disebut lembaga Bretton Woods, yakni World Bank dan International Monetary Fund. Sebenarnya Negara-negara peserta konperensi Bretton Woods merencanakan pembentukan Internasional Trade Organization (ITO) yang akan erupakan badan khusus PB yang akan ditugasi tidak hanya menangani masalah perdagangan dunia akan tetapi juga menciptakan aturan-aturan di bidang ketenagakerjaan, perjanjian komoditi, investasi internasional dan jasa dan praktek bisnis curang. Sekalipun Piagam ITO (disebut juga Havana Charter) akhirnya disetujui dalam konferensi PBB mengenai perdagangan dan ketenagakerjaan di Havana pada bulan Maret 1948 namun terbukti sulit diratifikasi oleh perundang-undangan nasional. Ketika pemerintah Amerika Serikat tidak akan meminta ratifikasi kongres atas Havana Charter ini, maka secara efektif rencana pembentukan ITO pun berakhir. General Agreement on Tariff and Trade (GATT) yang merupakan bagi rancangan piagam ITO akhirnya disepakti untuk diberlakukan secara provisional sejak tahu 1948. Sejak itu General Agreement on Tariff and Trade 48 H. S. Kartadjoemena, GATT dan WTO: Sistem, Forum dan Lembaga Internasional di Bidang Perdagangan, UI Press: Jakarta. 1996. hlm.137
(GATT) merupakan satu-satunya instrument multilateral yang mengatur perdagangan internasional. 49 Sebenarnya arsitek aturan-aturan General Agreement on Tariff and Trade (GATT) sejak semula tidak membayangkan atau menciptakan General Agreement on Tariff and Trade (GATT) sebagai suatu lembaga yang akan menyelesaikan sengketa dagang di antara Negara anggotanya. Pada awalnya, General Agreement on Tariff and Trade (GATT) semata-mata dimaksudnya sebagai lampiran (annex) yang akan disertakan dalam piagam organisasi perdagangan internasional (the charter of the international Trade Organization). Di samping itu, General Agreement on Tariff and Trade (GATT) sejak semula dibentuk hanya untuk mengatur pergurangan tarif. Dalam General Agreement on Tariff and Trade (GATT), perselisihan di antara anggota biasanya diselesaikan melalui konsultasi antara pihak-pihak yang bersangkutan atau dengan perantaraan Contracting parties (organ utama General Agreement on Tariff and Trade (GATT)), yakni Negara-negara anggota yang bertindak bersama-sama). Jika contracting parties (pihak-pihak yang berkontrak dalam hukum perjanjian internasional berarti negara-negara yang menjadi peserta suatu perjanjian atau konvensi internasional) yang kemudian akan melakukan penyelidikan dan memberikan rekomendasi atau keputusan pada pihak-pihak yang bersangkutan. General Agreement on Tariff and Trade (GATT) dinilai memiliki peranan terbesar bagi sistem perdagangan multilateral mengingat peranan perdagangan 50 49 Hata, Op.Cit, hal 144 50 Wiwin Yulianingsih dan Moch Firdaus Sholihin, Op.Cit, hal 222
barang yang jauh lebih besar dibandingkan peranan perdagangan dari sektor jasa. Hasil kesepakatan General Agreement on Tariff and Trade (GATT) mengatur banyak hal guna mengurangi hambatan-hambatan yang terjadi dalam perdagangan multilateral dari mulai upaya penurunan hambatan tarif dan non tarif hingga upaya pengaturan penggunaan hambatan teknis/ Technical Barriers to Trade (TBT) sehingga menjadi lebih transparan dan berkesinambungan. 51 Dalam upaya memahami aspek hukum dan tata cara penyelesaian sengketa yang diatur di dalam lampiran dari Agreement Estabilishing World Trade Organization perlu ditelusuri berbagai ketentuan yang menjadi dasar hukumnya. Sistem pengaturan penyelesaian sengketa World Trade Organization (WTO) seperti halnya pengaturan-pengaturan lainnya dari sistem General Agreement on Tariff and Trade (GATT), terkait ketentuan General Agreement on Tariff and Trade (GATT) 1947, yaitu pasal XXII dan XXIII berdasarkan perjanjian General Agreement on Tariff and Trade (GATT) 1994. Dalam menganalisis ketentuan penyelesaian sengketa pasal XXII dan pasal XXIII General Agreement on Tariff and Trade (GATT) 1994 yang menunjuk pada ketentuan General Agreement on Tariff and Trade (GATT) 1947, perlu diperhatikan perubahan-perubahan yang terjadi akibat ketentuan baru tersebut. Dengan berubahnya status persetujuan GATT 1947, menjadi salah satu intrumen WTO, General Agreement on Tariff and Trade (GATT) 1947 mengubah istilah yang digunakan dalam General Agreement on Tariff and Trade (GATT) 1947 yaitu istilah contracting parties 51 Arwan Arsyad, Perkembangan GATT, melalui http://arwanarsyad.blogspot.co.id/ 2011/05/ perkembangan-gatt.html, diakses tanggal 28 Maret 2016
menjadi member, dan sekretaris eksekutif General Agreement on Tariff and Trade (GATT) dengan direktur jendral WTO. 52 C. Penyelesaian Sengketa Berdasarkan Kesepakatan WTO Pada awalnya negara selalu menyelesaikan sengketa dengan cara peperangan. Hal ini dikarenakan perang masih dianggap sebagai alat diplomasi yang ampuh. Namun seiring timbulnya kesadaran masyarakat internasional bahwa peperangan hanya menimbulkan kesengsaraan, maka dibuatlah ketentuan hukum positif yang menyatakan bahwa penggunaan kekerasan dalam hubungan antarnegara dilarang. Kesadaran tersebut menumbuhkan keyakinan masyarakat internasional bahwa setiap sengketa harus diselesaikan secara damai. Istilah sengketa (dispute) dalam hukum internasional harus dibedakan dengan konflik (conflict) dan situasi (situation). Kata sengketa dan situasi dapat ditemukan berdampingan dalam Piagam PBB sedangkan konflik digunakan masyarakat internasional secara umum. 53 Penyelenggaraan Putaran Uruguay pada tahun 1986 telah mengubah peraturan mengenai penyelesaian sengketa. Dalam Putaran Uruguay, Negara peserta memandang isu penyelesaian sengketa sebagai salah satu dari sekian isu penyelesaian sengketa sebagai salah satu dari sekian isu yang menjadi agenda penting perundingan. Negara-negara peserta memiliki persepsi yang sama bahwa negoisasi mengenai aturan-aturan perdagangan multilateral tidak akan berarti bila akhirnya aturan-aturan tersebut tidak dapat dipaksakan. 52 Thor B. Sinaga, Op.Cit, hal 122 53 Hilton Tarnama Putra dan Eka An Aqimuddin, Mekanisme Penyelesaian Sengketa Di Asean, Yogyakarta : Penerbit Graha Ilmu, 2011, hal 1
Putaran Uruguay (1986-1994) mengarah kepada pembentukan World Trade Organization (WTO). Putaran tersebut hampir mencakup semua bidang perdagangan. Putaran Uruguay membawa perubahan besar bagi sistem perdagangan dunia sejak diciptakannya General Agreement on Tariff and Trade (GATT) pada akhir Perang Dunia II. Meskipun mengalami kesulitan dalam permulaan pembahasan, Putaran Uruguay memberikan hasil yang nyata. Hanya dalam waktu 2 tahun, para peserta telah menyetujui suatu paket pemotongan atas bea masuk terhadap produk-produk tropis dari negara berkembang, penyelesaian sengketa, dan menyepakati agar para anggota memberikan laporan reguler mengenai kebijakan perdagangan. Selain itu, pencapaian terbesar dari Putaran Uruguay tentunya adalah tercapainya kesepakatan pembentukan organisasi perdagangan dunia yang kemudian dikenal sebagai World Trade Organization (WTO). Hal ini merupakan langkah penting bagi peningkatan transparansi aturan perdagangan di seluruh dunia. Sistem penyelesaian sengketa dalam World Trade Organization (WTO) telah menjadi suatu alat yang dibutuhkan dalam menyelesaikan sengketa perdagangan internasional yang terjadi diantara sesama anggota World Trade Organization (WTO). Semenjak timbulnya masalah mengenai proses pelaksanan keputusan atas sengketa yang terjadi berdasarkan pada sistem sebelumnya yaitu General Agreement on Tariff and Trade (GATT). 54 Penyelesaian sengketa World Trade Organization (WTO) telah berkembang sebagai suatu alat yang baku adalam penyelesaian sengketa 54 HS Kartadjomena, Op.Cit, hal 93
internasional yang muncul. Perkembangan yang cukup dramatic dalam dunia transaksi perdagangan internasional adalah dengan lebih diterapkan sistem alternatif penyelesaian sengketa (alternative resolution) dibandingkan sistem peradilan yang umum dikenal masyarakat selama beberapa tahun terakhir. Setelah terbentuknya World Trade Organization (WTO), putaran perdagangan digantikan dengan Konferensi Tingkat Menteri (KTM) sebagai forum pengambilan keputusan tertinggi di World Trade Organization (WTO). Konferensi Tingkat Menteri (KTM) pertama diselenggarakan pada 9 13 Desember 1996 di Singapura. Diikuti lebih dari 120 Menteri negara anggota World Trade Organization (WTO), Konferensi Tingkat Menteri (KTM) Singapura tersebut menghasilkan 2 deklarasi yakni dalam bidang standar inti perburuhan dan keputusan untuk membentuk kelompok kerja (working group) untuk melakukan pengkajian atas hubungan antara perdagangan dan investasi, hubungan antara perdagangan dan kompetisi, fasilitasi perdagangan, dan transparansi di bidang pengadaan pemerintah (government procurement) yang kemudian dikenal sebagai Isu Singapura (Singapore Issues). Setelah mencapai beberapa keberhasilan di kedua Konferensi Tingkat Menteri (KTM) sebelumnya, Konferensi Tingkat Menteri (KTM) ketiga yang dilaksanakan di Seattle pada tahun 1999 yang diagendakan untuk merumuskan agenda millenium World Trade Organization (WTO) justru mengalami kegagalan. Demonstrasi besar-besaran di luar gedung pertemuan delegasi World Trade Organization (WTO) dan di berbagai kota di dunia serta perbedaan
pandangan antara negara maju dengan negara berkembang menyebabkan Konferensi Tingkat Menteri (KTM) Seattle gagal dalam mencapai kesepakatan. Sebagai upaya perbaikan dari kegagalan di Konferensi Tingkat Menteri (KTM) Seattle, dilaksanakan KTM keempat di Doha (9-14 November 2001) yang dihadiri oleh 142 negara. Konferensi Tingkat Menteri (KTM) Doha menghasilkan dokumen utama berupa Deklarasi Menteri (Deklarasi Doha) yang menandai diluncurkannya putaran perundingan baru mengenai perdagangan jasa, produk pertanian, tarif industri, lingkungan, isu-isu implementasi, Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI), penyelesaian sengketa, dan peraturan World Trade Organization (WTO). Deklarasi tersebut mengamanatkan kepada para anggota untuk mencari jalan bagi tercapainya konsensus mengenai Singapore Issues. Deklarasi juga memuat mandat untuk meneliti program-program kerja mengenai electronic commerce, usaha kecil (small economies), serta hubungan antara perdagangan, hutang dan alih teknologi. Deklarasi Doha dikenal pula dengan sebutan Agenda Pembangunan Doha (Doha Development Agenda) mengingat didalamnya termuat isu-isu pembangunan yang menjadi kepentingan negara-negara berkembang paling terbelakang (Least developed countries/ldcs), seperti bantuan teknik untuk peningkatan kapasitas (capacity building), pertumbuhan, dan integrasi ke dalam sistem World Trade Organization (WTO). Mengenai perlakuan khusus dan berbeda (special and differential treatment), deklarasi tersebut telah mencatat proposal negara berkembang untuk merundingkan Persetujuan mengenai Perlakuan Khusus dan Berbeda (Framework Agreement of
Special and Differential Treatment/S&D), namun tidak mengusulkan suatu tindakan konkrit mengenai isu tersebut. Para menteri setuju bahwa masalah S&D ini akan ditinjau kembali agar lebih efektif dan operasional. Meksiko tanggal 10-14 September 2003. Berbeda dengan Konferensi Tingkat Menteri (KTM) IV di Doha, Konferensi Tingkat Menteri (KTM) V di Cancun kali ini tidak mengeluarkan Deklarasi yang rinci dan substantif, karena gagal menyepakati secara konsensus, terutama terhadap draft teks pertanian, akses pasar produk non pertanian/non Agriculture Market Access (NAMA) dan Singapore issues. Dari keempat kesepakatan utama yang dihasilkan oleh World Trade Organization (WTO), Setelah gagalnya Konferensi Tingkat Menteri (KTM) V World Trade Organization (WTO) di Cancun, Meksiko pada tahun 2003, Sidang Dewan Umum World Trade Organization (WTO) tanggal 1 Agustus 2004 berhasil menyepakati Keputusan Dewan Umum tentang Program Kerja Doha, yang juga sering disebut sebagai Paket Juli. Pada kesempatan tersebut berhasil disepakati kerangka (framework) perundingan lebih lanjut untuk DDA (Doha Development Agenda) bagi lima isu utama yaitu perundingan pertanian, akses pasar produk non-pertanian/non Agriculture Market Access (NAMA), isuisu pembangunan dan impelementasi, jasa, serta fasilitasi perdagangan dan penanganan Singapore issues lainnya. Perundingan World Trade Organization (WTO) dilanjutkan pada 13 18 Desember 2005 melalui Konferensi Tingkat Menteri (KTM) VI yang dilaksanakan di Hongkong. Salah satu keputusan penting yang masuk dalam Deklarasi Hongkong adalah isu menyangkut bantuan untuk perdagangan serta
penetapan batas waktu negosiasi untuk beberapa isu seperti isu mengenai modalitas pertanian dan Non Agriculture Market Access (NAMA). Sedangkan Perundingan World Trade Organization (WTO) selanjutnya direncanakan di luar rutinitas agenda yang dilaksanakan 2 tahun sekali yakni dilaksanakan di Jenewa pada 30 November hingga 2 Desember 2009. Dalam Konferensi Tingkat Menteri (KTM) VII Jenewa ini, Indonesia melalui Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu ditunjuk sebagai wakil ketua konferensi. Pada akhirnya Konferensi Tingkat Menteri (KTM) VII Jenewa tidak menghasilkan kesepakatan yang berarti dimana para menteri menegaskan kembali komitmen mereka untuk menyelesaikan perundingan putaran Doha dan mengharapkan adanya perubahan yang positif pada kuartal pertama 2010. Sepanjang perjalanannya, World Trade Organization (WTO) telah berhasil mencapai berbagai kesepakatan yang memiliki peranan penting dalam perkembangan perdagangan dunia. Kesepakatan-kesepakatan dalam World Trade Organization (WTO) mencakup barang, jasa, dan kekayaaan intelektual yang mengandung prinsip-prinsip utama liberalisasi. Adapun secara umum struktur dasar kesepakatan dalam World Trade Organization (WTO) meliputi: 1. General Agreement on Tariff and Trade (GATT) yakni kesepakatan di bidang perdagangan barang Pangaturan perdagangan barang merupakan bagian dari peraturan perdagangan internasional yang telah sebelum World Trade Organization (WTO) dibentuk. Sebelum World Trade Organization (WTO) terdapat perjanjian internasional multilateral di bidang perdagangan barang. Oleha
karena itu dalam hal pengauran perdagangan barang World Trade Organization (WTO) tinggal meneruskan dalam hal pengaturan berdasarkan General Agreement on Tariff and Trade (GATT) dengan modifikasimodifikasi. 55 Dibawah persetujuan World Trade Organization (WTO), General Agreement on Tariff and Trade (GATT) tetap diberlakukan dan menjadi bagian dari General Agreement on Tariff and Trade (GATT). Berdasarkan persetujuan WTO, General Agreement on Tariff and Trade (GATT) diberlakukan sebagai berjanjian pokok di bidang perdagangan barang diantaranya: a. Ketentuan-ketentuan di dalam General Agreement on Tariff and Trade (GATT) yang dilampirkan pada persetujuan akhir yang diterima pada penutupan siding kedua dari Komite persiapan di Konferensi Perserikatan Bangsa-bangsa tentang Perdagangan dan pekerjaan, sebagaimana dibetulkan, diubah atau diganti dengan persyaratan instrument-instrumen hokum yang mulai berlaku sebelum tanggal mulai berlakunya persetujuan World Trade Organization (WTO). b. Ketentuan di dalam instrument hukum tertera menurut General Agreement on Tariff and Trade (GATT) sebelum tanggal mulai berlakunya persetujuan World Trade Organization (WTO) yakni protokol dan sertifikasi berhubungan dengan konsesi tarif, protocol aksesi mengenai peenrapan sementara dan penarikan penerapan sementara dan bagian II General Agreement on Tariff and Trade (GATT) diterapkan sementara sepenuhnya tanpa bertentangan dengan perundang-undangan yang berlaku pada tanggal protocol. c. Kesepakatan-kesepakatan yang berlaku diantaranya kesepakatan tentang pasal II : 1(b) General Agreement on Tariff and Trade (GATT), kesepakatan tentang penafsiran pasal XVII General Agreement on Tariff and Trade (GATT), kesepakatan tentang ketentuan neraca pembayaran di dalam General Agreement on Tariff and Trade (GATT), kesepakatan tentang penafsiran pasal XXIV General Agreement on Tariff and Trade (GATT), kesepakatan berhubungan dengan pelepasan kewajiban menurut General Agreement on Tariff and Trade (GATT). 56 d. Protokol Marrakesh terhadap GATT 55 Triyana Yohannes, Op.Cit, hal 77 56 Ibid, hal 78
The General Agreement on Tarif and Trade (GATT yang telah diamandemen) sebagai perjanjian internasional pokok yang mengatur perdagangan barang terdiri dari 4 bagian dan 38 pasal. 57 2. General Agreement on Trade and Services (GATS) yakni kesepakatan di bidang perdagangan jasa Salah satu hasil penting yang dihasilkan oleh Uruguay Round adalah kesepakatan tentang kerangka kerja dibidang jasa atau yang biasa disebut GATS (General Agreement on Trade in Services), ini merupakan suatu perjanjian yang relatif baru dan juga merupakan perjanjian perdagangan multilateral yang pertama di bidang jasa. 58 Dalam perundingan ini negara berkembang berhasil menempatkannya dalam peraturan tersendiri di luar kerangka hukum dari General Agreement on Tariff and Trade (GATT) / World Trade Organization (WTO). Hal ini dilakukan untuk menghilangkan kemungkinan persilangan antara masalah-masalah General Agreement on Tariff and Trade (GATT) /World Trade Organization (WTO) mengenai perdagangan barang dan perdagangan jasa. Negara berkembang juga berhasil dalam usaha agar perkembangan ekonomi dan pertumbuhan dimasukkan sebagai tujuan dari setiap persetujuan yang dicapai. Kerangka hukum tersebut melahirkan GATS. Pengaturan GATS dipandang sebagai suatu cara memajukan pertumbuhan ekonomi bagi semua negara pelaku perdagangan dan pembangunan negara-negara berkembang. Dimasukkannya pengaturan mengenai perdagangan jasa dalam kerangka General Agreement on Tariff and 57 Ibid, hal 79 58 Direktorat Perdagangan dan Perindustrian Multilateral Ditjen Multilateral Ekonomi, Keuangan dan Pembangunan Departemen Luar Negeri RI, Buku Seri Terjemahan Persetujuan- Persetujuan WTO: Persetujuan Bidang Jasa (General Agreement on Trade in Services/ GATS), hal. 1.
Trade (GATT)/ World Trade Organization (WTO) dianggap sebagai suatu langkah kemajuan penting bagi General Agreement on Tariff and Trade (GATT) / World Trade Organization (WTO). 59 Dibentuknya GATS seperti ditegaskan dalam Deklarasi Punta Del Este adalah untuk membentuk suatu kerangka prinsip-prinsip atau aturan-aturan material mengenai perdagangan jasa. Dokumen-dokumen penting yang harus diperhatikan dalam mempelajari GATS adalah; framework agreement, initial commitments, sectoral annex dan ministerial decision and understanding. Framework agreement adalah perjanjian GATS itu sendiri yang mengandung satu perangkat konsep umum, asas, dan ketentuan yang menimbulkan kewajiban berkenaan dengan segala tindakan yang berkaitan dengan perdagangan jasa. 60 Perdagangan jasa merupakan salah satu topik dalam perundingan World Trade Organization (WTO), yang kemudian menghasilkan kesepakatan the General Agreement on Trade in Service (GATS), yakni persetujuan World Trade Organization (WTO) yang mengatur perdagangan jasa, yang terdiri dari enam bagian dan 29 pasal. Dalam perdagangan jasa di bawah GATS beberapa prinsip World Trade Organization (WTO) tidak diberlakukan secara sangat ketat seperti halnya dalam perdagangan barang. Misalnya prinsip national treatment sebagaimana diatur dalam pasal III GATT, yang mengharuskan para 59 Mochtar Kusumaatmadja. Perjanjian WTO Mengenai Perdagangan Internasional Jasa (GATS) Dilihat dari Prespektif Negara Berkembang, Seminar Aspek Hukum Perdagangan Jasa Menurut WTO dan Komitmen Indonesia di Bidang Finansial, Institut Bankir Indonesia, hal 14 60 Masdyn, Makalah Hukum Internasional tentang Perdagangan Jasa, melalui http://catatanpenailahi.blogspot.co.id/2014/08/makalah-hukum-internasional-tentang.html, diakses tanggal 29 Maret 2016
anggota World Trade Organization (WTO) memperlakukan secara sama antara produk domestik dengan produk impor. Untuk menangani persetujuan World Trade Organization (WTO) yang menyangkut perdagangan jasa, dalam struktur organisasi World Trade Organization (WTO) juga dibentuk Dewan khusus yang menangani masalah perdagangan jasa, yakni the Council for Trade in Service. 61 Dewan World Trade Organization (WTO) untuk perdagangan jasa memiliki subsidiary bodies antara lain ebrupa professional service, GATS rules and specific commitment. 62 3. General Agreement on Trade-Related Aspects of Intellectual Properties (TRIPs) yakni kesepakatan di bidang hak kekayaan intelektual. Perdagangan internasional dalam biang Hak MIlik Intelektual (HKI) merupakan hal yang lazim dan banyak terjadi dalam kehidupan industry modern. Dalam kehidupan industry yang semakin modern diprediksikan bahwa perdagangan HKI akan semakin penting seperti halnya perdagangan barang dan jasa. Perdagangan HKI terjadi melalui berbagai macam lisensi atas berbagai macam HKI. Tujuan pengaturan perdagangan aspek HKI, World Trade Organization (WTO) membentuk persetujuan khusus tersendiri, yakni The Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights, including Counterfeit goods (disingkat TRIPs). 63 61 Triyana Yohannes, Op.Cit, hal 98 62 Munir Fuady, Hukum Dagang Internasional (Aspek Hukum dari WTO), Jakarta : PT. Citra Aditya Bhakti, 2004, hal 44 63 Triyana Yohannes, Op.Cit, hal 89
Perlindungan HAKI merupakan isu penting pada tingkat internasional dan dianggap sebagai alat untuk meningkatkan kreativitas dan penciptaan. Karena itu dbentuklah WIPO (World Intellectual Property Organization) untuk merundingkan kesepakatan mengenai perlindungan HAKI. WIPO menghasilkan beberapa konvensi internasional, misalnya Konvensi Paris (1967) tentang Perlindungan tentang Kekayaan Industri dan Konvensi Berne (1971) tentang Perlindungan Terhadap Karya Tulis dan Seni. TRIPS (Trade Related aspects of Intellectual Property Rights) merupakan perjanjian internasional di bidang HaKI terkait perdagangan. Perjanjian ini merupakan salah satu kesepakatan di bawah organisasi perdagangan dunia atau WTO (World Trade Organization) yang bertujuan menyeragamkan sistem HaKI di seluruh negara anggota World Trade Organization (WTO). HaKI merupakan isu perdagangan baru yang dibahas dalam perundingan perdagangan Putaran Uruguay berlangsung. TRIPS merupakan rejim peraturan HaKI dengan obyek perlindungan paling luas dan paling ketat. Karena merupakan bagian dari World Trade Organization (WTO) maka, pelaksanan TRIPS dilengkapi dengan sistem penegakan hukum serta penyelesaian sengketa. 4. TRIMs (Trade-Related Investment Measures) TRIMs adalah perjanjian tentang aturan-aturan mengenai investasi yang menyangkut dan berkaitan dengan perdagangan internasional. Kesepakatan TRIMs dimaksudkan untuk meningkatkan kegiatan investasi. Tujuan utama TRIMs adalah untuk menyatukan kebijakan dari negara-negara anggota World
Trade Organization (WTO) dalam hubungannya untuk meningkatkan investasi dan mencegah proteksi dalam investasi dan perdagangan. Menurut sistem World Trade Organization (WTO), masalah perdagangan bebas dalam hubungan dengan penanaman modal asing ini terdapat ketentuannya dalam Agreement on Trade Related Invested Measures (TRIMs). TRIMs adalah perjanjian tentang aturan-aturan investasi yang menyangkut atau berkaitan dengan perdagangan. Secara umum sesuatu didefinisikan sebagai TRIMs jika peraturan investasi di negara bersangkutan dikaitkan dengan persyaratan yang dapat mempengaruhi perdagangan. Persetujuan ini dimaksudkan untuk memacu perkembangan dan liberalisasi yang progresif perdagangan dunia dan memudahkan arus penanaman modal antarnegara. 64 Kesepakatan TRIMs dimaksudkan untuk mengurangi atau menghapus kegiatan perdagangan dan meningkatkan kebebasan kegiatan investasi antar Negara. Secara singkat dapat dikatakan bahwa Kesepakatan TRIMs tidak terlalu membebani negara-negara anggotanya secara signifikan dan tidak menghambat negara anggotanya, khususnya negara berkembang untuk mengatur penanaman modal asing di wilayahnya. Implikasi lainnya dari Kesepakatan TRIMs adalah bahwa kesepakatan tersebut membatasi kewenangan atau kontrol Negara penerima modal terhadap penanaman modal secara langsung. Kesepakatan TRIMs ini harus membantu menciptakan iklim 64 Rosyidah Rakhmawati, Hukum Penanaman Modal di Indonesia, Malang: Bayumedia Publishing, 2003, hal. 35