BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tutur merupakan salah satu jenis karya Sastra Jawa Kuno yang mengandung nilai filsafat, agama, dan nilai kehidupan. Menurut Soebadio (1985: 3), tutur merupakan pelajaran dogmatis yang diteruskan kepada murid-murid yang memenuhi syarat. Dilihat dari segi isinya, karya jenis tutur tidak kalah pentingnya. Di dalamnya mengandung nilai-nilai luhur yang sangat erat kaitannya dengan adat istiadat, hukum adat, upacara keagamaan dan kehidupan sosial lainnya (Sastrawan, 2009: 2). Tutur dalam Kamus Bahasa Indonesia (2005: 1231) diartikan sebagai ucapan, kata, perkataan. Naskah-naskah dengan judul tutur dan tattwa sangat banyak ditemui. Isinya ternyata tidak saja berkaitan dengan ajaran tentang filsafat agama termasuk uraian tentang kosmos, tetapi juga memuat penjelasan-penjelasan pengetahuan tertentu, seperti pengetahuan pengobatan atau penyembuhan (Agastia, 1994: 6). Di samping itu juga kakawin, kidung dan geguritan banyak dibicarakan dan difungsikan dalam kehidupan masyarakat. Namun pada dasarnya tutur juga memiliki unsur keindahan dan banyak difungsikan dalam kehidupan masyarakat sebagai sebuah tuntunan hidup. Dalam tutur juga terkandung nilai-nilai filsafat hidup tidak kalah pentingnya dengan nilai-nilai yang ada dalam kakawin, kidung dan geguritan.
Mengingat naskah-naskah kuna pada saat itu ditulis di atas daun lontar yang tidak dapat bertahan lama, maka naskah-naskah tersebut dirawat dengan baik. Rusaknya sebuah naskah berarti kehilangan salah satu sumber pengetahuan. Untuk melestarikan warisan budaya yang bernilai luhur itu, masyarakat melakukan kegiatan salin-menyalin naskah. Kegiatan salin-menyalin naskah di Bali menjadi tradisi yang masih hidup dan berkembang sampai sekarang. Naskah lontar juga sudah banyak yang dialihaksarakan dan ada juga yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sehingga mudah untuk orang membacanya dan memahami isi dari naskah tutur tersebut. Naskah-naskah lontar yang ada di Bali tersimpan baik di berbagai tempat seperti pada instansi atau lembaga-lembaga formal baik pemerintah maupun swasta diantaranya seperti Gedong Kirtya di Singaraja, Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, UPT Lontar Perpustakaan Sastra dan Budaya UNUD. Selain itu, adapula yang disimpan di rumah penduduk seperti di Puri, Griya, dan Jero. Dalam kesempatan ini, salah satu dari sekian banyak naskah jenis tutur yang akan dijadikan bahan kajian dalam penelitian ini berjudul Tutur Jatiswara. Dilihat dari segi judul Tutur Jatiswara memiliki arti, jati adalah sejati atau sungguh-sungguh, kemudian swara adalah suara-suara. Dilihat dari makna judul Tutur Jatiswara adalah wejangan atau nasehat yang sejati, sungguh-sungguh. Ketertarikan untuk menggunakan objek ini dijadikan bahan penelitian, karena di dalam teks Tutur Jatiswara mengandung ajaran agama yang dijadikan pedoman dalam hidup di dunia. Tutur Jatiswara merupakan karya sastra tutur yang tidak seutuhnya bercerita. Berdasarkan pemaparan diatas maka tutur ini penting untuk
diangkat menjadi bahan kajian, karena di dalam Tutur Jatiswara berisikan tentang seorang ayah yang selalu mengingatkan anaknya agar selalu patuh dan bertingkah yang baik, di dalam teks Tutur Jatiswara juga berisikan tentang ajaran-ajaran agama yang sangat bermanfaat seperti halnya Karmapata (perbuatan yang dipakai sebagai jalannya keinginan). Setiap orang yang hidup di dunia ini harus bisa mengendalikan pikirannya agar berperilaku yang baik. Penelitian terhadap karya sastra jenis tutur masih perlu ditingkatkan lagi. Dilihat dari segi isinya, karya sastra jenis tutur tidak kalah pentingnya. Di dalamnya terdapat nilai-nilai luhur yang sangat erat kaitannya dengan filsafat keagamaan, upacara keagamaan, dan kehidupan sosial lainnya. Mengingat arti penting dari kehadiran karya sastra jenis tutur sebagai karya sastra yang menuangkan berbagai hal seperti upacara keagamaan, hukum adat, adat istiadat, kehidupan sosial dan lain sebagainya. Untuk itu, dipandang perlu melakukan penelitian secara ilmiah dan mendalam terhadap naskah jenis tutur. Agama Hindu mengajarkan umatnya selalu berbuat baik. Tidak seorang pun dapat menghindar dari hukum karmaphala dari hukum perbuatannya. Karma yang baik hanya dapat tercipta manakala manusia selalu berpikir, berkata dan bertindak yang baik. Ini sudah hukum alam, hukum sebab akibat yang sudah ditentukan oleh Tuhan dan karena itu tidak bisa ditolak atau dihindari (Suhardana, 2010: 27-28). Agama Hindu juga memberikan tuntunan dan arahan moral yang benar kepada pemeluknya untuk menuju tujuan hidup sebagaimana juga tujuan Agama. Tuhan menciptakan manusia disertai dengan dua unsur, yaitu: unsur positif dan negatif (baik dan buruk). Nilai-nilai agama yang ada, dengan kata lain
agama sebagai induk berlaku dari Hukum itu sendiri sehingga tujuan agama selaras dengan tujuan hukum, yaitu menuntun dan mengarahkan manusia untuk mencapai keharmonisan dalam hidup (Suryani, 2009: 67). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas ada beberapa masalah yang dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah bentuk Tutur Jatiswara? 2. Fungsi apa saja yang terkandung di dalam Tutur Jatiswara? 1.3 Tujuan Penelitian Setiap penelitian yang dilakukan sudah tentu mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Demikian pula halnya dalam penelitian Tutur Jatiswara ini. Adapun tujuan penelitian ini, secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu (1) tujuan umum, dan (2) tujuan khusus. Keduanya diuraikan berikut ini. 1.3.1 Tujuan Umum Secara umum penelitian terhadap Tutur Jatiswara ini bertujuan untuk membina, melestarikan, dan mengembangkan karya-karya sastra tradisional sebagai warisan budaya bangsa dalam upaya pembinaan dan pengembangan kebudayaan nasional melalui pengembangan kebudayaan daerah. Selain itu, untuk menambah khazanah penelitian sastra khususnya sastra Bali. 1.3.2 Tujuan Khusus Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan khusus dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. untuk mengetahui bentuk Tutur Jatiswara;
2. untuk mengetahui fungsi yang terkandung dalam Tutur Jatiswara; 1.4 Manfaat Penelitian Berdasarkan uraian tujuan penelitian di atas, maka hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat terutama bagi penulis sendiri dan masyarakat untuk lebih mengenal keberadaan karya sastra tradisional khususnya tutur yang berhubungan erat dengan kehidupan masyarakat. Manfaat penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu, manfaat teoritis dan manfaat secara praktis. Keduanya diuraikan berikut ini. 1.4.1 Manfaat Teoritis Manfaat teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran berupa uraian mengenai satuan-satuan yang membangun bentuk dari Tutur Jatiswara serta fungsi-fungsi yang terkandung di dalamnya. 1.4.2 Manfaat Praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman hidup serta dapat merangsang generasi muda dan masyarakat luas dalam rangka pelestarian, pembinaan, dan pengembangan kebudayaan khususnya kesusastraan Bali.