KAJIAN EKONOMI REGIONAL

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KATA PENGANTAR. Selamat membaca dan semoga bermanfaat. Pontianak, 3 Juli 2009 BANK INDONESIA PONTIANAK. Samasta Pradhana Pemimpin

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KATA PENGANTAR. Selamat membaca dan semoga bermanfaat. Pontianak, 3 November 2009 BANK INDONESIA PONTIANAK. Samasta Pradhana Pemimpin

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Kajian Ekonomi Regional Banten

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

KATA PENGANTAR. Selamat membaca dan semoga bermanfaat. Pontianak, November 2008 BANK INDONESIA PONTIANAK. Elang Tri Praptomo Pemimpin

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan Tengah

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN

ii Triwulan I 2012

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

No. Sektor No. Sektor No. Jenis Penggunaan

Triwulan IV iii

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 Agustus 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL


Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Kajian Ekonomi Regional Triwulan III-2009 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II-2008 i

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Transkripsi:

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I-2011 KANTOR BANK INDONESIA PONTIANAK

Penanggung Jawab: Kelompok Kajian, Statistik dan Survey (KKSS) Kantor Bank Indonesia Pontianak Jl. Ahmad Yani I, Pontianak Telp : 0561-734134 ext 8202, 8203 Faks : 0561 732033, 722222 Versi softcopy buku ini dapat diunduh melalui www.bi.go.id

Kata Pengantar 5. ` KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Barat merupakan gambaran tentang kondisi perekonomian dan perbankan Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan I-2011. Kajian ini meliputi perkembangan ekonomi, inflasi, perbankan, ketenagakerjaan, sistem pembayaran, keuangan daerah dan prospek perekonomian di triwulan mendatang. Selain itu, untuk lebih memberikan informasi mengenai keadaan perekonomian di Provinsi Kalimantan Barat, laporan ini dilengkapi juga dengan boks yang berisi informasi khusus yang berkaitan dengan perekonomian atau kegiatan untuk pengembangan perekonomian Kalimantan Barat. Kami sadar pembuatan kajian ini masih belum sempurna, dan menjadi tekad kami untuk terus berupaya memperbaikinya, terutama sisi kualitasnya. Untuk itu masukan, sumbangan pemikiran dan koreksi dari pembaca akan merupakan sebuah sumbangan yang besar bagi kami di masa mendatang. Kepada instansi yang telah membantu dalam penyediaan data, seperti BPS, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Pertanian, Dinas Perkebunan, Dinas Pendapatan Daerah, Dinas Tenaga Kerja, PT. Angkasapura, Badan Koperasi UKM Kerjasama Promosi dan Investasi (BAKOMAPIN), BP3TKI, dan Pemerintah Daerah Propinsi Kalimantan Barat, serta pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan disini, kami mengucapkan terima kasih. Selamat membaca dan semoga bermanfaat. Pontianak, Mei 2011 BANK INDONESIA PONTIANAK Hilman Tisnawan Pemimpin i

Kata Pengantar Halaman ini sengaja dikosongkan ii

Daftar Isi 5. ` DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... i iii vi vii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional... 1 Perkembangan Inflasi Daerah... 1 Perkembangan Perbankan Daerah... 2 Perkembangan Keuangan Daerah... 2 Perkembangan Sistem Pembayaran... 3 Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Dan Kesejahteraan Masyarakat... 3 Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah... 4 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI... 7 1.1 Kajian Umum... 7 1.2 Sisi Permintaan... 7 A. Konsumsi... 8 B. Ekspor Impor... 9 B.1. Ekspor Non Migas... 10 B.2. Impor Non Migas... 11 C. Investasi... 12 1.3 Sisi Penawaran.... 14 A. Sektor Pertanian... 15 B. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran... 17 C. Sektor Industri Pengolahan... 18 D. Sektor Lainnya... 18 Boks 1.Pengembangan UMKM Melalui Pola Klaster... 21 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI... 27 2.1 Gambaran Umum.... 27 2.2 Inflasi Tahunan... 28 iii

Daftar Isi 2.3 Inflasi Triwulanan... 29 2.3.1 Kelompok Bahan Makanan... 30 2.3.2 Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau..... 32 2.3.3 Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas Dan Bahan Bakar... 32 2.4 Disagregasi Inflasi... 33 2.4.1 Faktor Fundamental... 34 2.4.2 Faktor Non Fundamental... 35 Boks 2. Persistensi Inflasi Kalimantan Barat dan Implikasinya Terhadap Perekonomian Daerah... 37 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH... 41 3.1 Struktur Perbankan di Kalimantan Barat.... 41 3.2 Bank Umum... 42 3.2.1 Perkembangan Indikator Bank Umum... 42 3.2.2 Penghimpunan Dana Pihak Ketiga... 43 3.2.3 Perkembangan Penyaluran Kredit... 45 3.2.4 Risiko Kredit... 49 3.3 Perkembangan Perbankan Syariah... 51 3.4 Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR)... 52 BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH... 55 4.1 Realisasi Penerimaan dan Belanja Tahun Beralan... 55 4.1.1 Penerimaan... 55 4.1.2 Belanja Daerah... 55 4.2 APBD 2011... 56 BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN... 59 5.1 Sistem Pembayaran Tunai.... 59 5.1.1 Perputaran Uang Tunai... 59 5.1.2 Penukaran Uang... 59 5.1.3 Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB)... 61 5.1.4 Penemuan Uang Palsu... 62 5.2 Sistem Pembayaran Non Tunai... 62 5.2.1 Transaksi Kliring... 62 5.2.2 Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS)... 63 BAB VI PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN iv

Daftar Isi MASYARAKAT... 65 6.1 Ketenagakerjaan.... 65 6.1.1 Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas)... 65 6.1.2 Tenaga Kerja Indonesia (TKI)... 66 6.2 Kesejahteraan... 67 6.2.1 Nilai Tukar Petani (NTP)... 67 6.2.2 PDRB Per Kapita... 68 BAB VII PERKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH... 69 7.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi.... 69 7.2 Proyeksi Inflasi..... 70 LAMPIRAN... 73 v

Daftar Tabel 5. ` DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Pertumbuhan PDRB Dari Sisi Permintaan... 8 Tabel 1.2 Ekspor 10 Komoditi Utama Kalimantan Barat... 10 Tabel 1.3 Impor 10 Komoditi Utama Kalimantan Barat... 12 Tabel 1.4 Rencana dan Realisasi Kumulatif Perkembangan Investasi PMDN/PMA di Kalimantan Barat Hingga Desember 2010... 14 Tabel 1.5 Pertumbuhan PDRB Menurut Sektor Ekonomi...... 14 Tabel 1.6 Perkembangan Produksi Daging Hewan Ternak... 16 Tabel 1.7 Realisasi Penanaman dan Pemanenan IUPHHK-Hutan Tanaman di Provinsi Kalbar... 16 Tabel 2.1 Inflasi Tahunan di Kalimantan Barat Menurut Kelompok Barang dan Jasa... 28 Tabel 2.2 Inflasi Triwulanan di Kalimantan Barat Menurut Kelompok Barang dan Jasa... 30 Tabel 2.3 Inflasi Tahunan di Kalimantan Barat Menurut Faktor Penyebabnya... 33 Tabel 2.4 Inflasi Triwulanan di Kalimantan Barat Menurut Faktor Penyebabnya... 34 Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Bank Umum di Kalimantan Barat... 42 Tabel 3.2 Jumlah Kredit dan Pangsa Kredit Bank Umum menurut Kabupaten/ Kota di Kalimantan Barat... 49 Tabel 3.3 Jumlah Kredit dan NPL Gross Bank Umum menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat... 50 Tabel 4.1 Laporan Realisasi APBD Provinsi Kalbar 2010... 56 Tabel 4.2 Perbandingan APBD Provinsi Kalbar Tahun 2010 dan 2011... 58 Tabel 5.1 Kegiatan Penukaran Uang Kecil... 60 Tabel 5.2 Kegiatan Kas Keliling... 61 Tabel 5.3 Pemberian Tanda Tidak Berharga... 61 Tabel 5.4 Perkembangan Temuan Uang Palsu... 62 Tabel 5.5 Kegiatan Kliring... 63 Tabel 5.6 Transaksi Keuangan melalui RTGS... 64 Tabel 6.1 Indikator Ketenagakerjaan Provinsi Kalbar... 65 Tabel 6.2 Penempatan TKI Melalui BP3TKI Kalbar... 66 vi Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan IV- 2010

Daftar Grafik 5. ` DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1 Perkembangan PDRB Kalbar Tahunan... 7 Grafik 1.2 Perkembangan PDRB Kalbar Triwulanan... 7 Grafik 1.3 Kredit Konsumsi... 8 Grafik 1.4 Realisasi Belanja Daerah... 8 Grafik 1.5 Survei Konsumen... 9 Grafik 1.6 Ekspektasi Konsumen... 9 Grafik 1.7 Penjualan Kendaraan Bermotor... 9 Grafik 1.8 Penjualan Listrik... 9 Grafik 1.9 Perkembangan Ekspor Impor Kalimantan Barat... 10 Grafik 1.10 Ekspor Negara Tujuan... 11 Grafik 1.11 Impor Negara Asal... 12 Grafik 1.12 Indeks Keyakinan Konsumen... 13 Grafik 1.13 Indeks Ekspektasi Konsumen... 13 Grafik 1.14 Pangsa PDRB Menurut Sektor Ekonomi... 15 Grafik 1.15 Luas Panen Tanaman Padi... 15 Grafik 1.16 Produksi Tanaman Padi... 15 Grafik 1.17 Produksi CPO... 16 Grafik 1.18 Produksi TBS... 16 Grafik 1.19 Arus Bongkar Muat Barang... 17 Grafik 1.20 Posisi Kredit Perdagangan... 17 Grafik 1.21 Retribusi Hotel... 17 Grafik 1.22 Retribusi Restoran... 17 Grafik 1.23 Ekspor Barang Manufaktur... 18 Grafik 1.24 Kredit Sektor Industri... 18 Grafik 1.25 Penyaluaran Semen... 18 Grafik 1.26 Kredit Sektor Bangunan... 18 Grafik 1.27 Ekspor Bauksit... 19 Grafik 1.28 Kredit Sektor Pertambangan... 19 Grafik 1.29 Retribusi Hiburan... 20 Grafik 1.30 Retribusi Reklame... 20 Grafik 2.1 Inflasi Tahunan Kalimantan Barat dan Nasional... 27 Grafik 2.2 Inflasi Triwulanan Kalimantan Barat dan Nasional... 27 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan IV- 2010 vii

Daftar Grafik Grafik 2.3 Inflasi Bulanan Kalimantan Barat dan Nasional... 28 Grafik 2.4 Inflasi Tahunan dan Andil Inflasi Kalbar Menurut Kelompok Barang dan Jasa... 29 Grafik 2.5 Inflasi Triwulanan dan Andil Inflasi Kalbar Menurut Kelompok Barang dan Jasa... 30 Grafik 2.6 Inflasi dan Andil Inflasi Kalbar Triwulan IV 2010 Menurut Kelompok Bahan Makanan... 31 Grafik 2.7 Inflasi Triwulan Kelompok Bahan Makanan Kota Pontianak dan Singkawang... 31 Grafik 2.8 Inflasi dan Andil Inflasi Kalbar Triwulan IV 2010 Menurut Makanan Jadi... 32 Grafik 2.9 Inflasi Triwulanan Kelompok Makanan Jadi Kota Pontianak dan Singkawang... 32 Grafik 2.10 Inflasi dan Andil Inflasi Kalbar Triwulan IV 2010 Menurut Kelompok Perumahan... 33 Grafik 2.11 Inflasi Triwulanan Kelompok Perumahan Kota Pontianak dan Singkawang... 33 Grafik 2.12 Perkembangan Inflasi dan Ekspektasi Harga Menurut Pelaku Usaha di Kalimantan Barat... 34 Grafik 2.13 Perkembangan Inflasi dan Ekspektasi Harga Menurut Konsumen di Kalimantan Barat... 34 Grafik 2.14 Perkembangan Inflasi Negara Mitra Dagang... 35 Grafik 2.15 Perkembangan Harga Komoditas Gula dan Emas Internasional... 35 Grafik 2.16 Perkembangan Rata-Rata Harga Beras di Kota Pontianak... 36 Grafik 2.17 Perkembangan Rata-Rata Harga Komoditas Bumbu-bumbuan di Kota Pontianak... 36 Grafik 2.18 Perkembangan Harga Minyak Dunia WTI... 36 Grafik 2.19 Perkembangan Konsumsi BBM Sektor Rumah Tangga di Kalimantan Barat... 36 Grafik 3.1 Struktur Aset Perbankan di Kalimantan Barat... 41 Grafik 3.2 Perkembangan Aset Bank Umum Menurut Kelompok Bank di Kalimantan Barat... 43 Grafik 3.3 Perkembangan Jenis DPK Bank Umum di Kalimantan Barat... 44 Grafik 3.4 Perkembangan Suku Bunga DPK Menurut Jenis Simpanan Bank di Kalimantan Barat... 44 viii Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan IV- 2010

Daftar Grafik Grafik 3.5 Perkembangan Jenis DPK Bank Umum Menurut Kelompok Bank di Kalimantan Barat... 44 Grafik 3.6 Perkembangan DPK Bank Umum Menurut Golongan Pemilik di Kalimantan Barat... 45 Grafik 3.7 Struktur DPK Bank Umum Menurut Golongan Pemilik di Kalimantan Barat... 45 Grafik 3.8 Perkembangan Jenis Kredit Bank Umum Menurut Kelompok Bank di Kalimantan Barat... 45 Grafik 3.9 Perkembangan Kredit Bank Umum Menurut Jenis Penggunaan di Kalimantan Barat... 46 Grafik 3.10 Perkembangan Pertumbuhan Tahunan Kredit Bank Umum Menurut Jenis Penggunaan di Kalimantan Barat... 46 Grafik 3.11 Pangsa Kredit Bank Umum Menurut Sektor Ekonomi di Kalimantan Barat... 47 Grafik 3.12 Perkembangan Kredit UMKM Bank di Kalimantan Barat... 47 Grafik 3.13 Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum Menurut Jenis Penggunaan di Kalimantan Barat... 48 Grafik 3.14 Perkembangan Kredit Bank Umum Menurut Lokasi Proyek dan Lokasi Kantor di Kalimantan Barat... 48 Grafik 3.15 Perkembangan NPL Gross Kredit Bank Umum di Kalimantan Barat... 49 Grafik 3.16 Perkembangan Rasio NPL Gross Kredit Bank Umum di Kalimantan Barat Menurut Jenis Penggunaan... 50 Grafik 3.17 Perkembangan Rasio NPL Gross Kredit Bank Umum di Kalimantan Barat Menurut Sektor Ekonomi... 50 Grafik 3.18 Perkembangan Rasio NPL Gross Kredit UMKM Bank Umum di Kalimantan Barat... 51 Grafik 3.19 Perkembangan Bank Syariah di Kalimantan Barat... 51 Grafik 3.20 Perkembangan NPF Bank Syariah di Kalimantan Barat... 52 Grafik 3.21 Perkembangan BPR di Kalimantan Barat... 52 Grafik 3.22 Perkembangan Rasio NPL Gross dan Total Kredit BPR di Kalimantan Barat... 53 Grafik 3.23 Perkembangan Pangsa Kredit BPR Menurut Jenis Penggunaan di Kalimantan Barat... 53 Grafik 5.1 Posisi Kas dan Aliran Uang Tunai... 59 Grafik 5.2 Perkembangan Inflow, PTTB, dan Ratio PTTB Terhadap Inflow... 62 Grafik 6.1 Tenaga Kerja Berdasarkan Sektor Usaha Tahun 2009... 66 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan IV- 2010 ix

Daftar Grafik Grafik 6.2 Tenaga Kerja Berdasarkan Sektor Usaha tahun 2010... 66 Grafik 6.3 Perkembangan NTP... 67 Grafik 6.4 Perkembangan Indeks Harga Petani Per Sub Sektor... 67 Grafik 6.5 Jumlah Penduduk Miskin Menurut Kota dan Desa di Kalbar... 68 Grafik 6.6 PDRB Per Kapita Kalbar... 68 Grafik 7.1 Ekspektasi Kondisi Ekonomi Kalbar... 70 Grafik 7.2 Korelasi Indeks Penghasilan Saat Ini Dan Ekspektasi Penghasilan... 70 Grafik 7.3 Ekspektasi Perubahan Harga Umum... 71 Grafik 7.4 Proyeksi Inflasi Kota Pontianak dan Singkawang... 71 x Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan IV- 2010

Ringkasan Eksekutif RINGKASAN 5. ` EKSEKUTIF Perkembangan Ekonomi Makro Regional Perekonomian Kalimantan Barat pada triwulan I-2011 tumbuh 5,13% (y-o-y). Meskipun tumbuh melambat dibandingkan triwulan IV-2010 sebesar 5,79% (yoy) namun pertumbuhan ekonom Provinsi Kalimantan Barat masih tercatat lebih baik dibandingkan triwulan I-2010 yang tumbuh sebesar 4,60% (yoy). Pada sisi permintaan, komponen yang dominan dalam pembentukan PDRB Kalimantan Barat bersumber dari pengeluaran konsumsi rumah tangga, ekspor dan investasi dimana masing-masing memiliki pangsa sebesar 54,34%, 32,37% dan 27,72% dari total PDRB. Sementara itu, neraca perdagangan luar negeri Provinsi Kalimantan Barat menunjukkan kinerja yang cukup baik dimana pada triwulan I-2011 ekspor luar negeri Provinsi kalimantan Barat tercatat lebih tinggi daripada impor atau terjadi net ekspor di Provinsi Kalimantan Barat. Kinerja perekonomian Provinsi Kalimantan Barat secara sektoral juga menunjukkan pergerakan yang cukup baik dimana seluruh sektor tercatat mengalami pertumbuhan pada triwulan I-2010. Kinerja perekonomian pada periode laporan tersebut terutama didorong oleh kinerja sektor pertanian, sektor angkutan dan komunikasi, serta sektor perdagangan, hotel dan restoran dimana kontribusi masingmasing sektor tersebut sebesar 1,10%, 0,95% dan 0,75%. Ketiga sektor tersebut mengalami pertumbuhan tinggi masing-masing sebesar 3,90% (yoy), 10,63% (yoy), dan 3,57%(yoy). Perkembangan Inflasi Daerah Inflasi tahunan Kalimantan Barat 1 pada triwulan I-2011 sebesar 7,10% (y-o-y) atau lebih rendah dibandingkan inflasi tahunan triwulan IV-2010 yang sebesar 8,27%. Inflasi tahunan tersebut lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional yang sebesar 6,65%. Inflasi tahunan tersebut bersumber dari inflasi Kota Pontianak sebesar 7,37% dan inflasi Kota Singkawang sebesar 5,82%. Tren pencapaian inflasi yang lebih rendah juga 1 Gabungan dari inflasi dua kota yaitu Pontianak dan Singkawang dengan bobot yang disesuaikan terhadap inflasi nasional. 1

Ringkasan Eksekutif ditunjukkan inflasi triwulanan Kalimantan Barat pada triwulan I-2011 yang sebesar 1,58% (q-t-q), lebih rendah dibandingkan inflasi triwulanan periode sebelumnya. Sementara inflasi triwulanan nasional triwulan I-2011 sebesar 0,70. Inflasi triwulan I-2011 dipicu oleh kenaikan harga komoditas bahan makanan khususnya beras, jeruk, nanas, ikan segar, dan cabe rawit yang disebabkan belum masuknya panen raya terutama di bulan Januari dan awal Februari 2011. Selain kelompok bahan makanan, dua kelompok yang mempunyai andil terbesar pada peningkatan laju inflasi selama triwulan I-2011 adalah kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan yang dipicu oleh kenaikan ongkos angkutan udara terkait perayaan hari besar etnis Tionghoa Imlek dan Cap Go Meh. Perkembangan Perbankan Daerah Secara triwulanan, aset perbankan Kalimantan Barat selama triwulan I-2011 tumbuh melambat dibandingkan triwulan IV-2010. Pertumbuhan aset tertinggi dialami oleh kelompok bank perkreditan rakyat (BPR) yang tumbuh sebesar 8,81% (q-t-q). Secara tahunan, aset perbankan gabungan (bank umum dan BPR) Kalimantan Barat tumbuh sebesar 20,66% (y-o-y). Dari sisi aktiva, pertumbuhan tersebut terutama didukung oleh meningkatnya pertumbuhan penyaluran kredit yang mencapai 31,15%. Sementara dari sisi pasiva didukung oleh meningkatnya jumlah dana pihak ketiga (DPK) yang dalam setahun tumbuh sebesar 31,08%. Faktor pendukung lainnya adalah bertambahnya jaringan kantor selama triwulan I-2011, pembukaan 1 KC yang beroperasi di Kabupaten Sambas, dan 2 Kantor Cabang Pembantu (KCP) di Kota Pontianak. Kredit MKM pada triwulan I-2011 tumbuh sebesar 3,43% (q-t-q), melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya. Meskipun mencatat pertumbuhan yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya, pangsa penyaluran kredit untuk Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) meningkat 1,26% dibandingkan triwulan sebelumnya menjadi sebesar 73,41% dari total kredit yang disalurkan bank umum, atau secara nominal mencapai Rp11,41 Triliun. 2

Ringkasan Eksekutif Perkembangan Keuangan Daerah Secara umum, kinerja keuangan daerah Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2010 cukup baik. Kondisi ini tercermin dari realisasi APBD Provinsi Kalimantan Barat Tahun Anggaran 2010 yang mendekati target/rencana anggaran. Realisasi belanja APBD TA 2010 tercatat mencapai 94% sementara realisasi belanja TA 2010 tercatat melebihi target yang telah ditetapkan. Kondisi tersebut membuat surplus APBD Provinsi Kalimantan Barat TA 2010. Perkembangan Sistem Pembayaran Di triwulan I-2011 ini, nilai perputaran uang tunai masuk dan keluar dari KBI Pontianak turun 48,01% (q-t-q) menjadi Rp928 miliar. Penurunan ini tidak terlepas dari kondisi ekonomi Kalimantan Barat yang mengalami perlambatan sejalan dengan menurunnya pengeluaran rumah tangga paska hari Raya Natal dan tahun baru. Dilihat dari jenisnya, penurunan aliran uang ini dipengaruhi oleh aliran uang kartal keluar (outflow) dari kas KBI Pontianak yang turun 64,64% (q-t-q) menjadi Rp574 miliar. Sedangkan penahan laju penurunan yang lebih jauh ditopang melalui peningkatan jumlah aliran uang tunai yang masuk (inflow) ke dalam kas KBI Pontianak yang melonjak hingga118,33% (q-t-q) menjadi Rp355 miliar. Perkembangan di atas membuat posisi kas di Bank Indonesia Pontianak per 31 Maret 2011 mengalami penurunan 77,40% (y-o-y) dari tahun sebelumnya menjadi Rp203 mililar. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Masyarakat Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) BPS bulan Februari 2011, jumlah angkatan kerja Provinsi Kalimantan Barat adalah 2.256.867 orang,naik 2,71% dibandingkan Agustus 2010. Dengan jumlah penduduk usia kerja (15 tahun ke atas) sebanyak 3.010.513 orang, maka tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yang merupakan rasio antara jumlah angkatan kerja dengan jumlah penduduk usia kerja naik dari 73,17% pada Agustus 2010 menjadi 74,97% pada Februari 2011. Berdasarkan pemantauan harga-harga di pedesaan pada bulan Maret 2011, NTP Kalimantan Barat tercatat sebesar 102,05. Nilai ini mengalami sedikit penurunan - 0,85% dibandingkan NTP bulan Februari 2011 yang tercatat sebesar 102,93 (grafik 3

Ringkasan Eksekutif 6.4). Penurunan NTP pada periode laporan dipengaruhi oleh penurunan indeks harga yang diterima oleh petani sebesar -0,33% dari 131,90 menjadi 131,46. Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah Perekonomian Kalimantan Barat di triwulan II-2011 diperkirakan tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan tiwulan I-2011 dengan kisaran 5,4% (yoy). Dari sisi permintaan, penyebab utama pertumbuhan adalah akibat meningkatnya konsumsi rumah tangga yang dipengaruhi oleh meningkatnya kebutuhan khususya terkait dengan pendidikan yang didukung dengan masih cukup kuatnya daya beli masyarakat. Selain itu, konsumsi pemerintah diperkirakan akan mengalami peningkatan seiring dengan semakin banyaknya kegiatan yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah antara lain seperti Pilkada Kabupaten Sambas. Sementara itu, kinerja ekspor diperkirakan juga masih tumbuh cukup baik terutama untu komoditi bauksit, karet dan CPO. Investasi pada triwulan II-2011 diperkirakan akan mengalami peningkatan seiring dengan dimulainya realisasi proyek-proyek pemerintah khususnya yang sumber pendanaannya dair APBD. Tekanan harga secara umum di kota Pontianak pada triwulan mendatang diperkirakan akan lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya dan berada pada kisaran 1,5%-3,0% (q-t-q). Kemungkinan tekanan inflasi akan terjadi pada kelompok bahan makanan, dan kelompok makanan jadi serta kelompok transpor komunikasi dan jasa keuangan. 4

Ringkasan Eksekutif TABEL INFLASI DAN PDRB INDIKATOR 2008 2009 2010 Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 2010 MAKRO Indeks Harga Konsumen Kota Pontianak 114.90 120.54 123.56 123.60 129.47 130.81 130.81 Laju Inflasi Tahunan (yoy) Kota Pontianak 11.19 4.91 5.71 5.21 6.46 8.52 8.52 Indeks Harga Konsumen Kota Singkawang 116.55 117.89 122.08 122.20 127.85 126.26 126.26 Laju Inflasi Tahunan (yoy) Kota Singkawang n/a 1.15 4.35 5.40 7.65 7.10 7.10 PDRB - harga konstan (miliar Rp) 27,683 29,002 7,414 7,378 7,706 8,024 30,522 - Pertanian 7,056 7380.87 2,087 1,828 1,940 1,927 7,782 - Pertambangan & Penggalian 383 415.67 109 106 108 140 463 - Industri Pengolahan 4,909 4963.70 1,230 1,247 1,284 1,317 5,078 - Listrik, Gas & Air Bersih 118 124.20 31 32 32 33 129 - Bangunan 2,196 2350.75 582 599 628 682 2,491 - Perdagangan, Hotel & Restoran 6,518 6838.01 1,740 1,782 1,842 1,656 7,020 - Pengangkutan & Komunikasi 2,089 2278.11 587 594 623 771 2,575 - Keuangan, Persewaan & Jasa 1,339 1395.86 349 358 367 440 1,515 - Jasa 3,074 3254.67 699 832 884 1,057 3,471 0.00 Pertumbuhan PDRB (yoy %) 5.42% 0.19 4.48% 5.74% 5.83% 5.79% 5.35% Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) 923.67 476.71 185.00 285.19 220.66 242.41 933.27 Volume Ekspor Nonmigas (ribu Ton) 6,718.69 6,711.86 2,527.71 2,858.70 3,679.72 2,438.64 11,504.77 Nilai Import Nonmigas (USD Juta) 96.30 55.50 21.91 22.31 23.01 40.77 108.00 Volume Import Nonmigas (ribu Ton) 93.08 44.19 17.36 25.57 19.20 33.66 95.78 Sumber Data : BPS dan Bank Indonesia 5

Ringkasan Eksekutif INDIKATOR 2008 TABEL PERBANKAN 2009 2010 Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 PERBANKAN Bank Umum : Total Aset (Rp Triliun) 20,389 21,019 21,807 21,813 22,731 22,752 24,082 25,111 27,307 DPK (Rp Triliun) 17,570 18,125 18,412 18,789 18,995 19,400 20,686 21,562 23,071 - Giro(Rp Triliun) 2,813 10,577 4,118 3,909 3,059 3,947 4,440 4,426 3,432 - Deposito (Rp Triliun) 5,661 7,350 5,672 5,916 5,232 5,782 5,851 5,888 6,271 - Tabungan (Rp Triliun) 9,097 199 8,622 8,965 10,705 9,671 10,395 11,248 13,368 Kredit (Rp Triliun) - berdasarkan lokasi proyek 12,319 12,319 13,149 13,536 14,824 15,082 16,067 17,117 18,671 - Modal Kerja 4,825 4,834 8,460 4,457 4,909 4,471 5,181 5,652 6,392 - Investasi 3,147 3,334 4,479 3,927 4,227 4,492 4,350 4,535 5,202 - Konsumsi 4,347 4,511 210 5,153 5,689 6,119 6,536 6,930 7,078 Kredit (Rp Triliun) - berdasarkan lokasi kantor 9,381 9,595 10,109 10,595 11,461 11,800 12,971 13,795 15,296 - Modal Kerja 3,296 3,216 6,938 3,612 8,101 3,588 4,234 4,487 5,326 - Investasi 2,096 2,210 2,982 2,303 3,305 2,949 2,996 3,234 3,553 - Konsumsi 3,989 4,169 4,407 4,680 5,028 5,263 5,741 6,074 6,418 - LDR 53.39% 52.94% 54.90% 56.39% 60.33% 60.82% 62.70% 63.98% 66.30% -NPL 2.15% 2.82% 4.22% 2.41% 1.99% 2.47% 1.66% 1.73% 1.11% Kredit UMKM (Rp Triliun) 7,233 7,430 7,872 8,259 8,804 9,100 9,742 10,289 15,296 Kredit Mikro (< Rp50 juta) (Triliun Rp) 2,113 2,133 2,150 2,197 2,226 2,165 2,202 2,236 2,236 - Kredit Modal Kerja 300 309 318 332 349 335 361 445 445 - Kredit Investasi 104 110 121 125 131 153 130 81 81 - Kredit Konsumsi 1,709 1,714 1,711 1,739 1,746 1,677 1,711 1,711 1,711 Kredit Kecil (Rp50 juta < X Rp500 juta) (Triliun 3,123 3,419 3,778 4,064 4,440 4,739 5,121 5,537 5,537 - Kredit Modal Kerja 831 882 956 994 1,028 917 971 1,064 1,064 - Kredit Investasi 216 211 231 247 266 408 332 331 331 - Kredit Konsumsi 2,076 2,326 2,591 2,823 3,146 3,414 3,819 4,141 4,141 Kredit Menengah (Rp500 juta < X Rp5 miliar) 1,997 1,878 1,944 1,998 2,138 2,197 2,419 2,516 2,516 - Kredit Modal Kerja 1,259 1,193 1,288 1,327 1,392 1,320 1,530 1,587 1,587 - Kredit Investasi 581 557 551 553 610 728 715 735 735 - Kredit Konsumsi 156 128 105 118 136 149 174 195 195 Total Kredit MKM (Triliun Rp) 7,233 7,430 7,872 8,259 8,804 9,100 9,742 10,289 15,296 NPL MKM gross (%) 2.20 2.59 3.10 2.55 2.18 2,47 1.66 1.86 1.11 NPL MKM net (%) n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a BPR : Total Aset (Rp Milliar) 510,926 525,142 534,702 560,258 577,361 571,733 595,079 674,523 680,588 DPK (Rp Milliar) 399,095 419,642 429,696 456,420 469,743 472,092 485,353 559,193 562,335 - Tabungan (Rp Milliar) 143,842 140,766 155,758 188,951 191,668 273,253 213,525 283,438 296,935 - Giro (Rp Milliar) - - - - 265,401 - Deposito (Rp Milliar) 255,253 278,877 273,938 267,469 278,075 198,839 271,828 275,755 Kredit (Rp Milliar) - berdasarkan lokasi kantor 281,155 269,069 294,009 305,378 309,048 304,636 320,881 335,099 347,247 - Modal Kerja 104,106 101,786 105,283 106,360 108,046 103,981 113,109 119,061 119,104 - Investasi 30,360 31,354 33,434 33,880 36,508 35,424 40,653 42,629 45,934 - Konsumsi 146,689 135,929 155,292 165,137 164,495 165,230 167,119 173,409 182,209 Total Kredit UMKM (Rp Milliar) 281,155 269,069 294,009 305,378 309,048 304,636 320,881 335,099 347,247 Rasio NPL Gross (%) 5.87 6.56 6.17 6.10 6.05 6.55 6.14 5.33 4.88 Rasio NPL Net (%) n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a LDR 70.45% 64.12% 68.42% 66.91% 65.79% 64.53% 66.11% 59.93% 61.75% Sumber Data : Bank Indonesia 6

Perkembangan Ekonomi BAB 5. ` I PERKEMBANGAN EKONOMI 1.1. Kajian Umum Perekonomian Kalimantan Barat pada triwulan I-2011 tumbuh 5,13% (y-o-y). Meskipun tumbuh melambat dibandingkan triwulan IV-2010 sebesar 5,79% (yoy) namun pertumbuhan ekonom Provinsi Kalimantan Barat masih tercatat lebih baik dibandingkan triwulan I-2010 yang tumbuh sebesar 4,60% (yoy). Dari sisi permintaan, kinerja perekonomian Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan I-2011 terutama dipengaruhi pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga. Kondisi tersebut antara lain dipengaruhi oleh perayaan adat masyarakat Kalimantan Barat. Dari sisi penawaran, kinerja perekonomian antara lain didorong oleh sektor pertanian. Grafik 1.1 PDRB Provinsi Kalimantan Barat Sumber: Data BPS Prov. Kalimantan Barat 1.2. PDRB Menurut Penggunaan Pada sisi permintaan, komponen yang dominan dalam pembentukan PDRB Kalimantan Barat bersumber dari pengeluaran konsumsi rumah tangga, ekspor dan investasi dimana masing-masing memiliki pangsa sebesar 54,34%, 32,37% dan 27,72% dari total PDRB. Sementara itu, neraca perdagangan luar negeri Provinsi Kalimantan Barat menunjukkan kinerja yang cukup baik dimana pada triwulan I-2011 ekspor luar negeri Provinsi kalimantan Barat tercatat lebih tinggi daripada impor atau terjadi net ekspor di Provinsi Kalimantan Barat. Laporan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I -2011 7

Perkembangan Ekonomi Tabel 1.1 Pertumbuhan PDRB Penggunaan Kalimantan Barat Triwulan I-2100 Jenis Pengeluaran 2009 2010 2011 1 1 2 3 4 1 Konsumsi Rumah Tangga 11,29% 6,19% 6,39% 5,85% 7,15% 5,45% Konsumsi Nirlaba 11,43% 3,67% 4,06% 5,67% 8,59% 8,55% Konsumsi Pemerintah 18,33% 4,11% 5,05% 5,57% 15,82% 9,66% PMTB 5,01% 4,67% 5,34% 7,05% 9,22% 9,34% Perubahan Stok -30,49% 12,66% -193,08% 164,84% -64,64% -40,16% Ekspor -15,85% 8,03% 1,69% 5,12% 15,50% 15,57% Dikurangi Impor -4,77% 13,31% 7,81% 16,51% 18,27% 14,65% PDRB 2,29% 4,60% 5,06% 5,89% 5,79% 5,13% Sumber: Data BPS Prov. Kalimantan Barat A. Konsumsi Meskipun lebih lambat dibandikan triwulan I-2010 maupun triwulan IV-2010 namun pengeluaran konsumsi rumah tangga pada periode laporan masih tumbuh sebesar 5,45% (yoy). Pertumbuhan tersebut antara lain dipengaruhi oleh meningkatnya pendapatan masyarakat. Beberapa faktor yang mempengaruhi peningkatan tersebut antara lain adalah kenaikan UMP Provinsi Kalimantan Barat tahun 2011 sebesar 8%, kenaikan gaji, dan peningkatan pendapatan ekspor dimana nilai ekspor Kalimantan Barat pada triwulan I-2011 tercatat tumbuh 42% dibandingkan tiwulan IV-2011. Grafik 1.2 Indeks Penghasilan Saat Ini 142,00 140,00 138,00 136,00 134,00 132,00 130,00 128,00 126,00 124,00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 Sumber: Survei Bank Indonesia 2010 2011 Penghasilan saat ini dibandingkan 6 bln yang lalu Tabel 1.2 Indeks Tendensi Konsumsi Variabel Pembentuk Laporan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I -2011 ITK Triwulan I-2011 Menurut Rata-Rata Pendapatan Rumah Tangga Sebulan < Rp 2 Juta > 2 Juta Total Pendapatan Rumah Tangga 94,52 107,41 105,57 Kaitan Inflasi dengan konsumsi makanan sehari-hari 97,86 99,83 99,55 Tingkat konsumsi beberapa komoditi makanan dan bukan makanan 86,52 94,28 93,17 Indeks Tendensi Konsumsi 93,70 102,69 101,40 Sumber: data BPS Prov. Kalbar 8

Perkembangan Ekonomi Peningkatan pendapatan masyarakat tersebut juga sejalan dengan hasil survei konsumen (grafik 1.2) dan indeks tendensi konsumsi (tabel 1.2). Hasil survei konsumen menunjukkan bahwa pada bulan Januari-Maret 2011 secara umum masyarakat menyatakan bahwa pendapatan yang mereka terima saat ini lebih tinggi dibandingkan 6 bulan yang lalu. Sementara itu, indeks tendensi konsumsi juga triwulan I-2011 juga menunjukkan optimisme seiring dengan meningkatnya pendapatan masyarakat khususnya yang termasuk kelompok berpendapatan Rp2 juta atau lebih. Pertumbuhan konsumsi masyarakat juga dipengaruhi oleh meningkatnya kebutuhan masyarakat Kalimantan Barat seiring dengan adanya perayaan Imlek, cap go meh, dan sembahyang kubur. Pertumbuhan konsumsi masyarakat tersebut juga di dukung dengan beberapa indikator penuntun seperti meningkatnya pembelian barang tahan lama dan meningkatnya pembelian kendaraan bermotor khususnya kendaraan baru roda dua. Grafik 1.3. Pembelian Barang Tahan Lama Grafik 1.4. Pembelian Kendaraan Bermotor 160,0 140,0 120,0 100,0 80,0 60,0 40,0 20,0 0,0 LevelOptimis Level Pesimis 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 Unit 18.000 16.000 14.000 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 - Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% -10% 2007 2008 2009 2010 2011 2010 2011 Pembelian Barang Tahan Lama Sumber: Survei Bank Indonesia Penghasilan Saat ini Kendaraan Baru Kendaraan Bukan Baru Pertumbuhan (yoy) Sumber: data Dispenda Prov Kalbar diolah Sementara itu, konsumsi pemerintah pada triwulan I-2011 tercatat tumbuh sebesar 9,66% (yoy) lebih rendah jika dibandingkan dengan triwulan IV-2010 sebesar 15,82% (yoy). Kondisi tersebut diindikasikan dengan belanja pemerintah yang cenderung rendah pada awal tahun dimana pada periode tersebut tahapan realisasi belanja pemerintah masih berada pada persiapan administrasi dan lelang proyek. Namun demikian, pertumbuhan konsumsi pemerintah Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan I-2011 tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya dimana konsumsi pemerintah tercatat tumbuh sebesar 4,11%. Hal ini antara lain mengindikasikan bahwa realisasi belanja pemerintah daerah pada triwulan I-2011 lebih baik dibandingkan dengan triwulan I-2010. Laporan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I -2011 9

Perkembangan Ekonomi B. Ekspor - Impor Kegiatan ekspor dan impor Provinsi Kalimantan Barat pada periode triwulan I-2011 menunjukkan pertumbuhan. Namun demikian, secara umum neraca perdagangan Provinsi Kalimantan Barat masih di dominasi kegitan ekspor yang tercatat tumbuh 15,57% (yoy) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekspor pada triwulan I-2010 maupun triwulan IV- 2010. Hal tersebut mendorong peningkatan net ekspor Kalimantan Barat yang tercatat tumbuh 25,65% (yoy). Kondisi ini antara lain diindikasikan oleh nilai ekspor 1 triwulan I-2011 sebesar US$316,46 juta sedangkan impor tercatat sebesar US$ sehingga terdapat net ekspor sebesar US$285,51 juta. Grafik 1.5 Nilai Ekspor-Impor Kalimantan Barat 350.000 300.000 250.000 Ribu US$ 200.000 150.000 100.000 50.000 0 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Sumber: Bank Indonesia 2009 2010 2011 Nilai Ekspor Nilai Impor Net Ekspor Surplus nilai ekspor Kalimantan Barat tersebut antara lain juga didorong oleh masih berlanjutnya trend kenaikan harga CPO dan karet di tingkat internasional. Pada triwulan I 2011, CPO diperdagangkan pada level harga rata-rata sebesar US$ 1224,09/Metric ton sementara harga rata-rata karet berada pada posisi US$ 558,93 cent/kg. Sementara itu, penguatan nilai tukar (kurs) Rupiah rupiah juga memberikan dampak positif terhadap nilai ekspor Kalimantan Barat pada periode laporan. Berdasarkan volumenya, ekspor Provinsi Kalimantan Barat didominasi oleh barang tambang khususnya bauksit yang dalamperhitungan ekspor HS 2 digit termasuk dalam kategori biji, kerak dan abu logam (HS 26). Pada periode laporan, ekspor biji, kerak, dan abu logam tercatat sebesar 3,61 juta ton dengan nilai sebesar US$108,94 juta. Volume tersebut tercatat 49,08% dibandingkan triwulan I-2010. Selanjutnya, ekspor karet dan CPO juga mengalami peningkatan hal ini diindikasikan dengan meningkatnya ekspor golongan 1 Berdasarkan SITC Laporan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I -2011 10

Perkembangan Ekonomi karet dan barang dari karet (HS 40) serta golongan lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15). Pada triwulan I-2010, ekspor karet dan barang dari karet tercatat sebesar 28,09 ribu ton dengan nilai ekspor mencapai US$137,43 juta sementara ekspor golongan lemak dan minyak hewan/nabati tercatat sebesar 9,94 ribu ton dengan nilai ekspor sebesar USD14,25 juta. Grafik 1.6 Perkembangan Harga Internasional CPO Grafik 1.7 Perkembangan Harga Internasional Karet USD/Metric ton 1.400,00 1.200,00 1.000,00 800,00 600,00 400,00 200,00 357,41 416,09 716,62 1.095,81 718,26 642,84 454,68 1.224,09 - Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Sumber: Bloomberg Sumber: Bloomberg Tabel 1.3 Ekspor Kalimantan Barat Menurut HS 2 Digit (Ton) 2010 2011 Golongan Volume Q1 Q1 Q2 Q3 Q4 Volume Nilai Fish,crustaceans,moluscs,oth.invert 98 257 318 326 284 1.993 Edible fruits and nuts 377 451 380 809 1.650 389 Animal or vegt. fats and oils 108 2.316 9.543 7.475 9.940 14.245 Prep of cereals, flour,starch, milk 687 453 218 84 140 192 Res. and waste from food industries 5.666 7.220 12.369 7.903 13.063 1.701 Ores, slag and ash 2.421.867 2.751.728 3.567.682 2.331.875 3.610.615 108.944 Rubber and articles thereof 19.757 23.280 22.128 22.539 28.091 137.430 Wood and articles of wood 74.372 69.418 64.198 64.585 52.561 40.956 Pearls,precious and semi prec.stone 0 3 0 1 0 8.212 Furniture,bedding,lamps illum.signs 248 262 272 348 389 1.147 Total 2.527.706 2.858.700 3.679.723 2.438.911 3.719.572 316.461 Sumber: Bank Indonesia Tabel 1.4 Impor Kalimantan Barat Menurut HS 2 Digit (Ton) Keterangan 2010 2011 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Edible vegetables and certains root 1.567 1.153 656 47 1.636 Oil seeds, grains, seeds and fruits 27 573 225 81 816 Organic chemicals 2.120 3.030 40 901 389 Fertilizers 1.964 4.846 2.566 3.949 3.184 Plastics and articles thereof 1.066 638 622 1.655 1.063 Iron and steel 0 2.377 209 7.175 3.683 Articles of iron and steel 187 754 1.236 187 691 Nuclear react.,boilers,mech. appli. 967 546 1.352 2.183 2.444 Elect. machinery, sound rec., tvetc 350 297 30 287 126 Ships,boats and floating structures 1.316 5.764 8.191 10.125 6.574 Total 17.358 25.568 19.197 33.733 24.947 Sumber: Bank Indonesia Laporan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I -2011 11

Perkembangan Ekonomi Sementara, impor Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan I-2010 tercatat sebesar 24,95 ribu ton dengan nilai impor mencapai US$30,95 juta. Volume, impor Kalimantan Barat pada periode laporan tersebut tumbuh sebesar 43,72% dibandingkan triwulan I- 2010. Secara umum, impor Kalimantan Barat masih di dominasi oleh impor mesin dan alatalat transportasi dengan pangsa sebesar 37% terhadap total impor Kalimantan Barat. Selanjutnya, barang impor Kalimantan Barat terutama berupa kapal laut dan barang terapung lainnya. C. Investasi Investasi di Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan I-2011 masih tumbuh cukup baik. Kondisi ini antara lain tercermin dari pembentukan modal tetap bruto (PMTB) yang tumbuh sebesar 9,34% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2010 maupun triwulan IV-2010. Pertumbuhan investasi tersebut antara lain dipengaruhi oleh dimulainya pengerjaan jembatan Tayan seiring dengan peningkatan kegiatan pertambangan bauksit. Selain itu, iklim usaha pada triwulan I-2011 yang lebih baik juga memberikan dampak positif terhadap realisasi investasi pada periode laporan. Pertumbuhan investasi tersebut antara lain diindikasikan oleh impor barang modal dan penyaluran kredit produktif. Volume impor barang modal pada periode laporan tercatat sebesar 9,21 ribu ton atau lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2010 sebesar 2,76 ribu ton. Selanjutnya, penyaluran kredit produktif oleh perbankan di Kalimantan Barat juga menunjukkan peningkatan. Pada triwulan I-2011 penyaluran kredit produktif tersebut mencapai Rp176,85 miliar atau tumbuh sebesar 27% dari triwulan I-2010. Grafik 1.8. Impor Barang Modal Grafik 1.9. Penyaluran Kredit Produktif kg 40,000,000 35,000,000 30,000,000 25,000,000 20,000,000 15,000,000 10,000,000 5,000,000 0 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 200% 150% 100% 50% 0% -50% -100% Jutaan Rp 200,000 180,000 160,000 140,000 120,000 100,000 80,000 60,000 40,000 20,000 - Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% 2008 2009 2010 2011 2009 2010 2011 volume pertumbuhan (yoy) Nilai Pertumbuhan (yoy) Sumber : LBU Bank Umum di Kalbar Sumber : LBU Bank Umum di Kalbar Sementara itu, investasi yang bersumber dari proyek-proyek pemerintah masih cenderung belum optimal. Hal ini antara lain dipengaruhi oleh siklus pelaksanaan proyek Laporan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I -2011 12

Perkembangan Ekonomi pemerintah. Pada triwulan I, proses pelaksanaan proyek pemerintah masih berada pada tahap pemenuhan syarat administrasi dan pelelangan jasa pengerjaan proyek pemerintah. 1.3. PDRB SEKTORAL Seperti halnya pada sisi penggunaan, kinerja perekonomian Provinsi Kalimantan Barat secara sektoral juga menunjukkan pergerakan yang cukup baik dimana seluruh sektor tercatat mengalami pertumbuhan pada triwulan I-2010. Kinerja perekonomian pada periode laporan tersebut terutama didorong oleh kinerja sektor pertanian, sektor angkutan dan komunikasi, serta sektor perdagangan, hotel dan restoran dimana kontribusi masingmasing sektor tersebut sebesar 1,10%, 0,95% dan 0,75%. Ketiga sektor tersebut mengalami pertumbuhan tinggi masing-masing sebesar 3,90% (yoy), 10,63% (yoy), dan 3,57%(yoy). Tabel 1.5 Pertumbuhan PDRB Sektoral 2010 2011 SEKTOR Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 1. Pertanian 4.40% 1.58% 2.96% 7.24% 3.90% 2. Pertambangan & Penggalian 7.53% 7.06% 8.52% 11.32% 12.21% 3. Indus tri P engolahan 1.54% 2.28% 1.77% 2.37% 2.69% 4. Lis trik,gas & Air Bers ih 1.88% 2.72% 7.27% 7.88% 6.31% 5. Bangunan 5.47% 8.02% 10.14% 6.66% 7.20% 6. P erdagangan, Hotel & R es toran 4.84% 6.71% 8.06% 2.45% 3.57% 7. Angkutan & Komunikasi 11.43% 10.06% 14.38% 11.26% 10.63% 8. Keuangan, P ers ewaan & J asa P erusahaan 4.06% 5.23% 5.75% 5.60% 7.87% 9. J as a - jasa 3.43% 7.49% 4.73% 8.00% 6.72% PDRB 4.60% 5.06% 5.89% 5.79% 5.13% Sumber: data BPS Prov. Kalbar diolah Sumber: data BPS Prov. Kalbar diolah Tabel 1.6 Kontribusi Sektoral Terhadap Pertumbuhan 2010 2011 SEKTOR Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 1. Pertanian 1.24% 0.39% 0.74% 1.72% 1.10% 2. Pertambangan & Penggalian 0.13% 0.12% 0.15% 0.19% 0.21% 3. Indus tri P engolahan 0.27% 0.40% 0.31% 0.40% 0.45% 4. Lis trik,gas & Air Bers ih 0.01% 0.01% 0.03% 0.03% 0.03% 5. Bangunan 0.43% 0.66% 0.83% 0.56% 0.57% 6. P erdagangan, Hotel & R es toran 1.01% 1.44% 1.70% 0.52% 0.75% 7. Angkutan & Komunikasi 0.96% 0.88% 1.26% 1.03% 0.95% 8. Keuangan, P ers ewaan & J asa P erusahaan 0.22% 0.30% 0.32% 0.31% 0.43% 9. J as a - jasa 0.33% 0.85% 0.56% 1.03% 0.65% PDRB 4.60% 5.06% 5.89% 5.79% 5.13% Laporan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I -2011 13

Perkembangan Ekonomi Selanjutnya, struktur ekonomi Provinsi Kalimantan Barat masih didominasi oleh sektor pertanian, perdagangan hotel dan restoran, serta sektor industri pengolahan. Ketiga sektor tersebut membentuk sekitar 65% terhadap total PDRB sedangkan 35% dibentuk oleh enam sektor lainnya dimana setiap sektor memiliki pangsa kurang dari 10% terhadap total PDRB. Dengan demikian, pergerakan ketiga sektor dominan tersebut berpotensi mempengaruhi kinerja perekonomian Provinsi Kalimantan Barat. Grafik 1.10 Pangsa Tiap Sektor Terhadap PDRB 9. Jasa- jasa 9.81% 8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 7. Angkutan & Komunikasi 5.61% 9.37% 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 20.68% 5. Bangunan 8.04% 4. Listrik,Gas & Air Bersih 0.43% 3. Industri Pengolahan 16.33% 2. Pertambangan & Penggalian 1.86% 1. Pertanian 27.86% 0% 10% 20% 30% Sumber : data BPS Prov. Kalbar diolah A. Sektor Pertanian Sektor pertanian pada triwulan I-2011 tumbuh sebesar 3,90% (yoy) sedikit lebih lambat jika dibandingkan pertumbuhan pada triwulan I-2010 sebesar 4,40%. Perlambatan tersebut antara lain dipengaruhi oleh anomali cuaca. Kondisi tersebut antara lain berdampak terhadap penurunan luas panen. Berdasakan angka ramalan (ARAM) I 2011, produksi padi di Kalimantan Barat sebesar 1,35 juta ton atau tumbuh sebesar 0,93% dibandingkan tahun 2010 dimana produksi padi meningkat sebesar 2,94%. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh turunnya luas panen padi. Terjadinya hujan di Kalimantan Barat, menjadi salah satu faktor yang menyebabkan peningkatan gagal panen baik karena sawah terendam air atau meningkatnya serangan hama. Laporan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I -2011 14

Perkembangan Ekonomi Tabel 1.7. Angka Ramalan Padi Kalimantan Barat Uraian AT AP 2009 AS E M 2010 AR AM I 2011 Luas Panen (Ha) 418,929 428,461 425,262 Hasil per hektar (ku/ha) 31.05 31.25 31.78 P roduks i (ton) 1,300,798 1,339,044 1,351,450 P ertumbuhan Luas Panen (Ha) -1.10% 2.28% -0.75% Hasil per hektar (ku/ha) -0.48% 0.65% 1.69% P roduks i (ton) -1.56% 2.94% 0.93% Sumber: data BPS Prov. Kalbar diolah Meskipun tanaman bahan makanan cenderung mengalami penurunan, namun kinerja sub sektor perkebunan masih menunjukkan kinerja yang cukup baik. Secara umum, sub sektor perkebunan di Kalimantan Barat masih didominasi oleh karet dan sawit. Hal tersebut antara lain ditandai dengan volume ekspor sawit dan ekspor karet yang meningkat. Grafik 1.11 Produksi Tandan Buah Segar Sawit Kg 1,200,000,000 1,000,000,000 800,000,000 600,000,000 400,000,000 200,000,000 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% -10% - Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1-20% 2009 2010 2011 Volume Pertumbuhan (yoy) Sumber: data Disbun Prov. Kalbar diolah Selain perkebunan dan tanaman bahan makanan, sub sektor peternakan juga memiliki pangsa yang cukup dominan dalam pembentukan sektor pertanian. Pada triwulan I-2011 jumlah pemotongan ternak mencapai 18 juta ekor yang digolongkan dalam ternak besar, ternak kecil, ternak unggas, dan aneka ternak. Berdasarkan jenisnya, pemotongan ternak tersebut masih didominasi oleh ternak unggas khususnya ayam ras pedaging sebanyak 14,79 juta ekor atau mencapai 82% dari total pemotongan ternak pada periode laporan. Laporan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I -2011 15

Perkembangan Ekonomi B. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pada triwulan I-2011, sektor perdagangan hotel, dan restoran (PHR) tumbuh sebesar 3,57% (yoy), lebih lambat dari triwulan I-2010. Hal tersebut antara lain tercermin dari volume bongkar PT. Pelindo II Cabang Pontianak sebesar 908,83 ribu ton atau meningkat 16% (grafik 1.12) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Meskipun melambat, namun kinerja sektor PHR masih cukup baik sebagaimana ditandai dengan masih cukup besarnya penyaluran pembiayaan perbankan ke sektor perdagangan sebesar Rp3,44 triliun atau meningkat 30% (yoy) pada triwulan I-2011. Selanjutnya, penerimaan pajak hotel dan restoran pada triwulan I-2011 juga menunjukkan peningkatan. Pada periode laporan, penerimaan pajak hotel di Kalimantan Barat mencapai Rp1,72 miliar (grafik 1.14) atau meningkat sebesar 22% (yoy). Hal ini antara lain dipengaruhi oleh adanya kegiatan-kegiatan pemerintah daerah seperti Musrenbang baik ditingkat kabupaten maupun provinsi. Seperti halnya pajak hotel, penerimaan pajak restoran juga tercatat mengalami peningkatan sebesar 25% (yoy) dimana pajak restoran mencapai Rp3,56 Miliar (grafik 1.15). Grafik 1.12 Volume Bongkar Barang Grafik 1.13 Kredit Sektor Perdagangan Ton 1,200,000 1,000,000 800,000 600,000 400,000 200,000 - Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% -10% -20% -30% Miliar Rp 4,000 3,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1,000 500 - Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% 2008 2009 2010 2011 2008 2009 2010 2011 Dalam Negeri Luar Negari Pertumbuhan (yoy) Nilai Pertumbuhan (yoy) Sumber. PT Pelindo II Cab. Pontianak Sumber: LBU Bank Umum di Kalbar Grafik 1.14 Pajak Hotel Grafik 1.15 Pajak Restoran 2,500 70% 6,000 120% Jutaan 2,000 1,500 1,000 500 60% 50% 40% 30% 20% 10% Jutaan 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 100% 80% 60% 40% 20% - 0% - 0% Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 2009 2010 2011 2009 2010 2011 Pajak Hotel Pertumbuhan (yoy) Nilai Pertumbuhan (yoy) Sumber: data Dispenda Prov Kalbar diolah Sumber: data Dispenda Prov Kalbar diolah Laporan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I -2011 16

Perkembangan Ekonomi Secara umum, kinerja sektor PHR pada periode laporan antara lain dipengaruhi oleh adanya perayaan Imlek, Cap Go Meh, dan Sembahyang Kubur yang dirayakan khususnya oleh masyarakat Tionghoa di Kalimantan Barat. Selain itu, membaiknya pendapatan masyarakat yang berdampak terhadap peningkatan daya beli juga memberikan iklim yang positif bagi kinerja sektor PHR pada periode laporan. C. Sektor Angkutan Dan Komunikasi Sektor Angkutan dan komunikasi pada triwulan I-2011 tercatat tumbuh sebesar 10,63% (yoy) dimana pertumbuhan tersebut merupakan tertinggi kedua setelah sektor pertambangan. Meski pertumbuhan sektor angkutan dan komunikasi tersebut tidak setinggi periode-periode sebelumnya namun kinerja sektor angkutan dan komunikasi telah menyumbang 0,95% terhadap pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat Pada triwulan I- 2011. Pertumbuhan sektor ini antara lain dipengaruhi oleh meningkatnya mobilitas penduduk khususnya yang menggunakan transportasi angkutan udara. Jumlah penumpang angkutan udara pada triwulan I-2011 sebanyak 245,85 ribu orang atau meningkat 10,71% dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Kondisi tersebut antara lain dipengaruhi oleh adanya perayaan Imlek dan Cap Go Meh yang berlangsung pada awal tahun. Selanjutnya, kinerja sub sektor komunikasi terus menunjukkan peningkatan seiring dengan meningkatnya penggunaan telephone seluler oleh masyarakat Kalimantan Barat. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap telekomunikasi sementara harga peralatan dan tarif telekomunikasi semakin terjangkau oleh masyarakat. Grafik 1.16 Penumpang Angutan Udara Di Kalimantan Barat Orang 300,000 250,000 200,000 150,000 100,000 50,000 25.00% 20.00% 15.00% 10.00% 5.00% 0.00% -5.00% - Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1-10.00% 2008 2009 2010 2011 Jumlah Penumpang Pertumbuhan (yoy) Sumber: Bandara Supadio Pontianak Laporan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I -2011 17

Perkembangan Ekonomi D. Sektor Lainnya Industri pengolahan merupakan salah satu sektor yang cukup besar dalam membentuk PDRB Provinsi Kalimantan Barat. Pada triwulan I-2011, sektor industri pengolahan tercatat tumbuh 2,69% (yoy) dengan kontribusi terhadap pertumbuhan sebesar 0,45%. Kinerja sektor industri pengolahan pada periode laporan antara lain dipengaruhi oleh meningkatnya produksi CPO dan karet di Kalimantan Barat sebagaimana tercermin dari ekspor masing-masing sebesar 14,25 ribu ton dan 137,43 ribu ton. Ekspor komoditi tersebut tercatat mengalami peningkatan dibandingkan periode sebelumnya. Kinerja industri CPO dan Karet yang cenderung mengalami peningkatan antara lain juga dipengaruhi oleh meningkatnya harga kedua komoditi tersebut di tingkat internasional. Grafik 1.17 Volume ekspor Lemak dan Minyak Hewani/Nabati Grafik 1.18 Volume ekspor Karet dan Barang Dari Karet kg 12,000,000 10,000,000 8,000,000 6,000,000 4,000,000 2,000,000 0 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 kg 35,000,000 30,000,000 25,000,000 20,000,000 15,000,000 10,000,000 5,000,000 0 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 2009 2010 2011 100% 80% 60% 40% 20% 0% -20% -40% -60% -80% 2009 2010 2011 Volume Pertumbuhan (yoy) Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia Sektor pertambangan tercatat sebagai sektor yang mangalami pertumbuhan paling tinggi yaitu sebesar 12,21% (yoy) pada triwulan I-2011 Kinerja sektor pertambangan tersebut menunjukkan trend yang semakin meningkat. Kontribusi sektor pertambangan terhadap pertumbuhan ekonomi tercatat sebesar 0,21%. Hal tersebut dipengaruhi oleh pangsa sektor pertambangan yang hanya sebesar 1,86% terhadap total PDRB. Meningkatnya kinerja sektor pertambangan pada periode laporan antara lain dipengaruhi oleh meningkatnya aktivitas pertambangan bauksit Provinsi Kalimantan Barat. Sejalan dengan menggeliatnya bisnis properti, kinerja sektor bangunan juga mengalami percepatan sebesar 7,20% (yoy) pada triwulan I-2011. Pertumbuhan tersebut tercatat lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2010 dimanan sektor bangunan tercatat tumbuh sebesar 5,47% (yoy). Selanjutnya sumbangan, sektor bangunan terhadap pertumbuhan ekonomi tercatat sebesar 0,57%. Prompt indikator pendukung tercermin dari Laporan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I -2011 18

Perkembangan Ekonomi pertumbuhan transaksi penyaluran semen di Kalimantan Barat sebanyak 158,18 ribu ton atau meningkat 7,63% dari triwulan I-2010. Pada triwulan I-2011, sektor keuangan tercatat tumbuh sebesar 7,87% (yoy) lebih tinggi dibandingkan periode-periode sebelumnya. Kontribusi sektor keuangan terhadap pertumabuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Barat tercatat sebesar 0,43%. Meningkatnya kinerja sektor keuangan tersebut antara lain dipengaruhi oleh kondisi perekonomian Provinsi Kalimantan Barat yang semakin baik. Kinerja sektor keuangan tersebut diindikasikan oleh asset bank umum di Kalimantan Barat yang mencapai Rp27,40 triliun atau meningkat 20,44%(yoy) pada triwulan I-2011. Grafik 1.19. Aset Bank Umum Di Kalimantan Barat Miliar 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 25% 20% 15% 10% 5% - Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 0% 2008 2009 2010 2011 Nilai Pertumbuhan (yoy) Sumber: LBU Bank Umum Kalimantan Barat Kinerja sektor jasa-jasa pada triwulan I-2011 tercatat sebesar 6,72% (yoy) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya dimana sektor jasa-jasa tumbuh sebesar 3,43% (yoy). Kontribusi sektor jasa-jasa terhadap pertumbuhan ekonomi pada periode laporan sebesar 0,65%. Meningkatnya kinerja sektor jasa-jasa antara lain diindikasikan oleh meningkatnya pajak reklame sebeser 14% secara tahunan. Peningkatan tersebut sejalan dengan semakin baiknya iklim usaha di Kalimantan Barat. Grafik 1.20. Penerimaan Pajak Reklame Jutaan Rp 2,000 1,800 1,600 1,400 1,200 1,000 800 600 400 200 - Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 200% 150% 100% 50% 0% -50% 2009 2010 2011 Nilai Pertumbuhan (yoy) Sumber: data Dispenda Kota Pontianak Laporan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I -2011 19

Perkembangan Ekonomi Sektor lainnya yang memiliki pangsa PDRB terkecil, yaitu sektor Listrik, Gas dan Air Bersih (LGA), mengalami pertumbuhan 6,31% (yoy) dengan kontribusi terhadap pertumbuhan sebesar 0,03% pada triwulan I-2011. Laju pertumbuhan sektor LGA pada periode laporan antara lain dipegaruhi oleh berkembangnya bisnis properti di Kalimantan Barat sehingga meningkatkan jumlah pelanggan baik untuk listrik maupun air bersih. Laporan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I -2011 20

Perkembangan Ekonomi Boks 1. PENGEMBANGAN UMKM MELALUI POLA KLASTER Pengembangan perekonomian rakyat melalui penguatan sektor ril merupakan salah satu upaya dari Bank Indonesia yang direalisasikan melalui kerjasama dengan pemerintah daerah setempat. Sasaran pemberdayaan ekonomi dalam kerjasama ini adalah para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Hal ini dilatarbelakangi oleh besarnya potensi UMKM yang perlu diefektifkan sebagai motor penggerak perekonomian nasional setelah mengalami krisis ekonomi yang cukup panjang. Hal penting lainnya adalah kenyataan bahwa era globalisasi saat ini sedang berlangsung, Indonesia akan mengalami derasnya arus masuk produk dari negara lain yang akan bersaing dengan produk dalam negeri. Karena itu Bank Indonesia berinisiatif memfasilitasi kegiatan yang mendorong pertumbuhan di sektor riil, salah satunya adalah dengan pembentukan klaster. Merujuk pada hal tersebut, maka Bank Indonesia Pontianak berinisiatif untuk memfasilitasi kegiatan pembentukan klaster UMKM di Kalimantan Barat. Salah satu definisi klaster adalah upaya untuk mengelompokkan industri/usaha inti yang saling berhubungan, baik industri pendukung, industri terkait, jasa penunjang, infrastruktur ekonomi, penelitian, pelatihan, pendidikan, informasi, teknologi, sumber daya alam, serta lembaga-lembaga terkait. Klaster juga merupakan cara untuk mengatur beberapa aktivitas pengembangan ekonomi. Pendekatan klaster dinilai strategis karena bersifat terintegrasi, meningkatkan daya tawar dan lebih menguntungkan, tidak hanya efisiensi biaya tetapi juga bagi pengembangan ekonomi wilayah. Pendekatan klaster juga mampu menstimulasi inovasi melalui pertukaran pengalaman dan pengetahuan antar pelaku dalam hubungan hulu-hilir serta mampu memberikan kerangka untuk menghadapi tantangan globalisasi. Disamping itu klaster juga mendorong peningkatan keterkaitan sosial dan peningkatan keahlian masing-masing anggota klaster. Klaster di Indonesia umumnya belum berkembang dan berada dalam kondisi dormant (90%), namun masih potensial untuk dikembangkan. Merujuk pada kondisi klaster yang umum Laporan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I -2011 21

Perkembangan Ekonomi ada di Indonesia, maka klaster pemula yang sesuai untuk dibentuk berawal dari sentra. Sentra yang dihubungkan dengan pola klaster misalnya sentra bahan baku, sentra produksi, sentra pemasaran, dan faktor terkait lainnya. Bank Indonesia Pontianak pada tahun 2011 telah membentuk sebuah klaster di Kabupaten Sambas yakni klaster produk turunan buah kelapa. Seleksi komoditi didasarkan pada beberapa kajian yang pernah dilaksanakan oleh Bank Indonesia Pontianak seperti Base Line Economic Survey pada tahun 2008 dimana kelapa merupakan salah satu komoditi unggulan, juga dari kajian BI Pontianak tentang potensi usaha produk turunan buah kelapa pada tahun 2010, dan didasari pula pada informasi dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Kabupaten Sambas tentang wilayah agrobisnis kelapa di Kabupaten Sambas, serta informasi dari Dinas Koperasi UMKM Perindustrian dan Perdagangan (Diskumindag) Kabupaten Sambas tentang Sentra Usaha Kelapa di Kabupaten Sambas. Pengembangan klaster produk turunan kelapa juga akan memberikan dampak positif pada lingkungan dan perekonomian rakyat setempat dimana limbah perkebunan kelapa akan dimanfaatkan secara ekonomis. Hasil pertemuan awal menunjukkan dukungan yang kuat dari pemerintah daerah setempat, dan hasil kunjungan ke lapangan memperlihatkan kesiapan para pelaku usaha sudah memadai. Dari sisi suplai terdapat dukungan bahan baku dari kebun kelapa yang mencapai luas 23.000 hektar. Dari sisi permintaan, masih besarnya kebutuhan luar negeri untuk produk sabut kelapa dan arang tempurung juga menjadi faktor pendorong pengembangan klaster usaha ini. Dari sisi Sumber Daya Manusia, pelaku usaha yang ada di Kabupaten Sambas telah banyak menerima pelatihan teknis untuk memproduksi berbagai produk olahan seperti keset sabut, tali sabut, serabut berkaret, minyak goreng, asap cair, furniture, pupuk organik, dan kerajinan. Produk dari kelapa yang masih dapat dikembangkan lebih lanjut antara lain lembar sabut (coco blanket), jaring sabut (coco net) dan pot sabut untuk ekspor, nata de coco, kecap air kelapa, bio fuel, obat nyamuk bakar, lotion anti nyamuk, body lotion, briket arang, karbon aktif, santan dan juga tekstil dari serat sabut untuk gordyn. Diversifikasi produk tentunya harus disesuaikan dengan permintaan pasar yang ada. Setelah fase persiapan pemilihan klaster dilaksanakan, tindak lanjut berikutnya adalah membuat Nota Kesepahaman (MoU) antara Bank Indonesia Pontianak dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Sambas, kemudian dilanjutkan dengan pembentukan klaster kelapa dan memberikan bantuan teknis berupa Laporan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I -2011 22

Perkembangan Ekonomi pelatihan sesuai dengan permasalahan yang ditemui pada saat survei di lapangan. Pelatihan tahap awal yang diberikan adalah pelatihan kewirausahaan dengan materi motivasi berwirausaha dan manajemen pengelolaan usaha, bekerjasama dengan Pemda Sambas dan Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Barat. Pelatihan ini secara resmi dibuka oleh Bapak Bupati Sambas, Burhanudin A. Rasyid, dihadiri oleh Pemimpin Bank Indonesia Pontianak Bapak Hilman Tisnawan dan Direktur Utama Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Barat Bapak Sudirman HMY. Setelah pelatihan para anggota klaster mulai menjalankan aktivitas produksi dan menerima bimbingan teknis secara berkala. Evaluasi akan dilakukan pada setiap akhir semester yang meliputi perkembangan skala usaha, peningkatan kapasitas produksi, peningkatan penjualan, peningkatan pendapatan, peningkatan laba dan peningkatan jumlah tenaga kerja. Pada akhir bulan Mei 2011 produkproduk klaster akan turut dipamerkan dalam kegiatan Gelar Dagang dan Bisnis Expo di Pontianak Kalimantan Barat. Laporan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I -2011 23

Perkembangan Inflasi BAB 5. II PERKEMBANGAN INFLASI 2.1. Gambaran Umum Inflasi tahunan Kalimantan Barat 1 pada triwulan I-2011 sebesar 7,10% (y-o-y) atau lebih rendah dibandingkan inflasi tahunan triwulan IV-2010 yang sebesar 8,27%. Inflasi tahunan tersebut lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional yang sebesar 6,65% (Grafik 2.1). Inflasi tahunan tersebut bersumber dari inflasi Kota Pontianak sebesar 7,37% dan inflasi Kota Singkawang sebesar 5,82%. Tren pencapaian inflasi yang lebih rendah juga ditunjukkan inflasi triwulanan Kalimantan Barat pada triwulan I-2011 yang sebesar 1,58% (q-t-q), lebih rendah dibandingkan inflasi triwulanan periode sebelumnya. Sementara inflasi triwulanan nasional triwulan I-2011 sebesar 0,70% (Grafik 2.2). Nasional Kalbar % (y-o-y) Nasional % (q-t-q) Kalbar 4.73 3.33 2.79 8.68 8.27 7.02 3.65 4.99 5.19 2.38 2.78 4.22 3.43 5.46 5.055.25 6.67 5.80 6.96 7.10 6.65 0.36 1.48 0.25 2.07 0.49 1.41 2.69 0.99 0.05 1.59 0.63 0.70 1.58 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I 2009 2010 2011 Sumber: BPS Kalimantan Barat, diolah Grafik 2.1. Inflasi Tahunan Kalimantan Barat dan Nasional Tw I -0.15 Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I -0.86 2009 2010 2011 Sumber: BPS Kalimantan Barat, diolah Grafik 2.2. Inflasi Triwulanan Kalimantan Barat dan Nasional Kecuali pada bulan Maret 2011, selama triwulan IV-2010 inflasi bulanan Kalimantan Barat selalu lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional (Grafik 2.3). Inflasi bulanan Kalimantan Barat dan nasional menunjukkan tren V-shape yang saling berlawanan selama triwulan IV-2010. Pada bulan Januari, inflasi di Kalimantan Barat sebesar 1,08% (m-t-m), sementara di tingkat nasional inflasi sebesar 0,89%. Pada bulan Februari, inflasi Kalimantan Barat meningkat menjadi sebesar 1,21%, sedangkan inflasi nasional melemah menjadi sebesar 0,13%. Pada akhir triwulan I-2011, terjadi deflasi di Kalimantan Barat sebesar -0,71%, lebih rendah dibandingkan kondisi nasional yang mengalami inflasi sebesar 0,32% (Grafik 2.3). 1 Gabungan dari inflasi dua kota yaitu Pontianak dan Singkawang dengan bobot yang disesuaikan terhadap inflasi nasional. 24

Perkembangan Inflasi Inflasi triwulan I-2011 dipicu oleh kenaikan harga komoditas bahan makanan khususnya beras, jeruk, nanas, ikan segar, dan cabe rawit yang disebabkan belum masuknya panen raya terutama di bulan Januari dan awal Februari 2011. Selain kelompok bahan makanan, dua kelompok yang mempunyai andil %(m-t-m) 3.00 2.00 1.00 0.00-1.00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 Sumber: BPS Kalimantan Barat, diolah 2010 2011 Nasional 0.84 0.30-0.1 0.15 0.29 0.97 1.57 0.76 0.44 0.06 0.60 0.92 0.89 0.13 0.32 Kalbar 1.29 0.53 0.85 0.07-0.3 0.30 2.82 0.96 0.88-0.4 0.29 0.76 1.08 1.21-0.7 Grafik 2.3. Inflasi Bulanan Kalimantan Barat dan Nasional terbesar pada peningkatan laju inflasi selama triwulan I-2011 adalah kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan yang dipicu oleh kenaikan ongkos angkutan udara terkait perayaan hari besar etnis Tionghoa Imlek dan Cap Go Meh. 2.2. Inflasi Tahunan Kecuali kelompok bahan makanan dan kelompok transportasi, semua kelompok barang dan jasa mengalami kenaikan laju inflasi tahunan (Tabel 2.1). Kelompok bahan makanan mengalami penurunan laju inflasi terbesar yaitu dari 16,51% (y-o-y) pada triwulan IV-2010 menjadi 11,61% pada triwulan I-2011. Meskipun mengalami penurunan laju inflasi, inflasi kelompok bahan makanan masih yang terbesar. Tabel 2.1. Inflasi Tahunan di Kalimantan Barat Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%-yoy) 2009 2010 2011 Andil Kelompok Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw IV- 2010 Tw I- 2011 Bahan Makanan 4.18 8.51 9.26 10.73 16.51 11.61 4.42 3.11 Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 7.16 4.83 3.80 3.67 3.96 4.42 0.75 0.84 Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 2.98 2.59 3.45 5.54 6.00 6.73 1.36 1.53 Sandang 6.85 1.65 3.16 4.77 3.79 6.02 0.23 0.36 Kesehatan 4.54 4.27 3.11 3.72 2.25 3.52 0.09 0.14 Pendidikan, rekreasi dan olahraga 11.91 12.15 10.76 2.55 1.93 2.57 0.13 0.17 Transpor, komunikasi dan jasa keuangan -1.29 4.77 2.31 8.49 10.06 6.70 1.50 1.00 Umum 4.22 5.46 5.25 6.67 8.27 7.10 8.27 7.10 Sumber: BPS Kalimantan Barat, diolah Adapun sebanyak lima kelompok yang mengalami kenaikan laju inflasi tahunan, dengan kelompok yang mengalami kenaikan laju inflasi terbesar adalah kelompok sandang dari 3,79% menjadi 6,02% pada triwulan I-2011. Kenaikan tersebut dipicu oleh kenaikan harga komoditas sub kelompok barang pribadi dan sandang lainnya yaitu harga emas perhiasan dan tas tangan wanita. 25

Perkembangan Inflasi Umum Transpor Pendidikan Kesehatan Sandang Perumahan Makanan Jadi Bahan Makanan 1.00 0.17 0.14 0.36 1.53 0.84 2.57 3.52 3.11 4.42 Sumber: BPS Kalimantan Barat, diolah 7.10 7.10 6.70 6.02 6.73 Grafik 2.4. Inflasi Tahunan dan Andil Inflasi Kalimantan Barat Menurut Kelompok Barang dan Jasa Sejalan dengan inflasi tahunan, andil inflasi tahunan tertinggi diberikan oleh kelompok bahan makanan yang mencapai 3,11%. Kenaikan harga bahan makanan khususnya beras terus berlanjut. Panen raya yang sedikit bergeser sempat menyebabkan inflasi harga beras terus naik di awal Januari hingga pertengahan bulan Februari 2011. Selain beras, komoditas yang juga signifikan mempengaruhi inflasi kelompok bahan makanan adalah buah jeruk, daging ayam ras, minyak goreng dan beberapa jenis ikan segar. Kelompok yang juga memberikan andil inflasi tahunan terbesar kedua adalah kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (1,53%). Gangguan transportasi akibat karamnya kapal bermuatan semen di muara sungai Kapuas mengakibatkan kenaikan harga semen dan bahan bangunan lainnya seperti seng, batako, keramik, dan pasir. Selain karena kenaikan harga bahan bangunan, inflasi kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar juga disebabkan oleh penyesuain harga sewa/kontrak rumah dan ongkos pembantu rumah tangga. 11.61 inflasi andil 0.00 5.00 10.00 15.00 % (y-o-y) 2.3. Inflasi Triwulanan Hampir semua kelompok barang dan jasa mengalami kenaikan laju inflasi triwulanan (Tabel 2.2). Kenaikan inflasi terbesar dialami oleh kelompok kesehatan yaitu dari deflasi sebesar -0,24% (q-t-q) pada triwulan IV-2010, menjadi inflasi sebesar 2,13% pada triwulan I-2011. Kenaikan pada kelompok kesehatan bersumber pada kenaikan sub kelompok perwatan jasmani dan kosmetik (3,94%) dan sub kelompok jasa perawatan jasmani (3,08%). Adapun inflasi kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar disebabkan oleh kendala distribusi bahan bangunan yaitu tenggelamnya kapal pengangkut semen di muara sungai Kapuas dan menghambat alur pelayaran menuju pelabuhan Pontianak. Lamanya proses evakuasi yang mencapai 23 hari menyebabkan harga bahan bangunan mengalami kenaikan. 26

Perkembangan Inflasi Tabel 2.2. Inflasi Triwulanan di Kalimantan Barat Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%-qtq) Kelompok 2009 2010 Tw IV Bahan Makanan -4.06 7.15 0.23 7.47 0.94 2.65 0.25 0.71 Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0.64 0.94 0.14 1.90 0.93 1.38 0.18 0.26 Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0.41 0.90 1.30 2.84 0.85 1.59 0.19 0.36 Sandang 2.66-1.37 1.13 2.32 1.70 0.75 0.10 0.05 Kesehatan 1.20 0.87 0.60 1.00-0.24 2.13-0.01 0.08 Pendidikan, rekreasi dan olahraga 0.74 0.25-0.08 1.62 0.13 0.88 0.01 0.06 Transpor, komunikasi dan jasa keuangan -1.97 3.57-2.78 9.92-0.56 0.41-0.08 0.06 Umum -0.86 2.69 0.05 4.73 0.63 1.58 0.63 1.58 Sumber: BPS Kalimantan Barat, diolah Tw I Tw II Tw III Tw IV 2011 Tw I Tw IV- 2010 Andil Tw I- 2011 Umum Transpor Pendidikan Kesehatan Sandang Perumahan Makanan Jadi Bahan Makanan 0.41 0.06 0.06 0.08 0.05 0.36 0.26 0.71 0.88 0.75 Sumber: BPS Kalimantan Barat, diolah 1.38 1.58 1.58 1.59 2.13 2.65 0.00 1.00 2.00 3.00 inflasi andil % (q-t-q) Grafik 2.5. Inflasi Triwulanan dan Andil Inflasi Kalimantan Barat Menurut Kelompok Barang dan Jasa Inflasi triwulanan yang tertinggi dialami oleh kelompok bahan makanan. Kondisi tersebut dipicu oleh kenaikan harga komoditas beras, buah jeruk, daging ayam ras, minyak goreng dan beberapa jenis ikan segar. Sejalan dengan inflasinya, andil yang diberikan oleh kelompok bahan makanan juga menjadi yang terbesar yaitu sebesar 0,71%. 2.3.1. Kelompok Bahan Makanan Inflasi kelompok bahan makanan pada triwulan I-2011 sebesar 2,45% (q-t-q) dengan andil sebesar 0,71%, atau lebih tinggi dibandingkan inflasi triwulan IV- 2010 yang sebesar 0,94% dengan andil sebesar 0,25%. Hampir seluruh sub kelompok mengalami peningkatan laju inflasi triwulanan. Sub kelompok buah-buahan mengalami peningkatan inflasi tertinggi yaitu dari 5,27% menjadi 15,31%. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh meningkatnya permintaan buah jeruk dan nanas sebagai buah khas dalam perayaan Imlek dan Cap Go Meh. Sub kelompok lainnya yang mengalami kenaikan inflasi cukup tinggi adalah ikan segar. Kondisi tersebut dipicu oleh sulitnya memperoleh bahan bakar solar untuk mejalankan mesin kapal. Kelangkaan 27

Perkembangan Inflasi bahan bakar tersebut merupakan dampak langsung musibah kapal karam di muara sungai yang mengganggu arus pelayaran kapal pengangkut BBM. Sebaliknya sub kelompok yang mengalami deflasi terbesar adalah sub kelompok sayur-sayuran yaitu sebesar -1,28% dengan andil sebesar -0,03%. Andil inflasi tertinggi diberikan oleh sub buah-buahan (0,26%). Buah jeruk menyumbang andil sebesar 0,13%, sementara nanas menyumbang andil sebesar 0,01%. Andil komoditas beras terhadap inflasi Kota Pontianak ada triwulan I- 2011 adalah sebesar 0,09%. Kondisi tersebut jauh lebih rendah dibandingkan andil yang diberikan komoditas beras pada triwulan IV- 2010 yang mencapai 0,17%. Meskipun belum serempak, namun panen padi di beberapa sentra pertanian cukup membantu mengurangi tekanan inflasi. Bahan Makanan Lainnya Lemak dan Minyak Bumbu - bumbuan Buah - buahan Kacang - kacangan -1.28 Sayur-sayuran -0.03 Telur, Susu dan Hasil-hasilnya Ikan Diawetkan Ikan Segar Daging dan Hasil-hasilnya Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya BAHAN MAKANAN -0.19-0.01 Sumber: BPS Kalimantan Barat, diolah Grafik 2.6. Inflasi dan Andil Inflasi Kalimantan Barat Triwulan I-2011 Menurut Kelompok Bahan Makanan 0.00 0.10 0.12 0.26 0.03 0.07 0.03 0.46 0.02 0.16 1.43 0.71 2.37 3.05 2.53 2.65 4.45 6.72 6.36 15.31 inflasi andil % (q-t-q) -4.00 1.00 6.00 11.00 16.00 %-qtq 10.00 8.00 6.00 4.00 2.00 0.00-2.00-4.00-6.00 3.53 Pontianak Singkawang 6.53 3.68 7.66 7.04 0.65-0.08 0.20-1.01 0.12 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I 2009 2010 2011-3.52-4.68 Sumber: BPS Kalimantan Barat, diolah 8.29 3.64 3.55 0.70 1.01 2.46 Grafik 2.7. Inflasi Triwulanan Kelompok Bahan Makanan Kota Pontianak dan Singkawang Laju Inflasi kelompok bahan makanan di kota Pontianak dan kota Singkawang meningkat. Di Kota Pontianak inflasi triwulanan kelompok bahan makanan sebesar 2,46% (q-t-q). Sebagian besar sub kelompok mengalami inflasi, dimana sub kelompok buahbuahan mengalami inflasi triwulanan tertinggi yaitu sebesar 11,34%. Tren serupa terjadi di Kota Singkawang dimana kelompok bahan makanan mengalami inflasi sebesar 3,55%. Senada dengan Kota Pontianak, sumber inflasi 28

Perkembangan Inflasi terbesar kelompok bahan makanan di Kota Singkawang berasal dari sub kelompok buah-buahan dengan inflasi sebesar 33,15%. Sementara itu, terdapat kesamaan sub kelompok yang mengalami deflasi di kedua kota, yaitu sub sayur-sayuran. 2.3.2. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar Inflasi triwulanan kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 1,59% (q-t-q) dengan andil terhadap inflasi umum sebesar 0,36%. Seluruh sub kelompok mengalami inflasi dengan inflasi tertinggi berasal dari sub kelompok biaya tempat tinggal yang mengalami inflasi hingga 2,05% dengan andil sebesar 0.25%. Sementara sub kelompok yang mengalami inflasi terendah adalah sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air yang mengalami inflasi 0,54% dengan andil sebesar 0,03%. Penyelenggaraan rumah tangga Perlengkapan rumah tangga Bahan bakar, penerangan dan air Biaya tempat tinggal PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS DAN BAHAN BAKAR 0.04 0.03 0.54 0.03 0.25 0.36 Sumber: BPS Kalimantan Barat, diolah Grafik 2.10. Inflasi dan Andil Inflasi Kalimantan Barat Triwulan I-2011 menurut Kelompok Perumahan Inflasi kelompok perumahan di kota Pontianak lebih rendah dibandingkan di kota Singkawang. Penyebab inflasi kelompok perumahan di Kota Pontianak adalah sub kelompok perlengkapan rumah tangga. Adapun di Kota Singkawang, inflasi juga disebabkan oleh sub kelompok biaya tempat tinggal. 1.46 1.59 1.80 2.05 0.00 1.00 2.00 3.00 inflasi 2.00 andil 1.50 1.53 %-qtq %-qtq 3.50 3.00 2.50 1.00 0.50 0.00-0.50 0.14 Pontianak Singkawang 0.610.88-0.02 0.97 1.08 0.30 0.05 1.38 0.90 Sumber: BPS Kalimantan Barat, diolah 3.04 2.80 0.94 0.37 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I 1.99 1.50-0.20 2009 2010 2011 Grafik 2.11. Inflasi Triwulanan Kelompok Perumahan Kota Pontianak dan Singkawang 2.3.3. Kelompok Kesehatan Inflasi triwulanan kelompok kesehatan sebesar 2,13% (q-t-q) dengan andil terhadap inflasi umum sebesar 0,08%. Inflasi bersumber dari sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetik yang mengalami inflasi hingga 3,94% dengan andil sebesar 0.07%. 29

Perkembangan Inflasi Perawatan jasmani dan kosmetik Jasa perawatan jasmani Obat-obatan Jasa kesehatan KESEHATAN 0.07 0.01 0.00 0.13 0.00 0.08 Sumber: BPS Kalimantan Barat, diolah Grafik 2.10. Inflasi dan Andil Inflasi Kalimantan Barat Triwulan I-2010 menurut Kelompok Kesehatan 0.67 2.13 3.08 0.00 2.00 4.00 3.94 inflasi andil %-qtq %-qtq 3.00 2.50 2.00 2.09 1.50 1.02 0.92 1.16 1.00 0.51 0.69 0.50 0.66 0.34-0.01 0.15 0.15 0.23 0.00-0.20-0.50 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV-0.39 Tw I -1.00 2.02 2.00 1.81 Sumber: BPS Kalimantan Barat, diolah Pontianak Singkawang 2009 2010 2011 2.55 Grafik 2.11. Inflasi Triwulanan Kelompok Kesehatan Kota Pontianak dan Singkawang Inflasi kelompok perumahan di kota Pontianak lebih tinggi dibandingkan di kota Singkawang. Penyebab inflasi kelompok perumahan di Kota Pontianak dan Kota Singkawang adalah sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetik. 2.4. Disagregasi Inflasi Secara tahunan, inflasi tahunan kelompok komoditas pangan yang harganya bergejolak (volatile foods) masih sangat tinggi (Tabel 2.3). Inflasi volatile foods pada triwulan I-2011 lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya, namun demikian masih mencapai dua digit yaitu sebesar 11,72%. Penurunan laju inflasi juga dialami oleh kelompok komoditas yang harganya diatur pemerintah (administered prices) yang mengalami inflasi sebesar 8,62%. Sementara inflasi inti triwulan I-2011 mengalami kenaikan dibandingkan triwulan IV-2010. Inflasi inti triwulan I-2011 sebesar 4,50%. Kelompok Tabel 2.3. Inflasi Tahunan di Kalimantan Barat Menurut Faktor Penyebabnya (%-yoy) 2009 2010 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Inflasi Inti 7.92 7.08 6.09 5.22 3.78 3.50 3.29 3.34 4.50 Volatile Foods 11.57 4.56 10.49 4.32 9.11 9.59 10.74 16.96 11.72 Administered Prices 7.88 0.22-2.65 1.35 5.55 4.59 10.87 11.88 8.62 U m u m 8.68 4.99 5.19 4.22 5.46 5.25 6.67 8.27 7.10 Sumber: BPS Kalimantan Barat, diolah Secara triwulanan, terjadi kenaikan pada seluruh komponen penyebab inflasi. Kenaikan laju inflasi terbesar dialami oleh kelompok volatile foods yang berasal dari meningkatnya harga komoditas bahan makanan seperti beras, jeruk, dan ikan segar. Sejalan dengan peningkatan tersebut, kelompok inflasi inti dan administered prices juga mengalami kenaikan. Kenaikan pada kelompok administered prices disebabkan meningkatnya ongkos angkutan udara pada saat perayaan Imlek dan Cap Go Meh. 2011 30

Perkembangan Inflasi Tabel 2.4. Inflasi Triwulanan di Kalimantan Barat Menurut Faktor Penyebabnya (%-qtq) Kelompok 2009 2010 2011 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Inflasi Inti 1.64 0.75 2.09 0.65 0.26 0.48 1.88 0.69 1.38 Volatile Foods 2.78-0.28 6.47-4.40 7.49 0.16 7.59 0.96 2.68 Administered Prices -0.33-0.42 3.00-0.87 3.80-1.33 9.19 0.04 0.77 U m u m 1.48 0.25 3.33-0.86 2.69 0.05 4.73 0.63 1.58 Sumber: BPS Kalimantan Barat, diolah 2.4.1. Faktor Fundamental Dari sisi penawaran, ekspektasi kenaikan harga jual di tingkat pengusaha secara tahunan menurun. Meskipun menurun, namun SBT masih berada pada level positif yang artinya masih akan terjadi inflasi. Sektor usaha yang mengalami kenaikan harga jual tertinggi adalah sektor industri pengolahan dengan nilai SBT sebesar 10,41%. Sementara sektor lain yang juga mengalami kenaikan SBT cukup signifikan adalah sektor bangunan (3,76%) dan sektor perdagangan, hotel dan restoran (1,08%). % (SBT) % (y-o-y) 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00-10.00 Persepsi Inflasi SKDU inflasi Kalbar (aksis kanan) Tw I Tw II Tw IIITw IV Tw I Tw II Tw IIITw IV Tw I Tw II Tw IIITw IV Tw I 2008 2009 2010 2011 Sumber: SKDU BI dan BPS Kalimantan Barat, diolah Grafik 2.12. Perkembangan Inflasi dan Ekspektasi Harga menurut Pelaku Usaha di Kalimantan Barat 20.00 18.00 16.00 14.00 12.00 10.00 8.00 6.00 4.00 2.00 0.00 Saldo Bersih 200.00 190.00 180.00 170.00 160.00 150.00 140.00 130.00 120.00 Tw I-2008 Tw II-2008 Tw III-2008 Ekspektasi Harga Konsumen 3 bulan yad (MA-3) Ekspektasi Harga Konsumen 6 bulan yad (MA-6) Inflasi Aktual (aksis kanan) Tw IV-2008 Sumber: SK BI dan BPS Kalimantan Barat, diolah Tw I-2009 Tw II-2009 %(y-o-y) 16.0 Grafik 2.13. Perkembangan Inflasi dan Ekspektasi Harga menurut Konsumen di Kalimantan Barat Tw III-2009 Tw IV-2009 Tw I-2010 Tw II-2010 Tw III-2010 Tw IV-2010 Tw I-2011 14.0 12.0 10.0 8.0 6.0 4.0 2.0 0.0 Dari sisi permintaan, kenaikan laju inflasi tahunan lebih dipengaruhi oleh peningkatan ekspektasi harga di tingkat konsumen terhadap harga jual pada 3 bulan mendatang. Indeks hasil survei konsumen (SK) menunjukkan tren sedikit menurun, meskipun angka Balance Score (BS) berada di atas 100, yang artinya responden masih berada pada level optimis terhadap akan adanya kenaikan harga. Ekspektasi kenaikan harga tertinggi terjadi pada indeks kelompok perumahan, listrik, air, gas dan bahan bakar (148,7) serta kelompok bahan makanan (147,7). Kondisi tersebut sejalan dengan kondisi inflasi riil triwulan I-2011. 31

Perkembangan Inflasi % (y-o-y) 10.00 8.00 6.00 4.00 2.00 0.00-2.00-4.00 Sumber: tradingeconomics.com Cina Korea selatan Malaysia Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I 2008 2009 2010 2011 Grafik 2.14. Perkembangan Inflasi Negara Mitra Dagang USD/Oz 1600 1400 1200 1000 800 600 400 200 0 Tw II Tw III Tw IV Sumber: Bloomberg Emas Gula- aksis kanan Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Grafik 2.15. Perkembangan Harga Komoditas Gula dan Emas Internasional Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II US Cents/Pounds Tw III Tw IV Tw I 2008 2009 2010 2011 40 35 30 25 20 15 10 5 0 Laju inflasi negara mitra dagang utama menunjukkan tren yang sedikit berbeda dengan tren inflasi triwulan Kalimantan Barat triwulan I-2011 (Tabel 2.14). Cina, Malaysia dan Korea Selatan yang merupakan mitra dagang utama Kalimantan Barat masih mengalami tren inflasi tahunan yang terus meningkat. Sementara harga emas dunia terus menguat, harga gula dunia mengalami sedikit koreksi pada triwulan I-2011. Secara triwulanan, harga gula dunia terkoreksi 2,56% menjadi US Cents 34,71/pounds. Hingga minggu pertama bulan April 2011, harga rata-rata gula pasir di Kota Pontianak sebesar Rp.9.727/kg atau mengalami penurunan dibandingkan harga rata-rata bulan sebelumnya yang sebesar Rp.9.763/kg. 2.4.2. Faktor Non Fundamental Laju inflasi triwulanan kelompok bahan makanan yang harganya bergejolak (volatile foods) menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Kenaikan harga komoditas beras, jeruk dan nanas terjadi karena belum masuknya masa panen dan meningkatnya permintaan akibat perayaan Imlek dan Cap Go Meh. Khusus untuk komoditas beras, kenaikan yang terjadi relatif lebih kecil dibandingkan kenaikan triwulan sebelumnya. Hal tersebut disebabkan pada awal Maret 2011 panen sudah dilakukan serempak dan pasokan beras cukup melimpah. Harga rata-rata beras untuk jenis IR-64 Kota Pontianak pada triwulan I-2011 sebesar Rp8.000/kg atau mengalami penurunan 0,93% dibandingkan triwulan sebelumnya (Grafik 2.16). Sementara harga rata-rata beras jenis medium di Kota Pontianak pada periode yang sama tercatat sebesar Rp7.418/kg. 32

Perkembangan Inflasi Rupiah/Kg 8,500 8,000 7,500 7,000 6,500 6,000 6,378 5,783 6,500 6,496 6,549 5,941 5,800 5,690 7,180 7,160 6,364 6,363 7,714 6,460 8,075 6,546 8,000 7,418 Rupiah/Kg 42,000 37,000 32,000 27,000 22,000 17,000 12,000 28,401 27,900 23,058 12,296 12,609 12,306 34,933 10,171 32,857 11,219 25,753 14,343 38,213 16,058 31,968 18,277 22,974 21,599 5,500 5,000 Beras (IR 64 ) Beras (Medium) Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I 7,000 2,000 Bawang Merah Cabe Merah Keriting Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I 2009 2010 2011 Sumber: Disperindag Prov. Kalimantan Barat Grafik 2.16. Perkembangan Rata-rata Harga Beras di Kota Pontianak 2009 2010 2011 Sumber: Disperindag Prov. Kalimantan Barat Grafik 2.17. Perkembangan Rata-rata Harga Komoditas Bumbu-bumbuan di Kota Pontianak Laju inflasi kelompok komoditas yang harganya diatur oleh pemerintah (administered prices) mengalami kenaikan seiring perayaan Imlek dan Cap Go Meh. Biaya angkutan udara, darat, dan laut kembali meningkat menjelang dan pasca perayaan Imlek dan Cap Go Meh. Pada komoditas bahan bakar rumah tangga, konsumsi minyak tanah sektor rumah tangga (bersubsidi) selama triwulan I-2011 mengalami kenaikan sebesar 1,90%. Peningkatan konsumsi paling signifikan dialami oleh produk Pertamax yang konsumsinya meningkat hingga 116,92%. Kenaikan tersebut terjadi karena kelangkaan Premium yang distribusinya terhambat karena terganggunya kelancaran alur sungai Kapuas akibat musibah kapal karam. Dari faktor eksternal, perkembangan harga minyak dunia hingga triwulan I-2011 terus menunjukkan tren kenaikan. Rata-rata harga minyak dunia pada triwulan I-2011 menguat 10,37% dibandingkan triwulan sebelumnya menjadi USD 93,93/barrel. Seiring dengan kondisi tersebut, ancaman terhadap kelangsungan subsidi BBM oleh pemerintah diperkirakan akan segera ditinjau ulang. USD/barrel 140.00 120.00 100.00 80.00 60.00 40.00 20.00 97.91 124.07 118.33 58.14 42.89 59.59 68.22 76.11 78.54 78.13 85.10 93.93 76.01 Kiloliter 120.00 100.00 80.00 60.00 40.00 20.00 Pertamax Plus Premium Minyak Solar Minyak Tanah 0.00 Tw I Tw II Tw III Sumber: Bloomberg Tw IV Tw I Tw II Grafik 2.18. Perkembangan Harga Minyak Dunia WTI Tw III Tw IV 2008 2009 2010 2011 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I - Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I 2009 2010 2011 Sumber: PT. Pertamina Regional VI Kalimantan Grafik 2.19. Perkembangan Konsumsi BBM Sektor Rumah Tangga di Kalimantan Barat 33

Perkembangan Perbankan Daerah BAB 5. III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH 3.1. Struktur Perbankan di Kalimantan Barat Secara triwulanan, aset perbankan Kalimantan Barat selama triwulan I- 2011 tumbuh melambat dibandingkan triwulan IV-2010. Pertumbuhan aset tertinggi dialami oleh kelompok bank perkreditan rakyat (BPR) yang tumbuh sebesar 8,81% (q-t-q). Kenaikan tersebut menyebabkan porsi aset BPR terhadap perbankan Kalimantan Barat bertambah 0,20% dibandingkan triwulan sebelumnya menjadi 2,63%, atau menjadi sebesar Rp740 Miliar. Pertumbuhan aset yang melambat juga dialami oleh kelompok bank umum konvensional yang tumbuh 0,37%. Sebagai dampaknya porsi aset bank umum konvensional terhadap perbankan Kalimantan Barat berkurang sebesar 0,17% menjadi 92,73%, atau menjadi sebesar Rp26,10 Triliun. Kelompok bank umum syariah yang pada triwulan sebelumnya mencatat pertumbuhan hingga 9,73%, pada triwulan I-2011 mengalami kontraksi sebesar 0,18%. Akibatnya terjadi penurunan porsi aset sebesar 0,03% menjadi 4,64% atau menjadi sebesar Rp1,30 Triliun. Secara tahunan, aset perbankan gabungan (bank umum dan BPR) Kalimantan Barat tumbuh sebesar 20,66% (y-o-y). Dari sisi aktiva, pertumbuhan tersebut terutama didukung oleh meningkatnya pertumbuhan penyaluran kredit yang mencapai 31,15%. Sementara dari sisi pasiva didukung oleh meningkatnya jumlah dana pihak ketiga (DPK) yang dalam setahun tumbuh sebesar 31,08%. Faktor pendukung lainnya adalah bertambahnya jaringan kantor selama triwulan I-2011, pembukaan 1 KC yang beroperasi di Kabupaten Sambas, dan 2 Kantor Cabang Pembantu (KCP) di Kota Pontianak. Bank Umum Syariah 4.64% BPR 2.63% Bank Umum Konvensional 92.73% Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 3.1. Struktur Aset Perbankan di Kalimantan Barat (Miliar Rupiah) 34

Perkembangan Perbankan Daerah 3.2. Bank Umum 3.2.1. Perkembangan Indikator Bank Umum Hampir semua indikator bank umum menunjukkan pertumbuhan yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Secara triwulanan, total aset dan jumlah kredit yang disalurkan tumbuh masing-masing sebesar 0,35% (q-t-q) dan 1,65%, melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang masing-masing tumbuh sebesar 8,75% dan 10,88%. Penghimpunan DPK juga menunjukkan tren serupa dengan tumbuh sebesar 5,17%, melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 7,00%. Berkurangnya komponen tabungan sebesar 1,47% ditengarai sebagai penyebab penurunan DPK tersebut. Setelah mengalami penurunan pada triwulan sebelumnya, komponen Giro kembali mengalami pertumbuhan triwulanan sebesar 36,53%. Hal tersebut sejalan dengan siklus belanja pemerintah yang belum melakukan realisasi belanja untuk proyek pembangunan. INDIKATOR Tabel 3.1. Perkembangan Indikator Bank Umum di Kalimantan Barat (Miliar Rupiah) 2009 Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah 2010 2011 Pertumbuhan (%) Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I y-o-y q-t-q 1. Total Asset 21,019 21,807 21,813 22,731 22,752 24,082 25,111 27,307 27,402 20.44 0.35 2. DPK 18,125 18,412 18,789 18,995 19,400 20,686 21,562 23,071 24,264 25.07 5.17 - Giro 3,993 4,118 3,909 3,059 3,947 4,440 4,426 3,432 4,686 18.71 36.53 - Deposito 5,665 5,672 5,916 5,232 5,782 5,851 5,888 6,271 6,406 10.78 2.15 - Tabungan 8,468 8,622 8,965 10,705 9,671 10,395 11,248 13,368 13,172 36.21 (1.47) 3. Kredit 9,595 10,109 10,595 11,461 11,800 12,971 13,795 15,296 15,549 31.76 1.65 4. LDR (%) 52.94 54.90 56.39 60.33 60.83 62.70 63.98 66.30 64.08 3.26 (2.22) 5. NPLs (%) 2.82 4.22 2.41 1.99 2.47 1.63 1.73 1.11 1.29 (1.18) 0.18 Persentase penyaluran kredit terhadap penghimpunan DPK (LDR) turun 2,22% (q-t-q) menjadi sebesar 64,08%. Angka persentase tersebut berarti dari Rp24,27 Triliun total DPK yang berhasil dihimpun oleh bank umum, sebanyak Rp15,55 Triliun atau 64,08% disalurkan dalam bentuk kredit. Total kredit yang disalurkan bank umum tersebut tumbuh melambat 1,65% (q-t-q). Perlambatan pertumbuhan penyaluran kredit tersebut dibarengi dengan pengelolaan risiko yang baik oleh bank penyalur. Kondisi tersebut tercermin dari angka persentase kredit non-lancar (NPLs) sebesar 1,29%. 35

Perkembangan Perbankan Daerah Aset kelompok bank umum yang dimiliki pemerintah meningkat sebesar 1,22% (q-t-q). Peningkatan total aset Miliar Rupiah 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 tersebut menyebabkan porsinya meningkat menjadi 58,98%, atau menjadi sebesar Rp16,16 Triliun. Sementara itu, meskipun aset kelompok bank milik swasta meningkat sebesar 1,35%, yang 5,000 - Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I 2009 2010 2011 Bank Pemerintah 12,861 13,623 13,327 13,588 13,391 13,747 14,506 15,967 16,162 Bank Asing & Campuran 218 244 229 237 216 349 343 589 345 Bank Swasta 7,940 7,940 8,257 8,906 9,144 9,986 10,262 10,751 10,896 Grafik 3.2. Perkembangan Aset Bank Umum menurut Kelompok Bank di Kalimantan Barat (Miliar Rupiah) menyebabkan porsinya meningkat menjadi 39,76%. Sementara aset bank milik asing dan campuran tumbuh negatif sebesar 41,50%, sehingga porsi aset kelompok bank milik asing dan campuran turun 0.90% menjadi 1,26%. 3.2.2. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga Jumlah DPK yang berhasil dihimpun bank umum hingga triwulan I-2011 mencapai Rp24,26 Triliun. Dana murah (tabungan dan giro) masih mendominasi porsi dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun bank umum. Secara triwulanan, komponen tabungan turun 1,47% menjadi sebesar Rp13,17 Triliun. Sementara komponen giro mengalami peningkatan 36,53% menjadi sebesar Rp4,69 Triliun. Deposito tetap tumbuh positif, meskipun selisih suku bunga dengan inflasi aktual negatif. Deposito yang berhasil dihimpun bank umum pada triwulan I-2011 sebesar Rp6,41 Triliun, tumbuh 2,15% (q-t-q). Suku bunga bank umum selama triwulan I-2011 sedikit meningkat sesuai dengan suku bunga acuan (BI rate) 6,75% atau meningkat 25 basis poin dibandingkan triwulan sebelumnya. 36

Perkembangan Perbankan Daerah Miliar Rupiah 16,000 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 - Giro Deposito Tabungan Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I 2009 2010 2011 % 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 Deposito Giro Tabungan Inflasi Kalbar Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 3.3. Perkembangan Jenis DPK Bank Umum di Kalimantan Barat (Miliar Rupiah) 2009 2010 2011 Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 3.4. Perkembangan Suku Bunga DPK menurut Jenis Simpanan Bank di Kalimantan Barat (Miliar Rupiah) Miliar Rupiah 16,000 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 - Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing & Campuran (aksis kanan) Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I 2009 2010 2011 600 500 400 300 200 100 - Miliar Rupiah Kelompok bank asing dan campuran menjadi yang paling agresif menghimpun DPK selama triwulan I-2011 dengan pertumbuhan sebesar 24,48% (q-t-q) atau yang tertinggi dibandingkan Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 3.5. Perkembangan Jenis DPK Bank Umum menurut Kelompok Bank di Kalimantan Barat (Miliar Rupiah) kelompok bank lainnya. Sementara penghimpunan DPK bank umum pemerintah tumbuh 6,75% menjadi sebesar Rp13,86 Triliun. Di lain pihak, tren melambat dalam penghimpunan DPK ditunjukkan oleh kelompok bank swasta yang tumbuh sebesar 2,59% menjadi sebesar Rp10,1 Triliun. Jumlah DPK yang dimiliki nasabah perorangan turun sebesar 0,42% (q-t-q) atau menjadi sebesar Rp19,35 Triliun. Seiring dengan penurunan tersebut, porsi nasabah perorangan sebagai pemilik DPK juga turun 4,75% menjadi 77,84%. Seiring dengan siklus belanja pemerintah daerah, DPK milik pemerintah daerah meningkat signifikan 212,25% menjadi sebesar Rp2,55 Triliun. Adapun dana dari sektor swasta yang ada pada bank umum turun 13,4% menjadi sebesar Rp2,29 Triliun. 37

Perkembangan Perbankan Daerah 14,000 Pemerintah Daerah Perseorangan Sektor Swasta Lainnya Perseoran gan 77.84% 12,000 Miliar Rupiah 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 - Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Pemerintah Daerah 10.25% Lainnya 2.70% Sektor Swasta 9.20% 2009 2010 2011 Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 3.6. Perkembangan DPK Bank Umum menurut Golongan Pemilik di Kalimantan Barat (Miliar Rupiah) Grafik 3.7. Struktur DPK Bank Umum menurut Golongan Pemilik di Kalimantan Barat (Miliar Rupiah) 3.2.3. Perkembangan Penyaluran Kredit Penyaluran kredit pada triwulan I-2011 sebesar Rp15,55 Triliun atau tumbuh melambat 1,65% (q-t-q). Dari sisi bank penyalur, bank milik pemerintah masih merupakan kelompok bank terbesar dengan nilai kredit yang disalurkan mencapai Rp10,93 Triliun atau tumbuh sebesar 3,16%. Kelompok bank penyalur Miliar Rupiah 18,000 16,000 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 - Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I 2009 2010 2011 Bank Pemerintah 8,101 8,408 9,061 9,644 10,595 10,930 Bank Swasta 3,305 3,343 3,691 3,906 4,290 4,498 Bank Asing & Campuran 55 50 218 246 412 121 Grafik 3.8. Perkembangan Jenis Kredit Bank Umum menurut Kelompok Bank di Kalimantan Barat (Miliar Rupiah) kredit terbesar kedua adalah kelompok bank milik swasta yang tumbuh 4,85% atau menjadi sebesar Rp4,50 Triliun. Sementara kredit yang disalurkan kelompok bank asing dan campuran tumbuh negatif 70,69% dibandingkan triwulan sebelumnya, atau turun menjadi sebesar Rp121 Miliar. Porsi kredit untuk tujuan produktif (modal kerja dan investasi) turun 1,09% menjadi sebesar 56,95%, dengan nilai nominal sebesar Rp8,86 Triliun. Penurunan porsi kredit produktif tersebut disebabkan oleh turunnya kredit modal kerja sebesar 1,88% (q-t-q). Sementara kredit konsumsi mencatat pertumbuhan sebesar 4,29%, sehingga porsi kredit untuk tujuan konsumsi meningkat menjadi 43,05% dengan nilai nominal sebesar Rp6,69 Triliun. 38

Perkembangan Perbankan Daerah 8,000 7,000 6,000 Modal Kerja Investasi Konsumsi % (y-o-y) 50.00 40.00 Modal Kerja, 45.63 5,000 Miliar Rupiah 4,000 3,000 2,000 30.00 20.00 10.00 Investasi, 23.08 Konsumsi, 27.18 1,000 - Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I 0.00 Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I 2009 2010 2011 2009 2010 2011 Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 3.9. Perkembangan Kredit Bank Umum menurut Jenis Penggunaan di Kalimantan Barat (Miliar Rupiah) Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 3.10. Perkembangan Pertumbuhan Tahunan Kredit Bank Umum menurut Jenis Penggunaan di Kalimantan Barat (Miliar Rupiah) Secara triwulanan, sektor pertambangan merupakan sektor ekonomi yang paling agresif menyerap penyaluran kredit bank umum. Hal tersebut tercermin dari pertumbuhan triwulanan tertinggi yang mencapai 11,20% (q-t-q). Sebaliknya, sektor yang mengalami pertumbuhan penyaluran kredit negatif (kontraksi) terendah adalah sektor jasa sosial (- 40,55%). Lainnya 46.33% Jasa Sosial 1.53% Jasa Usaha 3.88% Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Pertanian 13.06% Pertambangan Industri 0.28% 4.98% Listrik, gas,air 0.45% Bangunan 2.61% PHR 22.12% Angkutan 4.76% Grafik 3.11. Pangsa Kredit Bank Umum menurut Sektor Ekonomi di Kalimantan Barat (Miliar Rupiah) 39

Perkembangan Perbankan Daerah Miliar Rupiah 7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 - Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah 2009 2010 2011 Kredit Mikro 2,133 2,150 2,197 2,226 2,165 2,202 2,236 2,217 2,238 Kredit Kecil 3,419 3,778 4,064 4,440 4,739 5,121 5,537 5,995 6,305 Kredit Menengah 1,878 1,944 1,998 2,138 2,197 2,419 2,516 2,823 2,870 Grafik 3.12. Perkembangan Kredit MKM Bank Umum di Kalimantan Barat (Miliar Rupiah) Kredit MKM pada triwulan I-2011 tumbuh sebesar 3,43% (q-t-q), melambat pertumbuhan sebelumnya. mencatat yang dibandingkan sebelumnya, dibandingkan triwulan Meskipun pertumbuhan melambat triwulan pangsa penyaluran kredit untuk Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) meningkat 1,26% dibandingkan triwulan sebelumnya menjadi sebesar 73,41% dari total kredit yang disalurkan bank umum, atau secara nominal mencapai Rp11,41 Triliun. Porsi terbesar kredit MKM adalah kredit kecil (antara Rp50 Juta s.d. Rp500 Juta). yang meningkat menjadi sebesar 55,24% dari total penyaluran kredit MKM. Selanjutnya adalah porsi kredit menengah (antara Rp500 Juta s.d Rp5 Miliar) sebesar 25,15%, dan sisanya atau 19,61% adalah porsi kredit mikro (kurang dari Rp50 Juta). Secara triwulanan, seluruh jenis kredit MKM mengalami pertumbuhan positif. kredit kecil dan kredit menengah tumbuh masing-masing sebesar 5,16% dan 1,69% (q-t-q) dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara kredit mikro yang triwulan sebelumnya tumbuh negatif, pada triwulan I-2011 tumbuh 0,98%. Ditinjau dari tujuan penggunaan, sebanyak 58,63% atau Rp6,69 Triliun dari total kredit MKM adalah untuk tujuan konsumsi. Sementara sisanya atau sebesar 41,37% digunakan untuk tujuan produktif (modal kerja dan investasi). Pada kelompok kredit mikro, porsi yang digunakan untuk tujuan Miliar Rupiah Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah konsumsi sebesar 75,24%. Hal yang Grafik 3.13. Perkembangan Kredit MKM Bank Umum menurut Jenis Penggunaan di sama juga terjadi pada kredit kecil Kalimantan Barat (Miliar Rupiah) dimana 75,10% dari total kredit kecil digunakan untuk keperluan konsumsi. Adapun pada jenis kredit menengah, porsi konsumsinya lebih kecil yaitu hanya 9,49% dari total 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 0 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I 2009 2010 2011 Konsumsi 4,169 4,407 4,680 5,028 5,239 5,703 6,047 6,416 6,691 Investasi 878 903 926 1,007 1,289 1,177 1,147 1,280 1,335 Modal Kerja 2,383 2,562 2,653 2,769 2,572 2,862 3,095 3,340 3,387 40

Perkembangan Perbankan Daerah kredit menengah. Sebagian besar kredit menengah digunakan untuk tujuan produkti yaitu modal kerja sebesar 62,25% dan investasi sebesar 28,27%. Miliar Rupiah 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 - Lokasi Kantor Lokasi Proyek Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah 2009 2010 2011 Grafik 3.14. Perkembangan Kredit Bank Umum menurut Lokasi Proyek dan Lokasi Kantor di Kalimantan Barat (Miliar Rupiah) kredit sebesar 20,62% dan 17,60%. Outstanding kredit yang disalurkan perbankan nasional di Kalimantan Barat (lokasi proyek) mencapai Rp20,81 Triliun atau tumbuh sebesar 11,51% (q-t-q). Ditinjau dari sektor ekonomi, porsi terbesar diserap oleh sektor lain-lain (konsumsi) yaitu sebesar 39,73%. Sementara sektor pertanian dan sektor PHR sebagai sektor penunjang perekonomian utama Kalimantan Barat masing-masing menyerap Tabel 3.2. Jumlah Kredit dan Pangsa Kredit Bank Umum menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat (Miliar Rupiah) Kabupaten Kredit Pangsa Kab. Bengkayang 194 1.25% Kab. Kapuas Hulu 454 2.92% Kab. Ketapang 641 4.12% Kab. Landak 265 1.70% Kab. Pontianak 542 3.49% Kab. Sambas 477 3.07% Kab. Sanggau & Sekadau 883 5.68% Kab. Sintang & Melawi (Nanga Pinoh) 957 6.15% Kab. Kayong Utara 78 0.50% Kota Pontianak 9,738 62.63% Kota Singkawang 1,320 8.49% Total 15,549 100.00% Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Porsi Kota Pontianak dalam menyerap kredit yang disalurkan bank umum di Kalimantan Barat sebesar 62,63% atau sebesar Rp9,74 Triliun. Kabupaten/kota lain dengan penyerapan kredit di atas 5% adalah Kota Singkawang (8,49%), gabungan Kabupaten Sintang dan Melawi (6,15%), serta gabungan Kabupaten Sanggau dan Sekadau (5,68%). 41

Perkembangan Perbankan Daerah 3.2.4. Risiko Kredit Miliar Rupiah 450.00 400.00 350.00 300.00 250.00 200.00 150.00 100.00 50.00 - Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 3.15. Perkembangan NPL Gross Kredit Bank Umum di Kalimantan Barat (Miliar Rupiah) Rp200 Miliar. NPL Nominal NPLs (%) Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I 2009 2010 2011 4.50 4.00 3.50 3.00 2.50 2.00 1.50 1.00 0.50 - NPL (%) Rasio kredit non lancar terhadap jumlah kredit yang disalurkan (Non Performing Loans) pada triwulan I-2011 sedikit meningkat. Persentase NPLs bank umum pada triwulan I- 2011 sebesar 1,29%. Senada dengan kenaikan persentase NPLs, jumlah nominal NPLs juga mengalami kenaikan menjadi % % 14.00 Investasi 4.50 12.00 Modal Kerja 4.00 Konsumsi - Aksis Kanan 3.50 10.00 3.00 8.00 2.50 6.00 2.00 1.50 4.00 1.00 2.00 0.50 - - Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I 2009 2010 2011 Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 3.16. Perkembangan Rasio NPL Gross Kredit Bank Umum di Kalimantan Barat menurut Jenis Penggunaan (Miliar Rupiah) Peningkatan persentase NPLs terjadi pada seluruh jenis penggunaan. Persentase NPLs kredit modal kerja naik sebesar 0,45 (q-t-q) menjadi 1,95%. Tren yang sama dialami oleh kredit untuk tujuan investasi dan konsumsi yang masingmasing mengalami kenaikan menjadi 1,23% dan 0,81%. 42

Perkembangan Perbankan Daerah Kenaikan persentase NPLs juga dialami oleh tiga sektor ekonomi utama yang % Pertanian % 25.00 Industri PHR (aksis kanan) 8.00 Jasa Usaha (aksis kanan) 7.00 20.00 6.00 15.00 10.00 5.00 - Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I 2009 2010 2011 Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 3.17. Perkembangan Rasio NPL Gross Kredit Bank Umum di Kalimantan Barat menurut Sektor Ekonomi (Miliar Rupiah) 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 - menyerap kredit terbesar. NPLs sektor pertanian meningkat 0,27% menjadi 0,81%, sektor industri meningkat 0,33% menjadi 0,55%, dan sektor pertambangan meningkat 4,47% menjadi 4,74%. Sementara NPLs sektor jasa usaha turun 1,28% 4,15%. Tabel 3.3. Jumlah Kredit dan NPL Gross Bank Umum menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat (Miliar Rupiah) Kabupaten Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Kredit Kolektibilitas NPLs Nom (Rp) NPLs (%) Kab. Bengkayang 194 0.24 0.12% Kab. Kapuas Hulu 454 9.59 2.11% Kab. Ketapang 641 6.11 0.95% Kab. Landak 265 0.62 0.23% Kab. Pontianak 542 4.46 0.82% Kab. Sambas 477 3.96 0.83% Kab. Sanggau & Sekadau 883 6.37 0.72% Kab. Sintang & Melawi (Nanga Pinoh) 957 6.05 0.63% Kab. Kayong Utara 78-0.00% Kota Pontianak 9,738 139.79 1.44% Kota Singkawang 1,320 23.27 1.76% Total 15,549 200.45 1.29% Persentase kredit non lancar (NPLs) tertinggi dialami Kabupaten Kapuas Hulu yaitu sebesar 2,11%. Adapun kota lain yang juga memiliki persentase NPL gross di atas 1% adalah Kota Pontianak (1,44%) dan Kota Singkawang (1,76%). 43

Perkembangan Perbankan Daerah NPLs (%) 6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Mikro Kecil Menengah Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I 2009 2010 2011 Grafik 3.18. Perkembangan Rasio NPL Gross Kredit MKM Bank Umum di Kalimantan Barat (Miliar Rupiah) Sejalan dengan kenaikan rasio kredit non lancar (NPLs) kredit total, NPLs untuk kredit MKM pada triwulan I- 2011 juga mengalami peningkatan menjadi 1,67%. Kenaikan NPLs terjadi pada semua jenis kredit MKM. NPLs kredit mikro naik 0,09% menjadi menjadi 2,17%. Sementara NPLs kredit kecil dan kredit menengah masing-masing turun 0,19% dan 0,41% menjadi 1,29% dan 2,12%. 3.3. Perkembangan Perbankan Syariah Miliar Rupiah 1,400.00 1,200.00 1,000.00 800.00 600.00 400.00 200.00 - Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah 2009 2010 2011 Total Aset 665.21 713.15 767.25 1,080. 973.54 1,137 1,191 1,307 1,304 Total DPK 409.36 421.89 454.69 543.80 541.58 586.62 622.57 716.61 746.35 Total Pembiayaan 486.17 511.36 527.80 587.79 609.98 666 688 720.16 800.14 Grafik 3.19. Perkembangan Bank Syariah di Kalimantan Barat (Miliar Rupiah) Secara umum, indikator perbankan syariah pada triwulan I-2011 sedikit mengalami penurunan. Jumlah aset bank syariah turun 0,18% (q-t-q) menjadi Rp.1,3 Triliun. Penurunan tersebut sejalan dengan kegiatan menurunnya penghimpunan dana pihak ketiga selama triwulan I-2011 yang turun sebesar 10,95% menjadi Rp746,35 Miliar. Sementara penyaluran pembiayaan syariah tumbuh 6,49% menjadi Rp800,14 Miliar. 44

Perkembangan Perbankan Daerah Miliar Rupiah NPF (%) 900.00 800.00 700.00 600.00 500.00 400.00 300.00 200.00 100.00 - Total Pembiayaan NPF (%) Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I 2009 2010 2011 Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 3.20. Perkembangan NPF Bank Syariah di Kalimantan Barat (Miliar Rupiah) 1.40 1.20 1.00 0.80 0.60 0.40 0.20 - Risiko penyaluran kredit bank syariah semakin membaik. Rasio pembiayaan syariah yang terindikasi tidak lancar (Non Performing Financing) turun 0,19% (q-t-q) menjadi 0,39% pada triwulan I-2011. Sementara itu pembiayaan bank syariah masih cukup agresif. Rasio pembiayaan syariah terhadap DPK bank syariah (Financing dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu mencapai 107,21%. to Deposit Ratio) meningkat 6,71% 3.4. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Beberapa indikator utama bank perkreditan rakyat (BPR) tumbuh positif. Total aset BPR hingga triwulan I-2011 tumbuh sebesar 8,81% (qt-q) menjadi sebesar Rp740,51 Miliar. Peningkatan aset tersebut dipicu oleh meningkatnya jumlah DPK yang berhasil Miliar Rupiah 800.00 700.00 600.00 500.00 400.00 300.00 200.00 100.00 - Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah 2009 2010 2011 Total Asset 525,141. 534,701. 560,257. 577,361. 571,773 595,079 674,523 680,558 740,505 Total DPK 419,642. 429,696. 456,420. 469,742. 472,092 485,353 559,193 562,335 618,822 Total Kredit 269,069 294,009 305,378 309,048 304,636 320,881 335,099 347,247 369,303 Grafik 3.21. Perkembangan BPR di Kalimantan Barat (Miliar Rupiah) dihimpun menjadi sebesar Rp618,82 Miliar atau tumbuh sebesar 10,05% dibandingkan tahun sebelumnya. Faktor pendukung lainnya adalah penyaluran kredit pada triwulan I- 2011 yang mencapai Rp369,30 Miliar atau tumbuh 6,35%. 45

Perkembangan Perbankan Daerah Miliar Rupiah 400 350 300 250 200 150 100 50 - Total Kredit NPL (aksis kanan) Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I 2009 2010 2011 Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah NPLs (%) 7.00 6.50 6.00 5.50 5.00 4.50 4.00 pangsa (%) Konsumsi Investasi Modal Kerja 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I 2009 2010 2011 Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 3.22. Perkembangan Rasio NPL Gross dan Total Kredit BPR di Kalimantan Barat (Miliar Rupiah) Grafik 3.23. Perkembangan Pangsa Kredit BPR menurut Jenis Penggunaan di Kalimantan Barat (Miliar Rupiah) Pertumbuhan triwulanan kredit konsumsi mencapai 5,62% (q-t-q) menjadi sebesar Rp192,45 Miliar. Pertumbuhan tertinggi dialami oleh kredit investasi yang tumbuh 10,71% menjadi Rp50,86 Miliar. Adapun kredit modal kerja tumbuh 5,78% menjadi Rp125,99 Miliar. Ditinjau dari sisi sektoral, penyaluran kredit masih didominasi sektor ekonomi utama. Kredit sektor perdagangan tumbuh sebesar 2,47% menjadi sebesar Rp64,80 Miliar. Sementara kredit yang diserap sektor pertanian tumbuh sebesar 6,46% menjadi sebesar Rp55,99 Miliar. Di luar dua sektor utama tersebut, sektor lainnya (konsumsi) masih merupakan sektor terbesar dengan jumlah kredit yang diserap mencapai 55,5% atau sebesar Rp204,95 Miliar. 46

Perkembangan Keuangan Daerah BAB b IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Secara umum, kinerja keuangan daerah Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2010 cukup baik. Kondisi ini tercermin dari realisasi APBD Provinsi Kalimantan Barat Tahun Anggaran 2010 1 yang mendekati target/rencana anggaran. Tabel 4.1 Realisasi APBD Prov. Kalimantan Barat TA 2010 Uraian Anggaran 2010 Realisasi 2010 % Realisasi 2010 Pendapatan 1.651.003.955.457 1.778.927.313.616 108% Belanja 1.804.036.284.505 1.698.644.058.906 94% Surplus/Defisit -153.032.329.048,63 80.283.254.709,98 Sumber: data Biro Keuangan Prov. Kalbar diolah Realisasi belanja APBD TA 2010 tercatat mencapai 94% sementara realisasi belanja TA 2010 tercatat melebihi target yang telah ditetapkan. Kondisi tersebut membuat surplus APBD Provinsi Kalimantan Barat TA 2010. 4.1. Realisasi Belanja APBD Provinsi Kalimantan Barat 2010 Berdasarkan laporan pertanggung jawaban realisasi anggaran dari Bagian Akuntansi Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat mencatat realisasi belanja daerah Tahun Anggaran 2010 mencapai Rp1,33 Triliun atau 92,78% dari total anggaran belanja daerah Provinsi Kalbar sebesar Rp1,44 Triliun. Realisasi Belanja Provinsi Kalimantan Barat Tahun Anggaran 2010 tersebut juga tercatat mengalami peningkatan sebesar 5,49% jika dibandingkan dengan realisasi tahun sebelumnya sebesar Rp1,26 Triliun. Tabel 4.2 Realisasi Belanja APBD Prov. Kalimantan Barat TA 2010 Uraian Anggaran 2010 Realisasi 2010 % Realisasi 2010 Belanja Operasi 1.037.420.700.907,65 954.693.832.474,60 92,03 Belanja Modal 394.410.128.768,00 376.896.519.735 95,56 Belanja Tidak Terduga 4.286.500.000,00 1.558.270.000,00 36,35 Transfer 367.918.954.829,63 367.053.706.696,88 99,76 Sumber: data Biro Keuangan Prov. Kalbar diolah Berdasarkan jenis belanja, 71,61% dari total belanja merupakan belanja operasional sedangkan pangsa belanja modal dan belanja tak terduga masing-masing sebesar 28,27% dan 0,12%. Selanjutnya, realisasi belanja operasional maupun realisasi belanja modal 1 Berdasarkan Data Realisasi APBD Provinsi Kalimantan Barat Sebelum Audit Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I-2011 47

Perkembangan Keuangan Daerah tercatat lebih dari 90% dari anggaran sedangkan realisasi belanja tidak terduga relatif kecil hanya sebesar 36,35% dari anggaran. Realisasi belanja operasional tahun anggaran (TA) 2010 tercatat sebesar Rp954,69 Miliar atau 92,03% dari total anggaran. Berdasarkan sub kelompoknya, komponen terbesar dalam pembentukan belanja operasional adalah belanja pegawai dan belanja barang dan jasa dimana realisasinya mencapai 92%. Realisasi belanja kedua subsektor tersebut antara lain dipengaruhi oleh gaji pegawai dan pembelian perlengkapan kantor. Sedangkan belanja hibah TA 2010 tercatat sebesar Rp50,45 miliar atau 97%. Tingginya realisasi belanja hibah tersebut antara lain dipengaruhi oleh hibah pemerintah dalam rangka pelaksanaan pilkada di enam kabupaten yaitu Kabupaten Bengkayang, Sintang, Sekadau, Melawi, Kapuas Hulu, dan Kabupaten Ketapang. Sementara itu, realisasi belanja modal untuk TA 2010 sebesar Rp376,89 Miliar atau 95,56%. Beradasarkan komponennya, belanja modal masih didominasi oleh belanja jalan, irigasi dan jaringan. Pada tahun 2010, anggaran untuk belanja jalan, irigasi, dan jaringan tercatat sebesar Rp228,53 Miliar dimana anggaran tersebut terealisir 96,49%. Panjang jalan di Kalimantan Barat yang status pengawasannya berada ditingkat provinsi mencapai 1.656 km dimana dimana sekitar 34% diantaranya masih dalam kondisi kurang baik. 4.2 Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Kalimantan Barat 2010 Realisasi pendapatan APBD Provinsi Kalimantan Barat TA 2010 tercatat sebesar Rp1,78 Triliun dimana angka tersebut melebihi target pendapatan yang telah ditetapkan yaitu sebesar Rp1,65 Triliun. Tingginya realisasi APBD Provinsi tersebut dipengaruhi oleh tingginya realisasi pendapatan asli daerah dan realisasi dana perimbangan yang diterima Provinsi Kalimantan Barat tahun 2010. Secara umum, pendapatan Provinsi Kalimantan Barat masih didominasi oleh dana perimbangan yang memiliki pangsa 52% terhadap total pendapatan sedangkan pendapatan asli daerah memiliki pangsa 44% terhadap total pendapatan. Pangsa tersebut mingindikasikan bahwa meskipun masih didominasi oleh dana perimbangan namun kondisi keuangan daerah pada tingkat provinsi masih cukup baik dalam mendukung otonomi daerah dari sisi keuangan. Berdasarkan beberapa literatur diketahui bahwa batas 20% perolehan PAD merupakan batas minimum untuk menjalankan otonomi daerah. Tabel 4.3 Realisasi Pendapatan APBD Prov. Kalbar TA 2010 Uraian Anggaran Thn 2010 Realisasi Pendapatan Asli Daerah 667.185.684.866 777.364.657.327 Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan 904.940.944.020 926.296.722.751 Lain-lain Pendapatan yang sah 78.877.326.571 75.265.933.538 Total Pendapatan 1.651.003.955.457 1.778.927.313.616 Sumber: Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Barat Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I-2011 48

Perkembangan Keuangan Daerah Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Kalimantan Barat TA 2010 tercatat sebesar Rp777 Miliar, lebih tinggi dari target yang telah ditetapkan sebesar Rp667 Miliar. Kondisi tersebut antara lain dipengaruhi oleh tingginya penerimaan pajak daerah dimana pajak daerah masih memiliki kontribusi terbesar dalam pembentukan PAD Provinsi Kalimantan Barat dimana pangsa pajak daerah terhadap PAD sebesar 80%. Pada tahun 2010, penerimaan yang berasal dari pajak daerah tercatat sebesar Rp620 Miliar, lebih tinggi dari target sebesar Rp520 Miliar. Penerimaan pajak tersebut juga tercatat meningkat sebesar 37,75% dibandingkan penerimaan pajak tahun 2009 sebesar Rp450 Miliar. Realisasi penerimaan pajak daerah tersebut antara lain dipengaruhi oleh meningkatnya jumlah kendaraan bermotor di Kalimantan Barat dimana peningkatan jumlah kendaraan bermotor akan diikuti dengan peningkatan penerimaan pajak kendaraan, pajak bea balik naman, dan pajak bahan bakar kendaraan bermotor yang diterima oleh provinsi. Pada tahun 2010, jumlah kendaraan bermotor di Provinsi Kalimantan Barat mencapai 171.352 unit atau meningkat 20% dibandingkan tahun 2009 sebesar 141.627 unit. Grafik 4.1 Jumlah Kendaraan Bermotor Tahun 2006-2010 Ribuan Unit % 180 160 140 120 100 80 60 40 20-2006 2007 2008 2009 2010 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00-10,00-20,00 Penjualan Kendaraan Bermotor growth (yoy) Sumber: Dispenda Propinsi Kalbar Sementara itu, penerimaan yang bersumber dari retribusi daerah tercatat sebesar Rp78 Miliar lebih besar dibandingkan dengan target tahun 2010 sebesar Rp74 Miliar. Meskipun penerimaan retribusi tersebut cukup baik namun pangsa penerimaan retribusi daerah terhadap total PAD masih relatif kecil yaitu berkisar 10%. Hal ini antara lain mengindikasikan bahwa Provinsi Kalimantan Barat masih dapat mengoptimalkan penerimaan daerah yang bersumber dari retribusi. Selain PAD, sumber penerimaan daerah juga berasal dari dana perimbangan dimana dana perimbangan untuk Provinsi Kalimantan Barat Rp926 Miliar lebih besar dari target tahun 2010 sebesar Rp904 Miliar. Kondisi tersebut antara lain dipengaruhi oleh realisasi Dana Bagi Hasil Pajak (DBHP) dan Dana Alokasi Khusus yang melebihi target. Penerimaan daerah Provinsi Kalimantan Barat yang bersumber dari dana bagi hasil pajak Tahun 2010 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I-2011 49

Perkembangan Keuangan Daerah sebesar Rp127 Miliar meningkat 27,65% dibandingkan dengan penerimaan DBHP tahun sebelumnya sebesar Rp100 Miliar. Semantara, realisasi DAU dan DAK masing masing tercatat sebesar Rp755 Miliar dan Rp 35 Miliar. Realisasi DAK Provinsi Kalimantan Barat tersebut melebihi Anggaran DAK tahun 2010 yang telah ditetapkan sebesar Rp29 Miliar. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa penggunaan DAK Provinsi di Kalimantan Barat telah berjalan dengan baik. Secara umum, kinerja keuangan Provinsi Kalimantan Barat tahun 2010 cukup baik sebagiamana tercermin dari realisasi baik dari sisi belanja maupun pendapatan. Namun demikian, peningkatan pendapatan Provinsi Kalimantan Barat yang melebihi target belum dapat diimbangi dengan peningkatan belanja pemerintaah khusus. Hal tersebut antara lain dipengaruhi oleh proses realisasi belanja pemerintah yang harus melalui beberapa tahapan mulai dari kesiapan administrasi, pelelangan hingga proses pelaksanaan pekerjaan. Proses tersebut berdampak terhadap penyelesaian pekerjaan dimana sebagian besar pekerjaan baru dilaksanakan pada bulan Mei Juni. Kondisi ini berpotensi menimbulkan ketidakoptimalan penyerapan anggaran belanja daerah. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I-2011 50

Perkembangan Sistem Pembayaran BAB 5. V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 5.1. SISTEM PEMBAYARAN TUNAI 5.1. 1. Perputaran Uang Tunai Di triwulan I-2011 ini, nilai perputaran uang tunai masuk dan keluar dari KBI Pontianak turun 48,01% (q-t-q) menjadi Rp928 miliar. Penurunan ini tidak terlepas dari kondisi ekonomi Kalimantan Barat yang mengalami perlambatan sejalan dengan menurunnya pengeluaran rumah tangga paska hari Raya Natal dan tahun baru. Dilihat dari jenisnya, penurunan aliran uang ini dipengaruhi oleh aliran uang kartal keluar (outflow) dari kas KBI Pontianak yang turun 64,64% (q-t-q) menjadi Rp574 miliar. Sedangkan penahan laju penurunan yang lebih jauh ditopang melalui peningkatan jumlah aliran uang tunai yang masuk (inflow) ke dalam kas KBI Pontianak yang melonjak hingga118,33% (q-t-q) menjadi Rp355 miliar. Perkembangan di atas membuat posisi kas di Bank Indonesia Pontianak per 31 Maret 2011 mengalami penurunan 77,40% (y-o-y) dari tahun sebelumnya menjadi Rp203 mililar. 5.1.2. Penukaran Uang Dalam rangka pelaksanaan clean money policy, Kantor Bank Indonesia Pontianak secara rutin melakukan pendistribusian uang baru untuk menggantikan uang yang lusuh dan sudah tidak layak edar melalui sarana: (1) penarikan perbankan; (2) penukaran uang di loket kantor Bank Indonesia; dan (3) kas keliling; Kegiatan penukaran uang langsung di loket Kantor Bank Indonesia Pontianak di triwulan laporan mencatat penurunan sebesar 14,72% (q-t-q) menjadi Rp18,0 miliar. 51

Perkembangan Sistem Pembayaran Berdasarkan jenisnya, uang kertas yang ditukarkan mecapai Rp16,8 miliar atau turun 14,12% (q-t-q). Pecahan yang paling banyak ditukarkan adalah pecahan Rp2.000,- sebanyak 964.823 lembar. Permintaan pecahan tersebut terus mengalami peningkatan sejalan dengan jumlah uang kertas pecahan Rp1.000,- baru yang sudah dibatasi/ berkurang produksinya. Sedangkan secara nominal, nilai terbesar disumbangkan oleh pecahan Rp20.000,- yang mencapai Rp6,2 miliar. Sementara itu, penukaran uang logam juga turun 14,72% menjadi Rp1,2 miliar dengan penukaran tertinggi sebesar Rp548 juta berasal dari pecahan Rp1.000,-. Sedangkan jumlah koin terbanyak yang ditukarkan adalah pecahan Rp200,- sebanyak 1.052.915 koin. Tabel 5.1 Kegiatan penukaran Uang Kecil Juta Rp Pecahan 2008 2009 2010 Total Pert. TOTAL TOTAL Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV yoy Uang Kertas 93,605 82,604 25,141 18,150 29,007 16,805 89,104 7.87% 100,000 688 1,000 - - 424 394 818-18.22% 50,000 2,204 276 - - 261 761 1,022 269.70% 20,000 26,357 29,317 10,604 7,328 8,495 6,165 32,593 11.18% 10,000 26,694 23,675 7,402 5,117 9,286 4,848 26,653 12.58% 5,000 18,504 15,916 4,156 3,026 5,660 2,703 15,545-2.33% 2,000-6,255 2,406 1,904 3,800 1,930 10,039-1,000 19,157 6,165 573 775 1,082 5 2,435-60.51% Uang Logam 4,870 4,096 873 892 1,651 1,210 4,626 12.94% 1,000-357 0 1 606 548 1,154-500 3,206 2,346 494 515 578 360 1,947-17.00% 200 1,494 964 268 263 321 211 1,063 10.21% 100 62 382 110 114 146 92 462 20.83% 50 108 47 0 0 0 0 1-98.61% Total 98,475 86,700 26,014 19,042 30,658 18,015 93,730 8.11% Sumber : Seksi Operasional Kas KBI Pontianak Selain melayani penukaran di loket pelayanan Kantor Bank Indonesia Pontianak, secara rutin Bank Indonesia juga melakukan kegiatan kas keliling. Tujuan dari Kas Keliling ini adalah untuk menyediakan uang pecahan yang layak edar dengan cara jemput bola langsung kepada masyarakat di pusat-pusat keramaian seperti pasar. Selama triwulan I- 2011, jumlah uang yang ditukarkan kepada masyarakat melalui kegiatan kas keliling mencapai Rp3,8 miliar, atau turun 43,40% dibandingkan triwulan sebelumnya. Penurunan ini tidak terlepas dari melemahnya belanja rumah tangga sehingga kebutuhan akan uang kartal pun berkurang. 52

Perkembangan Sistem Pembayaran Juta Rp Pecahan 2008 2009 2010 Total Pert. TOTAL TOTAL Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV yoy Uang Kertas 11,346 10,984 4,058 4,501 3,704 3,682 15,945 45.17% 100,000 - - - - - - - - 50,000 - - - - - - - - 20,000 1,680 1,900 640 860 700 900 3,100 63.16% 10,000 4,170 3,920 1,300 1,480 1,700 1,230 5,710 45.66% 5,000 2,745 2,648 845 970 500 850 3,165 19.52% 2,000-1,000 800 660 450 622 2,532-1,000 2,751 1,516 473 531 354 80 1,438-5.15% - - Uang Logam 479 441 167 149 46 68 430-2.49% 1,000 - - - - 15-500 215 160 - - 25 35 60-62.50% 200 203 195 105 90 4 24 223 14.65% 100 61 74 41 39 2 9 91 22.97% 50-13 21 20 - - 41 - Total 11,825 11,425 4,225 4,650 3,750 3,750 16,375 43.33% Sumber : Seksi Operasional Kas KBI Pontianak Tabel 5.2 Kegiatan Kas Keliling 5.1.3. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Dari hasil penukaran uang di loket KBI Pontianak, kegiatan kas keliling, dan setoran uang dari perbankan, secara rutin dilakukan pemusnahan uang lusuh dan sudah tidak layak edar dengan cara pemberian tanda tidak berharga (PTTB) melalui peracikan dengan Mesin Racik Uang Kertas (MRUK). Jumlah uang kartal yang telah dimusnahkan mencapai Rp125 miliar atau turun 12,31% dibandingkan triwulan sebelumnya. Dilihat dari nominalnya, pecahan 50.000 merupakan pecahan yang paling banyak dimusnahkan dengan jumlah mencapai Rp3,5 miliar. Jumlah tersebut sedikit turun 3,14% dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai Rp3,6 miliar. Sementara itu, ratio PTTB terhadap aliran uang masuk (cash inflow) turun dari 4,44% di triwulan IV-2010 menjadi 1,75% di triwulan I-2011. Juta Rp Pecahan 2008 2009 2010 Total Pert. TOTAL TOTAL Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV yoy 100,000 104,604 91,673 33,414 15,977 28,120 31,295 108,806 18.69% 50,000 367,847 181,152 78,715 62,925 75,825 71,782 289,246 59.67% 20,000 90,285 86,702 19,981 15,420 14,938 16,486 66,825-22.93% 10,000 48,865 67,394 11,129 9,958 9,149 10,765 41,001-39.16% 5,000 27,730 28,616 7,937 6,486 6,126 8,624 29,172 1.94% 2,000 - - 0 1 11 516 528-1,000 15,645 14,508 3,371 2,577 1,811 3,514 11,273-22.30% Total 654,976 470,045 154,547 113,344 135,979 142,981 546,852 16.34% Sumber : Seksi Operasional Kas Bank Indonesia Pontianak Tabel 5.3 Pemberian Tanda Tidak Berharga 53

Perkembangan Sistem Pembayaran Inflow PTTB Ratio PTTB/Inflow Miliar Rp 700,000 600,000 500,000 400,000 300,000 200,000 100,000 - Tw I- 08 Tw-II 08 Tw-III Tw-IV 08 08 Tw-I 09 Tw II 09 Tw III-09 Tw Tw I- IV-09 10 Tw II- 10 Tw III-10 Grafik 5.2. Perkembangan Inflow, PTTB, dan Ratio PTTB terhadap Inflow Tw IV-10 120.00% 100.00% 80.00% 60.00% 40.00% 20.00% 0.00% 5.1.4. Penemuan Uang Palsu Berdasarkan laporan dari kepolisian, perbankan, dan masyarakat kepada Kantor Bank Indonesia Pontianak temuan uang palsu di triwulan I-2011 mencapai Rp1.925.000,- dengan jumlah bilyet sebanyak 30 lembar. Bila dibandingkan dengan perputaran uang yang di Kalbar yang mencapai Rp929 miliar, maka porsinya hanya mencapai 0,00021% sehingga tidak akan berdampak signifikan terhadap kapitulasi transaski sistem pembayaran secara keseluruhan. Lembar Pecahan 2008 2009 2010 Total Nominal TOTAL TOTAL Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tahun 2010 (Rp) 100,000 1,959 111 92 59 50 38 239 23,900,000 50,000 722 596 247 150 94 40 531 26,550,000 20,000 20 12 1 4 6 1 12 240,000 10,000 4 7 1 2 - - 3 30,000 5,000 5 2 2 5 - - 7 35,000 Total 2,710 728 343 220 150 79 792 50,755,000 Sumber : Seksi Operasional Kas Bank Indonesia Pontianak Tabel 5.4 Perkembangan Temuan Uang Palsu 5.2. SISTEM PEMBAYARAN NON TUNAI 5.2.1. Transaksi Kliring Dibandingkan triwulan sebelumnya, kegiatan kliring selama periode laporan mengalami sedikit penurunan sejalan dengan perlambatan kegiatan ekonomi dan bisnis masyarakat Kalbar di awal tahun. Nilai transaksi kliring tercatat turin tipis 0,22% (q-t-q), kontras dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang naik sebesar 60,78% (q-t-q). Secara nominal, transaksi kliring pada tahun laporan mencapai Rp7.111 miliar dengan jenis terbesar berupa kliring penyerahan yang mencapai Rp7.056 miliar. Sisanya 54

Perkembangan Sistem Pembayaran merupakan transaksi kliring pengembalian atau penolakan dengan berbagai alasan. Sementara itu, jumlah warkat kliring tercatat sebanyak 355.397 lembar yang terdiri dari warkat penyerahan sebanyak 333.576 lembar dan warkat yang ditolak sebanyak 1.821 lembar. Tabel 5.5 Kegiatan Kliring Miliar Rp Keterangan 2008 2009 2010 Total Pert. Tahun '10 TOTAL TOTAL Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV (y-o-y) Kliring Penyerahan - Jumlah Warkat (lbr) 687,042 694,368 199,163 194,259 171,932 195,693 761,047 9.60% - Nominal 19,569 18,720 4,731 5,175 4,381 5,546 19,832 5.94% - Rata-rata warkat/hari (lbr) 11,219 11,328 3,265 3,133 2,773 3,374 12,545 - Rata-rata nominal/hari 321 306 78 83 71 96 327 Kliring Pengembalian - Jumlah Warkat (lbr) 14,339 6,495 1,515 1,570 1,912 45,189 50,186 672.69% - Nominal 701 162 39 44 52 1,552 1,687 943.07% - Rata-rata warkat/hari (lbr) 230 106 25 25 31 779 860 - Rata-rata nominal/hari 10 3 0.6 0.7 0.8 26.8 29 TOTAL - Jumlah Warkat (lbr) 701,381 700,863 200,678 195,829 173,844 240,882 811,233 15.75% - Nominal 20,270 18,881 4,769 5,219 4,433 7,098 21,518 13.97% Sumber : Seksi Operasional Kas Kantor Bank Indonesia Pontianak Keterangan : - HARI KERJA = Tahun 2008: 61 hari, Tahun 2009 : 63 hari, Tahun 2010 : 58 hari 5.2.2. Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS) Pada sisi lain, trransaksi melalui kegiatan RTGS pada triwulan I-2011 mengalami kenaikan dimana nilai RTGS pada periode laporan tercatat sebesar Rp36,75 triliun atau meningkat 5% dibandingkan triwulan I-2010. Apabila dilihat dari jenisnya, kenaikan tersebut terutama terjadi untuk pengiriman uang dari Kalimantan Barat ke luar provinsi. Sementara, transaksi RTGS lokal pada periode laporan tercatat sebesar Rp6,74 triliun sedikit meningkat dibandingkan periode sebelumnya sebesar Rp6,62 triliun. Pada sisi lain, RTGS yang masuk ke Kalimantan Barat tercatat sebesar Rp13,81 triliun lebih rendah dibandingkan triwulan I-2010 sebesar Rp15,69 triliun. Kondisi tersebut antara lain dipengaruhi oleh meningkatnya aktivitas perekonomian Kalimantan Barat yang ditandai dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup baik. Selain itu, penigkatan RTGS tersebut antara lain juga dipengaruhi oleh aktivitas penempatan antar kantor perbankan. Kondisi tersebut salah satunya dipengaruhi oleh peningakat DPK yang lebih cepat daripada penyaluran kredit dimana pada triwulan I-2011 DPK tumbuh 5% sedangkan kredit tumbuh 2% secara triwulanan. 55

Perkembangan Sistem Pembayaran RTGS Keluar Keterangan Tabel 5.6 Transaksi Keuangan Melalui RTGS 2009 2010 Miliar Rp 2011 TOTAL Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I* - Jumlah Transaksi 119.074 35.347 19.948 17.475 19.096 14.484 - Nominal 44.100 12.776 13.643 14.113 16.529 16.204 RTGS Masuk - Jumlah Transaksi 94.097 30.242 19.407 16.281 9.233 17.249 - Nominal 52.709 15.689 18.066 18.152 21.078 13.814 RTGS Lokal - Jumlah Transaksi 73.447 23.749 12.416 10.094 10.050 6.916 - Nominal 21.305 6.624 6.943 6.766 8.129 6.735 TOTAL - Jumlah Transaksi 286.617 89.338 51.771 43.850 38.379 38.649 - Nominal 118.114 35.089 38.652 39.031 45.736 36.753 Sumber: Seksi Operasional Kas Kantor Bank Indonesia Pontianak *) Data sementara 56

Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat BABb VI PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 6.1. Ketenagakerjaan 6.1.1. Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) BPS bulan Februari 2011, jumlah angkatan kerja Provinsi Kalimantan Barat adalah 2.256.867 orang,naik 2,71% dibandingkan Agustus 2010. Dengan jumlah penduduk usia kerja (15 tahun ke atas) sebanyak 3.010.513 orang, maka tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yang merupakan rasio antara jumlah angkatan kerja dengan jumlah penduduk usia kerja naik dari 73,17% pada Agustus 2010 menjadi 74,97% pada Februari 2011. Jumlah penduduk yang bekerja mencatat kenaikan sebesar 2,32% selama Agustus 2010 hingga Februari 2011. Jumlah penduduk bekerja naik dari 2.095.705 orang menjadi 2.144.342 orang dengan penyerapan terbesar terjadi di sektor pertanian. Faktor pendorongnya adalah membaiknya usaha perkebunan karet dan kelapa sawit sehingga mendorong kebutuhan terhadap tenaga kerja di sector pertanian. Jumlah penggangguran juga naik dari 101.620 orang menjadi 112.525 orang atau meningkat 10,73%. Secara keseluruhan, peningkatan jumlah pengangguran tersebut mengakibatkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) naik dari 4,62% menjadi 4,99%. Tabel 6.1 Indikator Ketenagakerjaan Kalimantan Barat NO KE T E R ANGAN F eb 2010 Agt 2010 F eb 2011 1 J umlah P enduduk Us ia Kerja 3,037,972 3,002,953 3,010,513 2 Angkatan Kerja 2,277,435 2,197,325.0 2,256,867 a. Bekerja 2,152,247 2,095,705 2,144,342 b. P engangguran 125,188 101,620 112,525 3 Bukan Angkatan Kerja 760,537 805,628 753,646 4 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 74.97 73.17 74.97 5 T ingkat P enggangguran T erbuka (%) 5.50 4.62 4.99 Sumber: BPS Prov. Kalimantan Barat Berdasarkan sektor usaha, penyerapan tenaga kerja terbesar masih berada pada sektor pertanian (63%), sedikit meningkat dibandingkan penyerapan tenaga kerja pada bulan Agustus 2010 yang mencapai 60%. Selain sector pertanian, pangsa tenga kerja sector perdagangan pada bulan Februari 2011 juga menujukkan sedikit peningkatan menjadi 5%dari 4% pada bulan Agustus 2010. Peningkatan tersebut selain akibat adanya Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I-2011 57

Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat penyerapan tenaga kerja baru juga dipengaruhi oleh adanya peralihan profesi khususny di sector industri, bangunan, dan lainnya. Penurunan tenaga kerja sector industri salah satunya merupakan dampak dari penurunan kinerja sector industri kayu olahan. Sementara, penurunan tenaga kerja disektor bangunan antara lain dipengaruhi oleh masih minimnya realisasi proyek pemerintah sehingga penyerapan tenaga kerja pada proyek pemerintah juga belum optimal. Grafik 6.1 Pangsa Tenaga Kerja Per Sektor Agustus 2010 Grafik 6.2 Pangsa Tenaga Kerja Per Sektor Februari 2011 6% Pertanian 5% Pertanian 11% Industri 11% Industri 5% Perdagangan 4% Perdagangan 13% 5% 60% Bangunan Jasa Lainnya 14% 3% 63% Bangunan Jasa Lainnya Sumber: Data BPS. Prov. Kalbar Diolah Sumber: Data BPS. Prov. Kalbar Diolah 6.2. Kesejahteraan Salah satu indikator kesejahteraan adalah Nilai Tukar Petani (NTP) yang menggambarkan indikator relatif tingkat kesejahteraan petani. Nilai tukar petani diperoleh dengan cara membandingkan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani. NTP juga mengukur daya tukar produk pertanian terhadap barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Dengan demikian, semakin tinggi NTP maka semakin tinggi tingkat kesejahteraan petani. Berdasarkan pemantauan harga-harga di pedesaan pada bulan Maret 2011, NTP Kalimantan Barat tercatat sebesar 102,05. Nilai ini mengalami sedikit penurunan -0,85% dibandingkan NTP bulan Februari 2011 yang tercatat sebesar 102,93 (grafik 6.4). Penurunan NTP pada periode laporan dipengaruhi oleh penurunan indeks harga yang diterima oleh petani sebesar -0,33% dari 131,90 menjadi 131,46. Secara umum pergerakan NTP di Kalimantan Barat sampai dengan bulan Maret 2011 menunjukkan kecenderungan yang meningkat jika dibandingkan tahun sebelumnya Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I-2011 58

Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat dimana pada bulan Maret 2010 dan Desember 2010 NTP Kalimantan Barat masing masing tercatat sebesar 101,07 dan 101,83. Dari sisi pendapatan, petani di Kalimantan Barat cenderung mengalami peningkatan sebgaimana diindikasikan oleh indeks yang diterima petani pada bulan Maret 2011 sebesar 131,46 lebih tinggi dibandingkan periode Maret 2010 sampai dengan Desember 2010 yang berada pada kisaran 121,91 128,55. Namun demikian, peningkatan indeks yang diterima petani tersebut juga dibarengi dengan indeks yang dibayar petani yang juga cenderung mengalami peningkatan. Pada bulan Maret 2011 indeks yang diterima petani tercatat sebesar 128,81 lebih tinggi dibandingkan dengan indeks yang dibayar petani pada periode Maret 2010 sampai dengan Desember 2010 berada pada kisaran 120,61 sampai dengan 126,24. Selanjutnya, pergerakan indeks yang dibayar oleh petani yang cenderung berhimpit dengan dengan indeks yang diterima oleh petani (grafik 6.5) dimana selisih antara indeks yang dibayar dengan indeks yang diterima hanya berkisar 1 sampai dengan kurang dari 3 poin menjadi salah satu indikator bahwa sebagian besar penghasilan petani akan habis untuk dibelanjakan baik dalam rangka memenuhi konsumsi maupun untuk pembelian barang modal. Kondisi ini dikhawatirkan akan berdampak terhadap kemampuan petani untuk menabung yang dalam jangka panjang dapat mempengaruhi investasi petani. Grafik 6.4 NTP Petani Kalimantan Barat Grafik 6.5 Indeks Bayar dan Indeks Diterima Petani 135 130 125 120 115 110 105 100 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 2009 2010 2011 104 103 102 101 100 99 98 97 96 95 135,00 130,00 125,00 120,00 115,00 110,00 105,00 100,00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 2009 2010 2011 NTP Indeks Diterima NTP Indeks Dibayar NTP Indeks Diterima Indeks Dibayar Sumber: data BPS Prov. Kalbar diolah Sumber: data BPS Prov. Kalbar diolah 6.2.1. Pergerakan NTP Bulan Maret 2011 Sebagaimana telah disebutkan pada bagian terdahulu, NTP Kalimantan Barat peda bulan Maret 2011 tercatat mengalami penurunan dibandingkan dengan bulan Februari 2011. Pada sisi pendapatan, terdapat 5 sub sektor yang mengalami penurunan indeks harga yang dibayar dan hanya terdapat 1 sub sektor yang tercatat mengalami kenaikan indeks yang diterima yaitu sub sektor perikanan. Sedangkan pada sisi pengeluaran, seluruh sub Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I-2011 59

Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat sektor mengalami kenaikan indeks yang dibayarkan. Kenaikan indeks yang dibayar tersebut terutama terjadi untuk indeks konsumsi rumah tangga sebesar 1,59% sementara kenaikan Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) tercatat sebesar 0,33%. No Uraian 2010 2011 % Perubahan Maret 2011 Thd Dec Jan Feb Mar Feb 2011 Dec 2010 1. Indeks Harga Yang Diterima Petani 128,55 130,22 131,90 131,46-0,33 2,26 1.1. Padi Palawija 120,25 121,32 123,47 123,27-0,16 2,51 1.2. Hortikultura 128,9 131,42 134,07 133,39-0,51 3,48 1.3. Perkebunan Rakyat 152,22 155,22 157,07 155,78-0,82 2,34 1.4. Peternakan 104,08 104,54 104,54 104,47-0,07 0,37 1.5. Perikanan 131,08 132,05 130,53 131,64 0,85 0,43 2. Indeks Harga Yang Dibayar Petani 126,24 127,11 128,15 128,81 0,52 2,04 1.1. Padi Palawija 125,98 130,06 128,81 129,46 0,50 2,76 1.2. Hortikultura 128,18 129,12 130,14 130,79 0,50 2,04 1.3. Perkebunan Rakyat 126,61 127,72 128,79 129,45 0,51 2,24 1.4. Peternakan 122,46 123,11 124,15 124,88 0,59 1,98 1.5. Perikanan 121,78 122,38 123,42 124,15 0,59 1,95 3. Nilai Tukar Petani 101,83 102,45 102,93 102,05-0,85 0,22 1.1. Padi Palawija (NTPP) 94,69 94,94 95,86 95,22-0,67 0,56 1.2. Hortikultura (NTPH) 100,56 101,78 103,03 101,99-1,01 1,42 1.3. Perkebunan Rakyat (NTPR 120,23 121,54 121,95 120,34-1,32 0,09 1.4. Peternakan (NTPT) 84,99 84,92 84,20 83,66-0,64-1,56 1.5. Perikanan (NTPN) 107,64 107,89 105,76 106,04 0,26-1,49 Sumber: data BPS Prov. Kalbar diolah Tabel 6.2 NTP Per Sub Sektor NTP sub sektor tanaman padi dan palawija pada bulan Maret 2011 mengalami penurunan sebesar -0,67% dibandingkan bulan Februari 2011. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh turunnya indeks yang diterima oleh petani padi dan palawija sebesar - 0,16% dibanding bulan sebelumnya. Penurunan indeks yang diterima petani tersebut antara lain dipengaruhi oleh turunnya indeks terima palawija sebesar 1,21%. Pada sisi lain, indeks yang dibayar oleh petani padi dan palawija mengalami kenaikan sebesar 0,51% pada bulan Maret 2011. Kenaikan indeks yang dibayar oleh petani padi dan palawija antara lain dipengaruhi oleh Indeks Konsumsi Rumah Tangga yang mengalami kenaikan sebesar 0,54% dan Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) Pertanian mengalami kenaikan sebesar 0,39%. NTP sub sektor Hortikultura pada bulan Maret 2011 tercatat mengalami penurunan sebesar -1,01% dibandingkan bulan Februari 2011. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh turunnya indeks yang diterima petani khususnya indeks yang diterima untuk komoditi sayur mayur dan buah-buahan yang masing masing tercatat mengalami penurunan sebesar - 0,97% dan -0,25 %. Pada sisi lain indeks bayar petani hortikultura mengalami kenaikan seiring dengan kenaikan indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,54% dan kenaikan indeks biaya produksi dan penambahan barang modal sebesar 0,28%. NTP sub sektor perkebunan mengalami penurunan sebesar -1,32% dibandingkan bulan Februari 2011. Kondisi ini disebabkan oleh turunnya indeks yang diterima petani Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I-2011 60

Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat sebesar -0,82% sedangkan indeks harga yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,51%. Kenaikan indeks yang dibayar petani tersebut dipengaruhi oleh meningkatnya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,57% dan kenaikan indeks BPPBM sebesar 0,27%. NTP sub sektor peternakan pada bulan Maret 2011 tercatat mengalami penurunan sebesar -0,65% dibandingkan bulan Februari 2011. Hal tersebut dipengaruhi oleh turunnya indeks harga yang diterima oleh pelaku usaha peternakan seiring dengan turunnya indeks harga unggas sebesar -0,53%. Sementara, indeks yang dibayarkan oleh pelaku usaha peternakan pada bulan Maret 2011 tercatat lebih tinggi dibandingkan bulan Februari 2011 yang diindikasikan oleh kenaikan indeks yang dibayar pelaku usaha peternakan sebesar 0,58%. Hal ini dipengaruhi oleh kenaikan indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,64% dan kenaikan indeks BPPBM sebesar 0,46%. Kenaikan indeks BPPBM pada sub sektor peternakan tersebut tercatat lebih tinggi jika dibandingkan dengan kenaikan indeks BPPBM belan Maret 2011 pada 5 sub sektor lainnya. NTP sub sektor perikanan Provinsi Kalimantan Barat pada bulan Maret 2011 tercatat sebagai satu-satunya sub sektor yang mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan bulan Februari 2011. NTP sub sektor perikanan tercatat mengalami kenaikan sebesar 0,26%. Meskipun indeks yang dibayar oleh pelaku usaha sub sektor perikanan mengalami kenaikan sebesar 0,59%, namun kenaikan tersebut dapat diimbangi dengan kenaikan indeks harga yang diterima pelaku usaha sub sektor perikanan sebesar 0,85%. Kenaikan indeks yang diterima tersebut antara lain dipengaruhi oleh kenaikan indeks penangkapan dan indeks budidaya masing - masing sebesar 0,93% dan 0,25%. Pada sisi lain, kenaikan indeks yang dibayar oleh pelaku usaha sub sektor perikanan pada bulan Maret 2011 dipengaruhi oleh kenaikan indeks BPPBM sebesar 0,13% dan kenaikan indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,80%. 6.2.2. Perbandingan Dengan Provinsi Lain Di Kalimantan Pada bulan Maret 2011, hampir semua provinsi di Kalimantan tercatat mengalami penurunan NTP dimana penurunan terbesar terjadi di Provinsi Kalimantan Tengah yang kemudian diikuti oleh Kalomantan Barat. Pada sisi lain, Provinsi Kalimantan Timur tercatat sebagai satu-satunya provinsi yang mengalami kenaikan NTP. Selanjutnya apabila dbandingkan dengan provinsi lainnya, angka NTP Kalimantan Barat hanya sedikit di atas angka dasar indeks (100) yaitu berkisar antara 101 sampai dengan 102 dan lebih kecil dibandingkan Provinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Angka indeks NTP Provinsi Kalimantan Selatan berkisar 107 sampai dengan 108 sementara indeks NTP Provinsi Kalimantan Tengah berkisar 102 sampai dengan 103. Kondisi tersebut mencerminkan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I-2011 61

Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat bahwa kesejahteraan petani di Kalimantan barat masih dibawah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. No Uraian 2010 2011 % Perubahan Maret 2011 Thd Dec Jan Feb Mar Feb 2011 Dec 2010 1 Kalimantan Barat 101,83 102,45 102,93 102,05-0,85 0,22 2 Kalimantan Tengah 103,67 103,81 103,19 102,14-1,02-1,48 3 Kalimantan Selatan 108,07 108,59 107,83 107,64-0,18-0,40 4 Kalimantan Timur 98,91 98,67 98,94 99,83 0,90 0,93 Sumber: data BPS Prov. Kalbar diolah Tabel 6.3 Perbandingan Dengan NTP Provinsi di Kalimantan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I-2011 62

Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah BAB b VII PERKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH 7.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Perekonomian Kalimantan Barat di triwulan II-2011 diperkirakan tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan tiwulan I-2011 dengan kisaran 5,4% (yoy). Dari sisi permintaan, penyebab utama pertumbuhan adalah akibat meningkatnya konsumsi rumah tangga yang dipengaruhi oleh meningkatnya kebutuhan khususya terkait dengan pendidikan yang didukung dengan masih cukup kuatnya daya beli masyarakat. Selain itu, konsumsi pemerintah diperkirakan akan mengalami peningkatan seiring dengan semakin banyaknya kegiatan yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah antara lain seperti Pilkada Kabupaten Sambas. Sementara itu, kinerja ekspor diperkirakan juga masih tumbuh cukup baik terutama untu komoditi bauksit, karet dan CPO. Investasi pada triwulan II-2011 diperkirakan akan mengalami peningkatan seiring dengan dimulainya realisasi proyekproyek pemerintah khususnya yang sumber pendanaannya dair APBD. Tabel 7.1 Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen triwulan II-2011 Variabel Pembentuk ITK Triwulan I-2011 Menurut Rata-Rata Pendapatan Rumah Tangga Sebulan < Rp 2 Juta > 2 Juta Total Perkiraan pendapatan Rumah Tangga mendatang 89,36 111,63 108,44 Rencana pembelian barang tahan lama 100,00 102,42 102,08 Indeks Tendensi Konsumsi 92,82 108,63 106,37 Sumber: BPS Prov. Kalimantan Barat Sementara dari sisi penawaran, sektor utama yang diperkirakan akan tumbuh adalah sektor pertanian, pertambangan, perdagangan, dan bangunan/konstruksi. Peningkatan sektor pertanian tersebut diperkirakan bersumber dari sub sektor perkebunan seiring dengan masih cukup baiknya harga internasional CPO dan karet. Sektor sektor pertambangan diperkirakan mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya pertambangan bauksit terutama oleh PT. Antam di Kecamatan Tayan Kabupaten Sanggau. Selanjutnya, perdagangan juga diperkirakan mengalami pertumbuhan yang cukup baik seiring dengan meningkatnya kegiatan yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah dan masih kuatnya daya beli masyarakat dimana kondisi tersebut juga Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I-2011 63

Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah didukung oleh pergerakan harga yang relatif stabil. Sektor bangunan diperkirakan juga meningkat seiring dengan dimulainya proyek-proyek pemerintah seperti pembangunan jalan trans Kalimantan poros selatan. Grafik 7.1 Ekspektasi Kegiatan Usaha 15,00 10,00 5,00 0,00-5,00 T.I T.II T.III T.IV T.I T.II T.III T.IV T.I T.II T.III T.IV T.I 2008 2009 2010 2011-10,00-15,00 Sumber: Survei Konsumen BI Pontianak 7.2. Inflasi Tekanan harga secara umum di kota Pontianak pada triwulan mendatang diperkirakan akan lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya dan berada pada kisaran 1,5%-3,0% (q-t-q). Kemungkinan tekanan inflasi akan terjadi pada kelompok bahan makanan, dan kelompok makanan jadi serta kelompok transpor komunikasi dan jasa keuangan. Kondisi tersebut didukung oleh faktor eksternal, perkembangan harga minyak dunia dan pangan dunia hingga triwulan I-2011 terus menunjukkan tren kenaikan. Ratarata harga minyak dunia pada triwulan I-2011 menguat 10,37% dibandingkan triwulan sebelumnya menjadi USD 93,93/barrel. Seiring dengan kondisi tersebut, kelangsungan subsidi BBM oleh pemerintah diperkirakan akan segera ditinjau ulang. Jika pemerintah menaikkan harga BBM, maka diperkirakan dampaknya akan meluas kepada sektor lainnya. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I-2011 64