ADAPTASI KLON-KLON BAWANG MERAH (Allium ascollonicum L.) DI PABEDILAN LOSARI CIREBON ABSTRACT

dokumen-dokumen yang mirip
PENGUJIAN BEBERAPA KLON BAWANG MERAH DATARAN TINGGI (CLONES TESTING OF SOME HIGHLANDS SHALLOTS)

PENGARUH BERBAGAI MACAM BOBOT UMBI BIBIT BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) YANG BERASAL DARI GENERASI KE SATU TERHADAP PRODUKSI

UJI PENDAHULUAN KLON-KLON HASIL SILANGAN BAWANG MERAH PADA MUSIM PENGHUJAN DI LEMBANG

PENGARUH PEMBENTUKAN JUMLAH ANAKAN PADA BAWANG MERAH GENERASI KE 3 YANG BERASAL DARI UMBI TSS. Oleh: Sartono Putrasamedja

Pengaruh Jarak Tanam dan Ukuran Umbi Bibit terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kentang Varietas Granola untuk Bibit

Oleh: Sartono Putrasamedja Balai Penelitian Tanaman Sayuran - Lembang

Lampiran 2. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 2 MST

No. 02 Hasil Penelitian Tahun Anggaran 2010

Kentang (Solanum tuberosum) merupakan sumber kalori

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Mei 2017 di Lahan Fakultas

PERBAIKAN VARIETAS BAWANG MERAH (Allium ascallonicum L) MELALUI PERSILANGAN ABSTRACT ABSTRAK

EVALUASI SEPULUH KULTIVAR LOKAL BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) DI KERSANA BREBES

Blok I Blok II Blok III 30 cm

BAHAN METODE PENELITIAN

ALAT POLINASI DAN AKTIVITAS TERHADAP PRODUKSI BENIH BAWANG DAUN (Alium fistolosum) U. SUMPENA

LAMPIRAN. Lampiran 1. Layout Penelitian

Lampiran 1. Deskripsi Bawang Merah Varietas Tuk Tuk

AGROVIGOR VOLUME 8 NO. 2 SEPTEMBER 2015 ISSN

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan milik petani di Desa Dolat Rakyat-

Buletin IKATAN Vol. 3 No. 2 Tahun

TATA CARA PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan

Jurnal Online Agroekoteknologi. ISSN No Vol.3, No.3 : , Juni 2015

ADAPTASI BEBERAPA GALUR TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill.) DI LAHAN MEDIUM BERIKLIM BASAH DI BALI DENGAN BUDIDAYA ORGANIK

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR

Bawang merah (Allium ascalonicum) mempunyai prospek

BAWANG MERAH. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara

Penerapan Inovasi Teknologi Beberapa Varietas Bawang Merah di Daerah Dataran Rendah Sulawesi Barat

BUDIDAYA BAWANG MERAH DI LAHAN KERING

Uji Adaptasi Lima Varietas Bawang Merah Asal Dataran Tinggi dan Medium pada Ekosistem Dataran Rendah Brebes

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

PENYIAPAN BENIH BAWANG MERAH

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG SABRANG (Eleutherine americana Merr) TERHADAP PEMBELAHAN UMBI DAN PERBANDINGAN MEDIA TANAM ABSTRACT

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian

Pengaruh Kerapatan Tanaman dan Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh terhadap Produksi Umbi Bibit Bawang Merah Asal Biji Kultivar Bima

BAWANG MERAH DI INDONESIA

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Bahan Alat Rancangan Percobaan Yijk ijk

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L. Var. TUKTUK) ASAL BIJI TERHADAP PEMBERIAN PUPUK KALIUM DAN JARAK TANAM

Suplemen Majalah SAINS Indonesia

PENGARUH MACAM DAN DOSIS KOMPOS PUPUK KANDANG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.)

46 Jurnal Produksi Tanaman Vol. 5 No. 1, Januari 2017: ISSN: Rangga Herwanda *), Wisnu Eko Murdiono dan Koesriharti

LAMPIRAN. Lampiran 1. Denah Penelitian. Keterangan: A, B, C, D, E, F, G = Perlakuan penelitian 1, 2, 3 = Ulangan perlakuan

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. RIWAYAT HIDUP... iii. ABSTRAK... iv. KATA PENGANTAR... vi. DAFTAR ISI...

Pedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. RIWAYAT HIDUP... iii. ABSTRAK... iv. ABSTRACT... v. KATA PENGANTAR... vi. DAFTAR ISI...

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kembaran Kabupaten Banyumas mulai Februari sampai Maret 2017.

Produksi Biji Bawang Merah Samosir Aksesi Simanindo Terhadap Konsentrasi GA3 dan Lama Perendaman di Dataran Tinggi Samosir

VI. UBIKAYU. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 23

Respons Tanaman Bawang Merah Asal Biji True Shallot Seeds terhadap Kerapatan Tanaman pada Musim Hujan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan yang terletak di Desa Rejomulyo,

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

Jurnal Cendekia Vol 12 No 1 Januari 2014 ISSN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

PENGKAJIAN ADAPTASI VARIETAS-VARIETAS BAWANG MERAH PADA LAHAN GAMBUT DI KALIMANTAN BARAT. Titiek Purbiati, Abdullah Umar dan Arry Supriyanto

KERAGAAN BEBERAPA GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN SAWAH NUSA TENGGARA BARAT

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang terpadu Universitas Lampung di

ABSTRACT. Agus MP. dan Gayuh PB. : Kajian Pengembangan Bawang Merah

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

VI. UBI KAYU. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 41

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAB III. METODE PELAKSANAAN. Tlasih, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang, dengan ketinggian 600

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

III. BAHAN DAN METODE. September 2016 di rumah kasa Growth Center Kopertis Wilayah 1 Sumut-Aceh

Karakterisasi Koleksi Plasma Nutfah Tomat Lokal dan Introduksi

Tinggi tongkol : cm : Menutup tongkol cukup baik

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI BERASTAGI MELALUI BERTANAM BAWANG DAUN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian,

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember

Lampiran 1. Tabel Tinggi Tanaman 2 MST (cm) Ulangan

Evaluasi Daya Hasil Kultivar Lokal Bawang Merah di Brebes

PERANAN JUMLAH BIJI/POLONG PADA POTENSI HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) F6 PERSILANGAN VARIETAS ARGOMULYO DENGAN BRAWIJAYA

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengamatan pertumbuhan tanaman kedelai Edamame dilakukan di rumah. B. Bahan dan Alat Penelitian

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan September November 2016.

Pengaruh Varietas dan Ukuran Umbi terhadap Produktivitas Bawang Merah

PENDAHULUAN Latar Belakang

Pengaruh Varietas dan Pemberian Jenis Pupuk terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah

Keragaan Galur Jagung Genjah pada Lahan Kering Provinsi Riau

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

Sumber : Nurman S.P. (

Adaptasi Beberapa Varietas Unggul Baru Bawang Merah di Lahan Suboptimal Kabupaten Jeneponto

UJI DAYA HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH DI SUBAK DANGIN UMAH GIANYAR BALI

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) DENGAN PEMBELAHAN UMBI BIBIT PADA BEBERAPA JARAK TANAM

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

TANGGAPAN PERTUMBUHAN DAN DAYA HASIL DUA KLON TANAMAN NILAM (Pogostemon cablin Benth.) TERHADAP DOSIS PEMUPUKAN UREA, SP-36, DAN KCl

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR

Transkripsi:

ADAPTASI KLON-KLON BAWANG MERAH (Allium ascollonicum L.) DI PABEDILAN LOSARI CIREBON Sartono Putrasamedja Balai Penelitian Tanaman Sayuran Jl. Tangkuban Perahu No. 517 Lembang Bandung Telp. (022) 2786245, fax (022) 2786416 81 ABSTRACT The purpose of this experiment is to obtain clones of onion that can adapt well in Losar. Ten clones of hybrid onion that has been selected by two local varieties as compares were planted at low elevation of Losari Pabedilan in 16 m asl using Randomyzed Completely Block Design, from June - September 2007. The results showed that clone no. 10 is a clone of onion that can be adapted well and have the appearance of new growth and results in high-losari Pabedilan Cirebon, are consistent with the expectations of the users who may ultimately be developed commercially. Keywords : red onion, clone, adaptation, growth, yield. PENDAHULUAN Apabila kita lihat pertanaman bawang merah pada bulan-bulan Mei sampai dengan bulan Desember hampir seluruh lahan di Pabedilan Losari Cirebon ditanami bawang merah, dari hasil bawang merah yang mereka usahakan masih di bawah 14 t/ha produksi kering. Produksi ini masih jauh dibandingkan dengan hasil penelitian Balai penelitian Tanaman Sayuran Lembanga yang sudah mencapai18 t/ha (Putrasamedja, dkk, 2006). Rendahnya produksi ini disebabkan adanya penggunaan bibit lokal yang belum ditangani dengan profesional yaitu bibit yang berasal dari umbi konsumsi yang telah pecah dormansinya kemudian ditanam. Dengan demikian, tidak tertutup kemungkinan akan tertular oleh penyakit bawaan dari pertanaman sebelumnya. Akibat terbawanya penyakit ini berdampak terhadap pertumbuhan maupun berakhir dengan produksi menjadi menurun. Klon bawang merah adalah merupakan sekelompok tanaman dari AGRITECH, Vol. XII No. 2 Des. 2010 : 81 88

82 hasil perbanyakan benih dengan cara vegetatip, yaitu melalui umbi. Dari hasil perbanyakan iini sudah diseleksi pada beberapa generasi sehingga tidak diragukan lagi sifat-sifat khusus serta keunggulannya, klon-klon ini adalah hasil perakitan bawang merah dengan melalui hibridisasi dan dilanjutkan dengan seleksi. Dari klon-klon ini akan di peroleh calon-calon varietas unggul baru sebagai pengganti varietas-varietas lokal yang sudah ada. Klon-klon ini, selain kualitas yang dapat diandalkan juga kuantitasnya di harapakan akan lebih baik dari induk-induknya. Untuk membuktikan sifat-sifat keungulan ini sebelum di uji multilokasi maka perlu di uji pendahuluan dengan harapan bahwa setelah melalui uji pendahuluan ada beberapa klon yang dapat beradaptasi baik dalam dua musim. Dari hasil uji pendahuluan setelah dua musim dapat diteruskan dnegan uji multilokasi pada bebebrapa sentra bawang merah (Putrasamedja, dkk. 2004). Klon-klon hasil silangan yang sudah terseleksi agar adapat dilanjutkan untuk uji multilokasi maka perlu di adakan uji adaptasi pendahuluan pada sentra bawang merah. BAHAN DAN METODE Bahan percobaan terdiri atas hasil silangan bawang merah berupa klon-klon yang sudah terseleksi sebanyak 10 klon dan 2 varietas sebagai kontrol. Percobaan dilakukan di kebun petani desa Pabedilan Losari Cirebon pada ketinggian +/- 8 m dpl mulai bulan Juni 2008. rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak kelompok dengan perlakuan 12 genotip. Masing-masing perlakuan diulang 3 kali, klon-klon itu adalah: klon no. 1, no. 2, no.3, no.4, no.5, no.6, no.7, no.8, no. 9, no. 10, Bima Brebes dan Bauji. Perlakuan yang memberikan pengaruh nyata terhadap peubah yang diamati dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%. Umbi berupa klon bawang merah yang sudah siap tanam, ditanam satu umbi perlubang dengan jarak tanam 15 X 20 cm pada petak ukuran 1,5 X m sebanyak 200 umbi/petak, jarak antar petak 0,5 m dan jarak antar Sartono Putrasamedja : Adaptasi Klon-klon Bawang Merah

83 ulangan 1 m. Tanaman diberi pupuk organik yang berupa kompos dengan dosis 5 t/ha yang diaplikasikan juga pupuk buatan dengan dosis 300 kg N, 90 kg P 2 O 5, 120 kg K 2 O per hektar. Sumber N yang digunakan berasal dari UREA dan ZA masing-masing 50% yang diberikan 3 kali berturut-turut 1/3 nya pada umur 15,30 dan 45 hari setelah tanam (hst). Sedangkan, sumber P2O5 berasal dari TSP yang diberikan satu kali, tiga hari sebelum tanam, K2O berasal dari KCl diberikan 3 kali masing-masing 1/3 nya pada umur 15,30 dan 45 hst (Hidayat dan Rosliani, 1996). Pemeliharaan tanaman berupa penyiangan dan pencegahan terhadap serangan hama dan patogen dilakukan dengan memberikan penyemprotan insektisida dan fungisida (Decis 25 EC dengan konsentrasi 0,2 % dan Daconil 75 WP dengan konsentrasi 0,3%) yang dilakukan dua kali setiap minggu. Parameter diamati meliputi tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah daun per rumpun, berat rata-rata 10 sampel, diameter umbi, rata-rata tinggi tanaman, berat rata-rata per rumpun, produksi kuring per plot. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan pada waktu tanaman berumur 35 hari setelah tanam, jumlah daun, jumlah anakan diamat setelah tanaman berumur 40 hari setelah tanam. Bobot rata-rata 10 sampel, diameter umbi, tinggi umbi, berat rata-rata per rumpun diamati pada saat panen, produksi kering per plot ditimbang setelah kering eskape yaitu pada waktu tanaman sudah dijemur selama 10 hari setelah tanaman. HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan Tanaman Dari awal pertumbuhan sampai dengan panen tanam tumbuh dengan baik, tidak ada gangguan yang serius, secara keseluruhan tanaman menunjukan tingkat keseragaman yang normal. Pertumbuhan tanaman normal dan tanaman rata-rata dapat membentuk umbi (Tabel. 1). Penggunaan jarak tanam yang tepat kelihatannya memberikan pertumbuhan yang optimal pada umur 40 hari setelah tanam, hal ini terbukti dengan terlihatnya tidak ada gangguan AGRITECH, Vol. XII No. 2 Des. 2010 : 81 88

84 Tabel. 1. Tinggi Tanaman, Jumlah Anakan, jumlah Daun per Rumpun No Perlakuan Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Anakan Jumlah Daun 1 Klon No. 1 36.57 ab 4.40 c 24.60 cd 2 Klon No. 2 39.40 ab 5.43 abc 33.10 ab 3 Klon No. 3 37.73 ab 4.30 c 24.93 cd 4 Klon No. 4 33.17 b 5.10 abc 28.93 bcd 5 Klon No. 5 36.90 ab 4.73 abc 23.63 d 6 Klon No. 6 35.97 ab 4.67 bc 27.76 bcd 7 Klon No. 7 35.23 ab 5.67 ab 31.33 abc 8 Klon No. 8 39.97 ab 4.80 abc 28.77 bcd 9 Klon No. 9 39.23 ab 4.50 c 25.77 cd 10 Klon No. 10 40.20 a 4.33 abc 29.80 abcd 11 Bima Brebes 38.62 ab 4.30 c 28.80 bcd 12 Bauji 39.97 ab 5.83 a 36.43 a CV 9.19 11.77 12.82 Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti oleh salah satu huruf sama tidak berbeda nyata dalam taraf uji HSD 5%. organisme pengganggu sebagai akibat persaingan dalam persaingan hidup baik unsur hara, sinar matahari yang masuk maupun fotosintesa. Ini terbukti bahwa penggunaan jarak tanam sudah tepat sesuai dengan keinginan pertumbuhan tanaman. Hasil percobaan yang lalu menunjukan penanaman bawang merah asal biji dengan jarak tanam 10X15 menghasilkan 8,58 t/ha (Putrasamedja, 1995) rendahnya hasil ini disebabkan oleh faktor genetik. Penanaman dari biji rata-rata hanya dapat menghasilkan satu umbi per rumpun, sedangkan apabila melalui umbi yang sudah lebih dari tiga generasi dapat menghasilkan 2-6 umbi setiap rumpunnya. Namun, tidak lepas dari asal varietasnya atau turunan dari dua induk tetua. Hal ini terbukti pada klon no. 10 sudah dapat melebihi kontrol (7,78 t/ha) sedangkan kontrol Bauji hanya 7,20 ton/ha. Hal ini membuktikan bahwa produksi tidak saja tergantung pada pertumbuhan tanaman, namun asal bibit (biji atau umbi) juga lokasi yang dipakai akan ikut menentukan produksi akhir. Tinggi Tanaman Pengamatan tinggi tanaman dilakukan pada saat tanaman berumur Sartono Putrasamedja : Adaptasi Klon-klon Bawang Merah

85 35 hari setalah tanam. Pengukuran ini berdasarkan pada umur pertumbuhan vegetatip sudah berhenti, sehingga pertumbuhan sudah optimal secara statistik menunjukan bahwa klon no. 10 (40,20 cm) mampu membentuk tanaman paling tinggi dan berbeda nyata dengan klon no. 4 (33,17 cm) paling rendah, sedangkan kedua yaitu klon no. 5 (39,97 cm), klon no. 2 (39,40 cm) dan klon no. 8 (39,23 cm) (tabel. 1.). Keadaan semacam ini dipengaruhi oleh sifat genetik yang dimiliki oleh kedua bawang merah tersebut, sehingga memberikan pengaruh terhadap tinggi tanaman. Tingkat keragaman yang disebabkan oleh perbedaan klon, akan berakibat terhadap hasil yang tidak lepas dari pengaruh lingkungan (Suryadi dan Anggoro, 1998). Tinggi tanaman juga dipengaruhi oleh jarak tanam. Apabila jarak tanam terlalu rapat maka tinggi tanaman semakin tinggi apabila dibandingkan dengan jarak tanam yang normal. Kemungkinan terjadi tinggi tanaman yang berlebihan karena adanya sifat fototropisme pada tanaman (etiolasi). Jumlah Anakan Dilihat dari tabel 1, jumlah anakan tanaman paling sedikit pada klon no. 1, no. 3, no. 9 dan berbeda nyata dengan kontrol no. 12 (bauji), klon no. 7 tetapi tidak berbeda nyata dengan lainnya. Perbedaan ini terjadi karena adanya interaksi genetik dengan lingkungan sesuai dengan pendapat Yamaguci (1983) tentang timbulnya keragaman disebabkan oleh adanya perbedaan faktor keturunan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya bahwa terjadinya perbedaan pertumbuhan jumlah anakan lebih dipengaruhi oleh sifat genetika yang dimiliki dua belah klon bawang merah (Sumiati et al, 2001). Jumlah anakan menentukan hasil yang akan dicapai, karena apabila jumlah anakan yang dimiliki sedikit umbi akan besar, sehingga berpengaruh terhadap berat umbi (Tabel. 1) 1 jumlah anakan yang dicapai oleh kelon no. 10 rata-rata 5,33 dapat menghasilkan produksi kering paling tinggi di antara semua klon (Tabel. 2) pada dasarnya jumlah anakan AGRITECH, Vol. XII No. 2 Des. 2010 : 81 88

86 cenderung berpengaruh terhadap produksi umbi. Jumlah Daun per Rumpun Dari hasil rata-rata pengamatan jumlah daun pada klon-klon yang diuji menunjukan adanya perbedaan nyata dengan kisaran 23,63 helai sampai dengan 36,43 helai daun per rumpun yang berbeda nyata dengan perlakuan no. 5. Ketersediaan unsur hara dalam jumlah yang cukup menyebabkan tanaman bawang merah tumbuh dengan baik. Keragaman yang tejadi akibat dari klon-klon yang berbeda, sehingga faktor genetik yang berbeda beradaptasi dengan lingkungan menghasilkan fenotipe yang berbeda (Satjadipura,1986). Pada tabel 1 terlihat bahwa jumlah daun yang dicapai oleh masing-masing klon tidak selalu ditentukan oleh banyaknya jumlah anakan, namun secara nyata jumlah mata tunas juga sangat berpengaruh terhadap jumlah daun per rumpun. Bobot Umbi Kering per 10 Rumpun Hasil tertinggi bobot kering per 10 rumpun dicapai oleh klon no. 1 (740,00 gram) tetapi tidak berbeda nyata terhadap lainnnya diikuti oleh klon no. 10 (726,00 gram) (tabel. 2). Potensi hasil dicapai pada klon no. 10 dapat mencapai 7,78 t/ha. Yang dapat mengalahkan klon no. 1, karena pada klon no. 1 pada waktu mau dipanen sebagian sudah rusak sehingga walaupun rata-rata bobot per rumpun lebih besar tidak otomatis produksi akhir menjadi besar. Kelihatannya pada klon no. 1 lingkungannnya tidak menunjang (Soedirdjoatmodjo, 1987). Hal ini terlihat bahwa masing-masing klon walaupun berasal dari daerah yang sama tidak selalu mempunyai sifat yang sama, sehingga terjadi perbedaan hasil yang dicapai. Bobot Umbi Kering Eskape per Plot Pengamatan umbi kering setiap plot dilakukan dengan cara menimbang hasil panen yang sudah kering setiap plot. Diperoleh bahwa klon no. 10 (6,67 kg) dengan jumlah daun rata-rata 29 dengan anakan 5 mampu menghasilkan produksi paling tinggi dan berbeda sangat nyata dengan perlakuan no. 9 dan berbeda nyata dengan perlakuan klon no. 4, klon Sartono Putrasamedja : Adaptasi Klon-klon Bawang Merah

87 Tabel. 2. Berat Umbi Kering per 10 Rumpun, Berat Umbi Kering per Plot No Perlakuan Berat umbi kering Berat umbi kering per 10 rumpun per plot 1 Klon No. 1 740.00 a 4.38 cd 2 Klon No. 2 581.70 a 5.20 bc 3 Klon No. 3 583.30 a 4.33 cd 4 Klon No. 4 566.70 a 5.01 c 5 Klon No. 5 600.00 a 4.84 c 6 Klon No. 6 656.70 a 5.50 bc 7 Klon No. 7 576.70 a 4.73 c 8 Klon No. 8 616.70 a 4.87 c 9 Klon No. 9 643.30 a 3.40 d 10 Klon No. 10 726.70 a 6.67 a 11 Bima Brebes 548.30 a 4.63 c 12 Bauji 470.00 a 6.17 ab CV 25.15 12.39 Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti oleh salah satu huruf sama tidak berbeda nyata dalam taraf uji HSD 5%. no. 5, klon no.7, klon no. 8 dan kontrol Bima Brebes (Tabel. 2). Terjadinya perbedaan ini menunjukan bahwa sifat dari masing-masing klon dipengaruhi oleh lingkungan. Kemampuan berproduksi selain ditentukan oleh lingkungan juga adanya sifat-sifat genetik yang diwariskan oleh masingmasing induk tetua. Namun demikian, terjadinya perbedaan antar klon dalam pencapaian produksi membuktikan bahwa bawang merah di Indonesia masih dapat ditingkatkan produksinya. Ini dapat dikuatkan dengan hasil produksi pada kultivar lokal yang masih lebih rendah Bima Brebes (4,63 kg) sedangkan klon no. 10 (6,67 kg). Klon ini masih dapat ditingkatkan lagi produksinya apabila ditanam pada musim serta waktu tanam yang tepat. KESIMPULAN 1. Klon no. 10 mampu beradaptasi dengan baik di daerah Losari- Cirebon. AGRITECH, Vol. XII No. 2 Des. 2010 : 81 88

88 2. Klon no. 10 mempunyai pertumbuhan dan daya hasil paling baik dibandingkan dengan klon lainnya maupun kontrol. DAFTAR PUSTAKA Biro Pusat Statistik, 2003. Usaha Produksi dan Konsumsi Pertanian. Departemen Pertanian, Jakarta. Bab. 2 : 88-90. Hidayat, A. dan Rosliani, 1996. Pengaruh pemupukan N, P dan K pada Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah. Jurnal Hortikultura 5 (5) : 39-43. Putrasamedja, S. 1986. Panjang Tanaman pada Bawang merah (Allium accallonicum) berasal dari biji terhadap Produksi. Jurnal Hortikultura 5 (1) : 76-80. Putrasamedja, S., J. Pinilih, S. dan Basuki R. 2006. Usulan Pelepasan Klon-klon Bawang merah Calon Varietas Unggul Baru. Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura Pasarminggu, Jakarta. Soedirdjoatmojo, 1987. Bertanam Bawang, Karya Bumi, Jakarta. Soedomo P. 1992. Uji Adaptasi dan Daya Hasil Kultivar Bwang Merah (Allium ascallonicum) Di Daerah Pasarminggu. Buletin Penelitian Hortikultura. XXIII (4) : 128-135. Sumiati, E. A. Hidayat dan N. Nurtika, 2001. Pengaruh Kerapatan Tanaman terhadap Hasil dan Kualitas Bawang Merah Bombay Introduksi didataran Tinggi Lembang. Jurnal Hortikultura. II (2) : 94-99. Suryadi dan A. H. Permadi, 1998. Evaluasi Pertumbuhan dan Daya Hasil Delapan Kultivar Kubis Bunga di Dataran Medium. Jurnal Hortikultura 8 (2) : 1068-1071. Yamaguci, M. 1983. Word Vegetable crops Departement of Vegetable Effert, University of California, Berkeley. 219 P. Satjadipura, 1986. Daya Hasil Varietas Petsai di Dataran Tinggi, Medium dan Rendah. Buletin Penelitian Hortikultura. XIII (2) : 64-69. Sartono Putrasamedja : Adaptasi Klon-klon Bawang Merah