ANALISIS GAYA KEPEMIMPINAN LURAH DIKELURAHAN ANGKASAPURA DISTRIK JAYAPURA UTARA KOTA JAYAPURA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan tugas dan penyelenggaraan pemerintahan, dipengaruhi oleh

BAB II TELAAH PUSTAKA. Kepemimpinan merupakan ilmu terapan dari ilmu-ilmu sosial, sebab prinsipprinsip

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. tujuan yang telah ditetapkan melalui kegiatan-kegiatan yang digerakkan oleh

HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN DEMOKRATIK DENGAN KINERJA KARYAWAN

BAB 4 METODOLOGI PE ELITIA

DAFTAR PUSTAKA. Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Kata Kunci: Evaluasi Penyelenggaraan, Pemerintahan Desa

III. METODE PENELITIAN. angka-angka analisis menggunakan statistik (Sugiyono, 2012:7). Penelitian

Oleh FITRI WIJAYANTI UNDJILA NIM: ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. manajemen, hal ini dikarenakan kepemimpinan merupakan motor

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

PERAN PEMERINTAH DESA MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT PESISIR DALAM PEMBANGNAN DI DESA TAKISUNG KECAMATAN TAKISUNG KABUPATEN TANAH LAUT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumber daya manusia membahas dan mengemukakan bagaimana suatu organisasi mengolah

MODEL KEPEMIMPINAN CAMAT UNTUK MENINGKATKAN KINERJA PEGAWAI DI KECAMATAN KAPUAS BARAT KABUPATEN KAPUAS PROPINSI KALIMANTAN TENGAH.

Oleh : Nina Martina Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Galuh Jln. R.E. Martadinata No.150 Ciamis. Abstrak

I PENDAHULUAN. Pemimpin merupakan orang yang mempunyai kemampuan untuk. mempengaruhi sekelompok orang dalam usaha mencapai tujuan organisasi dan

DAFTAR PUSTAKA. Ahmad Tohardi. (2002). Pemahaman Praktis Manajemen Sumber Daya Manusia. Universitas Tanjung Pura. Bandung. Mandar Maju.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode campuran (Mixed Method), yaitu metode

pujian atau kritik atas hasil kerja karyawan Tabel 4.14 Tanggapan responden mengenai pemimpin selalu meminta karyawan untuk berpartisipasi

ANALISIS GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI KANTOR CAMAT TALLO KOTA MAKASSAR MUH. ILYAS DJARIMAKKA UNIFAR MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. Kepemimpinan yang efektif sangat dipengaruhi oleh kepribadian pemimpin.

PENGARUH FUNGSI KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. GALESONG PRATAMA CABANG GORONTALO OLEH MEISKE SALIM NIM.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Guru atau seorang pendidik, merupakan ujung tombak pendidikan, karena guru

Bisma, Vol 1, No. 4, Agustus 2016 GAYA KEPEMIMPINAN PARTISIPATIF PADA HOTEL GARUDA DI PONTIANAK

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

PENGARUH KONFLIK DAN KEPEMIMPINAN TERHADAP TINGKAT STRES PEGAWAI (Studi Kasus di SMP Negeri 4 Sindang Kabupaten Indramayu Tahun 2013)

PENGARUH PENEMPATAN TERHADAP MOTIVASI KERJA DAN KINERJA KARYAWAN (Studi pada Karyawan PT. Astra International, Tbk-Daihatsu Malang)

Jurnal Pembangunan dan Kebujakan Publik

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas dan sumber daya yang dimiliki perusahaan. perusahaan sektor publik. Salah satu perusahaan sektor publik yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. pemimpin. Setiap pemimpin perlu memiliki aspek-aspek kepribadian yang dapat

BAB III METODE PENELITIAN. pelaporan data-data penelitian secara sistematis.

BAB III PEMBAHASAN. mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk sama-sama melakakukan aktivitasaktivitas

PENGARUH PELATIHAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA INSPEKTORAT KABUPATEN ROKAN HULU

Dalam penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :

BAB II KAJIAN TEORITIK

ANALISIS KINERJA PEGAWAI PADA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SAROLANGUN. Yeni Yuliana HOA113004

Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN PARTISIPATIF TERHADAP MOTIVASI KERJA KARYAWAN PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO)Tbk.

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi senantiasa memanfaatkan sumber daya manusia yang

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA DESA TERHADAP PENINGKATAN PERTISIPASI MASYARAKAT DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN

PEMBINAAN PEGAWAI DALAM PELAKSANAAN TUGAS DI BIRO UMUM KANTOR GUBERNUR PROVINSI SUMATERA BARAT

DAFTAR PUSTAKA. Arikunto, Suharsimi. 1996, Prosedur penelitian, Suatu Pendekatan Praktis, Jakarta, Bina Aksara

ANALISIS PENGARUH KEPUASAN KERJA TERHADAP PRESTASI KERJA KARYAWAN CV. ORGANIK AGRO SYSTEM (OASIS) BANDAR LAMPUNG. Oleh Rina Milyati Yuniastuti.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. efektivitas dan keberhasilan organisasi (Yulk, 2005: 4). Kepemimpinan didefinisikan

PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA BANDUNG

PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN ADMINISTRASI DI UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG

BAB III METODE PENELITIAN. Komputer TIME Medan Jalan Merbabu No. 32 AA-BB Medan Komputer TIME Medan Jalan Merbabu No. 32 AA-BB Medan dimulai

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada kamar kos-kosan yang berlokasi di

II. TINJAUAN PUSTAKA Kepemimpinan

ANALISIS AUDIT SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) PADA DINAS PERTANIAN, KEHUTANAN, PERKEBUNAN DAN PETERNAKAN KABUPATEN KARAWANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dampak dari tuntutan era globalisasi bagi bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Bila organisasi dapat mengidentifikasikan kualitas-kualitas yang berhubungan

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP DISIPLIN KERJA KARYAWAN PT. BENTOEL PRIMA BANDAR LAMPUNG. Oleh Jhon Nasyaroeka ABSTRAK

ANALISIS PELIMPAHAN WEWENANG TERHADAP KINERJA PENGURUS KUD KARYA BERSAMA DI WATES LAMPUNG TENGAH. Oleh. Yulistina Dosen Tetap STIE Umitra ABSTRAK

PENGARUH KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTA KENCANA KOTA SAMARINDA

BAB III METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, yaitu sebuah metode penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peranan penting dalam meningkatan sumber daya

Promotif, Vol.5 No.2, April 2016 Hal HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA PEGAWAI DI PUSKESMAS MALEI KECAMATAN LAGE KABUPATEN POSO

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DENGAN KINERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL DI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR.

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP SEMANGAT KERJA KARYAWAN DI DEPOT PERTAMINA UNIT PEMASARAN VII POSO. Rahimudin Lubaid *)

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini tergolong sebagai sebuah penelitian deskriptif dengan

PEMBAHASAN. 1.Pengertian Gaya Kepemimpinan Partisipatif

BAB III METODE PENELITIAN. asosiatif, yaitu dilakukan dengan cara mengumpulkan jawaban dari para

BAB III METODELOGI PENELETIAN. Metode merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam kegiatan

Pendetakan tradisional

PENILAIAN PRESTASI KERJA PEGAWAI FUNGSIONAL UMUM DI LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI SELATAN

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN BAGIAN BENGKEL PADA CV MITRA DENSO DI BANDAR LAMPUNG

BAB II LANDASAN TEORI

EFEKTIVITAS MANAJEMEN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN PANGKEP

III. METODE PENELITIAN. Menurut Winarno Surakhmad (2001:139), metode deskriptif adalah ditujukan

PENGARUH KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA KANTOR BADAN KEPEGAWAIAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DAERAH KAB. BONE BOLANGO

II TINJAUAN PUSTAKA. kinerja atau keberhasilan organisasi. Pokok kepemimpinan adalah cara untuk

BAB I PENDAHULUAN. merupakan masalah utama disetiap kegiatan yang ada didalamnya. Malayu S.P

DAFTAR ISI. ABSTRAK... iii. ABSTRACT... iv. KATA PENGANTAR... v. DAFTAR ISI... ix. DAFTAR TABEL... xiii. DAFTAR GAMBAR... xv. DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah sarana yang paling penting bagi setiap manusia. Melalui

Hubungan antara Asertivitas Komunikasi Manajer dan Iklim Komunikasi Organisasi dengan Tingkat Kedisiplinan Kerja Karyawan di CV Merapi

KINERJA PEGAWAI PADA DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET KOTA PADANGAM

PERILAKU HUKUM TUA DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN (SUATU STUDI DI DESA KANONANG I KECAMATAN KAWANGKOAN BARAT KABUPATEN MINAHASA) Oleh DAVID V.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dengan pendekatan kuantitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk memperoleh data yang kongkrit dalam penelitian di lapangan, maka

Oleh : Muhammad Ali Kusnady ABSTRAK

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah salah satu unsur produksi selain itu juga faktor penting dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyangkut aspek-aspek tingkah laku manusia dalam suatu organisasi atau suatu

PERSEPSI PEGAWAI TENTANG GAYA KEPEMIMPINAN ATASAN LANGSUNG DI DINAS SOSIAL DAN TENAGA KERJA KOTA PADANG ARTIKEL ILMIAH

BAB II LANDASAN PUSTAKA. Gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang digunakan pemimpin dalam

HUBUNGAN KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA PEGAWAI DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN PASAMAN

KONTRIBUSI GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP MOTIVASI KERJA GURU DI SD NEGERI KECAMATAN SUNGAI PAGU KABUPATEN SOLOK SELATAN

KINERJA PEGAWAI PADA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN PASAMAN BARAT

PENGARUH KOORDINASI TERHADAP KINERJA PETUGAS PEMUNGUT PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI KELURAHAN SUKAGALIH KECAMATAN TAROGONG KIDUL KABUPATEN GARUT

BAB I PENDAHULUAN. untuk menggerakkan orang dan mempengaruhi orang. 1 Kepemimpinan dalam

Transkripsi:

ANALISIS GAYA KEPEMIMPINAN LURAH DIKELURAHAN ANGKASAPURA DISTRIK JAYAPURA UTARA KOTA JAYAPURA ELVIRA M.USULU.S.Sos.,MPA Dosen Pada Program Studil Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas YAPIS Papua ABSTRAK Penelitian dengan judul Analisis Gaya Kepemimpinan Lurah di Kelurahan Angkasapura Distrik Jayapura Utara Kota Jayapura. Dengan fokus kajian pada Bagaimana Gaya Kepemimpinan Lurah di Kelurahan Angkasapura Distrik Jayapura Utara Kota Jayapura, dan tujuannya adalah Untuk mengetahui Gaya Kepemimpinan Lurah di Kelurahan Angkasapura Distrik Jayapura Utara Kota Jayapura. Desain penelitian yang di gunakan adalah deskriptif dengan instrument inti quisioner dan teknik analisa data menggunakan penyajian table frekuensi hasil quisioner dari sejumlah responden yang memuat pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan 4 gaya kepemimpinan berdasarkan teori ahli yang telah dikemukakan sebelumnya. Hasil penelitian menunjukan bahwa Dari hasil analisis deskriptif persentase, diketahui bahwa gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh Lurah Angkasapura berada pada kategori tinggi atau baik. Hal ini dinyatakan oleh sebanyak 5 responden (31,25%) yang nilai jawabannya berada pada kategori tersebut (interval 33,7 37,5). Berdasarkan perhitungan rata-rata skor jawaban responden terhadap masing-masing gaya kepemimpinan, yang dijadikan indikator dalam penelitian ini, diketahui bahwa gaya kepemimpinan yang cenderung diterapkan oleh Lurah Angkasapura dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya sehari-hari adalah perpaduan antara gaya kepemimpinan Demokrasi dan gaya kepemimpinan Free Rein atau Laissez Faire. Gaya kepemimpinan Demokratis itu, antara lain, ditunjukkan dengan keterlibatan atau partisipasi aktif Lurah Angkasapura dalam setiap kegiatan organisasi/ kantor. Di samping itu, Lurah juga sering memberikan kesempatan bagi para pegawai/ bawahan untuk mengemukakan saran atau ide-ide baru serta mengutamakan musyawarah untuk mufakat dalam pengambilan keputusan. Sementara itu, untuk gaya kepemimpinan Free Rein atau Laissez Faire, terutama tampak pada seringnya Lurah melimpahkan tugas dan tanggungjawab kepada pegawai/ bawahan. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Dalam suatu organisasi pemerintah, setiap pemimpin merupakan pribadi sentral yang sangat besar pengaruhnya bagi para pegawai, yang terlihat dalam sikap dan perilakunya pada saat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Kepemimpinan dapat dikatakan sebagai cara dari seorang pemimpin dalam mengarahkan, mendorong dan mengatur seluruh unsur-unsur di dalam kelompok atau organisasinya untuk mencapai suatu tujuan organisasi yang diinginkan sehingga menghasilkan kinerja pegawai yang maksimal. Kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja pegawai dalam organisasi. Berhasil atau tidaknya kinerja yang dicapai oleh suatu organisasi, dipengaruhi oleh tingkat kinerja pegawai secara individual maupun secara kelompok. Dalam rangka meningkatkan kinerja pegawai itulah peran dan fungsi pemimpin sebagai pemandu, penuntun, dan pembimbing, yang memberikan dan membangun motivasi kerja pegawai, menjadi sangat penting. Pimpinan harus mampu menggerakkan dan mengarahkan pegawai karena pimpinan bertanggungjawab terhadap keberhasilan dan kegagalan pegawai. Menyadari pentingnya peran kepemimpinan dalam suatu organisasi, penelitian ini hendak mengkaji dan menganalisis tentang gaya kepemimpinan Kepala Lurah di Kelurahan Angkasapura Distrik Jayapura Utara Kota Jayapura, dengan judul penelitian adalah, sebagai berikut : Analisis Gaya Kepemimpinan Lurah di Kelurahan Angkasapura Distrik Jayapura Utara Kota Jayapura. 1

B. Rumusan Masalah. Berangkat dari uraian latar belakang di atas, permasalahan yang hendak dibahas dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimanakah Gaya Kepemimpinan Lurah di Kelurahan Angkasapura Distrik Jayapura Utara Kota Jayapura C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Gaya Kepemimpinan Lurah di Kelurahan Angkasapura Distrik Jayapura Utara Kota Jayapura. Sedangkan Kegunaan Penelitian, terdiri dari Kegunaan akademik yaitu diharapkan dapat menambah dan memperluas wawasan keilmuan; khususnya, dalam hal gaya kepemimpinan dan Kegunaan praktis, diharapkan dapat memberikan masukan atau sumbangan pemikiran bagi kepemipinan Lurah di Kelurahan Angkasapura Distrik Jayapura Utara Kota Jayapura secara umum. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori. 1. Pengertian Kepemimpinan. Kepemimpinan pada dasarnya mempunyai pokok pengertian sebagai sifat, kemampuan, proses, dan atau konsep yang dimiliki oleh seseorang sedemikian rupa sehingga ia diikuti, dipatuhi, dihormati dan orang lain bersedia dengan penuh keikhlasan melakukan perbuatan atau kegiatan yang telah dikehendaki oleh pemimpin tersebut. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kepemimpinan merupakan proses untuk mempengaruhi orang lain (Rivai, 2004 : 38). Menurut Terry, dalam Siagian (2002 : 17), kepemimpinan merupakan kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama, yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok. Sementara itu, Young, dalam Winardi (2002 : 58), mendefenisikan kepemimpinan sebagai bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi, yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi yang khusus. Sedangkan, Moejiono, dalam Siahaan (2008 : 32) memandang bahwa kepemimpinan, sebenarnya, sebagai akibat pengaruh satu arah, karena pemimpin mungkin memiliki kualitaskualitas tertentu yang membedakan dirinya dengan pengikutnya. Kepemimpinan merupakan suatu bentuk pemaksaan atau pendesakan pengaruh secara tidak langsung dan sebagai sarana untuk membentuk kelompok sesuai dengan keinginan pemimpin (Siahaan, 2008 : 34). Menurut Hasibuan (2000 : 16), kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan agar mau bekerja sama dan bekerja secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi. Sementara itu, Arep dan Tanjung (2003 : 12) mendefenisikan kepemimpinan sebagai kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mempengaruhi orang lain agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran. Sedangkan, Siagian (2002 : 27) mengartikan kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok ke arah tercapainya tujuan. Garry (2001 : 19) mendefinisikan kepemimpinan sebagai suatu proses mempengaruhi perilaku orang lain agar berperilaku seperti yang dikehendaki. Sedangkan, Rivai (2004 : 41) menjelaskan bahwa kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki budaya pengikut, serta proses mengarahkan ke dalam aktivitas-aktivitas positif yang ada hubungannya dengan pekerjaan dalam organisasi. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi. 2. Fungsi Kepemimpinan. Fungsi kepemimpinan berhubungan dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok/ organisasi, di mana fungsi kepemimpinan harus diwujudkan dalam interaksi antar individu. Menurut Rivai (2004 : 43), secara operasional fungsi pokok kepemimpinan dapat dibedakan sebagai berikut : a. Fungsi Instruktif, Fungsi ini bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin sebagai komunikator merupakan pihak yang menentukan, bagaimana perintah itu dikerjakan agar keputusan dapat dilaksanakan secara efektif. Kepemimpinan yang efektif memerlukan kemampuan untuk menggerakkan dan memotivasi orang lain agar mau melaksanakan perintah. b. Fungsi Konsultatif, Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah. Pada tahap pertama, dalam hal menetapkan keputusan, pemimpin kerapkali membutuhkan pertimbangan yang meng-haruskannya berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpin, yang dinilai memiliki berbagai informasi yang diperlukan dalam menetapkan keputusan. Tahap berikutnya, konsultasi dari pimpinan pada 2

orang-orang yang dipimpin, dapat dilakukan setelah keputusan ditetapkan dan sedang dalam pelaksanaan. Konsultasi itu dimaksudkan untuk memperoleh masukan berupa umpan balik untuk memperbaiki dan menyempurnakan keputusan yang telah ditetapkan. Dengan menjalankan fungsi ini, diharapkan keputusan pimpinan akan mendapat dukungan dan lebih mudah menginstruksikannya sehingga kepemimpinan berlangsung efektif. c. Fungsi Partisipasi, Dalam menjalankan fungsi ini, pemimpin berusaha mengaktifkan orangorang yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam melaksanakannya. Partisipasi tidak berarti bebas berbuat semaunya, tetapi dilakukan secara terkendali dan terarah, berupa kerjasama dengan tidak mencampuri atau mengambil tugas pokok orang lain. Keikutsertaan pemimpin harus tetap dalam fungsi sebagai pemimpin, dan bukan pelaksana. d. Fungsi Delegasi, Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan wewenang membuat atau menetapkan keputusan; baik melalui persetujuan, maupun tanpa persetujuan dari pimpinan. Fungsi delegasi pada dasarnya berarti kepercayaan. Orangorang penerima delegasi itu harus diyakini merupakan pembantu pemimpin yang memiliki kesamaan prinsip, persepsi dan aspirasi. e. Fungsi Pengendalian, Fungsi pengendalian bermaksud bahwa kepemimpinan yang sukses atau efektif mampu mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Fungsi pengendalian ini dapat diwujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan. 3. Gaya Kepemimpinan. Gaya kepemimpinan merupakan perilaku yang digunakan seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi orang lain seperti yang ia lihat. Kebanyakan orang menganggap gaya kepemimpinan merupakan tipe kepemimpinan. Hal ini antara lain dinyatakan oleh Siagian (2003 : 34), bahwa gaya kepemimpinan seseorang adalah identik dengan tipe kepemimpinan orang yang bersangkutan. Gaya kepemimpinan seorang pemimpin itu mempunyai sifat, kebiasaan, tempramen, watak, dan kepribadian tersendiri yang unik dan khas, hingga tingkah laku, dan gaya, yang membedakan dirinya dengan orang lain. Gaya kepemimpinan dapat mempengaruhi kesuksesan pegawai dalam berprsetasi, dan akan berujung pada keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya. Pemimpin perlu memikirkan gaya kepemimpinan yang paling tepat, yaitu gaya kepemimpinan yang dapat memaksimumkan kinerja, dan mudah disesuaikan dengan segala situasi dalam organisasi (Rivai, 2004 : 42). Menurut Hasibuan (2000), gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku yang dirancang sedemikian rupa untuk mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan individu untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sedangkan, Rivai (2004 : 43) menerangkan bahwa gaya kepemimpinan merupakan pola perilaku dan strategi yang disukai dan sering diterapkan oleh seorang pemimpin dalam rangka mencapai sasaran organisasi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan yaitu pola perilaku dan strategi yang disukai dan sering diterapkan pemimpin, dengan menyatukan tujuan organisasi dengan tujuan individu atau pegawai, dalam rangka mencapai tujuan atau sasaran yang telah menjadi komitmen bersama. Menurut Arep dan Tanjung (2003 : 15), terdapat 4 (empat) macam gaya kepemimpinan, yaitu dapat diuraikan sebagai berikut : a. Kepemimpinan Demokrasi, adalah suatu gaya kepemimpinan yang menitikberatkan kepada kemampuan utnuk menciptakan kepercayaan. b. Kepemimpinan Diktator atau Otokrasi, adalah suatu gaya kepemimpinan yang menitikberatkan kepada kesanggupan untuk memaksakan keinginannya yang mampu mengumpulkan pengikutnya untuk mengumpulkan kepentingan pribadinya dan atau golongannya. c. Kepemimpinan Paternalistik, adalah bentuk antara gaya demokrasi dan diktator, yang pada dasarnya, kehendak pemimpin yang harus berlaku, namun dengan jalan atau melalui unsur-unsur demokrasi. d. Kepemimpinan Free Rein atau Laissez Faire, yakni salah satu gaya kepemimpinan yang seratus persen menyerahkan sepenuhnya seluruh kebijaksanaan pengoperasian Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) kepada bawahannya dengan hanya berpegang kepada ketentuan pokok yang ditetapkan oleh atasan mereka. B. Variabel dan Indikator Penelitian. Variabel dalam penelitian ini adalah gaya kepemimpinan, dengan indikatornya mengacu pada apa yang dikemukakan oleh Arep dan Tanjung tentang 4 (empat) macam gaya kepemimpinan (2003 : 15), adalah : Gaya kepemimpinan Demokrasi; Gaya kepemimpinan 3

Diktator atau Otokrasi; Gaya kepemimpinan Paternalistik; dan Gaya kepemimpinan Free Rein atau Laissez Faire. C. Kerangka Konseptual. Gambar 2.1. Kerangka Konseptual. Analisis Gaya Kepemimpinan 1. Gaya kepemimpinan demokratis 2. Gaya kepemimpinan Diktator atau Otokrasi; 3. Gaya kepemimpinan Paternalistik; 4. Gaya kepemimpinan Free Rein atau Laissez Faire III. METODE PENELITIAN A. Tipe dan Dasar Peneltian. Tipe penelitian ini adalah penelitian deskriptif analisis, yang bertujuan untuk menganalisis gaya kepemimpinan Lurah di Kelurahan Angkasapura Disktrik Jayapura Utara Kota Jayapura. Sedangkan Dasar penelitian ini adalah survey melalui pendistribusian kuisioner kepada pegawai Kantor di Kelurahan Angkasapura Disktrik Jayapura Utara Kota Jayapura. B. Unit Analisis. Unit analisis dalam penelitian ini adalah pegawai pada kantor Kelurahan Angkasapura Disktrik Jayapura Utara Kota Jayapura. C. Populasi dan Sampel. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai Kantor Kelurahan Angkasapura Disktrik Jayapura Utara Kota Jayapura, yaitu sebanyak 21 orang. Sedangkan Tekhnik penentuan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling, yang berjumlah 21 responden. D. Definisi Operasional. Gaya Kepemimpinan, adalah pola perilaku dan strategi yang disukai dan sering diterapkan oleh pemimpin, dengan menyatukan tujuan organisasi dan tujuan individu atau pegawai, dalam rangka mencapai tujuan/ sasaran yang telah menjadi komitmen bersama, yang terdiri dari: a. Gaya kepemimpinan Demokrasi, adalah suatu gaya kepemimpinan yang menitikberatkan kepada kemampuan untuk menciptakan kepercayaan, berfungsi sebagai katalisator untuk mempercepat dinamisme dan kerja sama, demi pencapaian tujuan organisasi dengan cara yang paling cocok dengan jiwa kelompok dan situasinya. b. Gaya kepemimpinan Diktator atau Otokrasi, adalah suatu gaya kepemimpinan yang menitikberatkan kepada kesanggupan untuk memaksakan keinginannya, yang mampu mengumpulkan pengikutnya untuk mengumpulkan kepentingan pribadinya dan atau golongannya, senantiasa ingin berkuasa absolut, tunggal, dan merajai keadaan; di mana, setiap perintah dan situasi kebijakan ditetapkan tanpa berkonsultasi dengan bawahan. c. Gaya kepemimpinan Paternalistik, adalah bentuk antara gaya demokrasi dan diktator; yang pada dasarnya, kehendak pemimpin yang harus berlaku, namun dengan jalan atau melalui unsur-unsur demokrasi; cenderung menganggap bawahan sebagai manusia yang tidak/ belum dewasa atau sebagai anak sendiri yang perlu dikembangkan; bersikap terlalu melindungi (overly protective); jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil keputusan sendiri, berinisiatif, berimajinasi, dan mengembangkan daya kreativitas;. d. Gaya kepemimpinan Free Rein atau Laissez Faire, adalah salah satu gaya kepemimpinan yang seratus persen menyerahkan sepenuhnya kebijaksanaan pengoperasian manajemen sumber daya manusia (MSDM) kepada bawahannya dengan hanya berpegang kepada ketentuan pokok yang ditetapkan oleh atasan mereka; pemimpin tidak berpartisipasi sedikit pun dalam kegiatan kelompoknya; dia hanya mejadi simbol pimpinan, dan biasanya tidak memiliki keterampilan teknis. E. Jenis dan Sumber Data. Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, antara lain: Data Kuantitaif; yaitu data yang diperoleh dari hasil pendistribusian kuisioner kepada sebanyak 21 pegawai pada kantor Kelurahan Angkasapura Distrik Jayapura Utara Kota Jayapura (responden). Data Kualitatif; yaitu data yang telah dipadatkan dengan mengembangkan taksonomi dan sistem klasifikasi deskriptif, yang mencakup sejumlah keterangan yang telah dikumpulkan, dan yang menunjukkan keterkaitannya secara sistematis (Bungin Burhan, 2003 : 13). Adapun data yang dikumpulkan dalam penelitian ini bersumber dari : Data Primer; diperoleh dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif 4

dilakukan untuk mengumpulkan data primer yang bersifat kuantitatif (data kuantitatif). Jenis data ini diperoleh dengan mengajukan pertanyaanpertanyaan dalam bentuk kuisioner. Sedangkan, data primer yang diperoleh dengan menggunakan pendekatan kualitatif, dikumpulkan melalui kegiatan pengamatan langsung dan wawancara dan Data Sekunder; dikumpulkan melalui kegiatan desk-review terhadap data-data dalam bentuk publikasi, hasil penelitian atau kajian sebelumnya, kebijakan atau keputusan yang terkait dengan Kepemimpinan, dan juga bahan-bahan dokumentasi lain yang relevan dengan fokus penelitian. F. Instrumen Penelitian. Untuk mendapatkan data dan yang akurat, dalam penelitian ini juga digunakankan beberapa alat bantu (instrumen penelitian), antara lain : 1. Panduan observasi dan catatan lapangan; Panduan observasi dan catatan lapangan digunakan sebagai instrumen penelitian, terutama Skor tertinggi skor terendah Interval = Banyaknya bilangan 5 1 = 5 = 0,8 (Asmiarsih, 2006 : 53) Dengan interval 0,8 maka kategori jawaban responden dapat diklasifikasi dengan urutan sebagai berikut : a. Skor untuk kategori sangat baik : 4,24 5,04 b. Skor untuk kategori baik : 3,43 4,23 c. Skor untuk kategori cukup baik : 2,62 3,42 d. Skor untuk kategori kurang baik : 1,81 2,61 e. Skor untuk kategori tidak baik : 1,00 1,80 3. Dokumentasi; Dokumentasi juga digunakan sebagai intrumen penelitian untuk mengumpulkan data-data yang relevan dengan fokus penelitian. G. Teknik Pengolahan dan Analisa Data. Proses pengolahan dan analisa data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : Editing; Pada tahap ini, penulis melakukan klarifikasi, keterbacaan, konsistensi, dan kelengkapan data-data yang telah dikumpulkan berdasarkan hasil pendistribusian kuisioner. Tahap editing data ini dimaksudkan untuk memperbaiki kualitas data. Koding; Setelah proses editing selesai, maka tahap selanjutnya adalah melakukan pengkodean (koding) data. Proses koding data merupakan kegiatan merubah data dalam bentuk huruf menjadi data berbentuk angka/ bilangan. Tahap ini dimaksudkan untuk memudahkan peneliti dalam proses analisis data. Tabulating; Tabulasi adalah tahap selanjutnya, setelah proses koding data. Pada tahap ini, data yang telah selesai ketika penelitian tengah berlangsung atau pada saat melakukan pengamatan (observasi). 2. Daftar pertanyaan (Quisioner); Melalui alat bantu ini, dikumpulkan datadata yang berkaitan dengan variabel independent dan variabel dependent.adapun format jawaban dari kuisioner didasarkan pada skala ordinal dengan 5 (ima) alternatif jawaban. Tiap alternatif jawaban diberi skor, sebagai berikut : - Untuk alternatif jawaban a diberi skor 5; - Untuk alternatif jawaban b diberi skor 4; - Untuk alternatif jawaban c diberi skor 3; - Untuk alternatif jawaban d diberi skor 2; dan - Untuk alternatif jawaban e diberi skor 1. Jawaban responden akan dikategorikan ke dalam beberapa kategori menurut alternatif jawaban, yang diperoleh melalui interval. Rumus untuk menentukan interval itu adalah sebagai berikut : diproses, ditampilkan dalam bentuk daftar/ tabel sehingga menjadi tampak lebih ringkas dan bersifat merangkum. Data yang telah ditampilakan dalam bentuk daftar/ tabel itulah yang selanjutnya akan dianalisis oleh penulis untuk memperoleh gambaran tentang hasil penelitian. Analisa data dilakukan dengan tekhnik analisa Deskriptif Persentase. Teknik analisa ini digunakan untuk mendiskripsikan variabel dan indikator-indikator yang terdapat dalam penelitian. Langkah-langkah dalam penggunaan teknik analisis ini adalah, sebagai berikut : a. Membuat tabel distribusi jawaban angket; b. Menentukan skor jawaban responden dengan ketentuan skor yang telah ditetapkan; c. Menjumlahkan skor jawaban yang diperoleh dari tiap-tiap responden; d. Menentukan skor tersebut ke dalam rumus : f P = X 100% n di mana : f = Frekwensi n = Jumlah total P = Persentase. IV.HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. 5

Uraian berikut merupakan gambaran dari masing-masing indikator dalam penelitian ini, yaitu (i) gaya kepemimpinan Demokrasi, (ii) gaya kepemimpinan Diktator atau Otokrasi, (iii) gaya kepemimpinan Paternalistik, dan gaya kepemimpinan Free Rein atau Laissez Faire yang diterapkan oleh Lurah Angkasapura, Distrik Jayapura Utara, Kota Jayapura. 1. Gaya Kepemimpinan Demokratis. Untuk memperoleh gambaran mengenai indikator gaya kepemimpinan Demokratis, kepada responden diajukan sebanyak 3 (tiga) buah pertanyaan, yang menyangkut : (i) apakah Lurah berpartisipasi dalam setiap kegiatan organisasi/ kantor, (ii) apakah Lurah memberikan kesempatan bagi para pegawai/ bawahan untuk mengemukakan saran atau ide-ide baru, dan (iii) apakah Lurah mengutamakan musyawarah untuk mufakat dalam setiap pengambilan keputusan. Berikut adalah jawaban atau tanggapan responden terkait pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas. Tabel 4.1 :Jawaban responden mengenai apakah Lurah berpartisipasi dalam setiap kegiatan organisasi/ kantor. 1 Sangat sering 5 7 43,75 35 2 Sering 4 6 37,5 24 3 Cukup sering 3 2 12,5 6 4 Jarang 2 1 6,25 2 5 Tidak pernah 1 - - - Jumlah 16 100 67 Rata-rata 4,19 Mengenai pertanyaan tentang : apakah Lurah berpartisipasi dalam setiap kegiatan organisasi/ kantor, sebagaimana yang dapat dilihat pada tabel 4.4 di atas, bahwa dari sebanyak 16 responden, 43,75% (7 responden) di antaranya menyatakan bahwa Lurah sangat sering berpartisipasi dalam setiap kegiatan organisasi/ Baik sementara, 6,25% (1 responden) lainnya memberikan jawaban jarang, dan tidak ada responden yang menyatakan tidak pernah, dengan rata-rata skor jawaban responden terhadap pertanyaan ini adalah sebesar 4,19, yang berada pada interval 3,43 4,23; di mana, jawaban atau penilaian responden dikategorikan baik (penjelasan mengenai kategori jawaban responden ini dapat dilihat pada halaman 37). kantor, 37,5% (6 responden) menjawab sering, 12,5% (2 responden) menyatakan cukup sering; Tabel 4.2 : Jawaban responden mengenai apakah Lurah memberikan kesempatan bagi para pegawai/ bawahan untuk mengemukakan saran atau ide-ide baru. 1 Sangat sering 5 6 37,5 30 2 Sering 4 6 37,5 24 3 Cukup sering 3 3 18,75 9 4 Jarang 2 1 6,25 2 5 Tidak pernah 1 - - - Jumlah 16 100 65 Rata-rata 4,06 Sementara itu, menyangkut pertanyaan tentang : apakah Lurah memberikan kesempatan bagi para pegawai/ bawahan untuk mengemukakan saran atau ide-ide baru, tabel 4.5 di atas menjelaskan bahwa dari sebanyak 16 responden, 37,5% (6 responden) di antaranya menyatakan bahwa Lurah sangat sering memberikan kesempatan kepada para pegawai/ bawahan untuk mengemukakan saran atau ide-ide Baik baru, 37,5% (6 responden) lainnya menjawab sering, 18,75% (3 responden) menyatakan cukup sering; sementara, 6,25% (1 responden) memberikan jawaban jarang, dan tidak ada responden yang menyatakan tidak pernah, dengan rata-rata skor jawaban responden terhadap pertanyaan ini adalah sebesar 4,06, yang berada pada interval 3,43 4,23; di mana, jawaban atau penilaian responden dikategorikan baik. Tabel 4.3 : Jawaban responden mengenai apakah Lurah mengutamakan musyawarah untuk mufakat dalam setiap pengambilan keputusan. 6

1 Sangat sering 5 5 31,25 25 2 Sering 4 5 31,25 20 3 Cukup sering 3 3 18.75 9 4 Jarang 2 2 12,5 4 5 Tidak pernah 1 1 6,25 1 Jumlah 16 100 59 Rata-rata 3,69 Baik Sedangkan, terkait dengan pertanyaan tentang : apakah Lurah mengutamakan musyawarah untuk mufakat dalam setiap pengambilan keputusan, data pada tabel 4.6 di atas menjelaskan bahwa dari sebanyak 16 responden, 31,25% (5 responden) di antaranya menyatakan bahwa Lurah sangat sering mengutamakan musyawarah untuk mufakat dalam setiap pengambilan keputusan, 31,25% (5 responden) lainnya menjawab sering, 18,75% (3 responden) lainnya menyatakan cukup sering; 7 sementara, 12,5% (2 responden) memberikan jawaban jarang, dan 6,25% (1 responden) menyatakan tidak pernah, dengan rata-rata skor jawaban responden terhadap pertanyaan ini adalah sebesar 3,69, yang berada pada interval 3,43 4,23; di mana, jawaban atau penilaian responden dikategorikan baik. Dengan demikian, jumlah rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator gaya kepemimpinan Demokratis adalah, sebagai berikut: Tabel 4.4 : Jumlah rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator gaya kepemimpinan Demokratis. No Pertanyaan Skor 1 Apakah Lurah berpartisipasi dalam setiap kegiatan organisasi/ kantor. 4,19 2 Apakah Lurah memberikan kesempatan bagi para pegawai/ bawahan untuk mengemukakan saran atau ide-ide baru. 4,06 3 Apakah Lurah mengutamakan musyawarah untuk mufakat dalam setiap pengambilan keputusan. 3,69 Jumlah = 11,90 Berdasarkan data pada tabel 4.7 di atas, diketahui bahwa jumlah rata-rata skor jawaban responden terhadap pertanyaan-pertanyaan pada indikator gaya kepemimpinan Demokratis adalah sebesar 3,98, yang berada pada interval 3,43 4,23; di mana, jawaban atau penilaian responden terhadap indikator ini dikategorikan baik. 2. Gaya Kepemimpinan Diktator atau Otokrasi. Untuk mengetahui tentang indikator gaya kepemimpinan Diktator atau Otokrasi, kepada Rata-rata = 3,98 : Baik responden diajukan sebanyak 3 (tiga) buah pertanyaan, yang berkaitan dengan : (i) apakah Lurah lebih menghandalkan kekuatan/ kekuasaan dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya, (ii) apakah Lurah menganggap dirinya sebagai yang paling berkuasa dalam menjalankan perannya, dan (iii) apakah Lurah cenderung memberikan perintah kepada pegawai/ bawahan dengan cara paksa. Berikut adalah jawaban atau tanggapan responden terkait pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas. Tabel 4.5 : Jawaban responden mengenai apakah Lurah lebih menghandalkan kekuatan/ kekuasaan dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya. 1 Sangat sering 5 - - - 2 Sering 4 1 6,25 4 3 Cukup sering 3 1 6,25 3 4 Jarang 2 6 37,5 12 5 Tidak pernah 1 8 50,0 8 Jumlah 16 100 27 Rata-rata 1,69 Berkaitan dengan pertanyaan tentang : apakah Lurah lebih menghandalkan kekuatan/ kekuasaan dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya, data pada tabel 4.8 di atas menjelaskan bahwa dari sebanyak Tidak Baik 16 responden, tidak ada yang memberikan jawaban sangat sering untuk pertanyaan tersebut, 6,25% (1 responden) menyatakan sering, 6,25% (1 responden) lainnya menjawab cukup sering;

sementara, 37,5% (6 responden) menyatakan jarang, dan 50,0% (8 responden) lainnya memberikan jawaban bahwa Lurah tidak pernah menghandalkan kekuatan/ kekuasaan dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya, dengan rata-rata skor jawaban responden terhadap pertanyaan ini adalah sebesar 1,69, yang berada pada interval 1,00 1,80; di mana, jawaban atau penilaian responden dikategorikan tidak baik. Tabel 4.6 : Jawaban responden mengenai apakah Lurah menganggap dirinya sebagai yang paling berkuasa dalam menjalankan perannya. 1 Sangat sering 5 - - - 2 Sering 4 1 6,25 4 3 Cukup sering 3 2 12,5 6 4 Jarang 2 6 37,5 12 5 Tidak pernah 1 7 43,75 7 Jumlah 16 100 29 Rata-rata 1,81 Sementara itu, menyangkut pertanyaan tentang : apakah Lurah menganggap dirinya sebagai yang paling berkuasa dalam menjalankan perannya, seperti yang dapat dilihat pada tabel 4.9 di atas, bahwa dari sebanyak 16 responden, tidak ada yang menyatakan sangat sering untuk pertanyaan tersebut, 6,25% (1 responden) menjawab sering, 12,5% (2 responden) menyatakan cukup sering; sementara, 37,5% (6 Kurang Baik responden) memberikan jawaban jarang, dan 43,75% (7 responden) lainnya menyatakan bahwa Lurah tidak pernah menganggap dirinya sebagai yang paling berkuasa dalam menjalankan perannya, dengan rata-rata skor jawaban responden terhadap pertanyaan ini adalah sebesar 1,81, yang berada pada interval 1,81 2,61; di mana, jawaban atau penilaian responden dikategorikan kurang baik. Tabel 4.7 : Jawaban responden mengenai apakah Lurah cenderung memberikan perintah kepada pegawai/ bawahan dengan cara paksa. 1 Sangat sering 5 - - - 2 Sering 4 1 6,25 4 3 Cukup sering 3 2 12,5 6 4 Jarang 2 7 43,75 14 5 Tidak pernah 1 6 37,5 6 Jumlah 16 100 30 Rata-rata 1,88 Sedangkan, mengenai pertanyaan tentang : apakah Lurah cenderung memberikan perintah kepada pegawai/ bawahan dengan cara paksa, tabel 4.10 di atas menerangkan bahwa dari sebanyak 16 responden, tidak ada yang menjawab sangat sering untuk pertanyaan tersebut, 6,25% (1 responden) menyatakan sering, 12,5% (2 responden) memberikan jawaban cukup sering; sementara, 43,75% (7 responden) menyatakan jarang, dan 37,5% (6 responden) lainnya menjawab bahwa Lurah tidak pernah memberikan Kurang Baik perintah kepada pegawai/ bawahan dengan cara paksa, dengan rata-rata skor jawaban responden terhadap pertanyaan ini adalah sebesar 1,88, yang berada pada interval 1,81 2,61; di mana, jawaban atau penilaian responden dikategorikan kurang baik Dengan demikian, jumlah rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator gaya kepemimpinan Diktator atau Otokrasi adalah, sebagaiberikut: Tabel 4.8 : Jumlah rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator gaya kepemimpinan Diktator atau Otokrasi. No Pertanyaan Skor 1 Apakah Lurah lebih menghandalkan kekuatan/ kekuasaan dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya 1,69 2 Apakah Lurah menganggap dirinya sebagai yang paling berkuasa dalam menjalankan perannya 1,81 3 Apakah Lurah cenderung memberikan perintah kepada 1,88 8

pegawai/ bawahan dengan cara paksa Berdasarkan data pada tabel 4.11 di atas, diketahui bahwa jumlah rata-rata skor jawaban responden terhadap pertanyaan-pertanyaan pada indikator gaya kepemimpinan Diktator atau Otokrasi adalah sebesar 1,79, yang berada pada interval 1,00 1,80; di mana, di mana, jawaban atau penilaian responden terhadap indikator ini dikategorikan tidak baik. 3. Gaya Kepemimpinan Paternalistik. Untuk mendapatkan data mengenai indikator gaya kepemimpinan Paternalistik, kepada Jumlah = 5,38 Rata-rata = 1,79 : Tidak Baik responden diajukan sebanyak 3 (tiga) buah pertanyaan, yang menyangkut : (i) apakah Lurah cenderung bertindak sebagai bapak, yang menganggap pegawai/ bawahan sebagai orang yang belum dewasa, (ii) apakah Lurah selalu memberikan perlindungan (bahkan terkesan berlebihan) kepada pegawai/ bawahan, dan (iii) apakah Lurah memberikan kesempatan bagi para pegawai/ bawahan untuk mengembangkan inisiatif dan daya kreasi. Tabel 4.9 : Jawaban responden mengenai apakah Lurah cenderung bertindak sebagai bapak, yang menganggap pegawai/ bawahan sebagai orang yang belum dewasa. 1 Sangat sering 5 - - - 2 Sering 4 - - - 3 Cukup sering 3 1 6,25 3 4 Jarang 2 7 43,75 14 5 Tidak pernah 1 8 50,0 8 Jumlah 16 100 25 Rata-rata 1,57 Menyangkut pertanyaan tentang : apakah dalam menjalankan kepemimpinannya, Lurah cenderung bertindak sebagai bapak, yang menganggap pegawai/ bawahan sebagai orang yang belum dewasa, tabel 4.12 di atas menjelaskan bahwa dari sebanyak 16 responden, tidak ada yang memberikan jawaban sangat sering untuk pertanyaan tersebut, demikian halnya dengan yang menyatakan sering, juga tidak ada, 6,25% (1 responden) menjawab cukup sering; sementara, Tidak Baik 43,75% (7 responden) menyatakan jarang, dan 50,0% (8 responden) lainnya memberikan jawaban bahwa Lurah tidak pernah bertindak layaknya seorang bapak, yang menganggap pegawai/ bawahan sebagai orang yang belum dewasa, dengan rata-rata skor jawaban responden terhadap pertanyaan ini adalah sebesar 1,57, yang berada pada interval 1,00 1,80; di mana, jawaban atau penilaian responden dikategorikan tidak baik Tabel 4.10 : Jawaban responden mengenai apakah Lurah selalu memberikan perlindungan (bahkan terkesan berlebihan) kepada pegawai/ bawahan. 1 Sangat sering 5 - - - 2 Sering 4 1 6,25 4 3 Cukup sering 3 2 12,5 6 4 Jarang 2 5 31,25 10 5 Tidak pernah 1 8 50,0 8 Jumlah 16 100 28 Rata-rata 1,75 Tidak Baik Sementara itu, berkaitan dengan pertanyaan halnya dengan yang menjawab sering, juga tidak tentang : apakah Lurah selalu memberikan ada, 6,25% (1 responden) menyatakan cukup perlindungan (bahkan terkesan berlebihan) sering; sementara, 43,75% (7 responden) kepada pegawai/ bawahan, data pada tabel 4.13 di atas menerangkan bahwa dari sebanyak 16 responden, tidak ada yang memberikan jawaban sangat sering untuk pertanyaan tersebut, demikian memberikan jawaban jarang, dan 50,0% (8 responden) lainnya menyatakan bahwa Lurah tidak pernah memberikan perlindungan yang terkesan berlebihan kepada pegawai/ bawahan, dengan rata- 9

rata skor jawaban responden terhadap pertanyaan ini adalah sebesar 1,57, yang berada pada interval 1,00 1,80; di mana, jawaban atau penilaian responden dikategorikan tidak baik Tabel 4.11 : Jawaban responden mengenai apakah Lurah memberikan kesempatan bagi para pegawai/ bawahan untuk mengembangkan inisiatif dan daya kreasi. 1 Sangat sering 5 2 `12,5 10 2 Sering 4 2 12,5 8 3 Cukup sering 3 3 18,75 9 4 Jarang 2 5 31,25 10 5 Tidak pernah 1 4 25,0 4 Jumlah 16 100 41 Rata-rata 2,56 Kurang Baik Sedangkan, terkait dengan pertanyaan tentang : apakah pegawai/ bawahan diberi kesempatan untuk mengembangkan inisiatif dan daya kreasi, seperti yang dapat dilihat pada tabel 4.14 di atas, bahwa dari sebanyak 16 responden, 12,5% (2 responden) di antaranya menyatakan bahwa Lurah sangat sering memberikan kesempatan bagi para pegawai/ bawahan untuk mengembangkan inisiatif dan daya kreasi, 12,5% (2 responden) lainnya menjawab sering, 18,75% (3 responden) menyatakan cukup sering; sementara, 31,25% (5 responden) memberikan jawaban jarang, dan 25,0% (4 responden) menyatakan tidak pernah, dengan rata-rata skor jawaban responden terhadap pertanyaan ini adalah sebesar 2,56, yang berada pada interval 1,81 2,61; di mana, jawaban atau penilaian responden dikategorikan kurang baik. Dengan demikian, jumlah rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator gaya kepemimpinan Paternalistik adalah, sebagai berikut : Tabel 4.12 : Jumlah rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator gaya kepemimpinan Paternalistik. No Pertanyaan Skor 1 Apakah Lurah cenderung bertindak sebagai bapak, yang menganggap pegawai/ bawahan sebagai orang yang belum dewasa 1,57 2 Apakah Lurah selalu memberikan perlindungan (bahkan terkesan berlebihan) kepada pegawai/ bawahan 1,75 3 Apakah pegawai/ bawahan diberi kesempatan untuk mengembangkan inisiatif dan daya kreasi 2,56 Jumlah = 5,88 Berdasarkan data pada tabel 4.15 di atas, diketahui bahwa jumlah rata-rata skor jawaban responden terhadap pertanyaan-pertanyaan pada indikator gaya kepemimpinan Paternalistik adalah sebesar 1,96, yang berada pada interval 1,81 2,61; di mana, jawaban atau penilaian responden terhadap indikator ini dikategorikan kurang baik. 4. Gaya Kepemimpinan Free Rein atau Laissez Faire. Untuk memperoleh informasi mengenai indikator gaya kepemimpinan Free Rein atau Rata-rata = 1,96 : Kurang Baik Laissez Faire, kepada responden juga diajukan sebanyak 3 (tiga) buah pertanyaan, yang berkaitan dengan : (i) apakah Lurah melimpahkan semua tugas dan tanggungjawab kepada pegawai/ bawahan, (ii) apakah Lurah selalu berkordinasi dengan para pegawai/ bawahan mengenai pelaksanaan tugas/ pekerjaan, dan (iii) apakah Lurah mengawasi para pegawai/ bawahan dalam pelaksanaan tugas/ pekerjaan. Berikut adalah jawaban atau tanggapan responden terkait pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas Tabel 4.13 : Jawaban responden mengenai apakah Lurah melimpahkan semua tugas dan tanggungjawab kepada pegawai/ bawahan. 1 Sangat sering 5 6 37,5 30 10

2 Sering 4 5 31,25 20 3 Cukup sering 3 4 25,0 12 4 Jarang 2 1 6,25 2 5 Tidak pernah 1 - - - Jumlah 16 100 64 Rata-rata 4,00 Baik Mengenai pertanyaan tentang : apakah Lurah melimpahkan semua tugas dan tanggungjawab kepada pegawai/ bawahan, tabel 4.16 di atas menerangkan bahwa dari sebanyak 16 responden, 37,5% (6 responden) di antaranya menyatakan bahwa Lurah sangat sering melimpahkan tugas dan tanggungjawab kepada pegawai/ bawahan, 31,25% (5 responden) menjawab sering, 25,0% (4 responden) menyatakan cukup sering; sementara, 6,25% (1 responden) lainnya memberikan jawaban jarang, dan tidak ada yang menyatakan tidak pernah, dengan rata-rata skor jawaban responden terhadap pertanyaan ini adalah sebesar 4,00, yang berada pada interval 3,43 4,23; di mana, jawaban atau penilaian responden dikategorikan baik. Tabel 4.14 : Jawaban responden mengenai apakah Lurah selalu berkordinasi dengan para pegawai/ bawahan mengenai pelaksanaan tugas/ pekerjaan. 1 Sangat sering 5 - - - 2 Sering 4 - - - 3 Cukup sering 3 5 31,25 16 4 Jarang 2 6 37,5 12 5 Tidak pernah 1 5 31,25 5 Jumlah 16 100 33 Rata-rata 2,06 Sementara itu, berkaitan dengan pertanyaan tentang : apakah Lurah selalu berkordinasi dengan para pegawai/ bawahan mengenai pelaksanaan tugas/ pekerjaan, seperti yang dapat dilihat pada tabel 4.17 di atas, bahwa dari sebanyak 16 responden, tidak ada yang memberikan jawaban sangat sering untuk pertanyaan tersebut, demikian pula dengan yang menjawab sering, juga tidak ada, 31,25% (5 responden) menyatakan cukup sering; sementara, Kurang Baik 37,5% (6 responden) memberikan jawaban jarang, dan 31,25% (5 responden) lainnya menyatakan bahwa Lurah tidak pernah berkordinasi dengan para pegawai/ bawahan mengenai pelaksanaan tugas/ pekerjaan, dengan rata-rata skor jawaban responden terhadap pertanyaan ini adalah sebesar 2,06, yang berada pada interval 1,81 2,61; di mana, jawaban atau penilaian responden terkait hal ini dikategorikan kurang baik. Tabel 4.15 : Jawaban responden mengenai apakah Lurah mengawasi para pegawai/ bawahan dalam pelaksanaan tugas/ pekerjaan. 1 Sangat sering 5 - - - 2 Sering 4 - - - 3 Cukup sering 3 4 25,0 12 4 Jarang 2 6 37,5 12 5 Tidak pernah 1 6 37,5 6 Jumlah 16 100 30 Rata-rata 1,88 Kurang Baik Sedangkan, menyangkut pertanyaan tentang pertanyaan tersebut, demikian halnya dengan yang : apakah Lurah mengawasi para pegawai/ menjawab sering, juga tidak ada, 18,75% (3 bawahan dalam pelaksanaan tugas/ pekerjaan, data pada tabel 4.18 di atas menjelaskan bahwa dari sebanyak 16 responden, tidak ada yang responden) menjawab cukup sering; sementara, 43,75% (7 responden) menyatakan jarang, dan 37,5% (6 responden) lainnya memberikan jawaban memberikan jawaban sangat sering untuk bahwa Lurah tidak pernah berkordinasi dengan 11

para pegawai/ bawahan mengenai pelaksanaan tugas/ pekerjaan, dengan rata-rata skor jawaban responden terhadap pertanyaan ini adalah sebesar 1,88, yang berada pada interval 1,81 2,61; di mana, jawaban atau penilaian responden dikategorikan kurang baik. Dengan demikian, jumlah rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator gaya kepemimpinan Free Rein atau Laissez Faire adalah, sebagai berikut : Tabel 4.16 : Jumlah rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator gaya kepemimpinan Free Rein atau Laissez Faire. No Pertanyaan Skor 1 Apakah Lurah melimpahkan tugas dan tanggung-jawab kepada pegawai/ bawahan 4,00 2 Apakah Lurah selalu berkordinasi dengan para pegawai/ bawahan mengenai pelaksanaan tugas/ pekerjaan 2,06 3 Apakah Lurah mengawasi para pegawai/ bawahan dalam pelaksanaan tugas/ pekerjaan 1,88 Jumlah = 7,94 Berdasarkan data pada tabel 4.19 di atas, diketahui bahwa jumlah rata-rata skor jawaban responden terhadap pertanyaan-pertanyaan pada indikator gaya kepemimpinan Free Rein atau Laissez Faire adalah sebesar 2,65, yang berada pada interval 2,62 3,42; di mana, jawaban atau penilaian responden terhadap indikator ini dikategorikan cukup baik. C. Analisa Deskriptif Persentase. Setelah keseluruhan data yang diperoleh dalam penelitian ini dideskripsikan; sebagaimana terurai di atas, maka tahap selanjutnya adalah melakukan tabulasi data berdasarkan nilai-nilai jawaban responden. Hasil tabulasi data menunjukkan bahwa dari sebanyak 12 pertanyaan yang diajukan, nilai tertinggi adalah 41 dan nilai terendah adalah 22. Maka, untuk menentukan jarak interval dari variabel gaya kepemimpinan ini, dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: Rata-rata = 2,65 : Cukup Baik 41 22 P = 5 19 = 5 = 3,8 Dengan demikian, jarak intervalnya adalah, sebagai berikut : Interval Sangat rendah 22,0 25,8 Rendah 25,9 29,7 Sedang 29,8 33,6 Tinggi 33,7 37,5 Sangat tingggi 37,6 41,4 Dan, untuk mengetahui termasuk dalam kategori manakah kepemimpinan Lurah Angkasapura, Distrik Jayapura Utara, Kota Jayapura, dapat dilihat pada tabel 4.20 berikut : Tabel 4.17 : Distribusi frekwensi klasifikasi jawaban responden untuk variabel gaya kepemimpinan Lurah. Interval Jumlah (%) (a) (b) (c) (d) Sangat rendah/ Tidak baik 22,0 25,8 4 25,0 Rendah/ Kurang baik 25,9 29,7 3 18.75 Sedang/ Cukup baik 29,8 33,6 2 12,5 Tinggi/ Baik 33,7 37,5 5 31,25 Sangat tingggi/ Sangat baik 37,6 41,4 2 12,5 Jumlah = 16 100 Berdasarkan data pada tabel 4.20 di atas, diketahui bahwa untuk variabel gaya kepemimpinan Lurah Angkasapura berada pada kategori tinggi atau baik. Hal ini dinyatakan oleh sebanyak 5 responden (31,25%) yang nilai jawabannya berada pada kategori tersebut (interval 33,7 37,5). Kemudian, ada pula 4 responden (25,0%) yang nilai jawabannya berada pada kategori sangat rendah, 3 responden (18,75%) dengan nilai jawaban berada pada ketegori rendah, 2 responden (12,5%) dengan nilai jawaban berada pada kategori sedang, dan 2 responden (12,5%) lainnya 12

dengan nilai jawaban berada pada kategori sangat tinggi. Sementara itu, berdasarkan perhitungan rata-rata skor jawaban responden terhadap pertanyaan-pertanyaan dari keempat indikator gaya kepemimpinan di atas, menunjukkan hasil sebagai berikut : Tabel 4.18 : Rekapitulasi perhitungan rata-rata skor jawaban responden terhadap masing-masing indikator gaya kepemimpinan. No Indikator Skor Keterangan 1 Gaya kepemimpinan Cenderung 3,98 Baik Demokrasi. diterapkan 2 Gaya kepemimpinan Diktator 1,79 Tidak Baik Tidak diterapkan atau Otokrasi. 3 Gaya kepemimpinan 1,96 Kurang Baik Tidak diterapkan Paternalistik. 4 Gaya kepemimpinan Free Rein atau Laissez Faire. Berdasarkan data pada tabel 4.21 di atas, dapat dilihat dengan jelas bahwa gaya kepemimpinan yang cenderung diterapkan oleh Lurah Angkasapura dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya sehari-hari adalah gaya kepemimpinan Demokrasi dan gaya kepemimpinan Free Rein atau Laissez Faire. D. Pembahasan. Dari hasil analisis deskriptif persentase di atas, diketahui bahwa gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh Lurah Angkasapura berada pada kategori tinggi atau baik. Dan, berdasarkan perhitungan rata-rata skor jawaban responden terhadap masing-masing gaya kepemimpinan, yang dijadikan indikator dalam penelitian ini, diketahui bahwa gaya kepemimpinan yang cenderung diterapkan oleh Lurah Angkasapura adalah perpaduan antara gaya kepemimpinan Demokrasi dan gaya kepemimpinan Free Rein atau Laissez Faire. 1. Gaya Kepemimpinan Demokratis. Gaya kepemimpinan Demokratis menitikberatkan kepada kemampuan utnuk menciptakan kepercayaan. Gaya kepemimpinan ini berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya. Gaya kepemimpinan Demokratis yang diterapkan oleh Lurah Angkasapura itu, antara lain, ditunjukkan dengan keterlibatan atau partisipasi Lurah secara aktif dalam setiap kegiatan organisasi/ kantor. Dengan keterlibatannya ini, Lurah dapat memastikan semua bagian dan unit berjalan dengan lancar sehingga dapat tercipta kerjasama, demi pencapaian tujuan organisasi. Gaya kepemimpinan Demokratis yang diterapkan oleh Lurah Angkasapura juga ditunjukkan dengan memberikan kesempatan bagi para pegawai/ bawahan untuk mengemukakan saran atau ide-ide baru sehingga memotivasi para pegawai/ bawahan untuk mewujudkan kinerja yang maksimal. 2,65 Cukup Baik 13 Cenderung diterapkan Di samping itu, gaya kepemimpinan Demokratis yang diterapkan oleh Lurah Angkasapura ini juga terlihat dari sering beliau mengutamakan musyawarah untuk mufakat dalam setiap pengambilan keputusan; terutama yang berkaitan dengan urusan organisasi/ kantor. 2. Gaya Kepmimpinan Diktator atau Otokrasi. Gaya Kepmimpinan Diktator atau Otokrasi adalah suatu gaya kepemimpinan yang menitikberatkan kepada kesanggupan untuk memaksakan keinginannya, yang mampu mengumpulkan pengikutnya untuk mengumpulkan kepentingan pribadinya dan atau golongannya, senantiasa ingin berkuasa absolut, tunggal, dan merajai keadaan; di mana, setiap perintah dan situasi kebijakan ditetapkan tanpa berkonsultasi dengan bawahan. Gaya kepemimpinan ini cenderung tidak diterapkan oleh Lurah Angkasapura dalam kepemimpinannya. Hal itu dapat dilihat dari tidak pernahnya Lurah menghandalkan kekuatan/ kekuasaan dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya sehari-hari. Lurah tidak menganggap dirinya sebagai yang paling berkuasa dalam menjalankan perannya, dan juga tidak memberikan perintah kepada pegawai/ bawahan dengan cara paksa. 3. Gaya Kepmimpinan Paternalistik. Gaya Kepmimpinan Paternalistik adalah bentuk antara gaya demokrasi dan diktator; yang pada dasarnya, kehendak pemimpin yang harus berlaku, namun dengan jalan atau melalui unsurunsur demokrasi; cenderung menganggap bawahan sebagai manusia yang tidak/ belum dewasa atau sebagai anak sendiri yang perlu dikembangkan; bersikap terlalu melindungi (overly protective); jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil keputusan sendiri, berinisiatif, berimajinasi, dan mengembangkan daya kreativitas Gaya kepemimpinan ini juga cenderung tidak diterapkan oleh Lurah Angkasapura dalam kepemimpinannya. Lurah tidak pernah bertindak

sebagai bapak, yang menganggap pegawai/ bawahan sebagai orang yang belum dewasa. Lurah juga tidak pernah memberikan perlindungan yang terkesan berlebihan kepada pegawai/ bawahan; bahkan, menimbulkan kesan bahwa Lurah jarang memberikan kesempatan bagi para pegawai/ bawahan untuk mengembangkan inisiatif dan daya kreasi. 4. Gaya Kepemimpinan Free Rein atau Laissez Faire. Gaya kepemimpinan Free Rein atau Laissez Faire adalah gaya kepemimpinan yang seratus persen menyerahkan sepenuhnya seluruh kebijaksanaan pengoperasian Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) kepada bawahannya dengan hanya berpegang kepada ketentuan pokok yang ditetapkan oleh atasan mereka. Gaya kepemimpinan ini cenderung diterapkan oleh Lurah Angkasapura, yang dipadukan dengan gaya kepemimpinan Demokrasi di atas. Gaya kepemimpinan Free Rein atau Laissez Faire ini, terutama tampak pada seringnya Lurah melimpahkan tugas dan tanggungjawab kepada pegawai/ bawahan. Namun demikian, dengan seringnya mempercayakan dan melimpahkan tugas serta tanggungjawab kepada pegawai/ bawahan ini, menyebabkan kurangnya koordinasi antara Lurah dengan para pegawai mengenai pelaksanaan tugas/ pekerjaan; di mana, hal itu berdampak pula pada kurangnya pengawasan yang dilakukan oleh Lurah dalam pelaksanaan tugas/ pekerjaan dari para pegawai/ bawahan. V. PENUTUP A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab terdahulu, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : 1. Dari hasil analisis deskriptif persentase, diketahui bahwa gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh Lurah Angkasapura berada pada kategori tinggi atau baik. Hal ini dinyatakan oleh sebanyak 5 responden (31,25%) yang nilai jawabannya berada pada kategori tersebut (interval 33,7 37,5). 2. Berdasarkan perhitungan rata-rata skor jawaban responden terhadap masing-masing gaya kepemimpinan, yang dijadikan indikator dalam penelitian ini, diketahui bahwa gaya kepemimpinan yang cenderung diterapkan oleh Lurah Angkasapura dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya sehari-hari adalah perpaduan antara gaya kepemimpinan Demokrasi dan gaya kepemimpinan Free Rein atau Laissez Faire. 3. Gaya kepemimpinan Demokratis itu, antara lain, ditunjukkan dengan keterlibatan atau partisipasi aktif Lurah Angkasapura dalam setiap kegiatan organisasi/ kantor. Di samping itu, Lurah juga sering memberikan kesempatan bagi para pegawai/ bawahan untuk mengemukakan saran atau ide-ide baru serta mengutamakan musyawarah untuk mufakat dalam pengambilan keputusan. 4. Sementara itu, untuk gaya kepemimpinan Free Rein atau Laissez Faire, terutama tampak pada seringnya Lurah melimpahkan tugas dan tanggungjawab kepada pegawai/ bawahan. B. Saran. Agar tercipta kepemimpinan yang lebih efektif dan lebih berdayaguna, maka dalam pelaksanaan tugas dan fungsi Lurah Angkasapura kiranya dapat lebih meningkatkan penerapan gaya kepemimpinan Demokrasi dan gaya kepemimpinan Free Rein atau Laissez Faire. Namun demikian, khusus untuk gaya kepemimpinan Free Rein atau Laissez Faire, yang cenderung melimpahkan tugas dan tanggungjawab kepada pegawai/ bawahan, kiranya Lurah Angkasapura perlu tetap melakukan koordinasi dengan pegawai/ bawahan yang bersangkutan sehingga fungsi pengawasan dapat tetap dipertahankan. Daftar Pustaka A. Buku : Arikunto, Suharsimi. 2002, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, PT Rineka Cipta, Jakarta. Ishak Arep dan Hendri Tanjung. 2003, Manajemen Motivasi, PT Grasindo, Jakarta. Bungin, Burhan. 2003, Analisis Data Penelitian Kualitatif, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Hasibuan Malayu, S.P, 2000. Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah. Jakarta: Bumi Aksara Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu. 2004, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, Remaja Rosdakarya, Bandung. Manullang Marihot, 2004. Manajemen Personalia., Yokyakarta : Gadjah Mada University Press (UGM). Martoyo Susilo, 2007, Manajemen Sumber Daya Manusia, BPFE UGM, YKPN, Yogyakarta Rivai, Veithzal. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan (Teori dan Praktek). Jakarta : Murai Kencana. Sedarmayanti, 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia, Bandung, PT. Refika Aditama. Siagian, S.P, 2002, Manajemen Sumber Daya Manusia. Aksara Baru, Jakarta. Toha, Miftah, 2002, Kepemimpinan Dalam Manajemen, PT Raja Grafindo Persada. 14

Winardi, 2002, Kepemimpinan Dalam Manajemen, PT Rineka Cipta, Jakarta Yulk, Garry, 2001, Kepemimpinan Dalam Organisasi, Prehalindo, Jakarta. B. Majalah Ilmiah, Makalah, dan Hasil Penelitian Ilmiah : Lestari, Hardjanto, dan Said, 2011. Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Kinerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada Kantor Kecamatan Mojokerto, Kota Kediri. Penelitian Dosen Muda, Fakultas Ekonomi, Universitas Airlangga, Surabaya. Randitha, Reza, 2019, Pengaruh Gaya Kepemimpinan Lurah terhadap Kinerja pegawai Kantor Kelurahan Ciparigi, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor, Skripsi tidak diterbitkan, Semarang, Universitas Diponegoro Semarang. Rosida, 2005, Pengaruh Kepemimpinan Lurah terhadap Kinerja Pegawai pada Kantor Camat Sinembah Tanjung Muda Hilir, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, Skripsi tidak diterbitkan. Medan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatea Utara, Medan. 15