KEMAMPUAN GURU TERSERTIFIKASI DALAM PERANCANGAN DAN PENERAPAN PEMBELAJARAN (Studi Multisitus pada SMK Negeri Kota Palu)

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup

Lamp 1. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

RPP. Pengertian RPP. Komponen RPP

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

RPP. Pengertian RPP. Komponen RPP

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebagai ikhtisar yang memberikan fakta tentang hal-hal khusus. Sedangkan

KONSEP DASAR PERENCANAAN PEMBELAJARAN. M. Nasir Tamalene (Dosen Universitas Khairun Ternate)

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

SILABUS DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Berdasarkan Permendiknas 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

STANDAR PROSES PROGRAM S1 PGSD IKATAN DINAS BERASRAMA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat digolongkan menjadi dua yaitu: tenaga pendidik (guru) dan tenaga

Prinsip dan Langkah-Langkah Pengembangan Silabus

Profil Pembelajaran IPA Fisika Pada Materi Kalor Kelas VII F SMP Negeri 1 Malang Tahun Ajaran 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Tujuan pendidikan adalah

REVIEW DAN REVISI SILABUS-RPP MAPAEL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) Oleh: Ajat Sudrajat

Jurnal Visi Ilmu Pendidikan Halaman 269

PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) HANDOUT PENDAMPINGAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 SMK TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DALAM PELAJARAN BAHASA DI KELAS V SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kegiatan pelaksanaan pendidikan di sekolah, guru merupakan orang yang

BAB I PENDAHULUAN. erat. Hal ini terbukti dengan adanya fakta bahwa perkembangan ilmu

PEMETAAN KOMPETENSI, SIKAP, TANGGUNG JAWAB, DAN JUMLAH JAM GURU BERSERTIFIKAT PENDIDIK DALAM MENGELOLA PEMBELAJARAN DI SMK SE-MALANG RAYA

BAB V PEMBAHASAN DAN TEORI HASIL PENELITIAN. 1. Indikator dan tujuan rencana pelaksanaan pembelajaran berbasis

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

BAB III METODE PENELITIAN

Bagaimana memilih bahan ajar? Prinsip Kecukupan. Cakupan Bahan Ajar. Urutan Penyajian Bahan Ajar

Contoh File KKM, PROTA, PROMES, SILABUS, RPP, SK & KD, PEMETAAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan.

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 29 B. TUJUAN 29 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 29 D. UNSUR YANG TERLIBAT 30 E. REFERENSI 30 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 30

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran

TEKNIK PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Oleh: Dr. Marzuki UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 14 B. TUJUAN 14 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 14 D. UNSUR YANG TERLIBAT 14 E. REFERENSI 15 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 15

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Mella Pratiwi, 2013

RPP Theory A. Apakah RPP itu? Berdasarkan PP 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan bahwa:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian

1. PENDAHULUAN. merupakan sarana mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013

PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PADA MATERI RELASI DAN FUNGSI SMP KELAS VIII

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) Pembekalan Instruktur PLPG 2015

BAB I PENDAHULUAN. terdapat jenjang pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Kejuruan

RAMBU-RAMBU PENYUSUNAN RPP

IMPLEMENTASI STANDAR PROSES PADA PEMBUATAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BAGI PARA GURU DI GUGUS III CAKRANEGARA

BAB II KAJIAN TEORITIS. mencapai tujuan yang telah ditetapkan. (Atmodiwiryo,2000:5). Selanjutnya

INOVASI PEMBELAJARAN CALON GURU SD DI SEKOLAH LAPANGAN. Qoriati Mushafanah Diana Endah Handayani. Dosen PGSD IKIP PGRI Semarang

BAB III METODE PENELITIAN

PENINGKATAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU (PENYUSUNAN RPP) MELALUI SUPERVISI AKADEMIK

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan eksistensi guru itu sendiri. meningkatkan pendidikan nasional ternyata masih banyak yang harus di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Implikasi kompetensi guru dapat dilihat antara lain meliputi : penguasaan bahan

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika

Universitas Pendidikan Indonesia Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan. Copyright by Asep Herry Hernawan

2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI

Kompetensi Dasar. perencanaan program. rangka implementasi

D036 MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENYUSUN PERANGKAT PEMBELAJARAN INOVATIF MELALUI LESSON STUDY. Ahmadi 1 1,2,3

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB II TELAAH PUSTAKA

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 29 B. TUJUAN 29 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 29 D. UNSUR YANG TERLIBAT 30 E. REFERENSI 30 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 30

UPAYA PENINGKATAN KINERJA GURU

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

STUDI TENTANG PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMA NEGERI 11 MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah. mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti

PENENTUAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR OLEH: ANNISA RATNA SARI, M.S.ED

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi kedepan adalah globalisasi dengan dominasi teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting untuk menjamin. pelaksanaan pembangunan serta dalam menghadapi era globalisasi.

DAFTAR ISI. II. PEMBELAJARAN PENGAYAAN A. Pembelajaran Menurut SNP... B. Hakikat Pembelajaran Pengayaan... C. Jenis Pembelajaran Pengayaan...

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. teknologi komunikasi dewasa ini, menuntut individu untuk memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari segi hasil. Pembelajaran yang baik adalah bersifat menyeluruh

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU SISDIKNAS 2003, 2006).

Negeri 2 Teupah Barat Kabupaten Simeulue Tahun Pelajaran 2014/2015. Oleh: PARIOTO, S.Pd 1 ABSTRAK

DRAFT JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT IPTEKS TEPAT GUNA BAGI MASYARAKAT (ITGbM)

I. PENDAHULUAN. Pemerintah dalam rangka mewujudkan peningkatan kualitas pendidikan telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Niken Noviasti Rachman, 2013

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang

Instrumen Review. Instrumen Penelaahan Kurikulum Sekolah (KTSP) Dokumen 1. Terdapat logo sekolah/daerah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pelaksanaan tindakan kelas telah dilaksanakan di SMK Negeri 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. melainkan pada keunggulan sumber daya manusia (SDM), yaitu tenaga

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

PENGEMBANGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. Oleh: Ajat Sudrajat

Universitas Sebelas Maret, 57126

BAB I PENDAHULUAN. Mutu pendidikan di Indonesia saat ini belum tercapai seperti yang

12 Media Bina Ilmiah ISSN No

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

BAB V PEMBAHASAN. Dalam bab ini akan dibahas hasil temuan-temuan dari masing-masing tempat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang. semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan sampai sekarang

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan kompetensi setiap individu akan berkembang sesuai dengan jenjang

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu lembaga pendidikan yang diisyaratkan untuk menciptakan

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Pengaruh Kompetensi Profesional Guru Mata Pelajaran PAI, terhadap

Transkripsi:

KEMAMPUAN GURU TERSERTIFIKASI DALAM PERANCANGAN DAN PENERAPAN PEMBELAJARAN (Studi Multisitus pada SMK Negeri Kota Palu) Syafruddin Pascasarjana Universitas Negeri Malang Email: syafruddintanring@yahoo.com ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: (1) kemampuan guru tersertifikasi dalam perancangan pembelajaran; (2) kemampuan guru tersertifikasi dalam penerapan pembelajaran; dan (3) hambatan guru tersertifikasi dalam perancangan dan penerapan pembelajaran. Lokasi penelitian adalah SMK negeri di Kota Palu. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan rancangan studi kasus multisitus. Metode/teknik pengumpulan data yaitu: wawancara/rubrik penilaian diri, pengamatan, dan analisis isi dokumen. Analisis data menggunakan teknik model interaktif triangulasi. Sumber data adalah guru tersertifikasi dan bahan-bahan dokumentasi yang relevan dengan tujuan penelitian. Hasil penelitian: (1) guru tersertifikasi belum seluruhnya memiliki kemampuan secara optimal dalam perancangan pembelajaran; (2) guru tersertifikasi belum seluruhnya memiliki kemampuan secara optimal dalam penerapan pembelajaran; dan (3) hambatan guru tersertifikasi dalam perancangan dan penerapan pembelajaran, adalah hambatan teknis dan hambatan non teknis. Hambatan teknis berkaitan dengan aspek keterampilan yang dimiliki oleh guru tersertifikasi. Sedangkan hambatan non teknis adalah keterbatasan: aspek pengetahuan, sikap, alokasi waktu, sarana dan prasarana pembelajaran dalam melaksanakan tugas-tugas profesinya. Kata kunci: kemampuan, guru tersertifikasi, perancangan, penerapan pembelajaran, hambatan. PENDAHULUAN Upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia tidak dapat dipisahkan dari upaya peningkatan kualitas pendidikan yang sekarang ini menjadi sorotan dan harapan banyak orang di Indonesia. Lulusan dari lembaga pendidikan tidak terserap pada dunia usaha. Lapangan kerja formal memang cukup terbuka dan menjanjikan, namun peluang tersebut tidak relevan dengan lulusan dengan kompetensi lulusan pendidikan yang tersedia. Akibatnya pengangguran semakin bertambah dan menjadi beban masyarakat. Daya serap lulusan pendidikan pada pasar kerja sangat ditentukan oleh kemampuan yang dibentuk semasa menempuh pendidikan. Penyiapan pencari kerja lulusan jenjang pendidikan menengah atas termasuk dalam hal ini Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sangat penting dalam pembentukan calon-calon tenaga kerja yang handal, yaitu memiliki sikap kreatif dan inovatif serta siap dalam menghadapi ketatnya persaingan ketenagakerjaan di era globalisasi dewasa ini. Guru memegang peranan kunci dan menentukan keberhasilan pendidikan di sekolah melalui kegiatan belajar mengajar disamping faktor-faktor sumber daya lainnya, karena di tangan gurulah kurikulum, sumber belajar, sarana dan prasarana, serta iklim pembelajaran menjadi sesuatu yang berarti bagi kehidupan siswa. Guru merupakan komponen yang paling berpengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu, upaya perbaikan apapun yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan memberikan sumbangan yang signifikan tanpa didukung oleh guru yang profesional dan berkualitas. Dengan kata Kemampuan Guru.... - Syafruddin - 125

lain, perbaikan kualitas pendidikan harus berpangkal dari guru dan berujung pada guru pula. Guru sebagai tenaga profesional mengandung arti bahwa pekerjaan guru hanya dapat dilakukan oleh seseorang yang mempunyai kualifikasi akadmeik, kompetensi, dan sertifikat pendidik sesuai dengan persyaratan untuk setiap jenis dan jenjang pendidikan tertentu. Oleh karena itu, guru tersertifikasi adalah seseorang yang telah memenuhi kualifikasi atau persyaratan akademik dan kompetensi sesuai dengan jenis serta jenjang pendidikan tertentu, dan dinyatakan lulus sertifikasi dengan pengukuhan dalam bentuk pemberian sertifikat pendidik. Guru yang mempunyai sertifikat pendidik dianggap sebagai guru yang profesional. Sebagaimana disebutkan dalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 (Depdiknas, 2005), bahwa sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen sebagai tenaga profesional. Namun realitas di lapangan dari hasil kajian yang dilakukan oleh Baedhowi (2008) terhadap kompetensi seorang guru yang telah dinyatakan lulus sertifikasi melalui penilaian portofolio yang dilaksanakan tahun 2008 menyatakan bahwa tidak terjadi peningkatan kinerja guru bagi guru yang telah tersertifikasi. Demikian juga hasil kajian yang dilakukan oleh Gultom (2009) tentang belum adanya dampak positif sertifikasi guru terhadap kinerja guru, menyatakan bahwa program sertifikasi guru yang sudah diluncurkan dalam beberapa tahun dinilai belum memberikan dampak yang signifikan terhadap peningkatan mutu pendidikan, baik peningkatan mutu pendidikan di sekolah secara umum maupun dalam proses pembelajarannya. Oleh karena itu, dalam era globalisasi dengan ditandai pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dna teknologi komunikasi serta informasi dewasa ini, dan diberlakukannya kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pada satuan pendidikan dasar dan menengah, maka diperlukan guru profesional, tidak hanya mampu mendorong dan memotivasi siswa belajar dengan aneka teknik pembelajaran, bahan ajar yang baik, melakukan evaluasi hasil belajar siswa, akan tetapi ia musti menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif untuk siswa belajar. Untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif ini diperlukan kemampuan dan keterampilan guru dalam membuat perancangan dan strategi pembelajaran, sehingga penerapan pembelajaran dapat efektif dan efisien. Hal ini, karena pembelajaran pada satuan pendidikan merupakan proses interaksi siswa atau peserta didik dengan guru, dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan, dinilai, dan diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien. Berikutnya hasil kajian yang dilakukan oleh Baedhowi terhadap kompetensi seorang guru yang telah dinyatakan lulus sertifikasi melalui penilaian portofolio yang dilaksanakan tahun 2008 menyatakan bahwa tidak terjadi peningkatan kinerja guru bagi guru yang telah tersertifikasi. Dari hasil kajian tentang rendahnya kinerja guru tersebut, baik yang sudah tersertifikasi maupun yang belum tersertifikasi menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam melaksanakan tugas atau profesinya belum sesuai dengan yang diharapkan sebagaimana ketentuan 126 Edcomtech Volume 2, Nomor 2, Oktober 2017

dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Tugas guru ini sangat berkaitan dengan kompetensi profesionalnya. Karena itu, menurut Uno (2010) bahwa guru merupakan suatu profesi, yang berarti suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang diluar bidang pendidikan. Orang yang disebut guru adalah orang yang memiliki kemampuan merancang program pembelajaran serta mampu menata dan mengelola kelas agar peserta didik dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan. Berdasarkan pada uraian di atas, peneliti berpendapat bahwa penelitian tentang Kemampuan Guru Tersertifikasi dalam Perancangan dan Penerapan Pembelajaran sangat mendesak untuk dilakukan. Hasil penelitian diharapkan memberikan solusi terhadap masalah kemampuan guru tersertifikasi dalam perancangan dan penerapan pembelajaran di sekolah khususnya pada SMK Negeri Kota Palu. Tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk mendeskripsikan kemampuan guru tersertifikasi dalam perancangan pembelajaran pada SMK Negeri Kota Palu; (2) Untuk mendeskripsikan kemampuan guru tersertifikasi dalam penerapan pembelajaran pada SMK Negeri Kota Palu; (3) Untuk mendeskripsikan hambatan guru tersertifikasi dalam perancangan dan penerapan pembelajaran pada SMK Negeri Kota Palu. METODE Penelitian ini lebih menekankan pada pengungkapan makna yang terkandung didalam deskripsi data, karena itu penelitian ini menggunakan pendekatan metode penelitian kualitatif. Penelitian ini lebih mempunyai perspektif emik, dengan pengertian bahwa data yang dikumpulkan diupayakan untuk dideskripsikan berdasarkan ungkapan cara berpikir, pandangan dan persepsi subjek penelitian, sehingga mengungkapkan apa yang telah dilakukan dan yang dialami berkaitan dengan kemampuan guru tersertifikasi dalam perancangan dan penerapan pembelajaran pada SMK Negeri di Kota Palu. Oleh karena itu, peneliti harus menghindari adanya interpretasi terhadap deskripsi informasi atau sajian datanya yang berasal dari subjek penelitian. Untuk memudahkan dan kelancaran penelitian berkaitan dengan apa dan bagaimana masalah penelitian ini akan ditangani atau diselesaikan, diperlukan adanya suatu rancangan penelitian. Rancangan penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus pada tiga lokasi (situs), karena itu rancangan penelitian ini disebut studi multisitus. Lokasi penelitian adalah: SMK Negeri 1 Palu, SMK Negeri 2 Palu, dan SMK Negeri 3 Palu. Sumber data adalah: guru tersertifikasi dan bahanbahan dokumentasi yang relevan dengan tujuan penelitian. Metode atau teknik pengumpulan data yaitu: wawancara/ rubrik penilaian diri, pengamatan, dan analisis isi dokumen. Analisis data menggunakan teknik model interaktif triangulasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Total atau jumlah guru pada lokasi penelitian adalah 271 orang yang terdiri dari 237 orang (87,45%) Guru Tetap (GT) PNS, 2 orang (0,74%) Guru Tidak Tetap (GTT) PNS, 11 orang (4,6%) Guru Tetap Kemampuan Guru.... - Syafruddin - 127

(GT) Non PNS, dan sebanyak 21 orang (7,75%) Guru Tidak Tetap (GTT) Non PNS. Dilihat dari latar belakang pendidikan terakhir dari 271 orang guru tersebut adalah sebagian besar atau sebanyak 235 orang (86,72%) berpendidikan S1/D4, dan sebanyak 32 orang (11,81%) berpendidikan S2. Hanya sebagian kecil atau sebanyak 4 orang (1,48%) berpendidikan D3 atau setara Sarjana Muda. Sedangkan jumlah guru dari 271 orang yang telah memiliki sertifikasi (tersertifikasi) profesi sebagai tenaga pendidik adalah sebanyak 166 orang (61,25%) yang tersebar pada tiga SMK Negeri Kota Palu, yaitu SMK Negeri 1 Palu sebanyak 55 orang (33,13%), SMK Negeri 2 sebanyak 50 orang (30,12%), dan SMK Negeri 3 sebanyak 61 orang (36,75%). Dilihat dari jenis kelamin dari 271 orang guru SMK Negeri tersebut bahwa pada kenyataannya sebagian besar atau sebanyak 172 orang (63,47) adalah perempuan (P), dan hanya sebagian kecil atau sebanyak 99 orang (36,53%) adalah laki-laki (L). Dari hasil analisis data berdasarkan rubrik penilaian diri dari 166 orang guru tersertifikasi, dan berdasarkan analisis isi dari portofolio (bahan dokumentasi) rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) diperoleh temuan penelitian tentang kemampuan guru tersertifikasi dalam perancangan pembelajaran sebagaimana berikut ini. Temuan penelitian menunjukkan bahwa guru tersertifikasi: (1) Kurang memahami konsep tentang standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi; (2) Rumusan SK kurang relevan dengan topik atau pokok bahasan; (3) Rumusan KD tidak relevan dengan SK; (4) Rumusan indikator tidak relevan dengan KD; (5) Rumusan tujuan pembelajaran tidak relevan dengan hasil belajar yang diharapkan sebagaimana dirumuskan pada KD; (6) Rumusan materi ajar tidak menggambarkan tentang fakta, konsep, prinsip, prosedur dan /atau teori yang relevan dengan rumusan indikator pencapaian KD yang diharapkan; (7) Rumusan metode pembelajaran kurang bervariasi, pada umumnya rumusan metode hanya mencantumkan seperti ceramah, demonstrasi, resitasi, tanya jawab dan kerja kelompok; (8) Rumusan media dan sumber belajar/pembelajaran yang dibuat guru pada RPP hanya mencantumkan nama buku, nama modul, tetapi tidak dituliskan pengarang, penerbit, halaman, nomor artikel dan semacamnya; (9) Belum memahami pengorganisasian pembelajaran dalam merumuskan langkahlangkah pembelajaran; (10) Penilaian hasil belajar, sedikit sekali guru yang membuat soal dengan rinci berkaitan dengan ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik sesuai dengan KD, indikator dan tujuan pembelajaran. Dari hasil pengamatan (observasi) peneliti pada penerapan (pelaksanaan) proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru tersertifikasi di lokasi penelitian dapat dideskripsikan sebagai berikut. Kegiatan Awal, masih banyak guru tersertifikasi kurang sempurna dalam membuka pembelajaran, seperti: tidak ada upaya untuk memotivasi siswa untuk memperhatikan pelajaran, tidak melakukan apersepsi, tidak menjelaskan tujuan pembelajaran, tidak memberikan acuan atau sistematika pembelajaran atau epitome dengan rinci. Kegiatan Inti Pembelajaran: (1) Sebagian besar guru tersertifikasi dalam melaksanakan inti pembelajaran masih kurang memahami teori-teori pembelajaran; (2) Kurang 128 Edcomtech Volume 2, Nomor 2, Oktober 2017

menguasai bahan ajar; (3) Metode dan media pembelajaran yang digunakan masih kurang relevan dengan tujuan pembelajaran/kd; (4) Hanya sebagian kecil guru tersertifikasi yang mampu melaksanakan pembelajaran secara aktif, kreatif, dan menyenangkan; (5) Pada umumnya atau sebagian besar guru tersertifikasi kurang mampu melaksanakan pembelajaran sesuai dengan langkahlangkah yang direncanakan dalam RPP. Kegiatan Penutup Pembelajaran: (1) Masih banyak guru tersertifikasi menutup pembelajaran secara terburuburu; (2) Banyak guru tersertifikasi tidak memberikan tugas pekerjaan rumah (PR) kepada siswa; (3) Tidak ada seorang guru tersertifikasi yang menyampaikan tentang pokok bahasan pelajaran yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya; (4) Hanya sebagian kecil guru tersertifikasi yang melakukan evaluasi belajar dengan baik, memberi umpan balik dan memberi tugas pekerjaan rumah (PR). Hambatan pada aspek penjabaran Standar Kompetensi (SK) ke Kompetensi Dasar (KD) ke Indikator meliputi Kesulitan dalam menjabarkan SK ke KD, dan KD ke indikator. Kesulitan dalam merumuskan indikator KD ke dalam bentuk operasional. Belum memahami prinsip-prinsip pengembangan/ penjabaran KD ke dalam indikator. Hambatan pada aspek perumusan tujuan pembelajaran meliputi Belum memahami prinsip-prinsip perumusan tujuan pembelajaran sesuai dengan kompetensi pada kurikulum KTSP. Belum memahami perbedaan indikator KD dengan tujuan pembelajaran. Pada aspek pemilihan dan pengorganisasian materi atau bahan pembelajaran Kesulitan dalam melakukan pengorganisasian materi/bahan ajar secara, rinci sesuai dengan indikator KD atau tujuan pembelajaran. Kesulitan dalam merumuskan materi/bahan ajar secara sistematis. Pada aspek pemilihan metode pembelajaran meliputi Kesulitan dalam melakukan pemilihan metode pembelajaran yang berbasis pada kegiatan belajar siswa. Keterbatasan wawasan berkaitan dengan metode pembelajaran berbasis kompetensi siswa. Pada aspek Pemilihan media dan sumber pembelajaran meliputi kesulitan dalam pemilihan media dan sumber pembelajaran yang relevan dan efektif untuk kebutuhan belajar siswa (untuk pemahaman teori-teori berkaitan dengan materi pelajaran). Pada aspek Perumusan langkah-langkah proses pembelajaran meliputi kesulitan dalam merumuskan langkah-langkah proses pembelajaran secara sistematis dan efektif dalam RPP. Pada kenyataannya guru tersertifikasi mengalami hambatan dalam penerapan pembelajaran yaitu pada: (a) kegiatan awal, (b) kegiatan inti, dan (c) kegiatan penutup pembelajaran. Hal ini dapat dideskripsikan pada Tabel 3 berikut. Pada aspek kegiatan Awal/ Pendahuluan Pembelajaran meliputi keterbatasan alokasi waktu untuk menyampaikan secara optimal materi-materi ajar kegiatan awal/ pendahuluan pembelajaran sebagaimana rumusan dalam RPP (tidak sesuai dengan sistematika dalam RPP). Kegiatan Inti Pembelajaran meliputi Keterbatasan alokasi waktu untuk memberikan bimbingan belajar pada siswa saat proses pembelajaran berlangsung. Kesulitan dalam melakukan pengorganisasian atau mengintegrasikan materi/bahan ajar terutama yang berkaitan Kemampuan Guru.... - Syafruddin - 129

dengan ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik dalam proses pembelajaran. Terbatasnya media pembelajaran yang tersedia untuk dipergunakan dalam kegiatan proses belajar dan mengajar dalam upaya membahas dan mempelajari konsepkonsep atau teori berkaitan dengan materi/ bahan ajar. Keterbatasan alokasi waktu untuk kegiatan praktik pembelajaran. Kurangnya kemampuan atau keterampilan guru dalam melaksanakan praktek pembelajaran berkaitan dengna materi/ bahan ajar yang dibahas. Kesulitan dalam mengelola proses pembelajaran yang optimal dan efektif. Kegiatan Penutup Pembelajaran meliputi keterbatasan alokasi waktu untuk melakukan rangkuman atau kesimpulan materi/ bahan ajar yang telah dibahas. Kesulitan dalam memberikan tugas pekerjaan rumah kepada siswa karena keterbatasan waktu. Kesulitan dalam memberikan tugas kepada siswa untuk mengembangkan pembelajaran di luar kelas, karena tidak semua siswa memiliki buku teks pelajaran dan terbatasnya koleksi bahan ajar sesuai mata pelajaran di perpustakaan sekolah. Selain itu, terbatasnya kemampuan atau keterampilan siswa untuk mengakses informasi dari media teknologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih banyak guru tersertifikasi mengalami kesulitan merumuskan tujuan pembelajaran, utamanya yang berkaitan dengan penjabaran SK ke KD dan KD ke indikator. Kesulitan guru dalam merumuskan tujuan tersebut disebabkan kurangnya pengetahuan dan keterampilan tentang prinsip-prinsip penjabaran dari SK ke KD, dari KD ke indikator. Guru tersertifikasi masih mengalami kesulitan merumuskan kata kerja operasional yang sesuai hasil pembelajaran yang diharapkan. Kesulitan lain adalah merumuskan tujuan pembelajaran berkaitan tingkatan ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) telah mulai diberlakukan pada tahun ajaran 2006/2007. KTSP merupakan penyempurnaan kurikulum KBK tahun 2004. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang guru dan dosen dan diikuti oleh pelaksanaan sertifikasi guru yang menyeluruh di seluruh tanah air. Pada umumnya sudah meningkat kesejahteraannya dan sebagian guru tersertifikasi belum memahami prinsip-prinsip penyusunan perancangan pembelajaran berbasis KTSP. Prinsip-prinsip penyusunan perancangan pembelajaran yang berbasis pada kegiatan belajar siswa perlu dipahami dan dikuasai bagi seorang guru terlebih pad aguru yang telah memiliki sertifikat sebagai tenaga pendidik. Setiap guru dalam hal ini guru SMK Negeri di Kota Palu, sebagai tenaga pendidik profesional sangat diperlukan pemahaman, penguasaan, dan keterampilan (keahlian) dalam perancangan pembelajaran. Dengan kata lain, setiap guru tersertifikasi diharapkan memiliki kemampuan dalam merancang dan memadukan seperangkat komponen pembelajaran sesuai dengan bidang studi atau mata pelajaran yang diampu seperti bahan pelajaran atau bahan ajar, metode, media pembelajaran, dan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menciptakan interaksi antara siswa atau peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi aktivitas belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam kaitannya dengan pembelajaran, maka perancangan pembelajaran adalah suatu rencana untuk menyusun dan mengembangkan model pembelajaran yang akan digunakan dalam melaksanakan proses pembelajaran tentang bidang studi 130 Edcomtech Volume 2, Nomor 2, Oktober 2017

atau mata pelajaran tertentu agar dapat berlangsung dengan baik dan efektif. Juga disertai dengan berbagai langkah-langkah antisipatif untuk memperkecil kesenjangan yang mungkin terjadi, sehingga proses pembelajaran tersebut mencapai tujuan yang diharapkan. Seperti pendapat Sukmadinata dan Syaodih (2012), bahwa desain pembelajaran merupakan semua bentuk rancangan atau persiapan tertulis yang dibutuhkan bagi pelaksanaan pembelajaran. Pembelajaran seperti halnya kurikulum meliputi tiga komponen, yaitu: desain atau rancangan, implementasi atau pelaksanaan, dan evaluasi. Shambough (2006) mengemukakan bahwa perancangan pembelajaran dapat diartikan sebagai proses yang sistematis untuk memecahkan pencapaian pembelajaran melalui proses perencanaan bahan-bahan pembelajaran beserta aktivitas yang harus dilakukan, perencanaan sumber-sumber pembelajaran yang dapat digunakan, serta perencanaan evaluasi keberhasilan. Menurut Degeng (1990) bahwa dalam pembelajaran ada kegiatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Pemilihan, dan pengembangan metode ini didasarkan pada kondisi pembelajaran yang ada. Kegiatan-kegiatan ini pada dasarnya merupakan inti perancangan pembelajaran. Oleh sebab itu, untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan secara optimal dan efektif, maka diperlukan kemampuan guru tersertifikasi terutama pada SMK Negeri Kota Palu dalam perancangan pembelajaran sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan proses pembelajaran (penerapan pembelajaran) sesuai dengan bidang studi atau mata pelajaran yang diampu. Penerapan pembelajaran adalah proses interaksi antara siswa dengan guru dan sumber belajar yang ada pada suatu lingkungan belajar. Proses interaksi ini dapat terwujud bila terjadi saling silang, pemberian perhatian antara siswa dan guru. Hal ini dapat tercapai bila guru mampu berkomunikasi dengan seimbang dan multi arah, dengan menggunakan bahasa yang akrab, bersahabat, ramah, serta luwes dan lugas. Guru harus mampu mengembangkan kemampuan kompetensi dirinya sendiri sebelum mampu membelajarkan siswa dalam mencari, menggali dan menemukan kompetensinya. Oleh sebab itu, diperlukan kemauan, kemampuan, dan kesungguhan yang kuat dari guru dalam penerapan pembelajaran. Pada umumnya pelaksanaan pembelajaran mencakup tiga kegiatan, yaitu: (a) kegiatan awal, atau pendahuluan; (b) kegiatan inti (pembentukan kompetensi); dan (c) penutup. Kegiatan pembukaan atau pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik (siswa) untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Berikutnya kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar (KD). Kegiatan ini dilakukan secara sistematif dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Kegiatan akhir pembelajaran, yaitu penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik serta tindak lanjut (BSNP, 2007). Jadi dalam pelaksanaan pembelajaran, peran guru sangat penting. Terlebih sekarang ini kurikulum pendidikan Kemampuan Guru.... - Syafruddin - 131

yang diberlakukan pada setiap jenjang satuan pendidikan secara nasional adalah kurikulum berbasis kompetensi. Artinya, pada pelaksanaan pembelajaran yakni bagaimana agar isi atau pesanpesan kurikulum (standar kompetensikompetensi dasar) dapat dikuasai atau dicapai oleh siswa secara tepat dan optimal. Untuk itu, guru harus berupaya agar para siswa dapat membentuk kompetensi dirinya sesuai dengan apa yang digariskan dalam kurikulum, sebagaimana yang dikembangkan dalam desain pembelajaran. Dalam hal ini akan terjadi interaksi antara siswa dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang diarahkan atau sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Karena itu tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan belajar agar menunjang terjadinya perubahan perilaku tersebut. Namun realitas di lapangan dari temuan atau hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan guru tersertifikasi dalam penerapan atau pelaksanaan pembelajaran pada SMK Negeri Kota Palu adalah belum atau kurang optimal dan efektif. Hal ini dibuktikan dari pengamatan (observasi) peneliti dalam pelaksanaan proses pembelajaran yang dilakukan guru di kelas maupun di ruang praktik/bengkel, yaitu Kegiatan Awal, Masih banyak guru tersertifikasi kurang sempurna dalam membuka pembelajaran, seperti: tidak ada upaya untuk memotivasi siswa untuk memperhatikan pelajaran, tidak melakukan apersepsi, tidak menjelaskan tujuan pembelajaran, tidak memberikan acuan atau sistematika pembelajaran atau epitome dengan rinci. Kegiatan Inti Pembelajaran: (1) Sebagian besar guru tersertifikasi dalam melaksanakan inti pembelajaran masih kurang memahami teori-teori pembelajaran; (2) Kurang menguasai bahan ajar; (3) Metode dan media pembelajaran yang digunakan masih kurang relevan dengan tujuan pembelajaran/kd; (4) Hanya sebagian kecil guru tersertifikasi yang mampu melaksanakan pembelajaran secara aktif, kreatif, dan menyenangkan; (5) Pada umumnya atau sebagian besar guru tersertifikasi kurang mampu melaksanakan pembelajaran sesuai dengan langkahlangkah yang direncanakan dalam RPP. Kegiatan Penutup Pembelajaran: (1) Masih banyak guru tersertifikasi menutup pembelajaran secara terburuburu; (2) Banyak guru tersertifikasi tidak memberikan tugas pekerjaan rumah (PR) kepada siswa; (3) Tidak ada seorang guru tersertifikasi yang menyampaikan tentang pokok bahasan pelajaran yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya; (4) Hanya sebagian kecil guru tersertifikasi yang melakukan evaluasi belajar dengan baik, memberi umpan balik dan memberi tugas pekerjaan rumah (PR). Dengan uraian di atas dapat dikatakan bahwa semakin kurang atau rendah kemampuan guru tersertifikasi dalam penerapan atau pelaksanaan pembelajaran pada SMK Negeri Kota Palu, maka akan semakin kurang atau rendah pula kualitas pembelajaran yang dilaksanakannya. Guru tersertifikasi belum mampu mengkondisikan proses pembelajaran yang efektif agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi siswa. Seperti dikemukakan Usman (2005) bahwa kondisi belajar mengajar atau pembelajaran yang efektif adalah adanya minat dan perhatian siswa dalam belajar. Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada diri seseorang. Minat ini besar sekali pengaruhnya terhadap belajar, 132 Edcomtech Volume 2, Nomor 2, Oktober 2017

sebab dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya, tanpa minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu. Keterlibatan siswa dalam belajar erat kaitannya dengan sifat-sifat yang dimilikinya, baik yang bersifat kognitif seperti kecerdasan dan bakat maupun yang bersifat afektif seperti: motivasi, rasa percaya diri, dan minatnya. William James (dalam Usman, 2005) menyatakan bahwa minat siswa merupakan faktor utama yang menentukan derajat keaktifan belajar siswa. Jadi, afektif merupakan faktor yang menentukan keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar. Jadi dalam pelaksanaan pembelajaran, peran guru sangat penting. Terlebih sekarang ini kurikulum pendidikan yang diberlakukan pada setiap jenjang satuan pendidikan secara nasional adalah kurikulum berbasis kompetensi. Artinya, pada pelaksanaan pembelajaran yakni bagaimana agar isi atau pesanpesan kurikulum (standar kompetensikompetensi dasar) dapat dikuasai atau dicapai oleh siswa secara tepat dan optimal. Untuk itu, guru harus berupaya agar para siswa dapat membentuk kompetensi dirinya sesuai dengan apa yang digariskan dalam kurikulum, sebagaimana yang dikembangkan dalam desain pembelajaran. Dalam hal ini akan terjadi interaksi antara siswa dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang diarahkan atau sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Karena itu tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan belajar agar menunjang terjadinya perubahan perilaku tersebut. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah (BSNP, 2007) disebutkan bahwa proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Sehubungan hal itu diperlukan guru yang mampu melaksanakan pembelajaran disamping mampu memberikan keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan potensi serta kreativitas siswa ke arah yang baik dan optimal. Untuk itu hendaknya guru berusaha menciptakan kondisi ini sebaik-baiknya dengan berbagai cara yang telah dikemukakan di atas. Pada kenyataannya guru tersertifikasi pada SMK Negeri 1 Palu, SMK Negeri 2 Palu, dan SMK Negeri 3 Palu bahwa secara umum mengalami beberapa hambatan atau kesulitan dalam perancangan dan penerapan pembelajaran. Hambatan atau kesulitan tersebut dibuktikan dari temuan penelitian sebagaimana dipaparkan atau dideskripsikan pada Tabel 2 dan 3 dalam uraian sebelumnya. Guru tersertifikasi sebagian besar belum memahami prinsip-prinsip pengembangan/ penjabaran kompetensi dasar (KD) ke dalam indikator dan masih sulit membedakan antara indikator KD dengan tujuan pembelajaran. Wawasan pengetahuan dan pengalaman guru tersertifikasi dalam memilih serta menetapkan metode, media dan sumber pembelajaran adalah sangat terbatas, sehingga mengalami hambatan atau kesulitan dalam merancang rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Kemampuan Guru.... - Syafruddin - 133

Demikian juga dalam penerapan atau pelaksanaan pembelajaran di ruang kelas maupun di ruang praktik, ternyata guru tersertifikasi mengalami hambatan atau kesulitan dalam mengimplementasikan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah ditetapkan. Hambatan atau kesulitan dimaksud adalah kesulitan untuk menyampaikan secara optimal butir-butir kegiatan yang dirumuskan dalam RPP baik pada kegiatan awal pembelajaran, kegiatan inti maupun pada kegiatan akhir/ penutup pembelajaran. Hal ini dibuktikan sebagaimana temuan penelitian pada Tabel 3 yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya. Hambatan atau kesulitan guru tersertifikasi dalam penerapan pembelajaran adalah karena keterbatasan alokasi waktu bagi guru untuk mengimplementasikan RPP secara optimal. Di samping itu karena keterbatasan kemampuan atau keterampilan guru tersertifikasi dalam melaksanakan langkah-langkah proses pembelajaran sebagaimana yang diharapkan. Dengan demikian dapat dikatakan hambatan guru tersertifikasi dalam perancangan dan penerapan pembelajaran pada lokasi penelitian dapat dikelompokkan yaitu: (1) hambatan teknis dan (2) hambatan non teknis. Hambatan teknis pada dasarnya dalam kaitan dengan aspek keterampilan yang dimiliki oleh guru tersertifikasi yang bersangkutan. Dimana keterampilan guru dalam mengembangkan dan merancang pembelajaran ke dalam bentuk rencana pelaksanan pembelajaran (RPP) adalah belum memadai atau belum optimal. Demikian juga dengan terbatasnya keterampilan guru tersertifikasi dalam penerapan pembelajaran sebagai implementasi RPP. Sedangkan hambatan non teknis adalah keterbatasan: aspek pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), keterbatasan alokasi waktu, dan keterbatasan sarana/ media pembelajaran dalam melaksanakan tugas-tugas profesinya. Seperti terbatasnya pemahaman tentang prinsipprinsip pengembangan pembelajaran dan pemahaman tentang langkah-langkah proses pembelajaran yang optimal dan efektif. SIMPULAN Kemampuan guru tersertifikasi dalam perancangan pembelajaran menunjukkan belum seluruhnya memiliki kemampuan secara optimal dalam perancangan pembelajaran. Ketidakmampuan guru tersertifikasi dalam perancangan pembelajaran meliputi: (a) pengurutan dan perumusan SK dan KD, (b) penentuan dan uraian materi pokok/bahan ajar pembelajaran, (c) pemilihan pengalaman belajar siswa, (d) penjabaran KD menjadi indikator, (e) penjabaran indikator ke dalam instrumen penilaian jenis tagihan yang digunakan, (f) jenis tagihan yang digunakan, (g) menentukan alokasi waktu pembelajaran, dan (h) memilih serta menentukan media dan sumber pembelajaran. Pada kenyataannya kemampuan guru tersertifikasi belum optimal dalam penerapan pembelajaran, baik dalam melaksanakan kegiatan awal pembelajaran, kegiatan inti, maupun dalam melaksanakan kegiatan penutup pembelajaran. Hambatan guru tersertifikasi dalam perancangan dan penerapan pembelajaran adalah: (a) hambatan teknis dan (b) hambatan non teknis. Hambatan teknis pada dasarnya dalam kaitan dengan aspek keterampilan yang dimiliki oleh guru tersertifikasi yang bersangkutan. Dimana keterampilan guru dalam mengembangkan dan merancang pembelajaran ke 134 Edcomtech Volume 2, Nomor 2, Oktober 2017

dalam bentuk rencana pelaksanan pembelajaran (RPP) adalah belum memadai atau belum optimal. Demikian juga dengan terbatasnya keterampilan guru tersertifikasi dalam penerapan pembelajaran sebagai implementasi RPP. Sedangkan hambatan non teknis adalah keterbatasan: aspek pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), keterbatasan alokasi waktu, dan keterbatasan sarana/ media pembelajaran dalam melaksanakan tugas-tugas profesinya. Kementerian Pendidikan Nasional, dalam hal ini Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan perlu ada upaya peningkatan mutu pendidik/ guru melalui Pendidikan dan Pelatihan Profesional Guru (PLPG) ketimbang melalui portofolio. Perguruan Tinggi, khususnya Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK), perlu ada peningkatan dalam mendidik dan membina guru serta calon guru yang berkualitas. Lembaga Diklat, khususnya dalam hal ini Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Guru (LPPG) perlu peningkatan kualitas pelayanan dalam penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan guru. Pemerintah Kota Palu dalam hal ini Dinas Pendidikan, perlu upaya peningkatan kualitas pendidikan dengan meningkatkan kompetensi guru dalam perancangan dan penerapan pembelajaran melalui kerjasama dengan LPMP, LPTK, PGRI, NGO/LSM yang memiliki perhatian terhadap pendidikan. Pengawas dan Kepala Sekolah, disarankan perlu peningkatan tugas dan fungsinya pada satuan pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya terutama dalam hal pelaksanaan tugas supervisi akademik/pendidikan. Guru tersertifikasi, perlu ada upaya peningkatan kompetensi profesionalnya dengan menambah pengetahuan, sikap dan keterampilan terutama yang berkaitan dengan kemampuan dalam perancangan dan penerapan pembelajaran, baik secara individual maupun kelompok antar guru; dan. Bagi peneliti, perlu ada penelitian lanjut dalam kaitan dengan peningkatan dan pelaksanaan kinerja guru tersertifikasi pada satuan pendidikan khususnya SMK negeri maupun swasta di Kota Palu. DAFTAR PUSTAKA Badan Standar Nasional Pendidikan. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan. Baedhowi. 2008. Tantangan Profesionalisme Guru pada Era Sertifikasi-Orasi Ilmiah. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Degeng, I.N. Sudana. 1989/1990. Desain Pembelajaran: Teori ke Terapan. Malang: Proyek Peningkatan Perguruan Tinggi IKIP Malang. Degeng, I.N.S. 1990. Strategi Pembelajaran (Mengorganisasi Isi dengan Model Elaborasi). Malang: IKIP Malang. Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Gultom, Syawal. 2009. Sertifikasi Guru Belum Berdampak pada Mutu Pendidikan. Medan: Universitas Negeri Medan. Kemampuan Guru.... - Syafruddin - 135

Shambough, Neal & Susan, G. Maglearo. 2006. Instructional Design. United State of America: Library of Congress Cataloging in Publication Data. Sukmadinata, Nana Syaodih & Syaodih, Erliana. 2012. Kurikulum & Pembelajaran Kompetensi. Bandung: Refika Aditama. Uno, Hamzah. B. 2010. Profesi Kependidikan: Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara. Usman, Moh. Uzer. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya. 136 Edcomtech Volume 2, Nomor 2, Oktober 2017