VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

I. PENDAHULUAN. terutama padi, masih menjadi prioritas utama kebijakan pertanian, hal itu

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. saat Revolusi Hijau pada tahun 1980-an. Revolusi hijau merupakan teknik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya

PENINGKATAN EFISIENSI SISTEM PRODUKSI STUDI KASUS PETANI PADI SAWAH ORGANIK DI KABUPATEN BOYOLALI JAWA TENGAH

ACARA 3. KELEMBAGAAN !! Instruksi Kerja : A. Aspek Kelembagaan

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian selalu dikaitkan dengan kondisi kehidupan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. berkaitan dengan sektor-sektor lain karena sektor pertanian merupakan sektor

I. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT

I. PENDAHULUAN. lainnya, baik dalam bentuk mentah ataupun setengah jadi. Produk-produk hasil

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. seperti industri, jasa, pemasaran termasuk pertanian. Menurut Rogers (1983),

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEINOVATIFAN PETANI DAN LAJU ADOPSI INOVASI

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga

Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (m-p3mi) Berbasis Padi Palawija

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. bermata pencarian sebagai petani (padi, jagung, ubi dan sayur-sayuran ). Sektor

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Padi 2.2. Kajian Empiris Usahatani Padi Sehat

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian yang berhasil dapat diartikan jika terjadi pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

FAKTOR FAKTOR KELEMBAGAAN DALAM EKONOMI PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS USAHATANI KOPI DI DESA PIRIAN TAPIKO KECAMATAN TUTAR KAB.POLEWALI MANDAR. Rahmaniah HM.,SP, M.Si

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto per Triwulan Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009 (Miliar Rupiah)

I PENDAHULUAN. Kegagalan dalam memenuhi kebutuhan pokok akan dapat menggoyahkan. masa yang akan datang IPB, 1998 (dalam Wuryaningsih, 2001).

menggunakan BLP Organik dan setelah menggunakan BLP Organik.

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. menjadi suatu keharusan, agar produksi dapat menunjang permintaan pangan yang

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii

VI KAJIAN KEMITRAAN PETANI PADI SEHAT DESA CIBURUY DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPLUBIKA

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar

PANEL PETANI NASIONAL (Patanas): DINAMIKA INDIKATOR PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN PERDESAAN PADA AGROEKOSISTEM LAHAN SAWAH. Saptana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

Oni Ekalinda, Reni Astarina dan Anita Sofia Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau Abstrak.

PENDAHULUAN Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia karena memengaruhi hajat hidup orang banyak kurang lebih 114 Kilogram per kapita per tahun. Angka ini berkurang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan petani (Suprihono, 2003).

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai penopang pembangunan. Sektor pertanian meliputi subsektor

POLICY BRIEF DINAMIKA SOSIAL EKONOMI PERDESAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

TINJAUAN PUSTAKA. definisi sempit dan pertanian organik dalam definisi luas. Dalam pengertian

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia setiap tahunnya. Sektor pertanian telah

TINJAUAN PUSTAKA. budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke 20 di dunia serta

DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN.

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A

BAB I PENDAHULUAN. sumber pendapatan bagi sekitar ribu RTUT (Rumah Tangga Usahatani Tani) (BPS, 2009).

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

I PENDAHULUAN. besar masyarakat Indonesia. Menurut Puslitbangtan (2004 dalam Brando,

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN :

PENDAHULUAN Latar Belakang

DASAR DASAR AGRONOMI MKK 312/3 SKS (2-1)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PERTANIAN KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2015 KETERANGAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

V. DAMPAK SUBSIDI PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADOPSI PUPUK ORGANIK DI PROVINSI LAMPUNG

I. PENDAHULUAN. dan sumber devisa negara, pendorong pengembangan wilayah dan sekaligus

pelaksanaan pencapaian ketahanan pangan dan kemandirian pangan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. penting di Indonesia termasuk salah satu jenis tanaman palawija/ kacang-kacangan yang sangat

Transkripsi:

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1. Kesimpulan Penelitian menyimpulkan sebagai berikut: 1. Usahatani padi organik masih sangat sedikit dilakukan oleh petani, dimana usia petani padi organik 51 tahun, berpendidikan SMP, luas sawah diusahakan hanya 0,435 ha, sedangkan usahatani padi konvensional menggunakan pupuk kimiawi bervariasi dalam jenis dan dosis, dimana usia petani padi sistem konvensional 54 tahun, berpendidikan SMP, dan luas sawah diusahakan sekitar 0,498 ha. 2. Petani padi sistem organik memasarkan hasil usahataninya dalam bentuk beras, namun petani padi sistem konvensional memasarkan hasil usahataninya dalam bentuk gabah kering panen; sedangkan tempat penjualan hasil padi yang banyak dituju petani padi sistem organik adalah penggilingan padi/selepan dan kelompok tani, dan tempat penjualan hasil usahatani yang banyak dipilih petani padi usahatani konvensional adalah penggilingan padi/selepan dan penebas 3. Potensi pencemaran unsur nitrogen, yang dilihat dari jumlah surplus nitrogen, pada budidaya padi sistem organik lebih rendah dibandingkan usahatani padi konvensional, namun surplus nitrogen yang dihasilkan dari kedua usahatani tersebut belum mempengaruhi produktivitas usahatani yang dicapai. 4. Produktivitas usahatani padi organik ditentukan oleh modal untuk pupuk dan pengendali organisme pengganggu tanaman, interaksi modal dan benih, serta 218

interaksi modal dan surplus nitrogen, sedangkan produktivitas usahatani padi konvensional dipengaruhi oleh modal untuk pupuk dan pengendali organisme pengganggu tanaman. 5. Inefisiensi teknis usahatani padi sistem organik dipengaruhi secara negatif oleh luas lahan, umur, adanya pekerjaan sampingan, dan inefisiensi biayanya dipengaruhi secara negatif oleh luas lahan; sedangkan pada usahatani padi konvensional, inefisiensi teknis dipengaruhi secara negatif oleh pendidikan, sedangkan inefisiensi biaya dipengaruhi secara negatif oleh luas lahan dan adanya pekerjaan sampingan. 6. Kinerja usahatani dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Produktivitas usahatani padi organik tidak berbeda dengan usahatani padi konvensional, dimana rata-rata produktivitas usahatani padi organik sebesar 5,9 ton/ha, sedangkan rata-rata produktivitas usahatani padi konvensional sebesar 5,57 ton/ha; b. Nilai R/C ratio usahatani padi organik lebih tinggi daripada usahatani padi konvensional, dan kedua usahatani tersebut masih layak dilakukan, c. Capaian efisiensi teknis, efisiensi lingkungan, efisiensi alokatif, dan efisiensi ekonomis usahatani padi sistem organik lebih tinggi daripada usahatani konvensional, dan hal tersebut disebabkan usahatani sistem organik mampu meningkatkan produksi potensial maupun aktual. 7. Multifungsionalitas usahatani padi disimpulkan sebagai berikut: 219

a. Rasio kecukupan pangan rumah tangga petani pada usahatani padi organik dan konvensional tidak berbeda, dimana rumah tangga petani kedua sistem usahatani dalam kondisi surplus pangan/beras; b. Petani-petani padi organik menunjukan kebersamaan dan gotong-royong usahatani yang lebih tinggi dibandingkan petani-petani padi sistem konvensional, ditunjukkan dalam kegiatan penyediaan sarana produksi pupuk dan pestisida nabati, keterlibatan dinamis dalam pertemuan dan kegiatan kelompok tani, serta keaktifan menggali informasi pertanian; c. Wanita tani turut berpartisipasi dalam usahatani, terutama pada kegiatan budidaya, kegiatan pasca panen, serta pemasaran hasil, baik pada usahatani padi organik dengan usahatani padi konvesional, dan tidak ada perbedaan tingkat partisipasi wanita tani antara kedua usahatani, d. Frekuensi dilakukannya tradisi usahatani selama kegiatan usahatani padi pada sistem organik dan konvensional sangat jarang dan tidak berbeda, dimana tradisi usahatani hanya dilakukan petani berusia tua, e. Kualitas tanah sawah yang diolah dengan usahatani organik menunjukan potensi kesuburan yang lebih baik dibandingkan petani padi usahatani konvensional, f. Biodiversitas di sekitar sawah tempat budidaya padi yang diolah dengan sistem organik lebih baik dibandingkan usahatani padi usahatani konvensional; g. Pencemaran lingkungan di sekitar persawahan dengan usahatani padi organik lebih rendah dibandingkan usahatani usahatani konvensional; 220

8. Nilai ekonomi fungsi penghasil produksi pangan maupun nilai ekonomi fungsi penyerapan tenaga kerja dari usahatani padi organik lebih tinggi namun tidak berbeda nyata dibandingkan usahatani padi konvensional. 9. Analisis hubungan kinerja dan multifungsionalitas: a. Terdapat hubungan yang kuat antara kinerja usahatani dengan multifungsionalitas usahatani, baik pada usahatani padi organik maupun usahatani padi konvensional. b. Pemeliharaan kualitas kesuburan tanah sawah dalam proses usahatani padi memberikan pengaruh positif pada produktivitas, efisiensi teknis, efisiensi ekonomis, dan efisiensi lingkungan. 8.2. Implikasi Kebijakan Mengacu hasil penelitian, beberapa aspek sebagai implikasi kebijakan sebagai berikut: 1. Berdasarkan struktur biaya usahatani, biaya pupuk kimia pada usahatani konvensional menunjukkan prosentase yang cukup besar dari total biaya tunai usahatani, bahkan hampir menyamai biaya untuk tenaga kerja, oleh karena itu, perlu dilakukan efisiensi penggunaan pupuk kimia oleh petani, baik melalui penggunaan yangg sesuai dosis ataupun mencari alternatif pupuk yang relatif efisien biaya dan memeprhatikan kesehatan tanah. 2. Usahatani padi organik terbukti memberikan kinerja yang lebih baik daripada usahatani konvensional, sekaligus memberikan multifungsionalitas (output 221

non-komoditas) yang lebih baik dibandingkan usahatani konvensional. Oleh karena itu, perlu dilakukan program pengembangan usahatani sistem organik pada wilayah pertanian yang telah mengembangkan usahatani organik maupun lebih meluas. Program pengembangan yangg dapat dilakukan antara lain melalui (a) penyuluhan dan pendampingan petani dalam hal teknologi pemupukan organik dan pengendalian pengganggu pertumbuhan tanaman organik, sehingga meskipun pendidikan petani relatif rendah, namun jika ada pendampingan secara kontinyu dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petani berusahatani organik, (b) pemeliharaan dan pengawasan lahan pengembangan padi organik yang telah ada agar terhindar dari pencemaran lingkungan sekitarnya, (c) membantu pemasaran hasil usahatani padi organik dan dukungan teknologi pasca panen agar petani tidak melulu menjual hasilnya kepada tengkulak dan mendapatkan hasil yang lebih layak, (d) fasilitasi pengembangan ternak bagi petani, agar pemupukan usahatani padi organik tidak mengandalkan perolehan dari luar. 3. Kebersamaan dan gotong royong usahatani antar petani padi sistem organik cukup tinggi dan terwadahi dalam kelompok tani. Kelompok tani menjadi tumpuan dan agent of change pengembangan padi organik di dua wilayah penelitian, baik dalam eksplorasi teknologi organik maupun dalam memasarkan beras organik. Oleh karena itu, (a) kelompok tani organik yang telah ada di dua wilayah penelitian itu harus terus didampingi dan didorong dalam bentuk upaya-upaya pemberdayaan kelompok tani, (b) perlu upaya pengaktifan kelompok tani padi yang telah ada di desa, termasuk kelompok 222

tani padi usahatani konvensional,agar dapat mewadahi kegiatan mandiri petani padi menuju perbaikan usahataninya dan sebagai sarana introduksi pengetahuan budidaya padi organik yang menjamin keberlanjutan secara lingkungan dan ekonomi, (c) fasilitasi jejaring usaha kelompok tani dengan organisasi-organisasi agribisnis lain. 4. Aspek lingkungan dari budidaya padi usahatani konvensional, meliputi kualitas tanah sawah, biodiversitas, dan pencemaran lingkungan sawah menunjukkan potensi yang lebih rendah dibandingkan usahatani organik, oleh karena itu perlu dilakukan upaya pencegahan pencemaran lebih berlanjut akibat penggunaan bahan kimiawi dalam budidaya usahatani konvensional, antara lain dengan mengubah perilaku petani yang berlebihan dalam penggunaan pupuk dan pestisida kimia melalui penyuluhan rutin dalam wadah kelompok tani. 5. Peran usahatani padi sawah yang dapat dilihat dari nilai ekonomi penyerapan tenaga kerja dan penghasil produksi pangan, baik usahatani organik maupun konvensional, menunjukkan pentingnya menjaga lahan sawah di wilayah penelitian, sehingga perlu dilakukan pencegahan alih fungsi lahan sawah untuk menjaga produksi beras, terutama yang ditanami ataupun berpotensi sebagai sawah untuk budidaya padi organik, agar tidak terkonversi dan tetap memiliki kemampuan berproduksi, karena selain mendukung ketahanan pangan masyarakat desa, lahan sawah juga menjadi sumberdaya utama penduduk dalam bermatapencaharian. 223

6. Adopsi usahatani organik oleh petani di wilayah penelitian, tidak selalu didominasi pertimbangan atau motivasi lingkungan, namun juga ada pertimbangan sosial, ekonomi, maupun teknis. Beberapa petani organik di wilayah penelitian beralih dari sistem organik ke usahatani konvensional disebabkan risiko perubahan cuaca dan serangan pengganggu tanaman, selain itu petani organik tidak memiliki banyak pilihan dalam penyaluran hasil usahatani sehingga ditemukan petani yang menjual ke tengkulak sehingga harga jual hasil tidak dapat tinggi dan tidak dapat menutup biaya usahatani. Oleh karena itu, perlu diupayakan bantuan penyaluran hasil usahatani organik dan usaha untuk memperbaiki harga beras organik melalui labelisasi produk. 7. Capaian kinerja usahatani berkorelasi dengan multifungsionalitas usahatani, sehingga perlu terus dieksplorasi dan diupayakan penciptaan fungsi-fungsi positif usahatani padi organik, baik melalui penelitian-penelitian lanjutan maupun oleh pihak-pihak pelaku pemberdayaan petani. 224