VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1. Kesimpulan Penelitian menyimpulkan sebagai berikut: 1. Usahatani padi organik masih sangat sedikit dilakukan oleh petani, dimana usia petani padi organik 51 tahun, berpendidikan SMP, luas sawah diusahakan hanya 0,435 ha, sedangkan usahatani padi konvensional menggunakan pupuk kimiawi bervariasi dalam jenis dan dosis, dimana usia petani padi sistem konvensional 54 tahun, berpendidikan SMP, dan luas sawah diusahakan sekitar 0,498 ha. 2. Petani padi sistem organik memasarkan hasil usahataninya dalam bentuk beras, namun petani padi sistem konvensional memasarkan hasil usahataninya dalam bentuk gabah kering panen; sedangkan tempat penjualan hasil padi yang banyak dituju petani padi sistem organik adalah penggilingan padi/selepan dan kelompok tani, dan tempat penjualan hasil usahatani yang banyak dipilih petani padi usahatani konvensional adalah penggilingan padi/selepan dan penebas 3. Potensi pencemaran unsur nitrogen, yang dilihat dari jumlah surplus nitrogen, pada budidaya padi sistem organik lebih rendah dibandingkan usahatani padi konvensional, namun surplus nitrogen yang dihasilkan dari kedua usahatani tersebut belum mempengaruhi produktivitas usahatani yang dicapai. 4. Produktivitas usahatani padi organik ditentukan oleh modal untuk pupuk dan pengendali organisme pengganggu tanaman, interaksi modal dan benih, serta 218
interaksi modal dan surplus nitrogen, sedangkan produktivitas usahatani padi konvensional dipengaruhi oleh modal untuk pupuk dan pengendali organisme pengganggu tanaman. 5. Inefisiensi teknis usahatani padi sistem organik dipengaruhi secara negatif oleh luas lahan, umur, adanya pekerjaan sampingan, dan inefisiensi biayanya dipengaruhi secara negatif oleh luas lahan; sedangkan pada usahatani padi konvensional, inefisiensi teknis dipengaruhi secara negatif oleh pendidikan, sedangkan inefisiensi biaya dipengaruhi secara negatif oleh luas lahan dan adanya pekerjaan sampingan. 6. Kinerja usahatani dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Produktivitas usahatani padi organik tidak berbeda dengan usahatani padi konvensional, dimana rata-rata produktivitas usahatani padi organik sebesar 5,9 ton/ha, sedangkan rata-rata produktivitas usahatani padi konvensional sebesar 5,57 ton/ha; b. Nilai R/C ratio usahatani padi organik lebih tinggi daripada usahatani padi konvensional, dan kedua usahatani tersebut masih layak dilakukan, c. Capaian efisiensi teknis, efisiensi lingkungan, efisiensi alokatif, dan efisiensi ekonomis usahatani padi sistem organik lebih tinggi daripada usahatani konvensional, dan hal tersebut disebabkan usahatani sistem organik mampu meningkatkan produksi potensial maupun aktual. 7. Multifungsionalitas usahatani padi disimpulkan sebagai berikut: 219
a. Rasio kecukupan pangan rumah tangga petani pada usahatani padi organik dan konvensional tidak berbeda, dimana rumah tangga petani kedua sistem usahatani dalam kondisi surplus pangan/beras; b. Petani-petani padi organik menunjukan kebersamaan dan gotong-royong usahatani yang lebih tinggi dibandingkan petani-petani padi sistem konvensional, ditunjukkan dalam kegiatan penyediaan sarana produksi pupuk dan pestisida nabati, keterlibatan dinamis dalam pertemuan dan kegiatan kelompok tani, serta keaktifan menggali informasi pertanian; c. Wanita tani turut berpartisipasi dalam usahatani, terutama pada kegiatan budidaya, kegiatan pasca panen, serta pemasaran hasil, baik pada usahatani padi organik dengan usahatani padi konvesional, dan tidak ada perbedaan tingkat partisipasi wanita tani antara kedua usahatani, d. Frekuensi dilakukannya tradisi usahatani selama kegiatan usahatani padi pada sistem organik dan konvensional sangat jarang dan tidak berbeda, dimana tradisi usahatani hanya dilakukan petani berusia tua, e. Kualitas tanah sawah yang diolah dengan usahatani organik menunjukan potensi kesuburan yang lebih baik dibandingkan petani padi usahatani konvensional, f. Biodiversitas di sekitar sawah tempat budidaya padi yang diolah dengan sistem organik lebih baik dibandingkan usahatani padi usahatani konvensional; g. Pencemaran lingkungan di sekitar persawahan dengan usahatani padi organik lebih rendah dibandingkan usahatani usahatani konvensional; 220
8. Nilai ekonomi fungsi penghasil produksi pangan maupun nilai ekonomi fungsi penyerapan tenaga kerja dari usahatani padi organik lebih tinggi namun tidak berbeda nyata dibandingkan usahatani padi konvensional. 9. Analisis hubungan kinerja dan multifungsionalitas: a. Terdapat hubungan yang kuat antara kinerja usahatani dengan multifungsionalitas usahatani, baik pada usahatani padi organik maupun usahatani padi konvensional. b. Pemeliharaan kualitas kesuburan tanah sawah dalam proses usahatani padi memberikan pengaruh positif pada produktivitas, efisiensi teknis, efisiensi ekonomis, dan efisiensi lingkungan. 8.2. Implikasi Kebijakan Mengacu hasil penelitian, beberapa aspek sebagai implikasi kebijakan sebagai berikut: 1. Berdasarkan struktur biaya usahatani, biaya pupuk kimia pada usahatani konvensional menunjukkan prosentase yang cukup besar dari total biaya tunai usahatani, bahkan hampir menyamai biaya untuk tenaga kerja, oleh karena itu, perlu dilakukan efisiensi penggunaan pupuk kimia oleh petani, baik melalui penggunaan yangg sesuai dosis ataupun mencari alternatif pupuk yang relatif efisien biaya dan memeprhatikan kesehatan tanah. 2. Usahatani padi organik terbukti memberikan kinerja yang lebih baik daripada usahatani konvensional, sekaligus memberikan multifungsionalitas (output 221
non-komoditas) yang lebih baik dibandingkan usahatani konvensional. Oleh karena itu, perlu dilakukan program pengembangan usahatani sistem organik pada wilayah pertanian yang telah mengembangkan usahatani organik maupun lebih meluas. Program pengembangan yangg dapat dilakukan antara lain melalui (a) penyuluhan dan pendampingan petani dalam hal teknologi pemupukan organik dan pengendalian pengganggu pertumbuhan tanaman organik, sehingga meskipun pendidikan petani relatif rendah, namun jika ada pendampingan secara kontinyu dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petani berusahatani organik, (b) pemeliharaan dan pengawasan lahan pengembangan padi organik yang telah ada agar terhindar dari pencemaran lingkungan sekitarnya, (c) membantu pemasaran hasil usahatani padi organik dan dukungan teknologi pasca panen agar petani tidak melulu menjual hasilnya kepada tengkulak dan mendapatkan hasil yang lebih layak, (d) fasilitasi pengembangan ternak bagi petani, agar pemupukan usahatani padi organik tidak mengandalkan perolehan dari luar. 3. Kebersamaan dan gotong royong usahatani antar petani padi sistem organik cukup tinggi dan terwadahi dalam kelompok tani. Kelompok tani menjadi tumpuan dan agent of change pengembangan padi organik di dua wilayah penelitian, baik dalam eksplorasi teknologi organik maupun dalam memasarkan beras organik. Oleh karena itu, (a) kelompok tani organik yang telah ada di dua wilayah penelitian itu harus terus didampingi dan didorong dalam bentuk upaya-upaya pemberdayaan kelompok tani, (b) perlu upaya pengaktifan kelompok tani padi yang telah ada di desa, termasuk kelompok 222
tani padi usahatani konvensional,agar dapat mewadahi kegiatan mandiri petani padi menuju perbaikan usahataninya dan sebagai sarana introduksi pengetahuan budidaya padi organik yang menjamin keberlanjutan secara lingkungan dan ekonomi, (c) fasilitasi jejaring usaha kelompok tani dengan organisasi-organisasi agribisnis lain. 4. Aspek lingkungan dari budidaya padi usahatani konvensional, meliputi kualitas tanah sawah, biodiversitas, dan pencemaran lingkungan sawah menunjukkan potensi yang lebih rendah dibandingkan usahatani organik, oleh karena itu perlu dilakukan upaya pencegahan pencemaran lebih berlanjut akibat penggunaan bahan kimiawi dalam budidaya usahatani konvensional, antara lain dengan mengubah perilaku petani yang berlebihan dalam penggunaan pupuk dan pestisida kimia melalui penyuluhan rutin dalam wadah kelompok tani. 5. Peran usahatani padi sawah yang dapat dilihat dari nilai ekonomi penyerapan tenaga kerja dan penghasil produksi pangan, baik usahatani organik maupun konvensional, menunjukkan pentingnya menjaga lahan sawah di wilayah penelitian, sehingga perlu dilakukan pencegahan alih fungsi lahan sawah untuk menjaga produksi beras, terutama yang ditanami ataupun berpotensi sebagai sawah untuk budidaya padi organik, agar tidak terkonversi dan tetap memiliki kemampuan berproduksi, karena selain mendukung ketahanan pangan masyarakat desa, lahan sawah juga menjadi sumberdaya utama penduduk dalam bermatapencaharian. 223
6. Adopsi usahatani organik oleh petani di wilayah penelitian, tidak selalu didominasi pertimbangan atau motivasi lingkungan, namun juga ada pertimbangan sosial, ekonomi, maupun teknis. Beberapa petani organik di wilayah penelitian beralih dari sistem organik ke usahatani konvensional disebabkan risiko perubahan cuaca dan serangan pengganggu tanaman, selain itu petani organik tidak memiliki banyak pilihan dalam penyaluran hasil usahatani sehingga ditemukan petani yang menjual ke tengkulak sehingga harga jual hasil tidak dapat tinggi dan tidak dapat menutup biaya usahatani. Oleh karena itu, perlu diupayakan bantuan penyaluran hasil usahatani organik dan usaha untuk memperbaiki harga beras organik melalui labelisasi produk. 7. Capaian kinerja usahatani berkorelasi dengan multifungsionalitas usahatani, sehingga perlu terus dieksplorasi dan diupayakan penciptaan fungsi-fungsi positif usahatani padi organik, baik melalui penelitian-penelitian lanjutan maupun oleh pihak-pihak pelaku pemberdayaan petani. 224