Bab 2. Landasan Teori

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 LANDASAN TEORI. bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu. bersatu untuk mencapai tujuan yang sama.

BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Sistem Informasi Akuntansi. mengubah data keuangan dan data lainnya menjadi informasi. Informasi ini kemudian

Gambar Window Transaksi Pengeluaran Barang Gudang

BAB II LANDASAN TEORI. bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Hall (2001, p5) Sistem adalah sekelompok dua atau lebih

BAB 2 LANDASAN TEORI

LAMPIRAN. Menurut Whitten dan Bentley (2004,p 344), Data Flow Diagram (DFD) adalah

L-1 PO CUST 1 SJ 1 INVOICE 1

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini sistem informasi sangat dibutuhkan oleh perusahaan untuk membantu

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

cek, wesel (kiriman uang atau money orders), dan uang yang tersimpan di bank yang penarikannya tidak dibatasi (Warren et al. 2006).

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan maka dirancang sistem akuntansi pokok dan sistem akuntansi

BAB II LANDASAN TEORI. disebut dengan Siklus Hidup Pengembangan Sistem (SHPS). SHPS adalah. dijelaskan langkah-langkah yang terdapat pada SHPS.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI. yang menggunakan informasi tersebut. Definisi ini mengandung dua pengertian,

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN SURAT PERNYATAAN

Jurusan Sistem Informasi Program Studi Komputerisasi Akuntansi Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil Tahun 2005 / 2006

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan berkembangnya dunia usaha yang semakin pesat, maka

BAB III LANDASAN TEORI. ada berkaitan dengan sistem yang akan dibuat. Tujuannya adalah agar aplikasi ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN A KERANGKA DOKUMEN ANALISIS

BAB III 3. LANDASAN TEORI

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. komponen yang saling berhubungan yang bekerja sama menuju suatu tujuan dengan

BAB III LANDASAN TEORI. McLeod & Schell 2008: 12). Sistem Informasi Manajemen menyediakan

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. Institut merupakan Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan pendidikan

Analysis Modeling 4/10/2018. Focus on What not How. Kenapa Analisis Kebutuhan. Definisi Analisis Kebutuhan. Langkah-Langkah Analisis Kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami penyempurnaan untuk dapat memenuhi kebutuhan manusia dengan lebih

BAB II BAHAN RUJUKAN. 2.1 Tinjauan Umum Atas Sistem Informasi Akuntansi. Sistem pada dasarnya adalah sekelompok unsur yang berhubungan erat

Rancangan Aplikasi Persediaan Barang Pada TB. Putra Mas Pangkalpinang Melati Suci 1), Sujono 2)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem informasi sangat dibutuhkan oleh perusahaan untuk membantu

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

Yuli Purwati, M.Kom USE CASE DIAGRAM

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Studi Ganda Akuntansi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2007/2008

: ENDRO HASSRIE NIM : MATKUL : REKAYASA PERANGKAT LUNAK PEMODELAN DATA

BAB II LANDASAN TEORI. pembuatan tugas akhir ini. Teori-teori yang digunakan adalah:

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 4. PT. Siaga Ratindotama

Gambar L.37 Form Print Laporan Absensi Harian Gambar L.38 Form Print Laporan Absensi Periode

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Studi Ganda Akuntansi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Genap 2007/2008

APPENDIX. Menurut Mulyadi (2001, p01) diagramalor dokumen (document flowchart) merupakansimbol-simbol standar yang digunakan oleh analis sistem untuk

BAB III LANDASAN TEORI

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Studi Ganda Akuntansi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2007/2008

BAB III LANDASAN TEORI. adalah sebagai berikut: Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur

BAB II LANDASAN TEORI. yang sama untuk mencapai suatu tujuan RAY[6]. dan lebih berarti bagi yang menerimanya RAY[6].

Nama : Rendi Setiawan Nim :

BAB 2 LANDASAN TEORI. komponen yang saling berhubungan yang bekerja sama menuju suatu tujuan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terpadu untuk melaksanakan kegiatan pokok perusahaan.

BAB 2 LANDASAN TEORI. masukan-masukan (input) dan menghasilkan output dalam proses transformasi yang

BAB III 3. LANDASAN TEORI. manajemen dan individu lain terhadap kejadian-kejadian internal dan eksternal

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan secara manual. Tidak terkecuali penggunaan teknologi informasi oleh

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SISTEM INFORMASI PERSEDIAAN BARANG DI MINIMARKET xxx. Oleh : SITI EKA WAHYUNI Nim : SISTEM INFORMASI

BAB III LANDASAN TEORI. 2001) suatu sistem mempunyai karakteristik atau sifat-sifat tertentu seperti:

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PEMBELIAN, PERSEDIAAN DAN PENJUALAN TUNAI PADA PT TRISATYA MITRA ABADI

DASAR REKAYASA PERANGKAT LUNAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

OOAD (Object Oriented Analysis and Design) UML part 2 (Activity diagram, Class diagram, Sequence diagram)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Sistem Informasi

MEMBANGUN SISTEM INFORMASI PEMBELIAN TUNAI PADA APOTIK CIPTA DENGAN OBJECT ORIENTED METHODOLOGY

BAB III LANDASAN TEORI. dibahas meliputi permasalahan-permasalahan atau prosedur-prosedur yang

PertemuanI. Object Oriented

Lampiran 1. Notasi yang digunakan dalam Class Diagram. Class. Association. dua class atau lebih. Multiplicity. instances dari class lain.

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan globalisasi sekarang ini menyebabkan persaingan usaha antar

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. penelitian. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah Sistem Informasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 4 PERANCANGAN SISTEM

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB 1 PENDAHULUAN. orang sama halnya seperti obat. Obat sangat penting bagi kebutuhan seseorang, tanpa

SISTEM INFORMASI PEMBELIAN, PENJUALAN DAN PERSEDIAAN pada RUDI AGENCY

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Definisi Sistem, Informasi, dan Sistem Informasi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

SISTEM INFORMASI AKUNTANSI

PERTEMUAN KE 4: SISTEM DAN TEKNIK DOKUMENTASI

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PERSEDIAAN PT. PUTRATUNGGAL ANEKA. menyediakan suku cadang kendaraan bermotor (spare part) bagi kendaraan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Diagram alir di bawah ini merupakan langkah-langkah yang diambil untuk mendukung

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha

BAB 2 LANDASAN TEORI. utama yaitu komponen, ketergantungan dan tujuan. Artinya, setiap sistem akan selalu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi Menurut George H. Bodnar (2000, p6), sistem informasi akuntansi adalah sistem berbasis komputer yang dirancang untuk mengubah data akuntansi menjadi informasi. Tetapi, istilah sistem informasi akuntansi lebih luas dari itu guna mencakup siklus-siklus pemrosesan transaksi, penggunaan teknologi informasi dan pengembangan sistem informasi. Menurut Barry E.Cushing (1995, p17), sistem informasi akuntansi adalah suatu sub sistem dari sistem informasi manajemen di dalam suatu organisasi. Berdasarkan data diatas, kami dapat menarik kesimpulan bahwa Sistem Informasi Akuntansi adalah sistem yang dirancang atau di desain dalam sebuah perusahaan atau organisasi untuk mengubah data akuntansi menjadi informasi yang berguna bagi perusahaan atau organisasi tersebut. 2.1.2 Tujuan Sistem Informasi Akuntansi Menurut Marshall B. Romney (1997, p2), tujuan-tujuan dari sistem informasi akuntansi adalah sebagai berikut : 1. Mengumpulkan dan menyimpan data mengenai aktivitas dan transaksi sehingga dengan demikian perusahaan dapat meninjau apa yang telah terjadi. 7

8 2. Memproses data menjadi informasi yang berguna untuk membuat keputusan dimana memungkinkan manajemen untuk melakukan perencanaan, mengeksekusi dan mengendalikan aktivitas. 3. Menyediakan pengendalian untuk menjaga asset perusahaan, termasuk data untuk memastikan bahwa data tersedia jika dibutuhkan dan data tersebut akurat. 2.1.2 Komponen Sistem Informasi Akuntansi Menurut Romney (2000, p2) komponen-komponen suatu Sistem Informasi Akuntansi adalah : 1. User User adalah orang yang mengoperasikan system dan menampilkan fungsi yang bervariasi. 2. Prosedur Yang termasuk di dalam prosedur adalah mengumpulkan, memproses, dan menyimpan data mengenai aktivitas perusahaan. 3. Data Data mengenai proses bisnis perusahaan. 4. Software Software digunakan untuk memproses data perusahaan infrastruktur. 5. Infrastruktur Teknologi Informasi Didalamnya termasuk komputer dan peralatan komunikasi jaringan.

9 Menurut Mulyadi (1997, p3) bahwa komponen-komponen Sistem Akuntansi adalah: 1. Formulir Formulir merupakan dokumen yang digunakan untuk merekam adanya transaksi. Formulir sering disebut dengan istilah dokumen, karena dengan formulir ini, peristiwa yang terjadi dalam organisasi direkam (didokumentasikan) diatas secarik kertas. 2. Jurnal Jurnal merupakan catatan akuntansi yang pertama yang digunakan untuk mencatat, mengklasifikasikan, dan meringkas data keuangan dan data lainnya. Sumber informasi pencatatan dalam jurnal ini adalah formulir. 3. Buku Besar Buku besar terdiri dari rekening-rekening yang digunakan untuk meringkas data keuangan yang telah dicatat sebelumnya dalam jurnal. Rekening-rekening dalam buku besar ini disediakan sesuai dengan unsurunsur informasi yang akan disajikan dalam laporan keuangan. 4. Buku Pembantu Buku besar dan buku pembantu merupakan catatan akuntansi terakhir, yang berarti tidak ada catatan akuntansi lain lagi sesudah data akuntansi diringkas dan digolongkan dalam rekening buku besar dan buku pembantu.

10 5. Laporan Hasil akhir proses akuntansi adalah laporan keuangan yang dapat berupa neraca, laporan rugi laba, laporan perubahan laba yang ditahan, laporan harga pokok produksi, laporan biaya pemasaran, laporan harga pokok penjualan, daftar umur piutang, daftar utang yang akan dibayar, daftar saldo persediaan yang lambat penjualannya. Laporan berisi informasi yang merupakan keluaran sistem akuntansi. 2.2 Flowchart 2.2.1 Pengertian Flowchart Menurut Bodnar (2000,p37) flowchart adalah suatu diagram simbolik yang menampilkan arus data dan sequence dari operasi dalam sebuah sistem. 2.2.2 Simbol-simbol Flowchart Karena pentingnya flowchart sebagai suatu alat komunikasi yang meningkat dengan pertumbuhan dan kompleksitas dari proses computer, suatu kebutuhan untuk standardrisasi simbol dan usage conventions menjadi apparent. Berikut ini adalah beberapa simbol dasar dari flowchart, yaitu :

11 Catatan Simbol ini digunakan untuk menggambarkan catatan akuntansi yang digunakan untuk mencatat data yang direkam sebelumnya di dalam dokumen atau formulir. Nama catatan akuntansi dicantumkan di dalam simbol ini. Proses Komputer On-Line Menggambarkan pengolahan data dengan komputer secara online. Nama program ditulis di dalam simbol ini. Garis Alir Menggambarkan arah proses pengolahan data. Anak panah tidak digambarkan jika arus dokumen mengarah ke bawah dan ke kanan. Keterangan / Komentar Simbol yang digunakan apabila ingin menambahkan keterangan untuk memperjelas pesan yang disampaikan dalam bagan alir. Gambar 2.1 Simbol Dasar Flowchart

12 Simbol Input / Output yang lebih Spesialisasi : Dokumen Simbol ini digunakan untuk menggambarkan semua jenis dokumen, yang merupakan formulir yang digunakan untuk mencatat data transaksi yang terjadi. Dokumen dan tembusannya Simbol ini digunakan untuk menggambarkan dokumen asli dan tembusannya. Nomor lembar dokumen dicantumkan disudut kanan atas. Berbagai Dokumen Simbol ini digunakan untuk menggambarkan berbagai jenis dokumen yang digabungkan bersama di dalam satu paket. Nama dokumen di dalam masing-masing simbol dan nomor lembar dokumen dicantumkan di sudut kanan atas simbol dokumen yang bersangkutan. Manual input Simbol ini menggambarkan pemasukan data melalui komputer melalui on-line terminal.

13 Simbol Proses Spesialisasi : Keputusan Simbol ini menggambarkan keputusan yang harus dibuat dalam proses pengolahan data. Keputusan yang dibuat ditulis di dalam simbol ini. Arsip Sementara Digunakan untuk menunjukkan tempat penyimpanan dokumen, dimana arsip tersebut akan diambil kembali pada suatu saat untuk diproses lebih lanjut. Untuk menunjukkan urutan pengarsipan dokumen digunakan simbol berikut ini : A = menurut abjad N = menurut nomor urut T = menurut tanggal Arsip Permanen Menggambarkan arsip permanen yang merupakan tempat penyimpanan dokumen yang tidak akan diproses lagi. Kegiatan Manual Simbol ini untuk menggambarkan kegiatan secara manual. Gambar 2.2 Simbol Proses

14 Simbol Tambahan : Mulai/Berakhir (Terminal) Simbol ini menggambarkan awal dan akhir dari suatu sistem akuntansi. Penghubung Halaman yang Sama Keterbatasan halaman kertas untuk menggambar mengakibatkan diperlukannya simbol penghubung untuk memungkinkan aliran dokumen berhenti di suatu lokasi halaman tertentu dan kembali berjalan di lokasi lain pada halaman yang sama. Penghubung pada Halaman yang Berbeda Sama seperti penghubung pada halaman yang sama, tetapi simbol ini digunakan sebagai penghubung bila ada penggantian halaman. Gambar 2.3 Simbol Tambahan

15 2.3 Database 2.3.1 Pengertian Database Database adalah suatu koleksi data computer yang terintegrasi, diorganisasikan dan disimpan dalam suatu cara yang memudahkan pengambilan kembali (Mcleod,1998, p258). Dua tujuan utama dari konsep database adalah meminimumkan pengulangan dan pencapaian indepensi data. Menurut Connoly (2002, p15) pendekatan database ialah memisahkan struktur data dari program aplikasi dan menyimpannya dalam database. Dalam menganalisa kebutuhan informasi suatu organisasi, kita berusaha menentukan entity, atribut dan relasi. Entity adalah objek dalam organisasi yang dapat dibedakan yang digambarkan dalam database. Atribut adalah property yang menggambarkan beberapa aspek suatu objek yang dikenal sebagai record. Sedangkan relasi adalah hubungan antara beberapa entity. Database menyajikan entity, atribut dan relasi yang logis antara entity. 2.3.2 Entity Relationship Modelling Menurut Budiharto (2002, p4), mendesain basis data merupakan hal yang sangat penting dalam membuat basis data. Kita menggunakan ER untuk mendesainnya. ER merupakan sebuah permodelan untuk mendesain basis data yang baik. Tanpa ER ini, bisa dipastikan proses pembuatan basis data berjalan lama dan tidak teratur. Pada saat mendesain basis data yang perlu diperhatikan ialah membuat relasi relasi yang benar diantara tabel. Proses desain basis data cukup menghabiskan waktu yang lama jika basis datanya besar.

16 Pendokumentasian desain basis data mutlak harus dilakukan dengan baik agar mudah didalam pengembangan dan perbaikan nantinya. 2.4 Analisa dan Perancangan Sistem Informasi Akuntansi berorientasi Object Oriented 2.4.1 Pengertian Analisa dan Perancangan Sistem Informasi Akuntansi Menurut McLeod (2001, p192) Perancangan Sistem Informasi Akuntansi adalah penentuan proses dan data yang diperlukan oleh sistem baru. Menurut Mulyadi (1997,p51) perancangan atau desain Sistem Informasi adalah proses penerjemahan kebutuhan pemakai informasi ke dalam alternatif rancangan sistem informasi yang diajukan kepada pemakai informasi untuk dipertimbangkan. Jadi, analisa dan perancangan sistem informasi akuntansi adalah suatu proses penerjemahan kebutuhan user untuk dijadikan spesifikasi yang lebih rinci untuk mempertimbangkan pembuatan metode pengembangan sistem baru. 2.4.2 Pengertian Object-Oriented Menurut McLeod (2001, p330) awalnya masih banyak perusahaan yang menggunakan alat-alat pembuatan model proses dengan Flowchart, dan Data Flow Diagram (DFD). Kemudian berubah dengan menggunakan Entity Relationship Diagram (ERD). Dan akhirnya sekarang berubah dengan mengkombinasikan proses dan data menjadi object, dimana object oriented dapat menyediakan informasi yang jelas mengenai konteks dari sistem.

17 2.4.2.1 Object Oriented Analysis Menurut Booch (1995,p15), object oriented analysis adalah sebuah metode analisis yang menguji permintaan dari perspektif class dan object yang ditemukan pada problem domain. Menurut Whitten et al (2001, p170) Object Oriented Analysis diartikan sebagai suatu metode untuk menganalisis kebutuhan-kebutuhan dengan cara mengintegrasikan data dan proses ke dalam suatu bentuk dan disebut objects. 2.4.2.2 Object Oriented Design Menurut Booch (1995,p15) object oriented design adalah sebuah metode design yang meliputi proses dari object oriented yang kurang baik dari sebuah catatan yang menggambarkan secara logika dan fisik menjadi sama baiknya seperti model dan dinamik atas sistem. 2.4.2.3 Object Oriented Analysis & Design Menurut Whitten (2001, p97), OOA&D berusaha untuk menggabungkan data dan proses menjadi suatu gagasan tunggal yang disebut objects. OOA&D memperkenalkan object diagram yang mendokumentasikan sistem yang dipandang dari segi object dan interaksinya. Menurut Larman (1998, p6) intisari dari OOA&D adalah penekanan pada pertimbangan problem domain dan solusi logis dari persepsi objects. Menurut Mathiassen et al (2000, p14-15) terdapat 4 aktivitas utama dalam OOA&D yaitu Problem Domain Analysis,

18 Application Domain Analysis, Architectural Design dan Component Design. Jadi Object Oriented Analysis & Design dapat diartikan sebagai suatu proses analysis dan design yang menggabungkan data dan proses menjadi satu yang digambarkan atau dilihat dari segi objectnya. 2.4.2.4 Konsep Analisis dan Perancangan Berorientasi Objek Menurut Mathiassen et al (2000, p14-15) terdapat empat aktivitas utama dalam OOA&D yaitu problem domain analysis, application domain analysis, architectural design, dan component design. 2.4.3 Problem Domain Analysis Pada tahap ini dilakukan pengidentifikasian informasi informasi yang harus ada pada suatu sistem untuk menghasilkan sebuah model sistem. Problem domain merupakan bagian dari keadaan yang akan diatur, dipantau dan dikontrol oleh sistem (Mathiassen et al, 2000, p6). Sumber dari aktivitas ini adalah sistem terkomputerisasi dengan menggunakan bahasa alami. Mathiassen (2000, pp46-47) didalam bukunya menulis bahwa terdapat 3 subaktivitas dalam problem domain analysis yaitu: 1. Classes 2. Structure 3. Behavior

19 2.4.3.1 Classes Merupakan tahapan dilakukannya pemilihan class dan event dari system definition untuk menghasilkan event table. Class adalah deskripsi dari kumpulan object yang mempunyai structure, behavioural pattern dan attributes yang sama. Object adalah suatu entitas yang memiliki identity, state, dan behaviour ( Mathiassen et al, 2000, p51). Menurut Mathiassen et al( 2000, pp53-55) untuk menjalankan aktivitas classes dapat dimulai dengan mengidentifikasikan kandidat / calon yang mungkin untuk classes dan events dalam model problem domain. 2.4.3.2 Structure Tujuannya adalah untuk mendeskripsikan hubungan struktural antara class dan object. Sumber dari tahap ini adalah event table yang dihasilkan dari tahap sebelumnya, sedangkan hasil akhirnya adalah membuat class diagram, yaitu diagram yang menyediakan gambaran iktisar problem domain yang bertalian secara logis dengan menggambarkan hubungan stuktural antara classes dan objects didalam model (Mathiassen et al, 2000, pp69-70). Menurut Mathiassen et al( 2000, pp72-79) terdapat 2 tipe structure dalam Object Oriented yaitu: 1. Class structure Mengekspresikan hubungan konseptual yang statis antar class. Hubungan statis ini tidak akan berubah, kecuali terjadi perubahan pada deskripsinya. Class structure dibagi menjadi 2 yaitu:

20 a. Generalization structure, merupakan hubungan antara 2 atau lebih subclass dengan 1 atau lebih superclass (Mathiassen et al, 2000, p72). Sebuah class yang umum (superclass) mendeskripsikan properti umum kepada grup dari special class (subclass). b. Cluster, merupakan kumpulan dari class yang berhubungan (Mathiassen et al 2000, p74). Cluster digambarkan dengan notasi file folder yang melingkupi class class yang saling berhubungan didalamnya. Class-class dalam satu cluster biasanya memiliki hubungan berupa generalization atau aggregation. Sedangkan hubungan class dengan cluster yang berbeda biasanya berupa association structure. 2. Object structure Mengekspresikan hubungan dinamis dan konkret antar object. Hubungan ini dapat berubah secara dinamis tanpa mempengaruhi perubahan pada deskripsinya. Ada 2 macam object structure yaitu: a. Aggregation structure, mendefinisikan hubungan antara dua atau lebih object. Menurut Mathiassen et al (2000, p79), terdapat 3 tipe aggregation structure yaitu: Whole-part, dimana whole merupakan jumlah dari parts, sehingga jika salah satu parts dihilangkan maka secara tidak langsung telah mengubah whole. Container-content, dimana whole adalah container (tempat tampung) dari parts-nya, sehingga bila terdapat penambahan

21 atau pengurangan terhadap isinya (parts), tidak akan mengubah pengertian dari whole. Union-member, dimana whole merupakan union atau gabungan yang terorganisir dari anggotanya (parts), sehingga jika terdapat penambahan atau pengurangan anggota, tidak akan mengubah union-nya. Terdapat batasan jumlah anggota terendah, karena tidak mungkin sebuah union tanpa anggota. b. Association structure, mendefinisikan hubungan antara dua atau lebih object, tetapi berbeda dengan aggregation (Mathiassen et al, 2000, p76). Hubungan antar class pada aggregation mempunyai pertalian yang kuat sedangkan pada association tidak kuat. 2.4.3.3 Behavior Tujuan dari aktivitas ini adalah untuk memodelkan keadaan problem domain yang dinamis dengan memperluas definisi class yang terdapat dalam class diagram, yaitu dengan menambahkan behavioural patterns dan attributes untuk setiap class. Sumber dari tahap ini adalah event table dan class diagram yang telah dihasilkan dari tahap tahap sebelumnya. Sedangkan hasil akhirnya adalah behavioral patterns yang diekspresikan secara grafis dalam Statechart Diagram (Mathiassen et al, 2000, p89-90). Dalam class activity, behavior dipandang sebagai kumpulan event yang tidak berurutan yang meliputi suatu object. Sedangkan dalam behavior activity, behavior secara lebih tepat dideskripsikan dengan menambahkan waktu terjadinya events.

22 Object behavior di-identifikasikan dengan event trace yaitu serangkaian events yang berurutan yang meliputi suatu object. Event trace antara satu object mungkin berbeda dengan object lain meskipun kedua object tersebut berada dalam class yang sama. Hal ini disebabkan karena sifat event trace yang unik untuk object tertentu. Deskripsi dari event trace yang mungkin untuk seluruh object dalam sebuah class disebut behavioral pattern (Mathiassen et al, 2000,p90). Dalam memodelkan problem domain, dilakukan pengidentifikasian requirements untuk data-data yang akan disimpan oleh sistem. Untuk menspesifikasikan data tersebut digunakan attribute, yaitu deskripsi properti dari class atau event (Mathiassen et al, 2000, p92). Menurut Mathiassen et al(2000, p93) behavioral pattern memiliki struktur pengendalian sebagai berikut: Sequence adalah suatu set events yang akan terjadi satu persatu (secara berurutan). Selection adalah satu event yang terjadi dari satu set event. Iteration adalah satu event yang terjadi berulang- ulang kali. 2.4.4 Application Domain Analysis Tahap ini mendefinisikan requirements dari suatu sistem. Application Domain merupakan bagian yang mengatur, memantau, atau mengontrol problem domain (Mathiassen et al, 2000, p6). Prinsip dari application domain analysis adalah bekerjasama dengan user untuk menentukan usage, function

23 dan interface. Sumber dari aktivitas ini adalah system definition dan model dari tahap sebelumnya. Menurut Mathiassen et al (2000, p117) terdapat tiga subaktivitas dalam application domain analysis, yaitu: 1. Usage Hasil akhir dari aktivitas ini adalah membuat deskripsi dari actors dan use case, dimana relasinya diekspresikan dengan menggunakan actor table atau use case diagram. Actor merupakan abstraksi dari user atau sistem lain yang berinteraksi dengan sistem (Mathiassen et al,2000, p119). Sedangkan usecase adalah pola interaksi antara sistem dengan actors dalam application domain (Mathiassen et al, 2000,p120). Hubungan antara actor dan usecase adalah association. Menurut Armour dan Miller (2001,p7) untuk mendokumentasikan actors dapat menggunakan actor specifications yang berisi informasi mengenai nama actor. Abstract actor menggambarkan behavior yang sama antara dua actor atau lebih. Adanya usecase description dapat mempermudah pemahaman mengenai interaksi antar actors dan sistem serta tanggung jawab dan behavior sistem dalam responsnya terhadap interaksi tersebut (Armour dan Miller, 2001, p90). Usecase description berisi informasi mengenai nama usecase, usecase 10, actor yang terlibat dan description (menjelaskan garis besar dari usecase tersebut). Deskripsi usecase harus dapat memungkinkan para developer untuk mengidentifikasi kebutuhan elemen function dan interface.

24 2. Function Tujuan dari aktivitas ini adalah untuk menentukan kemampuan pemrosesan dari suatu sistem sehingga menghasilkan suatu function list beserta spesifikasi untuk function yang kompleks. Function memfokuskan pada apa yang bisa dilakukan oleh sistem untuk membantu actor. Dengan kata lain, function merupakan fasilitas untuk membuat sebuah model berguna bagi actor (Mathiassen et al, 2000, p138). Menurut Mathiassen et al (2000, p 138) terdapat 4 tipe utama dari function, dimana masing-masing tipe mengekspresikan hubungan antara model dan konteks sistem ke empat tipe tersebut antara lain update function, signal function, read function, dan compute function. 3. Interface Tujuan dari aktivitas ini adalah menentukan antar muka (interface) dr system yang sedang dikembangkan. Interface adalah fasilitas yang membuat model sistem dan function tersedia bagi actor (Mathiassen et al, 2000, p151). Adanya interface memungkinkan actor untuk berinteraksi dengan sistem. Sumber berasal dari class diagram,uses cases,dan function list. Menurut Mathiassen et al (2000, p152), terdapat dua macam interface: 1. User Interface, menghubungkan manusia dengan sistem. Dalam merancang user interface dibutuhkan feedback dari user. 2. System Interface, menghubungkan system actor (sistem lain) dengan sistem yang sedang di-develop. Sistem lain bisa berupa: External Device (sensor,switch dll).

25 2.5 Teori Pendukung 2.5.1 Pengertian Persediaan Menurut Noori (1997, p424), persediaan adalah sejumlah komoditas di dalam pengendalian suatu perusahaan yang disimpan untuk waktu tertentu guna memenuhi kebutuhan di masa yang akan datang. Menurut Niswonger dan Fess Warren(1996, p431), perusahaan umumnya mempunyai 3 jenis persediaan, yaitu bahan baku, barang dalam proses (barang setengah jadi) dan barang jadi. Besarnya persediaan bahan baku dipengaruhi oleh perkiraan produksi, sifat dan musiman produksi, dapat diandalkan pihak pemasok(supplier) serta tingkat efisiensi penjadwalan pembelian dan kegiatan produksi. Menurut Handoko(2001, p333) persediaan adalah suatu istilah umum yang menunjukkan segala sesuatu atau sumber daya- sumber daya organisasi yang disimpan dalam antipasinya terhadap pemenuhan permintaan. Permintaan akan sumber daya mungkin internal maupun eksternal. Ini meliputi persediaan bahan mentah, barang dalam proses, barang jadi atau produk akhir, bahan bahan pembantu atau pelengkap, dan komponen-komponen lain yg menjadi bagian keluaran produk perusahaan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa persediaan adalah barangbarang yang dibeli untuk diproduksi, serta dijual kembali dan habis dipakai oleh perusahaan. Karena pentingnya peranan persediaan barang bagi perusahaan, kekayaan tersebut haruslah berada pada pengendalian dan pengawasan ketat.

26 2.5.2 Istilah dalam Persediaan Beberapa istilah persediaan yang sering digunakan, menurut Sugiana (2003, p24) adalah : 1. Stock Card Stock card adalah catatan untuk stock harian dimana masukan berupa jumlah dari sistem pembelian yang merupakan penambahan terhadap stok barang sedangkan dari sistem penjualan merupakan pengurangan. 2. Stock Opname Stock opname adalah pemeriksaan stok fisik yang tersedia (digudang) dan membandingkannya dengan stok yamg tercatat (pada computer). Biasanya dilakukan pada periode tertentu, misalnya sebulan sekali, enam bulan, bahkan ada yang setahun sekali. Pemeriksaan ini tergantung pada banyaknya jenis barang. Apabila terlalu banyak, maka bisa memerlukan waktu yang cukup lama. Berdasarkan hasil perbandingan stok fisik dan stok tercatat, apabila terdapat selisih antara stok fisik dan stok yang tercatat maka akan dilakukan adjustment stock, dimana jika terdapat kekurangan pada stok fisik maka kekurangan ini akan menjadi biaya. Setelah pencatatan terkumpul semuanya, sistem stok berperan kembali untuk memperbaharui catatan stok terakhir pada tabel barang. 3. Adjustment Stock Setelah dilakukan stock opname, bila ada barang yang rusak, hilang dan sebagainya, maka akan dilakukan penyesuaian terhadap stok fisik yang tercatat.

27 2.5.3 Jenis-jenis Persediaan Menurut Rangkuti (1995, p14), persediaan dapat dibedakan menjadi : 1. Persediaan bahan baku yaitu persediaan bahan barang berwujud, seperti besi, kayu serta komponen- komponen lainnya yang digunakan dalam proses produksi. 2. Persediaan bagian produk / komponen yang dibeli, yaitu persediaan barang- barang yang terdiri dr komponen- komponen yang diperoleh dari perusahaan lain, dimana secara langsung dapat dirakit menjadi suatu produk. 3. Persediaan bahan-bahan pembantu / penolong, yaitu persediaan barangbarang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen barang jadi. 4. Persediaan barang setengah jadi / barang dalam proses, yaitu persediaan barang- barang yang merupakan keluaran dari tiap- tiap bagian dalam proses produksi atau yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu diproses lebih lanjut untuk menjadi barang jadi. 5. Persediaan barang jadi, yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual atau dikirim kepada konsumen. 2.5.4 Pengertian Sistem Informasi Persediaan Persediaan merupakan faktor yang sangat penting bagi setiap perusahaan. Tanpa adanya persediaan, para pengusaha akan dihadapkan pada resiko bahwa

28 perusahaannya pada suatu waktu tidak dapat memenuhi keinginan pelanggannya. Menurut Mulyadi (1997, p555), sistem informasi persediaan adalah suatu sistem yang menyediakan informasi atau laporan-laporan yang dibutuhkan oleh pihak manajemen yang berhubungan dengan operasi pemesanan, penyimpanan dan persediaan bahan baku. 2.5.5 Metode Pencatatan dan Penilaian Persediaan Menurut Mulyadi (1997, p558), ada dua macam metode pencatatan persediaan yaitu sebagai berikut : 1. Metode Persediaan Perpetual (Perpetual Inventory Method) Dalam metode ini, setiap mutasi persediaan dicatat dalam kartu persediaan. Metode ini cocok digunakan dalam penentuan biaya bahan baku dalam perusahaan yang berharga pokok produknya dikumpulkan dengan metode harga pokok pesanan. Ada 3 metode yang biasa digunakan untuk menilai persediaan dengan metode perpetual, yaitu sebagai berikut : 1. Metode First In First Out (FIFO) Untuk menetapkan harga pokok persediaan didasarkan atas asumsi bahwa harga pokok harus dibebankan pada pendapatan sesuai dengan urutan pembelian barang tersebut. Jadi, persediaan yang masih ada dianggap berasal dari barang pembelian terakhir (Fess, terjemahan Ruswinarto, 1997, p396).

29 2. Metode Last In First Out (LIFO) Didasarkan atas anggapan bahwa harga pokok barang dari pembelian terakhir harus dibebankan kependapatan. Jadi, persediaan yang ada dianggap berasal dari harga pokok paling awal ( Fess, terjemahan Ruswinarto, 1997, pp397). 3. Metode Harga Pokok Rata-Rata (Average) Terkadang disebut juga metode rata- rata tertimbang (weighted average method), didasarkan atas asumsi bahwa harga pokok harus dibebankan kependapatan menurut harga rata- rata tertimbang perunit dengan barang yang dijual ( Fess, terjemahan Ruswinarto, 1997, p398). 2. Metode Persediaan Fisik (Physical Inventory Method) Dalam metode ini, hanya tambahan persediaan dari pembelian saja yang tercatat, sedangkan mutasi berkurangnya karena pemakaian tidak dicatat dalam kartu persediaan dan metode itu cocok digunakan dalam penentuan biaya bahan baku dalam perusahaan yang harga pokok produknya dikumpulkan dengan metode harga pokok proses. Didasarkan atas anggapan bahwa harga pokok barang dari pembelian terakhir harus dibebankan kependapatan. Jadi, persediaan yang ada dianggap berasal dari harga pokok paling awal ( Fess, terjemahan Ruswinarto, 1997, pp397).

30 2.5.6 Pengendalian Internal Persediaan Pengendalian internal atas persediaan merupakan hal yang sangat penting karena persediaan adalah bagian yang amat penting dari suatu perusahaan dagang. Menurut Render dan Heizer (2001, p318), elemen yang harus ada untuk mendukung pengendalian internal yang baik atas persediaan adalah: 1. Pemilihan karyawan, pelatihan dan disiplin yang baik. 2. Pengendalian yang ketat atas barang yang datang melalui sistem kode barang (barcode). 3. Pengendalian yang efektif atas semua barang yang keluar dari fasilitas. Setiap perusahaan perlu mengadakan pengawasan persediaan untuk dapat menjamin kelangsungan hidup perusahaannya. Oleh karena itu perusahaan harus dapat mempertahankan suatu jumlah persediaan yang optimum yang dapat menjamin kebutuhan bagi kelancaran kegiatan perusahaan dalam jumlah dan mutu yang tepat serta dengan biaya yang serendahrendahnya.persediaan yang terlalu berlebihan merugikan perusahaan karena banyak uang atau modal yang tertanam. Sebaliknya suatu persediaan yang terlalu kecil akan merugikan perusahaan karena kelancaran dari kegiatan produksi dan distribusi perusahaan terganggu. Tujuan pengawasan persediaan menurut Rangkuti (1995, p9) adalah : a. Menjaga agar jangan sampai kehabisan persediaan. b. Supaya pembentukan persediaan stabil c. Menghindari pembelian yg kecil- kecil d. Pemesanan yang lebih ekonomis

31 2.5.7 Minimum Stock Menurut Handoko (2001, p359) persediaan minimum merupakan batas persediaan yang paling kecil yang harus ada untuk suatu jenis barang. Oleh karena itu, persediaan minimum ini dimasukkan untuk menghindari kemungkinan kurangnya persediaan, maksud persediaan umum merupakan persediaan cadangan untuk menjamin keselamatan operasi atau kelancaran produksi perusahaan yang karena itu persediaan ini sering disebut persediaan pengaman. Jadi persediaan minimum dalam suatu perusahaan hendaknya sama dengan besarnya persediaan pengaman. 2.5.8 Fungsi yang Terkait Menurut Mulyadi (1997, p581), fungsi-fungsi yang terkait dalam sistem informasi persediaan adalah : 1. Panitia Perhitungan Fisik Persediaan Bertanggung jawab untuk melaksanakan perhitungan fisik persediaan dan menyerahkan hasil perhitungan fisik tersebut kepada bagian kartu persediaan untuk digunakan sebagai dasar adjustment terhadap catatan persediaan dalam kartu persediaan. 2. Fungsi Akuntansi Bertanggung jawab untuk mencantumkan harga pokok satuan persediaan yang dihitung ke dalam hasil perhitungan fisik, melakukan adjustment terhadap kartu persediaan berdasar data hasil perhitungan fisik, membuat bukti memorial untuk mencatat adjustment data

32 persediaan dalam jurnal umum berdasar hasil perhitungan fisik persediaan. 3. Fungsi Gudang Bertanggung jawab untuk melakukan adjustment data kuantitas persediaan yang dicatat dalam kartu gudang berdasarkan hasil perhitungan fisik persediaan. 2.5.9 Teori Sistem Informasi Akuntasi Persediaan Jadi kesimpulan dari Sistem Informasi Akuntansi Persediaan adalah suatu sistem berbasiskan komputer yang mengubah data akuntansi menjadi informasi yang berguna bagi perusahaan yang dapat menyediakan informasi atau laporan-laporan yang dibutuhkan oleh pihak manajemen yang berhubungan dengan transaksi proses persediaan.