BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina. Menurut laporan, kedelai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Minyak canola (Brasicca napus L.) adalahminyak yang berasal dari biji

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diduga berasal dari Amerika Selatan. Pada waktu bangsa Spanyol menduduki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Buah tomat (Solanum lycopersicum) berasal dari Amerika tropis, ditanam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ada lima spesies labu yang umum dikenal, yaitu Cucurbita maxima,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hingga setinggi 5-10 m dengan daun-daunan yang membentuk berupa spiral pada

Kode Bahan Nama Bahan Kegunaan Per wadah Per bets

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kacang hijau (Phaseolus radiatusl.) merupakan salah satu komoditas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Minyak canola telah dipopulerkan beberapa ribu tahun yang lalu, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jenis yang dikenal saat ini. Strawberry yang dibudidayakan sekarang ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lobak mulai dikenal bangsa China sekitar tahun 500 SM. Lobak sering

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari Meksiko Selatan, Amerika Tengah, dan benua Amerika yang beriklim tropis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Habitat asli srikaya berasal dari daerah tropis di Amerika, Karibia,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. panjang, umurnya dapat mencapai 600 tahun. Satu pohon zaitun bisa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. batang, benang sari kuning kehijauan, kelopak hijau, mahkota lonjong berwarna

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Sebagai pelindung utama tubuh dari kerusakan fisika, kimia dan

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang

TINJAUAN PUSTAKA. bagian yang bersentuhan langsung dengan lingkungan, Fungsi utama kulit adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga kosmetika menjadi stabil (Wasitaatmadja,1997).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIAlatihan soal 11.2

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan A. PENENTUAN FORMULA LIPSTIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Taksonomi Dan Morfologi Tanaman Durian. Kingdom : Plantae ( tumbuh tumbuhan ) Divisi : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji )

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagian luar badan (kulit, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Struktur Kulit (Cutaneous Membran) EPIDERMIS DERMIS SUBCUTANEOUS/Hypodermis

11/10/2017. Telur. Titis Sari Kusuma. Ilmu Bahan Makanan-Telur MACAM TELUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMBUATAN DAN CARA EVALUASI SEDIAAN KRIM. I. TUJUAN Untuk mengetahui cara pembuatan dan evaluasi sediaan krim.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan sebagai bahan baku pembuatan minyak jagung dan sirup, sedangkan di

TINJAUAN PUSTAKA. Kacang merah atau kacang jogo tergolong pangan nabati. Kacang merah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

C3H5 (COOR)3 + 3 NaOH C3H5(OH)3 + 3 RCOONa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ultra Violet/UV (λ nm), sinar tampak (λ nm) dan sinar

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Hewan Percobaan 3 ekor Kelinci albino galur New Zealand dengan usia ± 3 bulan, bobot minimal 2,5 kg, dan jenis kelamin jantan.

II.3 Alasan Penggunaan Bahan 1) Tween 80 dan Span 80 - Tween 80 dan span 80 digunakan sebagai emulgator nonionik dan digunakan untuk sediaan krim

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. turunan asam amino fenil alanin yaitu 2-acetyl-1-pyrroline (Faras et al., 2014).

Sediaan perawatan dan pembersih kulit adalah sediaan yang digunakan untuk maksud

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetik memiliki sejarah panjang dalam kehidupan manusia. Berdasarkan hasil penggalian arkeologi, diketahui bahwa kosmetik telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari

Kulit adalah organ terluar dari tubuh yang melapisi seluruh tubuh manusia. Berat kulit diperkirakan sekitar 7 % dari berat tubuh total.

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Karakterisasi Fisik Vitamin C

Menjelaskan struktur dan fungsi sistem ekskresi pada manusia dan penerapannya dalam menjaga kesehatan diri

1. Sklera Berfungsi untuk mempertahankan mata agar tetap lembab. 2. Kornea (selaput bening) Pada bagian depan sklera terdapat selaput yang transparan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Penggolongan minyak. Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri

Determinasi tanaman pisang raja (Musa paradisiaca L.) dilakukan di. Universitas Sebelas Maret. Tujuan dari determinasi tanaman ini adalah untuk

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh sinar UV atau disebut photoaging pada kulit atau produk yang dapat

FORMULASI LOTION EKSTRAK BUAH RASPBERRY(Rubus rosifolius) DENGAN VARIASI KONSENTRASI TRIETANOLAMIN SEBAGAI EMULGATOR SERTA UJI HEDONIK TERHADAP LOTION

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lebih poten dibandingkan PGV-0 dan vitamin E dengan aksinya menangkap

Proses Pembuatan Madu

PENGERTIAN KOSMETIKA. PENGERTIAN : Sediaan/paduan bahan yang siap digunakan pada bagian luar badan

BAB I PENDAHULUAN. pelindung, maupun pembalut penyumbat (Lachman, dkk., 1994). Salah satu bahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan buah kaya perekat disebut ketan (Hasanah, 2008) Menurut Herbarium Medanense (2011) dalam sistematika tumbuhan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya usia kulit akan mengalami proses penuaan. Penuaan disebabkan oleh berbagai faktor

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Selama radiasi sinar UV terjadi pembentukan Reactive Oxygen Species

Pembuatan Basis Krim VCO (Virgin Coconut Oil) Menggunakan Microwave Oven

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. L.) yang diperoleh dari Pasar Sederhana, Kelurahan. Cipaganti, Kecamatan Coblong dan Pasar Ciroyom, Kelurahan Ciroyom,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jarak pagar termasuk famili Euphorbiaceae. Tanaman ini merupakan

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

FORMULASI DAN UJI STABILITAS FISIK KRIM SUSU KUDA SUMBAWA DENGAN EMULGATOR NONIONIK DAN ANIONIK

ANATOMI KULIT Gambar 1. Anatomi Kulit Posisi Melintang Gambar 2. Gambar Penampang Kulit

3 METODOLOGI PENELITIAN

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,

merupakan campuran dari beragam senyawa kimia, beberapa terbuat dari sumbersumber alami dan kebanyakan dari bahan sintetis (BPOM RI, 2003).

Lampiran 1. Surat keterangan hasil identifikasi tumbuhan jahe merah

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Kacang Kedelai Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina. Menurut laporan, kedelai mulai dikenal di Indonesia sejak abad ke-16. Tanaman kedelai umumnya tumbuh tegak, berbentuk semak, dan merupakan tanaman semusim (Adisarwanto, 2005). Kedelai adalah salah satu tanaman polong-polongan. Polong kedelai berbulu dan berwarna kuning kecoklatan atau abu-abu. Selama proses pematangan buah, polong yang mula-mula berwarna hijau akan berubah menjadi kehitaman. Kedelai yang dibudidayakan terdiri dari dua spesies, yaitu Glycine max (disebut kedelai putih, yang bijinya bisa berwarna kuning, agak putih, atau hijau) dan Glycine soja (kedelai hitam, berbiji hitam). Penghasil kedelai utama dunia adalah Amerika Serikat (Joe, 2011). 2.1.1 Sistematika tanaman kedelai Menurut hasil determinasi dari Herbarium Medanense, kacang kedelai diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom Divisi Kelas Ordo Famili Genus : Plantae : Spermatophyta : Dicotyledonae : Fabales : Papilionaceae : Soya Spesies : Soya max L.

2.1.2 Manfaat dan kandungan kacang kedelai Dalam biji kedelai terkandung gizi yang tinggi, terutama kadar protein nabati. Di samping itu, kadar asam amino kedelai termasuk paling lengkap, yang terdiri atas lisin, isoleusin, leusin, fenilalanin, treonin, triptofan, valin, sistin, metionin, dan tirosin. Dalam minyak kedelai terdapat vitamin E sekitar 140 mg, yang berfungsi sebagai antioksidan pelindung dan penstabil sel, membran sel, dan enzim, serta menjaga vitamin A dan karoten terhadap oksidasi (Kuntaraf dan Kuntaraf, 2003). Kedelai mengandung Phenolik dan asam lemak tak jenuh, yang berfungsi sebagai penangkal kanker. Lesitin dalam kedelai dapat menghancurkan timbunan lemak dalam tubuh, secara tidak langsung dapat menekan penyakit darah tinggi dan menekan diare. Kandungan gizi kedelai dapat dilihat pada Tabel 2.1 (Rukmana dan Yuniarsih, 1996). Tabel 2.1 Kandungan gizi dalam tiap 100 gram kacang kedelai : Kandungan Gizi Kalori Protein Lemak Karbohidrat Kalsium Fosfor Zat Besi Vitamin A Vitamin B1 Air Bagian biji yang dapat dimakan Banyaknya dalam : Kedelai Basah Kedelai Kering 286,00 kal 331,00 kal 30,20 g 34,90 g 15,60 g 18,10 g 30,10 g 34,80 g 196,00 mg 227,00 mg 506,00 mg 585,00 mg 6,90 mg 8,00 mg 95,00 S.I. 110,00 S.I. 0,93 mg 1,07 mg 20,00 g 10,00 g 100% 100%

2.2 Kulit Kulit menutupi dan melindungi tubuh dari perusak eksternal dan dari kehilangan kelembaban. Luas permukaan kulit orang dewasa sekitar 1,6 m 2. Ketebalan kulit tergantung umur, jenis kelamin, dan lokasinya. Kulit terluar terbagi dalam tiga lapisan, yaitu epidermis, dermis, dan jaringan subkutan. Berbagai tambahan, seperti rambut, kuku, dan kelenjar (keringat dan sebaseus) juga terdapat pada kulit (Mitsui, 1997). 2.2.1 Struktur kulit Kulit terdiri atas tiga bagian besar dengan fungsi yang berbeda-beda, yaitu lapisan kulit ari (epidermis), lapisan kulit jangat (dermis), dan lapisan hipodermis (subkutan) (Guyton dan Hall, 1996). a. Epidermis Lapisan ini terletak pada bagian paling luar atau paling atas (tipis sekitar 0,001 inci) dan sebagian besar terdiri dari sel-sel mati. Lapisan epidermis terdiri atas lima lapisan sel, yaitu : stratum Basale (stratum Germinativum), stratum Spinosum, stratum Granulosum, stratum Lucidum, dan stratum Korneum (Guyton dan Hall, 1996). b. Dermis Dermis tersusun atas pembuluh darah, ujung syaraf, kelenjar keringat, akar rambut, otot penegak rambut, dan kelenjar sebasea (Guyton dan Hall, 1996). c. Hypodermis (Subkutan) Lapisan ini terdiri atas jaringan konektif, pembuluh darah, dan sel-sel penyimpan lemak yang memisahkan dermis dengan otot, tulang dan struktur lain. Lapisan hipodermis berfungsi sebagai cadangan makanan dan bantalan untuk

melindungi tubuh dari benturan-benturan fisik serta berperan pula dalam pengaturan suhu tubuh. Jumlah lemak dalam lapisan ini akan meningkat bila makan berlebihan, sebaliknya bila tubuh memerlukan energi atau kalori ekstra maka lapisan ini akan memberikan energi atau kalori dengan cara memecah simpanan lemaknya (Guyton dan Hall, 1996). 2.2.2 Fungsi kulit Kulit adalah organ yang memiliki berbagai fungsi penting : - Pelindung / Proteksi Serat elastis dari dermis dan jaringan lemak subkutan berfungsi untuk mencegah gangguan mekanis eksternal diteruskan secara langsung ke bagian dalam tubuh. Kulit memiliki kapasitas penetralisir alkali dan permukaan kulit dijaga tetap pada ph asam lemah untuk perlindungan dari racun kimia. Pigmen melanin mengabsorpsi dan melindungi tubuh dari bahaya radiasi UV (Mitsui, 1997). - Pengaturan Suhu Tubuh / Termoregulasi Kulit mengatur suhu tubuh dengan mengubah jumlah aliran darah melalui kulit dengan dilatasi dan kontriksi kapiler darah kulit dan dengan penguapan uap air (Mitsui, 1997). - Persepsi Pancaindera Kulit merasakan perubahan pada lingkungan eksternal dan bertanggung jawab untuk sensasi kulit. Kulit memiliki berbagai reseptor sehingga dapat merasakan tekanan, sentuhan, suhu, dan nyeri (Mitsui, 1997). - Penyerapan / Absorpsi Berbagai senyawa diabsorpsi melalui kulit ke dalam tubuh. Ada dua jalur

absorpsi, satu melalui epidermis, dan yang lainnya melalui kelenjar sebaseus pada folikel rambut. Senyawa larut air tidak mudah diabsorpsi melalui kulit karena adanya sawar (barrier) terhadap senyawa larut air yang dibentuk oleh lapisan tanduk (Mitsui, 1997). - Fungsi Lain Kulit menunjukkan keadaan emosional, seperti memerah dan ketakutan (pucat dan bulu kuduk berdiri tegak), dan digambarkan sebagai organ yang menunjukkan emosi. Kulit juga mensintesis vitamin D dengan bantuan sinar UV terhadap prekursor vitamin D dalam kulit (Mitsui, 1997). 2.2.3 Pentingnya melembabkan kulit Secara alamiah kulit memiliki lapisan lemak tipis di permukaannya, yang antara lain terdiri atas produksi kelenjar minyak kulit. Pembentukan lapisan lemak tersebut terutama untuk melindungi kulit dari kelebihan penguapan air yang akan menyebabkan dehidrasi kulit (Tranggono dan Latifah, 2007). Kandungan air di dalam stratum korneum, meskipun sedikit (hanya 10%), sangat penting. Air yang terkandung dalam stratum korneum sangat berpengaruh pada kelembutan dan elastisitas stratum korneum (Tranggono dan Latifah, 2007). Jika kandungan air dari stratum korneum semakin sedikit, semakin rendah elastisitas jaringan stratum korneum. Kulit akan kering dan pecah-pecah, membentuk retak-retak mendalam mirip huruf V. Jika bahan-bahan asing seperti sisa sabun, kotoran dan mikroorganisme masuk dan menumpuk dalam celah V ini, maka kulit yang menjadi kering dan retak-retak akan menimbulkan iritasi dan peradangan yang juga akan melemahkan kulit. Disinilah perlunya kosmetika pelembab kulit untuk mencegah dehidrasi kulit yang menyebabkan kekeringan

dan retak-retak pada kulit serta akibat-akibat buruknya (Tranggono dan Latifah, 2007). 2.3 Emulsi Emulsi adalah sediaan dasar berupa sistem dua fase, terdiri dari dua cairan yang tidak tercampur, dimana salah satu cairan terdispersi dalam bentuk globul dalam cairan lainnya (Anief, 2004). Emulsi mengandung bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok. Emulsi biasanya mengandung dua zat yang tidak tercampur, yaitu air dan minyak, dimana cairan yang satu terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam cairan lain. Dispersi ini tidak stabil, butir- butir ini bergabung dan membentuk dua lapisan air dan minyak yang terpisah. Zat pengemulsi (emulgator) merupakan komponen yang paling penting agar diperoleh emulsi yang stabil (Anief, 2004). Emulsi dinyatakan sebagai sistem minyak dalam air (m/a), jika fase dispersi merupakan fase yang tidak bercampur dengan air, dan air merupakan fase kontinyu. Jika terjadi sebaliknya maka emulsi tersebut dinyatakan emulsi air dalam minyak (a/m). Dalam sediaan emulsi kosmetika, biasanya fase air dan fase minyak bukan merupakan komponen tunggal, tetapi dalam setiap fase tersebut kemungkinan mengandung beberapa macam komponen. Pada umumnya, sebagian besar kosmetika yang beredar adalah sistem minyak dalam air, karena mudah menyebar pada permukaan kulit. Dengan pemilihan formula yang tepat, akan diperoleh emulsi yang tidak berlemak dan tidak lengket (Ditjen POM, 1985).

Keuntungan dari tipe emulsi m/a menurut Voigt, 1994 adalah: 1. Mampu menyebar dengan baik pada kulit 2. Memberi efek dingin terhadap kulit 3. Tidak menyumbat pori-pori kulit 4. Bersifat lembut 5. Mudah dicuci dengan air sehingga dapat hilang dengan mudah dari kulit. 2.3.1 Stabilitas emulsi Emulsi dikatakan pecah jika partikel halus yang terdispersi secara spontan bersatu membentuk partikel yang lebih besar atau berkoalesensi, dan akhirnya terpisah menjadi 2 fase. Secara umum, ada 3 pola kerusakan emulsi, yaitu: Kriming adalah proses mengembangnya partikel dispersi karena pengaruh gravitasi, sehingga masing-masing partikel memisah menjadi bentuk emulsi krim dan emulsi yang lebih encer, masing-masing mengandung lemak berkisar 30 35% dan 8 10% (Ditjen POM, 1985). Inversi fase adalah ketidakstabilan emulsi yang terjadi karena perubahan fase m/a menjadi a/m atau sebaliknya. Faktor utama yang dapat menyebabkan terjadinya inversi fase antara lain adalah konsentrasi volume kedua fase, sifat, dan jumlah zat pengemulsi (Ditjen POM, 1985). De-emulsifikasi adalah proses pemisahan sempurna emulsi menjadi masingmasing komponen cair. Proses pemisahan tersebut dapat terjadi dalam dua tahap, yaitu : a. Mula-mula terjadi flokulasi, partikel dispersi saling berikatan membentuk kelompok yang lebih besar, tetapi jika dikocok perlahan-lahan akan terdispersi sempurna (Ditjen POM, 1985).

b. Selanjutnya terjadi koalesensi, kelompok partikel dispersi membentuk kelompok yang lebih besar, yang sifatnya ireversibel, secara visual terlihat memisah, tetapi jika dikocok kuat-kuat akan terdispersi sempurna (Ditjen POM, 1985). Sumber ketidakstabilan lainnya adalah pertumbuhan mikroorganisme. Emulsi m/a yang dibuat dengan bahan alam seperti gom, karbohidrat, dan protein sangat cepat ditumbuhi bakteri pembusuk, jamur, dan bakteri lain (Rawlins, 1977). 2.4 Kosmetik Untuk Kulit Kosmetik menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.445/MenKes/1998 adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi dan rongga mulut untk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampilan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit (Tranggono dan Latifah, 2007). Dalam definisi kosmetik diatas, yang dimaksudkan dengan tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan penyakit adalah sediaan tersebut seharusnya tidak mempengaruhi struktur dan faal kulit. Namun bila bahan kosmetik tersebut adalah bahan kimia meskipun berasal dari alam dan organ tubuh yang dikenai (ditempeli) adalah kulit, maka dalam hal tertentu kosmetik itu akan mengakibatkan reaksi-reaksi dan perubahan faal kulit tersebut (Tranggono dan Latifah, 2007).

Tujuan penggunaan kosmetik pada masyarakat adalah untuk kebersihan pribadi, meningkatkan daya tarik melalui riasan, meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan tenang, melindungi kulit dan rambut dari kerusakan sinar UV, polusi dan faktor lingkungan yang lain, mencegah penuaan dini dan secara umum, membantu seseorang lebih menikmati dan menghargai hidup (Mitsui, 1997). 2.4.1 Kosmetik pelembab Kosmetik pelembab (moisturizers) termasuk kosmetik perawatan yang bertujuan untuk mempertahankan struktur dan fungsi kulit dari berbagai pengaruh seperti udara kering, sinar matahari terik, umur lanjut, berbagai penyakit kulit maupun penyakit dalam tubuh yang mempercepat penguapan air sehingga kulit menjadi lebih kering (Wasitaatmadja, 1997). Kosmetik pelembab dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu : kosmetik pelembab berdasarkan lemak dan kosmetik pelembab berdasarkan gliserol atau humektan sejenis (Tranggono dan Latifah, 2007). Kosmetik Pelembab berdasarkan Lemak Kosmetik pelembab tipe ini sering disebut moisturizer atau moisturizing cream. Krim ini membentuk lapisan lemak tipis di permukaan kulit, sedikit banyak mencegah penguapan air kulit, serta menyebabkan kulit menjadi lembab dan lembut (Tranggono dan Latifah, 2007). Viskositas lemak tidak boleh terlalu rendah sehingga menyebar ke manamana di permukaan kulit, atau terlalu kental sehingga membuat kulit lengket dan terlalu berminyak. Pelembab ini harus dapat menutup daerah tertentu permukaan kulit, menutup tepi-tepi tajam sisik stratum corneum, mencegah masuknya bahanbahan asing ke dalam kulit, dan mencegah penguapan air kulit, tetapi tidak sampai

mencegah sepenuhnya agar kongesti perspirasi dan pengeluaran panas badan tetap terjadi (Tranggono dan Latifah, 2007). Kacang kedelai mengandung fosfolipid yang terdiri dari sefalin dan lesitin, serta asam lemak jenuh (palmitat, stearat, laurat, dan arachidat) yang dapat digunakan sebagai pelembab. Lesitin bekerja dengan cara membentuk lapisan lemak tipis pada permukaan kulit, menahan air yang ada dalam kulit, sehingga dapat mengurangi penguapan air yang berlebihan dari kulit (Deborah, 1989). Dalam formulasi krim tangan dan krim cair, asam stearat adalah asam lemak pilihan yang digunakan sebagai emolien. Asam stearat bersifat oklusif, tetapi berbeda dengan emolien yang bersifat oklusif lain, karena secara alami kering dan tidak berminyak (Balsam, 1972). Kosmetik Pelembab yang Didasarkan pada Gliserol dan Sejenisnya Preparat jenis ini akan mengering di permukaan kulit, membentuk lapisan yang bersifat higroskopis, yang menyerap uap air dari udara dan mempertahankannya di permukaan kulit. Preparat ini membuat kulit tampak lebih halus dan mencegah dehidrasi lapisan stratum corneum kulit (Tranggono dan Latifah, 2007). 2.5 Krim Cair Tangan dan Badan Krim tangan dan badan adalah suatu sediaan kosmetika yang digunakan dengan maksud melindungi kulit supaya tetap halus dan lembut, tidak kering, tidak bersisik dan tidak mudah pecah. Biasanya dibuat dalam bentuk krim dan krim cair atau emulsi (Ditjen POM, 1985).

Formula krim tangan konvensional adalah modifikasi vanishing cream dengan tipe m/a, komposisi dasar menggunakan sabun asam stearat sebagai pengemulsi, asam stearat berlebih, humektan seperti gliserol, dan jumlah air yang tinggi. Formula krim cair bisa sangat mirip, yang membedakan hanya jumlah bahan padatnya (Balsam, 1972). Suatu sediaan krim cair tangan dan badan dikatakan baik apabila fungsinya dapat melembutkan kulit, menjaga keseimbangan kulit, dapat dipakai dengan mudah dan dapat disapukan dengan cepat pada permukaan kulit, tidak meninggalkan selaput yang retak-retak pada pemakaiannya, tidak mempengaruhi pengeluaran keringat, mempunyai bau, warna, dan kestabilan fisik yang baik (Balsam, 1972). 2.5.1 Komponen utama dalam sediaan krim cair tangan dan badan Bahan yang biasa digunakan mencakup zat emolien, zat sawar (barrier), zat penutup untuk kulit yang berpori lebar, zat humektan (pelembab), zat pengental dan pembentuk lapisan tipis, zat pengemulsi, zat pengawet, parfum dan zat warna (Ditjen POM, 1985). Komponen krim cair tangan dan badan yang digunakan yaitu: 2.5.1.1 Lanolin Lanolin merupakan adeps lanae yang mengandung 25% air. Berwarna kuning pucat dengan bau khas yang lemah (Anief, 2004). Adeps lanae adalah senyawa yang terkandung dalam bulu domba, Ovis aries Linné (Fam. Bovidae). Berwarna kuning lemah dan memiliki bau khas, serta memiliki titik lebur 45 C-55 C. Kelarutannya yaitu mudah larut dalam benzena,

kloroform, eter; praktis tidak larut dalam air. Digunakan dalam sediaan topikal sebagai emolien (Rowe, dkk., 2009). 2.5.1.2 Setil alkohol Setil alkohol berbentuk lilin, lempengan putih, granul, atau dadu. Memiliki bau yang lemah dan tidak berasa. Kelarutannya yaitu larut dalam etanol (95%) dan eter, tidak larut dalam air, larut saat dilebur dengan minyak, parafin cair dan padat dengan titik lebur 45 C -52 C. Dalam losion, krim, dan salep, digunakan karena sifat emoliennya dan sebagai bahan pengemulsi. Setil alkohol meningkatkan stabilitas, memperbaiki tekstur, dan meningkatkan konsistensi. Sebagai emolien dan emulgator digunakan dalam konsentrasi 2%-5%. Sebagai pengental dalam krim dan losion biasanya digunakan dengan konsentrasi di bawah 1% (Rowe, dkk., 2009). 2.5.1.3 Sabun trietanolamin-stearat Sabun trietanolamin-stearat termasuk pengemulsi anionik. Kelebihan dari pengemulsi ini adalah lebih lembut dan lebih mudah larut daripada natrium atau kalium stearat. Sabun trietanolamin-stearat menghasilkan emulsi yang stabil, tetapi pada penyimpanan cenderung mengental dan akhirnya membentuk gel. Sedangkan pengemulsi natrium stearat akan menghasilkan krim yang pada awalnya memiliki konsistensi yang sangat keras. Pada penyimpanan, konsistensinya menjadi lebih lunak dan akhirnya sangat pekat. Hal ini dikarenakan natrium stearat tidak larut sempurna dalam air pada temperatur rendah (Balsam, 1972). a. Asam Stearat Pemeriannya yaitu keras, berwarna putih atau kuning pucat, agak

mengkilap, kristal padat atau serbuk putih atau putih kekuningan, bau lemah dan berasa lemak. Kelarutannya yaitu mudah larut dalam benzena, kloroform, dan eter; larut dalam etanol (95%); praktis tidak larut dalam air. Memiliki titik lebur 69 C-70 C. Penggunaannya dalam sediaan topikal sebesar 1%-20%, digunakan sebagai bahan pengemulsi ketika direaksikan dengan basa (Rowe, dkk., 2009). b. Trietanolamin Trietanolamin merupakan cairan kental yang bening, tidak berwarna sampai kuning pucat dan memiliki bau ammoniak yang lemah, bersifat sangat higroskopis, memiliki titik lebur 20 C-25 C dan ph 10,5. Kelarutannya yaitu mudah larut dalam air, metanol, dan aseton. Digunakan sebagai bahan pengemulsi dengan konsentrasi 0,5%-3%, menambah kebasaan, dan sebagai humektan (Rowe, dkk., 2009). 2.5.1.4 Nipakombin Pengawet yang digunakan adalah nipakombin, yaitu 0,12% metil paraben (nipagin) yang ditambahkan dalam fase air, dipanaskan sampai 60 C, dan 0,1% propil paraben (nipasol) yang ditambahkan dalam fase minyak, juga dilarutkan dengan pemanasan (Balsam, 1972). a. Metil Paraben (Nipagin) Metil paraben berbentuk kristal tidak berwarna atau serbuk kristal putih; tidak berbau atau hampir tidak berbau dan berasa sedikit terbakar. Kelarutannya yaitu sukar larut dalam air, dalam benzene dan dalam karbon tetraklorida; mudah larut dalam etanol dan dalam eter; larut dalam air 80 C. Penggunaan dalam sediaan topikal sebanyak 0,02%-0,3% sebagai antimikroba, efektif pada ph 4-8 (Rowe, dkk., 2009).

b. Propil Paraben (Nipasol) Propil paraben merupakan serbuk kristal putih, tidak berbau, dan tidak berasa. Kelarutannya yaitu sangat sukar larut dalam air; mudah larut dalam etanol, dan dalam eter; sukar larut dalam dalam air mendidih. Penggunaannya dalam sediaan topikal sebanyak 0,01%-0,6% sebagai antimikroba (Rowe, dkk., 2009). 2.5.1.5 Butilhidroksitoluen Butilhidroksitoluen merupakan serbuk atau kristal padat putih atau kuning pucat dengan bau fenol lemah. Kelarutannya yaitu tidak larut dalam air, gliserin, propilen glikol, larutan alkali hidroksida; larut dalam etanol, eter, metanol, benzene, toluen, dan minyak mineral. Titik lebur adalah 70 C. Dalam sediaan topikal digunakan sebagai antioksidan, untuk menghambat atau mencegah ketengikan oksidatif dari lemak dan minyak, dan mencegah hilangnya aktivitas vitamin larut minyak, penggunaannya sebanyak 0,0075%-0,1% (Rowe, dkk., 2009). 2.5.1.6 Oleum Rosae Minyak mawar adalah minyak atsiri yang diperoleh dengan penyulingan uap bunga segar Rosa gallica L., Rosa damascena Miller, Rosa alba L., dan varietas Rosa lainnya. Pemeriannya yaitu berupa cairan tidak berwarna atau kuning, bau menyerupai bunga mawar, rasa khas, pada suhu 25 o C kental, dan jika didinginkan perlahan-lahan berubah menjadi massa hablur bening yang jika dipanaskan mudah melebur. Kelarutannya yaitu larut dalam kloroform (Ditjen POM, 1979).