KARSINOMA DEPT. ILMU TELINGA HIDUNG TENGGOROK-KEPALA LEHER FAKULTAS KEDOKTERAN-USU RS. H. ADAM MALIK 2009

dokumen-dokumen yang mirip
KARSINOMA NASOFARING

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

TUMOR NASOFARING. Tumor benigna - Angiofibroma belia Tumor maligna - Karsinoma nasofaring (KNF)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. berhubungan dengan orofaring. Nasofaring di bagian anterior berbatasan dengan

BAB I PENDAHULUAN. ganas hidung dan sinus paranasal (18 %), laring (16%), dan tumor ganas. rongga mulut, tonsil, hipofaring dalam persentase rendah.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dari setengahnya terdapat di negara berkembang, sebagian besar dari

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, mencakup faktor genetik, infeksi Epstein-Barr Virus (EBV) dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Nasofaring merupakan ruang berbentuk trapezoid yang dilapisi epitel

Prof.dr.Abd. Rachman S, SpTHT-KL(K)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kepala leher dan paling sering ditemukan di Indonesia dan sampai saat ini belum

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Karsinoma laring adalah keganasan pada laring yang berasal dari sel epitel laring.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN 1 DATA SAMPEL PENELITIAN

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

Anatomi dan fisiologi tenggorokan Anatomi Tenggorokan 8

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas yang berasal dari epitel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada umumnya tumor ganas THT-KL ditemukan pada rongga mulut, orofaring,

PANDUAN PRAKTIK KLINIS

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENATALAKSANAAN RADIOTERAPI PADA KARSINOMA NASOFARING

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring merupakan neoplasma yang berasal dari lapisan

BAB I PENDAHULUAN. keganasan epitel tersebut berupa Karsinoma Sel Skuamosa Kepala dan Leher (KSSKL)

Laporan Kasus Besar. Observasi Limfadenopati Colli Multipel, Dekstra & Sinistra SHERLINE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karsinoma Nasofarings (KNF) merupakan subtipe yang berbeda dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA

KANKER KEPALA LEHER TERINDUKSI RADIASI PASCA RADIOTERAPI KARSINOMA NASOFARING

BAB I PENDAHULUAN. keganasan yang berasal dari sel epitel yang melapisi daerah nasofaring (bagian. atas tenggorok di belakang hidung) (KPKN, 2015).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

CA TONSIL 1. DEFINISI CA TONSIL

Artikel Asli. Kata kunci: karsinoma nasofaring anak, KNF, onkologi

ABSTRAK. Etiopatogenesis Karsinoma Nasofaring (KNF) Rabbinu Rangga Pribadi, Pembimbing: dr. Freddy Tumewu A., M.S.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian pada wanita setelah kanker payudara. Hal ini

LEMBARAN PENJELASAN EKSPRESI MATRIKS METALLOPROTEINASE-9 PADA PENDERITA KARSINOMA NASOFARING DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Epstein-Barr Virus (EBV) menginfeksi lebih dari. 90% populasi dunia. Di negara berkembang, infeksi

1. Staf Pengajar, Fakultas Kedokteran, Universitas Malahayati, Lampung 2. Mahasiswa Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Universitas Malahayati, Lampung

KESINTASAN PENDERITA KARSINOMA NASOFARING DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Nasofaring merupakan suatu rongga yang berbentuk mirip kubus, terletak dibelakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Disfungsi tuba auditiva akibat karsinoma nasofaring (KNF) dapat

LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Update Diagnosis dan Tatalaksana Kasus di Bidang THT-KL dalam Rangka Meningkatkan Mutu Pelayanan Primer

BAB 1 PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) adalah tumor ganas yang berasal dari sel

BAB 2 DEFINISI, ETIOLOGI, KLASIFIKASI, DAN STADIUM EWING S SARCOMA. pada jaringan lunak yang mendukung, mengelilingi, dan melindungi organ tubuh.

KARAKTERISTIK PASIEN KARSINOMA NASOFARING DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR.WAHIDIN SUDIROHUSODO DAN RUMAH

PARALISIS SARAF KRANIAL MULTIPEL PADA KARSINOMA NASOFARING

KARSINOMA NASOFARING DAN PARSIS NERVUS KRANIALIS

BAB 2 TUMOR. semua jaringan tubuh manusia pada berbagai keadaan sel untuk berkembang biak.

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) adalah suatu karsinoma epitel skuamosa yang timbul

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kanker kepala dan leher adalah penyebab kematian akibat kanker tersering

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. siklus sel yang khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Paradigma mengenai kanker bagi masyarakat umum. merupakan penyakit yang mengerikan.

Kadang kanker paru (terutama adenokarsinoma dan karsinoma sel alveolar) terjadi pada orang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar belakang. Karsinoma nasofarings (KNF) merupakan keganasan. yang jarang ditemukan di sebagian besar negara, namun

ABSTRAK PREVALENSI DAN GAMBARAN PASIEN KARSINOMA NASOFARING DI RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Anatomi Sinus Paranasal Ada empat pasang sinus paranasal yaitu sinus maksila, sinus frontal, sinus etmoid dan sinus sfenoid kanan dan kiri.

ABSTRAK. Kata kunci : karsinoma sel skuamosa, rongga mulut, prevalensi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ke arah rahim, letaknya antara rahim (uterus) dan liang senggama atau vagina.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. nasofaring, orofaring dan hipofaring. Nasofaring adalah bagian dari faring yang

TUMOR KEPALA LEHER DI POLIKLINIK THT-KL RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI 2010 DESEMBER 2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Regina Lorinda, 2014

BAB I PENDAHULUAN. berbeda memiliki jenis histopatologi berbeda dan karsinoma sel skuamosa paling

LAMPIRAN. VEG F HY L 42 Melayu III NK SCC 2 2. No MR Nama Sex Usia Suku Std PA. Adeno P 22. Jawa. Jawa. Adenoid P 70

TERAPI HORMONAL ANGIOFIBROMA NASOFARING JUVENILLE

BAB 6 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian pada 45 penderita karsinoma epidermoid serviks uteri

2.8 Diagnosis Kanker Nasofaring Penggolongan Stadium pada Kanker Nasofaring...17

KARAKTERISTIK PENDERITA KANKER NASOFARING DI RUMAH SAKIT H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN Oleh: WULAN MELANI

BAB 2 TUMOR GANAS PADA 2/3 WAJAH. Tumor ganas yang sering terjadi pada wajah terdiri atas dua jenis yaitu: basal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tommyeko H Damanik, 2005, Pembimbing : Hana Ratnawati. dr., M.Kes.

BAB 1 PENDAHULUAN. Karsinoma servik merupakan penyakit kedua terbanyak pada perempuan

BAB 6 PEMBAHASAN. tahun, usia termuda 18 tahun dan tertua 68 tahun. Hasil ini sesuai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Massa regio colli atau massa pada leher merupakan temuan klinis yang

BAB I PENDAHULUAN BAB II ISI

EKSPRESI VASCULAR ENDOTHELIAL GROWTH FACTOR PADA KARSINOMA NASOFARING

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan keganasan. yang berasal dari lapisan epitel nasofaring. Karsinoma

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Nasofaring merupakan lubang sempit yang terdapat pada belakang rongga

BAB III METODE PENELITIAN

Karakteristik Klinis dan Patologis Karsinoma Nasofaring di Bagian THT-KL RSUP Dr.M.Djamil Padang

Kanker Nasofaring. Wulan Melani. Wulan Melani 1, Ferryan Sofyan 2. Mahasiswa F.Kedokteran USU angkatan 2009 /

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju terlebih lagi bagi negara berkembang. Angka kematian akibat

BAB 1 PENDAHULUAN. Karsinoma serviks uteri merupakan masalah penting dalam onkologi ginekologi di

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ANGIOFIBROMA NASOFARING JUVENIL

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berbentuk trapezoid, dengan ukuran tinggi 4 cm, lebar 4 cm dan dimensi

BAB 3 GAMBARAN RADIOGRAFI KALSIFIKASI ARTERI KAROTID. Tindakan membaca foto roentgen haruslah didasari dengan kemampuan

BAB II LANDASAN TEORI. penyakit dimana sel-sel abnormal membelah tanpa kontrol dan. (adenokarsinoma) (Kumar, 2007 ; American Cancer Society, 2011 ;

Kemoterapi Neoadjuvan pada Karsinoma Nasofaring

Transkripsi:

KARSINOMA NASOFARING DEPT. ILMU TELINGA HIDUNG TENGGOROK-KEPALA LEHER FAKULTAS KEDOKTERAN-USU RS. H. ADAM MALIK 2009

Tumor ganas kepala dan leher yang terbanyak di Indonesia Banyak terjadi di dunia, insidens paling tinggi penderita dari Cina bgn Selatan yang tinggal di negara Asia Tenggara 2500 kasus baru / tahun.

Generasi pertama mempunyai resiko tinggi terjadinya KNF, pada imigran Cina di AS & Australia. Studi epidemiologi yang baru, Studi epidemiologi yang baru, memperlihatkan penurunan insiden KNF pada generasi Cina kedua imigran di California.

1. Virus Epstein Barr ( EBV ) yang ada bersama dengan KNF, tidak bergantung pada geografi, berlaku sebagai karsinogen

2. Susp. genetik 3. Faktor lingkungan, bervariasi pada setiap kelompok, seperti defisiensi vitamin C pada orang muda kapal Cina Selatan Produksi sayur sayuran mungkin mengaktifkan EBV. Satu dari banyak produk aktif adalah derivat tanaman Croton, yang banyak di Cina Selatan

Umur dan jenis kelamin penderita KNF bervariasi, antara Cina dan non Cina Cina insiden yang paling tinggi dekade 3 & 4 Pada non Cina dekade 5 & 6 Populasi Cina laki laki : Wanita = 3 : 1 Populasi non Cina 2 : 1

Pada anak rabdomiosarkom paling banyak dijumpai keganasan di nasofaring tarakarsinoma pada nomor 2 Pada anak KNF didapati ± 30 % dari keseluruhan malignasi di daerah ini, sedangkan pada orang dewasa 85 %

Nasofarings adalah rongga yang terbuka terletak di bawah dasar tengkorak dan di belakang rongga hidung. Dinding posterior dibentuk oleh dinding belakang farings setinggi korpus vertebra servikal I & II. Anterior : terbuka ke depan nares posterior.

Palatum mole : membentuk batas inferior di mana nasofarings berhubungan dengan orofarings. Bagian medial tuba Eustachius terbuka ke Bagian medial tuba Eustachius terbuka ke dinding lateral nasofarings dan berbatasan dengan Fossa Rosenmuller, di mana ceruk terletak di atas dan belakang ujung medial dari tuba Eustachius.

1. Apabila tumor menginvasi dasar tengkorak, tumor langsung ke fosa kranii media, melalui foramen kranii dengan mengenai nervus kranial III, IV, V dan VI. 2. Ruangan retroparotid di lateral atau metastase ke lim di daerah periparotik dengan mengenai n. IX, X, XI dan XII. 3. Sepanjang a.karotis interna, vena jugularis interna dan rantai servikal simpatis.

Ke depan tumor dapat menyebar ke rongga hidung dan tumbuh melalui lamina kribri formis ke fosa kranii anterior untuk menginvasi n. oftalmikus dan cabang oftalmikus dari n. trigeminus ( n.v ) Selain n.v, tumor mengenai n. VI yaitu saraf yang mensarafi n. rektus lateral. Ke depan, tumor dapat mengenai bagian posterior sinus dan bagian belakang orbita.

Ke bawah tumor mungkin meluas submukosa sepanjang dinding posterior farings ke otot otot prevertebralis dan menyerang korpus vertebra servikalis. Jaringan lunak nasofarings merupakan bagian dari ring of waldeyer dan mempunyai jaringan etromalimfoid yang banyak dihubungkan.

Karena mudahnya masuk ke saluran yang kaya jaringan limfoid, maka pada tumor ini banyak metastase ke jaringan limfoid servikal. Pada well diff. Sq. cell Ca, insidens metastase ke kelenjar. Limf ± 70%. Pada undiff. ± 90%.

I. High upper cervical (terletak di bawah m. sternokleido mastoideus, dekat insersinya); posterior spinal accessory, jugulo digastric dan kel.retrofarings. (GBR. 1) II. Inferior spinal accessory, lower cervical dan kel. Supra klavikular.

Penyebaran ke kel. Bilateral 20 30 % kasus. Karena insiden yang tinggi dari KNF ke kel. Limf leher 40 50 %, penderita datang ke dokter setelah ada benjolan pada kel. Leher. Jika tumor primer berasal dari dinding lateral nasofarings, penderita mengeluh telinga terasa penuh, telinga mendengung dan kurang pendengaran.

Jika pada orang dewasa menderita serous otitis media yang tidak dapat diterangkan sebabnya, harus dilakukan biopsi nasofarings. Jika tumor ke anterior dapat keluhan hidung tersumbat atau epistaksis Infasi ke posterior orbita proptosis.

Rasa yang tidak enak atau sakit di tenggorok dan gangguan menelan, sekunder terhadap penyebaran penyakit ke kapsul tonsil atau ke orofarings, biasanya pada stadium lanjut. Sindroma dari kelainan satu atau beberapa saraf kranial didapati juga pada kasus kasus yang lanjut.

Penyebaran melalui foramma kranii menyebabkan dikenainya apeks petrosus, sinus kavernosus menyebabkan palsi dari N II, sampai N VI, sehingga menyebarkan gangguan visual. Perluasan tumor melalui lateral farings ke ruangan retroparotid, menyebabkan gejala ke telinga, pita suara parese (vocal cord weakness) dan trapesius lumpuh. Apabila rantai saraf simpatis leher dikenai Horner s sindrome.

Penyebaran ke otot prevertebral dan vertebra servikalis dapat menyebabkan rasa sakit yang hebat (severepain) waktu menggerakkan kepala. ± 15 25 % penderita menderita gangguan saraf kranial pada waktu pertama berobat. Saraf kranial yang paling sering terlibat yaitu Nv, VI, diikuti n IX dan X.

1. Keluhan telinga 2. Keluhan hidung 3. Keluhan mata 4. Keluhan tenggorok 5. Keluhan bengkakan pada leher 6. Keluhan saraf

The American Joint Committee, sistem staging berdasarkan pada lokasi letak anatomi dan nasofarings di bagi atas 2 bagian / sisi : 1. Dinding superior posterior atau vault (kubah). 2. Dinding lateral.

STADIUM (SISTEM TNM MENURUT UICC 2002) T = Tumor Primer. To= Tidak tampak tumor. T1= Tumor terbatas di nasofaring. T2= Tumor meluas ke jaringan lunak. T2a : Perluasan tumor ke orofaring dan atau rongga hidung tanpa perluasan ke parafaring*. T2b : Disertai perluasan ke parafaring. T3= Tumor menginvasi struktur tulang dan/ atau sinus paranasal. T4= Tumor dengan perluasan intrakranial dan/ atau terdapat keterlibatan saraf cranial, fossa infratemporal, hipofaring,orbita atau ruang masticator. Catatan : *Perluasan parafaring menunjukkan infiltrasi tumor ke arah postero-lateral melebihi fasia faringo-basilar.

N = Pembesaran kelenjar getah bening regional. Nx = Pembesaran Kelenjar Getah Bening tidak dapat dinilai. No = Tidak ada pembesaran. N1 = Metastase kelenjar getah bening unilateral, dengan ukuran terbesar kurang atau sama dengan 6 cm, di atas fossa supraklavikula. N2 = Metastase kelenjar getah bening bilateral, dengan ukuran terbesar kurang atau sama dengan 6 cm, di atas fossa supraklavikula. N3 = Metastase kelenjar getah bening bilateral dengan ukuran lebih besar dari 6 cm, atau terletak di dalam fossa supraklavikula. N3a = ukuran lebih dari 6 cm. N3b = di dalam fossa supraklavikula. M Mx Mo M1 = Metastasis jauh = Metastasis jauh tidak dapat dinilai =Tidak ada metastasis jauh =Terdapat metastasis jauh

STADIUM Stadium 0 T1s N0 M0 Stadium I T1 N0 M0 Stadium IIA T2a N0 M0 Stadium IIB T1 N1 M0 T2a N1 M0 T2b N0,N1 M0 Stadium III T1 N2 M0 T2a,T2b N2 M0 T3 N2 M0 Stadium IVa T4 N0,N1,N2 M0 Stadium IVb semua T N3 M0 Stadium IVc semua T semua N M1

Tumor ganas nasofaring yang paling banyak biasanya berasal dari epitel Dinding posterior nasofaring dilapisis oleh epitel skuamous ( skuamosa) Dinding lateral dan atap oleh epitel stratified ciliated columnar epithelium dengan kelenjar serous dan mukous 85% dari tumor ganas adalah karsinoma skuamous sel ( Squamous cell carcinoma ) dengan diferensiasi : 1. Well differentiated squamous cell carcinoma 2. Poorly differentiated squamous cell carcinoma

3. Undifferentiated squamous cell carcinoma 4. Limfoepitelioma ( limfoma 10% dan 5% plasmasitoma, adenokarsinoma dan sarkoma ) Apakah tumor nasofaring ini dioperasi? Penyebaran tumor nasofaring ke jaringan/ organ sekitarnya seperti dasar tengkorak ( base of skull ), mata ( orbit ) dan ruangan pre vertebral ( Pre-vertebral space ) Operasi tumor biasanya tidak bisa dilakukan. Begitu juga penyebaran ke kelenjar limf leher, karena yang terlibat adalah kelenjar limf high cervical nodes ( dasar tengkorak ) dan kelenjar limf retrofaring dan sering bilateral.

Jika telah ditegakan diagnosa Sq. cell ca., langkah berikutnya menentukan staging dan melihat apakah ada metastase jauh. Jika tumor terbatas pada kepala dan leher, dosis penuh radiasi harus diberikan bergantung dari stadium T dan N serta variasi histologi. Kebanyakan KNF gambaran histopatologi suatu poorly diff dengan insiden metastase ke kelenjar limf regional (local spread)

PENATALAKSANAAN Stadium I Radioterapi Stadium II Kemoradiasi Stadium IV N< 6 cm Kemoradiasi Stadium IV N> 6 cm Kemoterapi dosis penuh dilanjutkan kemoradiasi

TERIMA KASIH