PHARMACY, Vol.11 No. 01 Juli 2014 ISSN

dokumen-dokumen yang mirip
SIMULTANEOUS DETERMINATION OF PARACETAMOL AND IBUPROFENE MIXTURES BY HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Alat kromatografi kinerja tinggi (Shimadzu, LC-10AD VP) yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Fase gerak : dapar fosfat ph 3,5 : asetonitril (80:20) : panjang gelombang 195 nm

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Pemilihan komposisi fase gerak untuk analisis levofloksasin secara KCKT

III. BAHAN DAN METODE

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan larutan induk standar fenobarbital dan diazepam

BAB III METODE PENELITIAN. formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

VALIDASI METODE ANALISIS TABLET LOSARTAN MERK B YANG DITAMBAH PLASMA MANUSIA DENGAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI FASE TERBALIK

RINGKASAN. Kata kunci : Optimasi; Fase Gerak; Campuran dalam Sirup; HPLC

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA RINGKASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

BAB III METODE PENGUJIAN. Industri PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan yang beralamat di Jl.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir

BAB 3. BAHAN dan METODE. Alat yang digunakan dalam pengujian adalah : 1. KCKT. 5. Erlenmeyer 250 ml. 6. Labu ukur 10 ml, 20 ml, 1000 ml

PENETAPAN KADAR PARASETAMOL, KAFEIN DAN ASETOSAL DALAM SEDIAAN ORAL SECARA SIMULTAN DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan

BAB I PENDAHUUAN PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PHARMACY, Vol.06 No. 02 Agustus 2009 ISSN Febriyanti Diah Puspita Sari*, Pri Iswati Utami*

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemilihan Kondisi Optimum Kromatografi Gas untuk Analisis

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISA VITAMIN C METODE HPLC HIGH PERFORMANCE LIQUID CROMATOGRAPHY

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Laboratorium Bioavailabilitas dan Bioekivalensi, Departemen Farmasi,

BAB III METODE PERCOBAAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

Validasi metode merupakan proses yang dilakukan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

PHARMACY, Vol.06 No. 03 Desember 2009 ISSN

Cara uji kimia-bagian 11: Penentuan residu tetrasiklin dan derivatnya dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) pada produk perikanan

PENGEMBANGAN METODE PENENTUAN KADAR VALSARTAN DALAM PLASMA DARAH MANUSIA SECARA IN VITRO MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

PENETAPAN KADAR BENSORSAK DALAM OKKY JELLY DRINK SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT) KARYA ILMIAH NOVA LESTARI HARAHAP

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran. Dapar fosfat ph. Universitas Sumatera Utara

APLIKASI EFFERVESCENCE-LIQUID PHASE MICROEXTRACTION UNTUK ANALISIS SENYAWA PESTISIDA KLORPIRIFOS DALAM MENTIMUN MENGGUNAKAN HPLC UV-VIS SKRIPSI

Analisis Fenobarbital..., Tyas Setyaningsih, FMIPA UI, 2008

PENGARUH PERENDAMAN TERHADAP KADAR AKRILAMIDA DALAM KENTANG GORENG SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI SKRIPSI OLEH: ZULHAMIDAH NIM

Gambar 1. Alat kromatografi gas

Gambar 2. Perbedaan Sampel Brokoli (A. Brokoli yang disimpan selama 2 hari pada suhu kamar; B. Brokoli Segar).

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. PERNYATAAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... vii. DAFTAR TABEL...

YANTI TANUWIJAYA PENGEMBANGAN METODE ANALISIS ANTIOKSIDAN BHA, BHT, DAN TBHQ DALAM MIE INSTAN DENGAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

STUDI DEGRADASI SEDIAAN INFUS CIPROFLOKSASIN MENGGUNAKAN HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY

BAB IV PROSEDUR KERJA

KARYA TULIS ILMIAH. Disusun oleh CHANDRA SAPUTRA PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PEMERIKSAAN RESIDU KLORAMFENIKOL DALAM TELUR AYAM SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI SKRIPSI

Perbandingan fase gerak metanol-air (50:50)

PENGARUH ph PADA PENETAPAN KADAR NATRIUM BENZOAT DALAM SIRUP MELALUI ISOLASI DENGAN PELARUT ETER SECARA KCKT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS KANDUNGAN AKRILAMIDA DALAM UBI GORENG YANG DIJUAL DI KOTA MANADO MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT)

Kata kunci : deksametason, jamu pegal linu, KCKT

VALIDASI METODE ANALISIS UNTUK PENETAPAN KADAR METFORMIN HCl DALAM TABLET FLOATING SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT)

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014

KETOPROFEN, PENETAPAN KADARNYA DALAM SEDIAAN GEL DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET-VISIBEL. Fajrin Noviyanto, Tjiptasurasa, Pri Iswati Utami

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

PENGEMBANGAN METODE PENETAPAN KADAR GLIBENKLAMID DALAM PLASMA DARAH MANUSIA SECARA IN VITRO MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN SIRUP RACIKAN

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

PROGRAM STUDI MAGISTER FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan bahan tambahan pangan dewasa ini sangat beragam, dari

Jurnal Farmasi Malahayati Volume 1 No.1 Januari

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN. Universitas Sumatera Utara pada bulan Januari-April 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PHARMACY, Vol.07 No. 02 Agustus 2010 ISSN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metodologi Penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PERBANDINGAN KADAR AKRILAMIDA PADA MINYAK GORENG BEKAS SEBELUM DAN SESUDAH DIJERNIHKAN DENGAN KARBON AKTIF. Neni Sri Gunarti.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Perhitungan Kadar Kadar residu antibiotik golongan tetrasiklin dihitung dengan rumus:

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

AFLATOKSIN dan BAHAN PENGAWET

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan menggunakan alat KCKT. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Alat dan Bahan

OPTIMASI DAN VALIDASI METODE ANALISIS SUKROSA UNTUK MENENTUKAN KEASLIAN MADU PERDAGANGAN MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

EVALUASI KANDUNGAN VITAMIN C DALAM MADU RANDU DAN MADU KELENGKENG DARI PETERNAK LEBAH DAN MADU PERDAGANGAN DI KOTA SEMARANG

VALIDASI METODE ANALISIS SENYAWA CEFOTAXIME DENGAN STANDAR INTERNAL CEFADROXIL SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI ABSTRAK

ANALISIS ASAM RETINOAT DALAM SEDIAAN KRIM PEMUTIH YANG DIJUAL BEBAS DI WILAYAH PURWOKERTO ABSTRAK

VALIDITAS PENETAPAN KADAR TEMBAGA DALAM SEDIAAN TABLET MULTIVITAMIN DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI ULTRA VIOLET VISIBEL

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif.

BAB III METODE PENELITIAN

PENETAPAN KADAR CEFADROXIL DALAM SEDIAAN KAPSUL DENGAN NAMA DAGANG DAN GENERIK SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga SKRIPSI

ANALISIS SECARA SIMULTAN PARACETAMOL DAN IBUPROFEN DENGAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat

VALIDASI METODE ANALISIS PENENTUAN KADAR HIDROKINON DALAM SAMPEL KRIM PEMUTIH WAJAH MELALUI KLT-DENSITOMETRI

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

PENETAPAN KADAR ASAM GALAT, KAFEIN DAN EPIGALOKATEKIN GALAT PADA BERBAGAI PRODUK TEH CELUP

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Spektrum Derivatif Metil Paraben dan Propil Paraben

VALIDASI METODE IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR TADALAFIL DALAM PERMEN KARET CINTA DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Tanah Balai Penelitian

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA

Transkripsi:

OPTIMASI DAN VALIDASI METODE ANALISIS IDENTIFIKASI ORTO, META, DAN PARA FENILENDIAMIN DALAM SEDIAAN PEWARNA RAMBUT SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI Tashdiq Anwarulloh, Supandi, Almawati Situmorang Fakultas Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA, Jakarta Islamic Center, Jl. Delima II/IV, Klender Jakarta Timur 13460 Email: supandi_19@yahoo.co.id (Supandi) ABSTRAK Orto, meta, dan para fenilendiamin merupakan bahan kimia yang dilarang untuk ditambahkan sebagai pewarna rambut karena dapat mengakibatkan dermatitis, iritasi, reaksi alergi, dan kanker. Untuk dapat mengidentifikasi ketiga zat warna rambut tersebut secara simultan diperlukan sebuah metode analisis pengujian yang handal dan tervalidasi. Metode analisis menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) dengan detektor Ultra Violet (UV) telah dikembangkan untuk analisis identifikasi orto, meta, dan para fenilendiamin dalam sediaan pewarna rambut. Metode analisis KCKT untuk identifikasi orto, meta, dan para fenilendiamin dioptimasi dengan menggunakan pelarut metanol: air : larutan natrium askorbat 0,5% (50 : 40 : 10) dan kolom C18-fenil X- bridge (4,6 x 250 mm, ukuran partikel 5 µm) dengan fase gerak larutan dapar fosfat ph 10 : metanol (95 : 5), dengan laju alir 1,0 ml/menit dan detektor UV 290 nm. Setelah dilakukan optimasi, kemudian dilakukan validasi metode analisis. Dari hasil validasi metode analisis yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa metode analisis ini valid dengan nilai keseksamaan waktu retensi (orto = 1,092% meta = 1,049% dan para fenilendiamin = 0,817%) dan batas deteksi (orto = 0,132 µg/g, meta = 0,195 µg/g dan para fenilendiamin 62,468 µg/g). Kata kunci: orto, meta, dan para fenilendiamin, KCKT, optimasi dan validasi. ABSTRACT Ortho, meta, and para phenylenediamine are prohibited ingredients of hair dye because they cause dermatitis, irritation, allergic reactions, and cancer. It is required a reliable and validated method to identify all three hair dyes simultaneously. The analysis method using High Performance Liquid Chromatography (HPLC) with a ultra violet detector has been developed to identify ortho, meta, and para phenylenediamine in hair dye preparations. HPLC analytical method for the identification of ortho, meta, and para phenylenediamine was optimized using methanol: water: 0.5% sodium ascorbate (50: 40: 10) as a solvent and phenyl-c18 column X-bridge (4.6 x 250 mm, 5 µm particle size) with phosphate buffer solution ph 10: methanol (95: 5) as mobile phase, with a flow rate of 1.0 ml / min and UV detector at 290 nm. After optimized, the methode was validated. It can be concluded that the analysis method is valid with the retention time of ortho, meta and para phenylenediamine are 1.092%, 1.049% and 0.817%, respectively, and the 49

limit of detection of ortho, meta, and para phenylenediamine are 0.132 µg/g, 0.195 µg/g and 62.468 µg/g, respectively. Key words: ortho, meta, and para phenylenediamine, HPLC, optimization and validation. 50

Pendahuluan Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian luar) atau gigi dan membran mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan, dan atau memperbaiki bau badan, atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik (Permenkes RI No. 1175 Tahun 2010 tentang izin produksi kosmetika). Semakin majunya dunia kosmetika dan taraf hidup manusia, kosmetika semakin banyak digunakan. Formula kosmetika menggunakan bahan yang terdiri dari bermacam komponen yaitu komponen pokok dan komponen tambahan. Komponen tambahan dapat digunakan sebagai bahan pengawet, pewarna dan atau pewangi yang sengaja ditambahkan untuk menambah mutu dan daya tarik. Salah satu sediaan kosmetika yang digunakan dalam industri kosmetika adalah pewarna rambut. Zat warna yang digunakan dalam pewarna rambut dapat berupa zat warna alam, sintetik maupun logam. Penggunaan zat warna dalam pewarna rambut diatur dalam Peraturan Kepala Badan POM RI Nomor HK.03.1.23.08.11.07517 Tahun 2011 tentang Persyaratan Teknis Bahan Kosmetika. Zat warna yang dilarang digunakan sebagai pewarna rambut berdasarkan peraturan tersebut di antaranya adalah orto fenilendiamin, meta fenilendiamin dan para fenilendiamin karena berdampak buruk pada kesehatan. Berdasarkan penelitian, senyawa-senyawa tersebut dapat mengakibatkan dermatitis, iritasi, reaksi alergi, dan kanker (Al-Suwaidi dan Ahmed, 2010). Untuk dapat mengidentifikasi zat warna rambut yang dilarang yaitu orto, meta, dan para fenilendiamin dalam sediaan pewarna rambut secara simultan, diperlukan sebuah metode analisis pengujian yang handal dan tervalidasi. Occupational safety and health administration, united states department of labor telah mempublikasikan metode analisis orto, meta dan para fenilendiamin secara simultan dalam sampel udara dengan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) (Elskamp 1991). Dalam jurnal tersebut dijelaskan cara preparasi orto, meta dan para fenilendiamin yang berasal dari udara dengan menggunakan filter dan mengandung pelarut asam sulfat yang 51

diekstraksi dengan larutan EDTA (Etilen Diamin Tetra Asetat). Untuk dapat diaplikasikan pada sediaan pewarna rambut, metode ini akan dikembangkan dengan memodifikasi cara preparasi dan pelarut sehingga orto, meta, dan para fenilendiamin dapat diekstraksi dari matriks sediaan pewarna rambut. Sebelum digunakan dalam pengujian rutin dengan hasil yang dapat dipertanggungjawabkan maka metode analisis perlu divalidasi. Validasi metode analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya (Harmita, 2004). Dengan kata lain tujuan dari validasi metode analisis adalah untuk mengkonfirmasi atau memastikan metode analisis yang dipakai sesuai dengan peruntukannya. Harmita (2004) menyebutkan beberapa parameter analisis yang harus dipertimbangkan dalam validasi metode analisis diuraikan dan didefinisikan sebagaimana cara penentuannya. Adapun parameter-parameter tersebut antara lain adalah kecermatan (accuracy), keseksamaan (precision), selektifitas (spesifisitas), linearitas dan rentang, batas deteksi dan batas kuantitasi, ketangguhan metode (ruggedness), dan kekuatan (robustness). Apabila parameter-parameter ini dapat dipertanggungjawabkan maka suatu metode analisis dapat dikatakan valid dan dapat digunakan untuk analisis rutin. Pada penelitian ini dilakukan analisis orto, meta, dan para fenilendiamin dalam sediaan pewarna rambut secara KCKT karena metode ini memiliki keuntungan waktu analisis yang singkat dan pemisahan tinggi serta akurat. Detektor yang digunakan adalah detektor ultra violet karena senyawa tersebut memiliki gugus kromofor. Metode Penelitian Bahan Baku pembanding yang digunakan yaitu orto fenilendiamin BPFI (BPOM), meta fenilendiamin (Sigma Aldrich ), para fenilendiamin BPFI (BPOM). Pereaksi yang digunakan adalah asetonitril berderajat KCKT (Merck ), akua bidestilata (Bratacem ), metanol pro analisis (Merck ), metanol berderajat KCKT (Merck ), etanol pro analisis (Merck ), asam orto-fosfat 85% pro analisis (Merck ), natrium fosfat dibase (Merck ). 52

Prosedur Penelitian 1. Optimasi Pelarut Dilakukan optimasi terhadap empat jenis pelarut dengan komposisi yang berbeda (pelarut campur). Pelarut pertama (A) terdiri dari campuran etanol pro analisis : air : larutan natrium sulfit 1% (50 : 49 : 1), pelarut kedua (B) hanya menggunakan metanol pro analisis, pelarut ketiga (C) menggunakan campuran metanol pro analisis : air (50 : 50) dan pelarut keempat (D) terdiri dari metanol pro analisis : air : larutan natrium askorbat 0,5% (50 : 40 : 10). 2. Pembuatan Baku Induk a. Ditimbang secara saksama masingmasing lebih kurang 3 mg baku orto fenilendiamin, meta fenilendiamin, dan para fenilendiamin, kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur berwarna coklat 5,0 ml, dilarutkan dengan lebih kurang 2,5 ml pelarut campur, dihomogenkan. Pelarut campur ditambahkan sampai tanda batas labu ukur, dihomogenkan. Diperoleh konsentrasi lebih kurang 600 µg/ml. b. Larutan tersebut selanjutnya dipipet 1 ml, dimasukkan ke dalam labu ukur berwarna coklat 10 ml. Dilarutkan dengan pelarut campur lebih kurang 3 ml, dihomogenkan. Pelarut campur ditambahkan sampai tanda batas labu ukur, dihomogenkan. Diperoleh konsentrasi lebih kurang 60 µg/ml. Larutan tersebut disaring dengan penyaring berukuran 0,45 µm. 3. Optimasi ph Dapar Fase Gerak Dalam penelitian ini dilakukan percobaan untuk mendapatkan ph dapar fase gerak yang optimum pada ph yang berkisar antara ph 7 sampai dengan ph 11. Sebanyak 7,1 g natrium fosfat dibase ditimbang saksama ke dalam beaker glass 50 ml, dilarutkan dengan lebih kurang 40 ml akuades, dikocok dengan batang pengaduk, dipindahkan larutan ke dalam labu ukur 1 L, dibilas beaker glass dengan akuades 40 ml sebanyak 3 kali. Masing-masing bilasan dimasukkan ke dalam labu ukur 1 L yang telah berisi larutan natrium fosfat dibase, dihomogenkan. Akuades ditambahkan sampai tanda batas labu ukur, dihomogenkan. Kemudian diatur ph dengan penambahan asam orto fosfat 85% untuk mendapatkan ph 7-9 dan penambahan natrium hidroksida 1 N untuk mendapatkan ph 10-11. Larutan disaring menggunakan 53

penyaring berukuran 0,45 µm. Larutan dibebasgaskan menggunakan penghilang gas. 4. Sistem KCKT dan Fase Gerak Kolom C18-fenil X-bridge (4,6 x 250 mm, ukuran partikel 5 µm), laju alir 1,0 ml/menit, detektor ultra violetvisible (UV-Vis), panjang gelombang 290 nm, volume penyuntikan 20 µl, dan fase gerak larutan dapar fosfat : metanol pro berderajat KCKT (95 : 5). 5. Pembuatan Matriks a. Beeswax (1 g), asam stearat (4,4 g), mineral oil (44 g) dan trietanolamin (0,6 g) dilelehkan dalam beaker glass dengan menggunakan hot plate. b. Air dipanaskan dalam beaker glass sampai suhu 80 o C. c. Air panas (50 g) tersebut dituangkan ke dalam campuran bahan yang telah dilelehkan. Kemudian diaduk hingga homogen. 6. Metode Analisis a. Sebanyak 0,5 g matriks ditimbang secara saksama dalam labu ukur berwarna coklat 25 ml, dilarutkan dengan pelarut campur lebih kurang 20 ml, kemudian divorteks, dicukupkan sampai tanda, dan dihomogenkan. Setelah itu didinginkan dalam lemari es selama 1 jam lalu disentrifuga 3500 rpm selama 10 menit. b. Supernatan diambil, kemudian disaring dengan penyaring 0,45 µm sebanyak 2 ml ke dalam vial berwarna coklat. Larutan disuntikkan ke dalam sistem KCKT. 7. Uji Kesesuaian Sistem Larutan baku dicampur dengan konsentrasi 60 µg/ml, disuntikkan ke dalam sistem KCKT sebanyak 6 (enam) kali pengulangan dengan pelarut, fase gerak dan sistem KCKT yang terpilih. Waktu retensi (t r ) dicatat, selanjutnya dihitung nilai resolusi, luas area, nilai lempeng teoritis (N), High Equivalent Theoritical Plate (HETP), faktor ikutan (t f) dan Relative Standard Deviation (RSD). 8. Validasi Metode Analisis a. Keseksamaan (precision) Dilakukan enam kali penyuntikan pada orto, meta, dan para fenilendiamin pada konsentrasi 60 µg/ml berturut-turut, didapat waktu retensi dan luas area, kemudian dihitung rata-rata dan % RSD dari nilai waktu retensi dan luas area. b. Selektifitas/Spesifisitas Selektifitas/spesifisitas orto, meta, dan para fenilendiamin dilakukan 54

terhadap pelarut, matriks, dan zat warna rambut lain yang biasa ditambahkan dalam sediaan pewarna rambut seperti pirogalol, resorsinol, dan hidrokinon. Masingmasing zat disuntikkan ke dalam sistem KCKT kemudian diamati hasil kromatogram apakah mengganggu kromatogram dari baku campur fenilendiamin. c. LOD (Limit of Detection) c.1 Analisis Matriks Matriks 0,5 g ditimbang, dimasukkan ke dalam labu ukur 25 ml. Kemudian dilarutkan dengan pelarut campur sebanyak 10 ml, divorteks dan dicukupkan sampai tanda, dihomogenkan. Setelah itu didinginkan dalam lemari es selama 1 jam lalu disentrifuga 3500 rpm selama 10 menit. Supernatan diambil, kemudian disaring dengan penyaring 0,45 µm sebanyak 2 ml ke dalam vial coklat. Larutan disuntikkan ke dalam sistem KCKT. Diperoleh nilai noise untuk masing-masing baku fenilendiamin. c.2 Analisis Spiked Matriks 0,5 g ditimbang, dimasukkan ke dalam labu ukur 25 ml, ditambahkan 2,5 ml baku campur, dilarutkan dengan pelarut campur sebanyak 10 ml, kemudian divorteks dan dicukupkan sampai tanda, dihomogenkan. Setelah itu didinginkan dalam lemari es selama 1 jam lalu disentrifugasi 3500 rpm selama 10 menit. Supernatan diambil, kemudian disaring dengan penyaring 0,45 µm sebanyak 2 ml ke dalam vial coklat. Larutan disuntikkan ke dalam sistem KCKT. Diperoleh nilai signal untuk masing-masing baku fenilendiamin. c.3 Perhitungan LOD Larutan spiked dibuat dengan konsentrasi tertentu sehingga diperoleh s/n = 3 untuk masingmasing baku fenilendiamin, kemudian diinjeksikan ke dalam sistem KCKT. Diperoleh nilai signal untuk masing-masing baku fenilendiamin. LOD-nya dihitung. Hasil dan Pembahasan 1. Optimasi Metode Analisis a. Pemilihan Pelarut Percobaan awal menggunakan pelarut etanol : air : larutan natrium 55

sulfit 1% (50 : 49 : 1) dikarenakan kelarutan ketiga senyawa tersebut yang dapat larut dalam larutan etanol dan air. Larutan natrium sulfit 1% ditambahkan berdasarkan literatur dari Manufacture of Beauty Products karangan SBP Board of Consultants & Enginers, New Delhi yang menyebutkan bahwa para fenilendiamin stabil dalam larutan tersebut. Hasil dari campuran pelarut ini diperoleh bentuk puncak kromatogram yang pecah pada para fenilendiamin dan tidak lancip pada meta fenilendiamin. Penelitian dilanjutkan dengan menggunakan pelarut tunggal 100% metanol pro analisa karena ketiga senyawa dapat larut di dalam metanol, diperoleh puncak kromatogram orto, meta, dan para fenilendiamin tidak simetris dan terdapat fronting pada kromatogram para fenilendiamin. Pelarut dimodifikasi dengan komposisi metanol : air (50 : 50) diperoleh bentuk kromatogram yang simetris untuk orto, meta, dan para fenilendiamin. Kromatogram yang diperoleh dari komposisi pelarut ini sudah cukup baik namun masih terdapat kekurangan karena tidak dapat menjaga stabilitas orto, meta, dan para fenilendiamin yang mudah teroksidasi yang ditandai dengan perubahan warna larutan yang terjadi setelah lebih kurang 2 jam dari jernih menjadi biru kehitaman sehingga diperlukan adanya penambahan antioksidan dalam komposisi pelarut tersebut. Antioksidan yang digunakan dalam penelitian ini adalah larutan natrium askorbat 0,5% sehingga komposisi pelarut diubah menjadi metanol : air : larutan natrium askorbat 0,5% (50 : 40 : 10). Kromatogram yang dihasilkan memiliki bentuk yang sama dengan komposisi pelarut metanol : air (50 : 50). Puncak dari larutan natrium askorbat 0,5% memiliki waktu retensi yang cukup jauh dengan waktu retensi ketiga baku fenilendiamin. Larutan antioksidan ini juga dapat menjaga stabilitas orto, meta, dan para fenilendiamin sehingga tidak mudah teroksidasi yang dibuktikan dengan tidak adanya perubahan warna larutan baku selama 4 (empat) hari. Dengan demikian komposisi ini memberikan bentuk kromatogram 56

yang paling baik seperti yang terlihat pada Gambar 1. Komposisi pelarut ini juga menghasilkan larutan baku yang stabil dibandingkan komposisi pelarut lainnya. Gambar 1. Kromatogram baku orto, meta, dan para fenilendiamin dengan pelarut metanol : air : larutan natrium askorbat 0,5% (50:40:10). b. Pemilihan ph Dapar Fase Gerak Dapar yang digunakan untuk fase gerak yaitu dapar fosfat ph 7 seperti yang terdapat di dalam jurnal acuan (Elskamp, 1991). Pada jurnal tersebut fase gerak yang digunakan adalah dapar fosfat ph 7 : Asetonitril (95 : 5). Dalam penelitian ini komposisi fase gerak dimodifikasi menjadi dapar fosfat : metanol (95 : 5) dengan alasan penggunaan metanol sebagai pelarut. Nilai ph dapar fosfat merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh karena orto, meta, dan para fenilendiamin memiliki sifat kebasaan yang cukup tinggi dengan nilai pkb sebesar 9,54 sehingga ph fase gerak harus cenderung bersifat basa untuk meminimalisir terjadinya tailing pada kromatogram. Berdasarkan hal tersebut dilakukan percobaan dengan menggunakan komposisi fase gerak ph dapar fosfat antara 7-11 : metanol (95 : 5) untuk mendapatkan ph dapar fosfat yang optimum. Dari berbagai nilai ph dapar fosfat antara 7-11 yang 57

dikombinasikan dengan metanol untuk fase gerak, diperoleh bentuk kromatogram yang paling baik adalah dapar fosfat pada ph 10. Pada fase gerak dapar fosfat ph 10 : metanol (95 : 5) diperoleh bentuk puncak dari orto, meta, dan para fenilendiamin yang terpisah secara baik dengan bentuk yang simetris. Kromatogram tersebut juga memenuhi persyaratan parameter kromatogram yang baik seperti yang terlihat pada Gambar 2. Berdasarkan hasil tersebut maka dipilih dapar fosfat ph 10 sebagai fase gerak : metanol (95 : 5) karena memiliki waktu retensi yang lebih cepat dan nilai resolusi yang lebih besar dibandingkan pelarut lainnya. Gambar 2. Kromatogram baku orto, meta, dan para fenilendiamin dengan fase gerak dapar fosfat ph 10 : metanol (95 : 5). c. Uji Kesesuaian Sistem (UKS) Berdasarkan hasil uji UKS diperoleh waktu retensi dan luas area pada masing-masing orto, meta, dan para fenilendiamin telah memenuhi persyaratan yaitu memiliki % RSD 2%. Sementara untuk nilai rata-rata resolusi, lempeng teoritis, HETP, dan faktor ikutan juga telah memenuhi persyaratan sehingga proses 58

analisis dapat dilanjutkan ke tahap validasi metode analisis 2. Validasi Metode Analisis a. Keseksamaan (Precision) Tabel 1. Data hasil validasi uji keseksamaan Senyawa Waktu retensi Rata-rata (menit) Luas Area % RSD Rata-rata (mau) % RSD Luas area Orto 13,974 1,092 1565069 1,558 Meta 8,948 1,049 1379386 0,857 Para 6,453 0,817 896661 0,881 Dari hasil yang diperoleh, yaitu koefisien variasi yang kurang dari 2% dapat disimpulkan bahwa uji keseksamaan/precision yang dilakukan penyuntikan enam kali berturut-turut pada hari yang sama memberikan hasil yang baik. b. Selektifitas/Spesifisitas uji ini bertujuan untuk melihat bahwa pada waktu retensi orto, meta, dan para fenilendiamin tidak terdapat faktor pengganggu. Hasil penelitian terhadap selektifitas/spesifisitas dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil selektifitas/spesifitas Senyawa Waktu Retensi (Menit) Luas Area (mau) Resolusi Lempeng Teoritis HETP ( x10-4 ) Faktor Ikutan Orto 14,103 2133344 10,686 11293,919 22,136 1,050 Meta 8,811 1799467 5,958 5880,740 42,512 1,006 Para 6,016 1190747 10,371 2529,724 98,825 0,868 Pelarut - - - - - - Pirogalol 4,565 862872-106,848 2339,764 2,170 Resorsinol 4,880 1390637-2698,265 92,652 0,869 Hidrokinon 4,929 1628-3539,565 70,630 0,968 Matriks 6,378 5944 3,144 1920,163 130,197 0,884 Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada matriks terdapat puncak yang berdekatan dengan puncak para fenilendiamin sehingga 59

para fenilendiamin tidak spesifik/selektif terhadap matriks yang digunakan, hal ini dapat terjadi dikarenakan terdapat bahan pada matriks yang memiliki waktu retensi yang sama dengan para fenilendiamin. Puncak tersebut kemungkinan adalah puncak dari trietanolamin karena bersifat basa. Namun hal ini tidak terjadi pada orto dan meta fenilendiamin. Pelarut dan zat pewarna rambut lainnya tidak memberikan puncak pada waktu retensi yang sama dengan waktu retensi ketiga baku fenilendiamin. Hal ini menunjukkan metode ini cukup spesifik/selektif terhadap pelarut, matriks dan zat pewarna rambut lainnya. c. LOD (Limit of Detection) Penentuan batas deteksi (LOD) dapat ditentukan dengan beberapa cara, yaitu dengan evaluasi secara visual, berdasarkan signal-to-noise ratio, dan berdasarkan standar deviasi dari respon yang terdeteksi dan slope (berdasarkan standar deviasi matriks sampel dan berdasarkan kurva kalibrasi) (ICH, 2005). Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah berdasarkan signal-to-noise ratio (s/n = 3). Hasil LOD yang diperoleh untuk orto 0,132 µg/g, meta 0,195 µg/g, dan para fenilendiamin 62,468 µg/g. Kesimpulan Berdasarkan data hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa identifikasi orto, meta, dan para fenilendiamin dengan metode analisis Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) menggunakan kolom C18-fenil X-bridge (4,6 x 250 mm, ukuran partikel 5 µm), dengan pelarut metanol : air : larutan natrium askorbat 0,5% (50 : 40 : 10), komposisi fase gerak dapar fosfat ph 10 : metanol (95 : 5), laju alir 1,0 ml/menit dan detektor UV pada panjang gelombang 290 nm merupakan metode yang efektif dan efisien serta valid untuk identifikasi orto, meta, dan para fenilendiamin pada sediaan pewarna rambut dengan nilai keseksamaan waktu retensi (orto = 1,092% meta = 1,049% dan para fenilendiamin = 0,817%) dan batas deteksi (orto = 0,132 µg/g, meta = 0,195 µg/g, dan para fenilendiamin 62,468 µg/g). Saran Untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan optimasi kembali untuk memperoleh selektifitas/spesifitas para 60

fenilendiamin yang lebih baik kemudian dilakukan validasi metode analisis orto, meta, dan para fenilendiamin secara simultan dalam sediaan pewarna rambut secara KCKT. Pustaka Al-Suwaidi, A., Ahmed, H., 2010. Determination of paraphenylenediamine (PPD) in henna in the United Arab Emirates. Int J Environ Res Public Health, 7(4):1681-1693. Elskamp, C.J., 1991. m-, o- and p- phenylenediamine. Utah: United States Department of Labor. Harmita, 2004. Petunjuk pelaksanaan validasi metode dan cara perhitungannya. Depok: Departemen Farmasi FMIPA Universitas Indonesia. SBP Board of Consultants & Enginerrs. Manufacture of beauty products. New Delhi: Small Business Publications. 61