BAB IV ANALISA DATA & PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
Pengaruh Variasi Kecepatan Stiring dan Temperatur Sintering terhadap Perubahan Struktur Mikro dan Fase Material Sensor Gas Tio 2

BENTUK KRISTAL TITANIUM DIOKSIDA

Pengaruh Variasi ph dan Temperatur Sintering terhadap Nilai Sensitivitas Material TiO 2 Sebagai Sensor Gas CO

I. PENDAHULUAN. Nanoteknologi merupakan teknologi masa depan, tanpa kita sadari dengan

BAB 4 DATA DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Nanopartikel saat ini menjadi perhatian para peneliti untuk pengembangan dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan pada senyawa berukuran atau berstruktur nano khususnya dalam

I. PENDAHULUAN. komposit. Jenis material ini menjadi fokus perhatian karena pemaduan dua bahan

Sintesis Komposit TiO 2 /Karbon Aktif Berbasis Bambu Betung (Dendrocalamus asper) dengan Menggunakan Metode Solid State Reaction

PENGARUH VARIASI MILLING TIME dan TEMPERATUR KALSINASI pada MEKANISME DOPING 5%wt AL NANOMATERIAL TiO 2 HASIL PROSES MECHANICAL MILLING

I. PENDAHULUAN. kinerjanya adalah pemrosesan, modifikasi struktur dan sifat-sifat material.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

I. PENDAHULUAN. Alumina banyak digunakan dalam berbagai aplikasi seperti digunakan sebagai. bahan refraktori dan bahan dalam bidang otomotif.

BAB I PENDAHULUAN. perindustrian minyak, pekerjaan teknisi, dan proses pelepasan cat (Alemany et al,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. Perkembangan komposit berlangsung dengan sangat pesat seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Seiring kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan. dibutuhkan suatu material yang memiliki kualitas baik seperti kekerasan yang

I. PENDAHULUAN. Perkembangan industri tekstil dan industri lainnya di Indonesia menghasilkan

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dihasilkan sebanyak 5 gram. Perbandingan ini dipilih karena peneliti ingin

BAB III DASAR TEORI. elektron valensi memiliki tingkat energi yang disebut energi valensi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejak ditemukan oleh ilmuwan berkebangsaan Jerman Christian Friedrich

Bab IV Hasil dan Pembahasan

SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOPORI TiO2-SiO2/KITOSAN DENGAN PENAMBAHAN SURFAKTAN DTAB SKRIPSI SARJANA KIMIA. Oleh STEFANI KRISTA BP :

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

I. PENDAHULUAN. Nanoteknologi diyakini akan menjadi suatu konsep teknologi yang akan

Bab III Metodologi Penelitian

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. berbeda menjadi material baru yag memiliki sifat yang lebih baik dari material

I. PENDAHULUAN. kimia yang dibantu oleh cahaya dan katalis. Beberapa langkah-langkah fotokatalis

BAB 4 DATA DAN ANALISIS

I. PENDAHULUAN. Saat ini biomassa telah banyak menarik perhatian para peneliti. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. praktek kedokteran giginya adalah keterampilan. Keterampilan menghasilkan

I. PENDAHULUAN. dan kebutuhan bahan baku juga semakin memadai. Kemajuan tersebut memberikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-

4 Hasil dan Pembahasan

BAB IV ANALISIS & HASIL PERCOBAAN

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

I. PENDAHULUAN. Al yang terbentuk dari 2 (dua) komponen utama yakni silika ( SiO ) dan

SINTESIS TITANIUM DIOKSIDA MENGGUNAKAN METODE LOGAM-TERLARUT ASAM

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Film Tipis Timah (II) Oksida Sebagai Sensor Karbon Monoksida. Tin Dioxide Thin Films As Carbon Monoxide Sensor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. oleh H.K Onnes pada tahun 1911 dengan mendinginkan merkuri (Hg) menggunakan helium cair pada temperatur 4,2 K (Darminto dkk, 1999).

Sintesis Lapis Tipis Fotokatalis ZnO-TiO 2 Menggunakan Metode Sol Gel dengan PEG (Polyethylene Glycol) sebagai Pelarut

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini mengungkapkan metode penelitian secara keseluruhan yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

BAB 2 LANDASAN TEORI

HASIL DAN PEMBAHASAN

2 PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI NANOPARTIKEL TITANIUM OXIDE (TiO 2 ) MENGGUNAKAN METODE SOL-GEL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Stefanus Haryo Nugroho Dosen Pembimbing : Diah Susanti, ST, MT, Ph.D Hariyati Purwaningsih, SSi, MSi

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Suhu Sinter Terhadap Struktur Kristal

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MAKALAH SINTESIS NANOPARTIKEL

Bab II Tinjauan Pustaka

I. PENDAHULUAN. dan banyak digunakan dalam aplikasi elektronik, keramik, adsorben semen,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGARUH SUHU SINTER TERHADAP KARAKTERISTIK DIELEKTRIK KERAMIK CALCIA STABILIZIED ZIRCONIA (CSZ) DENGAN PENAMBAHAN 0.5% BORON TRIOXIDE (B 2 O 3 )

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang berada dikawasan Asia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di

Bab III Metodologi Penelitian

Pengaruh Waktu Milling dan Temperatur Sintering Pada Pembentukan Nanopartikel Fe 2 TiO 5 Dengan Metode Mechanical Alloying

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Galuh Intan Permata Sari

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan energi di dunia akan terus meningkat. Hal ini berarti bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Telah disadari bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi harus

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan. I.

4 Hasil dan Pembahasan

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

Bab 4 Data dan Analisis

I PENDAHULUAN. Cordierite adalah material zat padat dengan formula 2MgO.2Al 2 O 3.5SiO 2 yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen.

Perbandingan Stabilitas Lapisan Hidrofobik Pada Substrat Kaca Dengan Metode Sol-Gel Berbasis Water-glass dan Senyawa Alkoksida

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

1 BAB I BAB I PENDAHULUAN

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Polimer. 2.2 Membran

SINTESIS DAN KARAKTERISASI MAGNESIUM OKSIDA (MgO) DENGAN VARIASI MASSA PEG-6000

Pengaruh Temperatur Kalsinasi pada Sintesis Nanopartikel Silika Pantai Purus Kota Padang

Transkripsi:

BAB IV ANALISA DATA & PEMBAHASAN Variasi kecepatan stiring 800 rpm, variasi temperatur sintering 700, 800, 900 C Variasi temperatur 700 C = struktur kristal tetragonal, fase nya anatase, no PDF 01-086-1156, rumus kimia Ti0.782 Variasi temperatur 800 = rumus kimia Ti2, fase antase, struktur kristal tetragonal, no PDF PDF 03-065-5714 Variasi temperatur 900 = rumus kimia Ti2, fase anatase, struktur kristal tetragonal, no PDF 01-071-1167 Sampel Fasa 2 FWHM B(radian) D(nm) (10-3) 700 C Anatase 47,7233 0,3346 0,00601423 246,363597 0,00320 800 C Anatase 25.286 0.223 0,004151433 334,5139924 4,626 900 C anatase 25.313 0.185 0,003537852 392,5505833 3,938

Pengujian Scanning electron Microscope (SEM) 800 rpm Serbuk Ti2 (raw material) 600 rpm 700 rpm Setelah drying Setelah drying Gumpalan (agglomerasi)

Serbuk setelah kalsinasi variasi kecepatan stiring 600 rpm, 700 rpm, 800 rpm Serbuk 600 rpm ukuran serbuk 300-700 nm Serbuk 700 rpm dapat tereduksi hingga 132 nm Serbuk 800 rpm dapat tereduksi hingga 143 nm Sehingga terbukti sol-gel mampu mereduksi ukuran serbuk titanium dioksida & merubah struktur mikro menjadi capsule

Pelet setelah kompaksi 600 rpm 800 rpm 700 rpm Pelet 800 rpm memiliki morfologi yang paling compact

Pelet 600 rpm variasi sintering 700, 800, 900 700 C 800 C 900 C Terjadi grain growth terlihat saat pelet sintering 900 C butiran tak beraturan. Dari hasil XRD crystal size seiring dengan kenaikan temperatur semakin besar

Pelet 700 rpm variasi sintering 700, 800, 900 C 700 C 800 C 900 C Semakin tinggi variasi temperatur sintering semakin tidak rata (grain growth ) Terjadi necking pada variasi temperatur tertinggi necking

Pelet variasi kecepatan stiring 800 rpm temperatur 700, 800, 900 C Terjadi peningkatan ukuran kristal seiring peningkatan temperatur ( grain growth semakin tinggi seiring kenaikan temperatur) Terjadi necking pada semua spesimen variasi kecepatan stiring 800 rpm necking

Mekanisme intrinsic defect Karena Ti2 tidak menggunakan dopping maka, maka aliran elektron dapat terjadi karena material itu sendiri saat sintering Shottky defect Shotky defect : vacancy / kehilangan 1 kation & 1 anion. Hilangnya kation (Ti 4+ ) Hilangnya anion ( 2- ) Frenkel defect Frenkel defect adalah berpindahnya kation (dislokasi) dan menyisip di tempat yang lain.

Shotky defect Shottky defect Null (perfect Crystal) = = V Ti + V o + 2 h Ti Vacancy kation Ti Ti Vacancy anion

Frenkel defct Vacncy katin Ti Ti Ti Insterstisi kation Ti Ti M Ti x = V Ti + Ti i

BAB V KESIMPULAN Metode sol-gel pada material keramik Ti 2 yang dilarutkan dengan asam sulfat pekat ( H 2 S 4 98 %) menghasilkan struktur mikro Ti 2 berbentuk kapsul seperti butiran beras. Mekanisme sol-gel menghasilkan unstabil fase TiS 4 orthohombik. Variasi kecepatan stiring mampu mereduksi ukuran serbuk hinga 120 nanometer pada variasi kecepatan stiring 700 rpm, temperature operasi 200 C selama 2,5 jam. Proses sintering mampu merubah unstabil fase menjadi anatase pada variasi temperatur 700 C, 800 C dan 900 C Metode sol-gel dengan variasi kecepatan stiring 700 rpm & 800 rpm kemudian dilanjutkan sintering dengan variasi temperature 700 C dapat mereduksi kation titanium ( vacancy kation).

THANK YU

DATA PENDUKUNG Titanium dioksida Titanium dioksida (Ti 2 ) adalah material yang dikenal luas sebagai fotokatalis didasarkan pada semikonduktornya.selain itu,diantara oksida logam yang lain,titanium oksida dikenal tidak toksik(non toxic), memiliki stabilitas termal cukup tinggi, dan kemampuannya dipergunakan berulang kali tanpa kehilangan aktivitas katalitiknya. Sebagaiman oksida logam yang lain, peningkatan sifat mekanik, sifat elektronik dan sifat katalitik Ti 2 dapat diupayakan melalui pembentukkannya dalam skala molecular atau dikenal sebagai nanopartikel. (Fatimah et al., 2006)

PRSES SL-GEL Proses sol gel dapat didefinisikan sebagai proses pembentukan senyawa anorganik melalui reaksi kimia dalam larutan pada suhu rendah, dimana dalam proses tersebut terjadi perubahan fasa dari suspensi koloid (sol) membentuk fasa cair kontinyu (gel) Keunggulan metode sol gel : dalam segala kondisi (versatile) menghasilkan produk dengan kemurnian dan kehomogenan yang tinggi jika parameternya divariasikan. bisa dilakukan kontrol terhadap ukuran dan distribusi pori dengan mengubah rasiomolar air/prekursor, tipe katalis atau prekursor, suhu gelasi, pengeringan, dan proses stabilisasi. biayanya relatif murah dan produk berupa xerogel silika yang dihasilkan tidak beracun (Zawrah et al, 2009).

Sol adalah suspensi koloid yang fasa terdispersinya berbentuk solid (padat) dan fasa pendispersinya berbentuk liquid (cairan). Suspensi dari partikel padat atau molekulmolekul koloid dalam larutan, dibuat dengan metal alkoksi dan dihidrolisis dengan air, menghasilkan partikel padatan metal hidroksida dalam larutan. Reaksinya adalah reaksi hidrolisis. Prekursor (senyawa awal) dalam proses sol-gel tersusun atas unsur logam atau metaloid yang dikelilingi oleh ligan. Pada umumnya prekursor yang digunakan yaitu logam alkoksida atau garam anorganik. Dari larutan prekursor tersebut akan terbentuk sol. Perubahan bentuk sol menjadi bentuk gel terjadi melalui reaksi hidrolisis dan reaksi kondensasi. Pada reaksi hidrolisis terjadi penempelan ion hidroksil pada atom logam dengan pemutusan pada salah satu ikatan logam alkoksida atau garam anorganik. Kemudian molekul yang telah terhidrolisis dapat bergabung membentuk hasil reaksi kondensasi, dimana dua logam digabungkan melalui rantai oksigen. Polimer-polimer besar terbentuk saat reaksi hidrolisis dan kondensasi berlanjut, yang akhirnya menghubungkan polimer-polimer tersebut ke dalam bentuk gel. Untuk mendapatkan produk oksida, ada satu tahap lanjutan pada proses sol-gel yaitu perubahan bentuk gel menjadi produk oksida melalui drying dan firing. Gel biasanya tersusun atas material amorf yang terdapat pori-pori berisi cairan. Cairan ini harus dihilangkan sehingga gel menjadi xerogel atau dry gel melalui proses drying. Selama firing, xerogel atau dry gel mengalami densifikasi dan perubahan bentuk struktur kristal (menjadi glass atau kristalin).