BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi saat ini, industri pariwisata telah menjadi salah satu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Logo Hotel Mitra Bandung Sumber: 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mampu menunjang kemajuan

2015 PENGARUH SERVICE RECOVERY DAN CUSTOMER EMOTIONS TERHADAP KEPUASAN TAMU DI GRAND SERELA SETIABUDHI HOTELBANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. banyak Negara ( Alvi et al., 2009). Menghadapi persaingan dunia usaha seperti

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi global. Dari tahun ke tahun, jumlah. kegiatan wisata semakin mengalami peningkatan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewan Perjalanan dan Wisata Dunia (World Travel and Tourism Council) angka

BAB I PENDAHULUAN. kegiatannya, dengan pariwisata juga kita bisa reffresing untuk mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. sementara, tidak bekerja yang sifatnya menghasilkan upah, dilakukan perorangan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan pemerintah daerah (Undang-Undang Kepariwisataan No.10 Tahun

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan di berbagai sektor salah satunya adalah sektor pariwisata.

BAB 1 PENDAHULUAN. hanya untuk bersenang - senang, memenuhi rasa ingin tahu, menghabiskan waktu senggang

BAB I PENDAHULUAN. Tahun Wisatawan Jumlah Presentase. Sumber : Dinas Pariwisata Kota Bandung dalam Data Badan Pusat Statistik Kota Bandung Tahun 2013.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan orang untuk sementara

BAB I PENDAHULUAN. Kepariwisataan telah berkembang menjadi industri besar yang memiki

BAB I PENDAHULUAN. mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Penelitian. Dengan bertambahnya hotel baru di Jakarta menjadikan persaingan bisnis

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi yang semakin membuka peluang pengusaha untuk turut

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat diandalkan tidak hanya dalam pemasukan devisa, tetapi juga

Tahun 2012 Wisatawan Nusantara Wisatawan Mancanegara. Tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan hidup dan budaya bangsa, memperkokoh persatuan dan kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memberikan pelayanan yang berkualitas dengan mutu yang baik dapat

BAB I PENDAHULUAN. seluruh belahan dunia. Saat ini, seluruh Negara berlomba-lomba untuk

BAB I PENDAHULUAN. serius terhadap bidang ini telah melahirkan beberapa kebijakan sebagai

I. PENDAHULUAN. pariwisata telah membuktikan dirinya sebagai sebuah alternatif kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata sebagai suatu jenis usaha yang memiliki nilai ekonomi, maka

BAB I PENDAHULUAN. maupun mancanegara untuk berkunjung. Seiring dengan meningkatnya kunjungan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan pariwisata merupakan salah satu

ARDITHA YUSPENTIA, 2015 ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN MENU A LA CARTE DI SAUNG BEUREUM KARAWANG MELALUI PENERAPAN MENU ENGINEERING

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata dimasa ini telah menjadi sorotan di seluruh penjuru dunia.

BAB I PENDAHULUAN. promosi pariwisata ini berkembang hingga mancanegara. Bali dengan daya tarik

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya teknologi dan semakin tingginya tingkat kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan objek-objek pariwisata di Indonesia. Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kepariwisataan dunia dari tahun ke tahun semakin. meningkat baik dari jumlah wisatawan maupun pembelanjaannya.

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan ini semakin dirasakan oleh daerah terutama sejak diberlakukannya

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pariwisata dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang besar

BAB I PENDAHULUAN. menarik untuk kita teliti, terlebih di era globalisasi terutama dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki suatu nilai yang tidak hilang meskipun zaman sudah

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata merupakan usaha yang pada umumnya sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. disebut wisata MICE (Meeting, Incentive, Conference/Convention, Exhibition). MICE

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan sektor pariwisata merupakan salah satu upaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Jasa Pertemuan, Insentif, Konferensi dan Pameran (Meeting, Incentive,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukannya terhadap alam, pembuatan berbagai macam industri yang

BAB 1 PENDAHULUAN. awal abad 21 dan digunakan sebagai ukuran yang reliabel terhadap pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri jasa di Indonesia memberikan kontribusi yang cukup berarti,

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini pariwisata merupakan salah satu kebutuhan sekunder yang

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan suatu penerimaan yang rutin, maka pemerintah menempatkan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya semakin meningkat. Pengembangan ini terus dilakukan karena

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan,

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pendorong utama perekonomian dunia pada abad ke-21, dan menjadi salah

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata, untuk sebagian negara industri ini merupakan pengatur dari roda

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dulu keberadaan industri pariwisata memang memberikan sumbangan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berpotensi sebagai daya tarik wisata. Dalam perkembangan industri. pariwisata di Indonesia pun menyuguhkan berbagai macam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi yang semakin membuka peluang pengusaha asing untuk turut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Average Length of Stay (Day) Per Visit. Growth (%)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hotel memegang peranan penting dalam industri pariwisata karena

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kecamatan Kuta adalah sebuah Kecamatan yang berada di Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Barat boleh berbangga dengan Kota Bandungnya dimana baru-baru ini

BAB I PENDAHULUAN. berbagai faktor termasuk di dalamnya keberadaan penginapan (hotel, homestay,

BAB I PENDAHULUAN. berbagai belahan dunia, salah satunya yaitu pariwisata di Indonesia. Pariwisata

I. PENDAHULUAN. Sektor pariwisata memegang peranan penting dalam menunjang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Dampak yang terjadi akibat hal ini pun dapat dilihat dari semakin

JURNAL STIE SEMARANG, VOL 4, NO 2, Edisi Juni 2012 (ISSN : 2252_7826)

BAB I PENDAHULUAN. bidang pariwisata semakin pesat, United Nations World Tourism Organization

BAB I PENDAHULUAN. Usaha pariwisata ini menjadi sektor unggulan dalam pembangunan ekonomi di

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Dengan semakin meningkatnya penyelenggaraan pariwisata yang

BAB I PENDAHULUAN TABEL 1.1 DATA KUNJUNGAN WISATAWAN YANG DATANG KE KOTA BANDUNG TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi komunikasi dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tahun Bulan Tingkat Hunian

BAB I PENDAHULUAN. yang dibangun dari berbagai segmen industri, seperti: akomodasi, transportasi,

Dari pengertian diatas, maka hotel juga dapat definisi seperti di bawah ini :

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberikan pelayanan yang berkualitas ditujukan untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. wisata. Pariwisata merupakan bagian dari wisata yaitu segala sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. industri yang menjanjikan, paling tidak kini pariwisata telah berarti bagi

BAB I PENDAHULUAN. Di negara mana pun, termasuk Indonesia, keadaan perekonomian sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi saat ini, industri pariwisata telah menjadi sektor

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1-1 Jumlah Wisatawan Mancanegara dan Domestik di Kota Bandung Tahun

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang beroperasi di Indonesia, di satu sisi era globalisasi memperluas

BAB I PENDAHULUAN. menawarkan berbagai macam tipe kamar dengan potongan harga, pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kemajuan ekonomi masyarakat baik lokal maupun global. Tidak

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Statistik Kunjungan Wisatan Mancanegara ke Indonesia Pada Tahun Tahun Jumlah Wisatawan %

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Industri pariwisata sebagai bagian dari sektor ekonomi yang merupakan salah satu industri

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan persaingan bisnis di Indonesia merupakan salah satu fenomena

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. mengelola, mengatur, dan memanfaatkan pegawai sehingga dapat berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu sumber pendapatan daerah. Untuk meningkatkan pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan bidang pariwisata di Indonesia makin berkembang seiring

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi Industri pariwisata berkembang sangat cepat. Industri

BAB I Pendahuluan I - 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENGANTAR. menjadi sub sektor andalan bagi perekonomian nasional dan daerah. Saat ini

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi saat ini, industri pariwisata telah menjadi salah satu sector yang diandalkan oleh setiap negara. Pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup, serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya. Selanjutnya, sebagai sektor yang kompleks, pariwisata juga merealisasikan industri-industri klasik seperti industri kerajinan tangan dan cenderamata, penginapan serta transportasi Nyoman S. Pendit, (2006:32). Oka A. Yoeti (1996:118), mendefinisikan pariwisata sebagai berikut: Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan untuk berusaha (business) atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna pertamasyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam. Menurut UU No.10 tahun 2009 tentang kepariwisataan, pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. Pengertian pariwisata tersebut mengandung harapan bahwa sub sektor pariwisata diharapkan dapat menggerakan ekonomi rakyat, karena dianggap sektor yang paling siap dari segi fasilitas, sarana dan prasarana dibandingkan dengan sektor usaha lainnya. Harapan ini diharapkan dapat dikembangkan dalam suatu strategi 1

2 pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan pariwisata yang berbasis kerakyatan atau community-based tourism development. Melihat perkembangan pariwisata yang semakin baik membuat masingmasing Provinsi di Indonesia berlomba-lomba meningkatkan potensi wisata daerahnya, hal tersebut dapat terlihat dari maraknya daerah-daerah yang membuat program seperti Visit Indonesia yakni Visit Musi, Visit Batam 2010 dan lain-lain. Salah satu program promosi yang berhasil sukses adalah program Visit West - Java. Program Visit West Java setiap tahun selalu dilaksanakan sebagai kegiatan promosi kebudayaan dan pariwisata Jawa Barat. Disbudpar mengatakan bahwa setiap tahunnya jumlah kunjungan wisatawan baik domestik maupun mancanegara mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Berikut disajikan data tentang jumlah kunjungan wisatawan domestik maupun mancanegara yang berkunjungke Jawa Barat pada Tabel 1.1 berikut. TABEL 1.1 JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN KE JAWA BARAT TAHUN WISATAWAN (JIWA) JUMLAH DOMESTIK MANCANEGARA 2009 17.326.073 Jiwa 229.113 Jiwa 17.555,186 Jiwa 2010 18.656.643 Jiwa 354.765 Jiwa 19.011.408 Jiwa 2011 18.975.223 Jiwa 376.879 Jiwa 19.352.102 Jiwa Sumber : West-Java Indonesia.com 2012 Berdasarkan Tabel 1.1 terlihat bahwa jumlah kunjungan wisatawan mancanegara maupun domestik mengalami kenaikan pada tahun 2010 kemudian diikuti kenaikan pada tahun 2011 berdasarkan data kunjungan wisatawan ke objek

3 wisata Jawa Barat, Bandung menjadi Kota yang paling banyak dikunjungi oleh wisatawan, itu menunjukkan bahwa Bandung memiliki potensi wisata bagi Jawa Barat. Bandung sebagai ibu kota provinsi Jawa Barat merupakan salah satu daerah yang memberikan kontribusi cukup besar dalam bidang pariwisata di Jawa Barat. Pariwisata Bandung dapat dikatakan berkembang pesat. Melihat perkembangan wisatawan domestik dan mancanegara yang terjadi peningkatan setiap tahunnya, hal ini patut di dukung dengan adanya saranasarana pendukung parwisata diantaranya transportasi, aksesibilitas, restoran, dan akomodasi semakin dibutuhkan untuk menunjang pelayanan jasa pariwisata agar pelayanan yang diterima oleh wisatawan dapat terpenuhi dengan baik. Sebagai salah satu sarana kepariwisataan industri akomodasi tidak dapat dipisahkan dari industri pariwisata karena keduanya saling membutuhkan, tanpa adanya kegiatan kepariwisataan maka usaha akomodasi kurang berjalan dengan baik, begitupun sebaliknya tanpa adanya akomodasi yang memadai perkembangan pariwisata Indonesia sulit berkembang dengan baik. (Main tourism suprastructure). Hotel merupakan suatu bentuk bangunan, lambang, perusahaan, atau badan usaha akomodasi yang menyediakan pelayanan jasa penginapan, penyedia makanan, serta minuman dan fasilitas jasa lainnya di mana semua pelayanan itu diperuntukan bagi masyarakat umum.

4 Perkembangan hotel di Propinsi Jawa Barat menimbulkan persaingan dan minat bagi pengusaha-pengusaha di Jawa Barat untuk mendirikan hotel. Berikut ini tabel tingkat pertumbuhan hotel bintang di Jawa Barat pada Tabel 1.2 berikut. TABEL 1.2 PERKEMBANGAN HOTEL BERBINTANG DI JAWA BARAT TAHUN JUMLAH UNIT HOTEL 2006 141 Unit 2007 155 Unit 2008 162 Unit 2009 175 Unit 2010 185 Unit Sumber : Disbudpar Jabar 2011 Berdasarkan Tabel 1.2 di atas dapat terlihat pertumbuhan hotel bintang di Jawa Barat. Pada tahun 2009 terjadi peningkatan pembangunan sejumlah 175 hotel berbintang peningkatan yang sangat signifikan dibandingkan tahun 2008 sebanyak 162 hotel. Hal ini terjadi juga pada tahun 2010 yang mengalami kenaikan sebanyak 10 hotel dari tahun 2009. Hal ini menunjukan membangun sebuah hotel semakin banyak diminati oleh para pengusaha karena hasilnya yang sangat menjanjikan keuntungan yang besar dan memiliki nilai usaha yang berjangka panjang. Kemudian pada tahun -tahun berikutnya, banyak pengusaha yang menilai pertumbuhan pariwisata di Jawa Barat sangat menjanjikan, sehingga semakin memicu timbulnya hotel berbintang di wilayah Jawa Barat.

5 Pertumbuhan hotel tersebut juga terjadi di kota-kota besar lainnya di Jawa Barat salah satunya adalah kota Bandung yang memiliki tingkat kunjungan yang tinggi, dan pertumbuhan industri perhotelan yang berkembang dengan baik dibandingkan dengan kota- kota lainya di Jawa Barat. Program Visit West-Java 2011 menjadikan Kota Bandung sebagai tujuan utama objek wisata. Objek wisata yang ditonjolakan dalam program Visit West-Java 2011 adalah objek wisata alam di sekitar Kota Bandung seperti gunung Tangkuban Perahu, Kawah Putih, dan berbagai objek wisata alam lainnya. Kota Bandung sebagai ibu kota propinsi Jawa Barat terkenal sebagai kota yang menawarkan wisata belanja, kuliner, atraksi wisata, dan udaranya yang sejuk sehingga banyak turis baik wisatawan domestik maupun wisatawan macanegara yang berkunjung ke Kota Bandung. Disamping itu akses untuk mencapai ke Kota Bandung sangat mudah sehingga para turis tidak banyak mendapatkan kendala untuk datang ke Bandung. Berikut disajikan pada tabel 1.3 yang menunjukan tingkat kunjungan wisatawan mancanegara dan domestik dari dua tahun terakhir yang menunjukan peningkatan yang sangat signifikan. TABEL 1.3 JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN KOTA BANDUNG PERIODE 2009-2010 WISATAWAN TAHUN (JIWA) JUMLAH MANCANEGARA NUSANTARA 2009 185.076 Jiwa 4.076.072 Jiwa 4.261.148 Jiwa 2010 194. 062 Jiwa 4.822.532 Jiwa 5.016.594 Jiwa

6 2011 228.449 Jiwa 4.951.439 Jiwa 5.179.888 Jiwa Sumber: bps.go.id dan Disbudpar Kota Bandung 2012 Dalam Tabel 1.3 diatas terlihat peningkatan jumlah wisatwan di tahun 2010 mengalami peningkatan sebesar 5.016.594 dari tahun sebelumnya, diikuti dengan jumlah kenaikan pada tahun 2011 yang tidak begitu jauh dari tahun sebelumnya sebesar 5.179.888. Sedangkan untuk 2012 lanjutnya, Disbudpar menargetkan kunjungan wisatawan ke Kota Bandung mencapai lebih dari 5.420.530 orang. Dengan angka yang mencapai angka lebih dari tahun-tahun sebelumnya dengan optimistis bahwa target tahun 2012 untuk bisa mendatangkan wisatawan lebih dari sebelumnya bisa tercapai. Sebab, bagaimanapun Kota Bandung masih menjadi kota favorit untuk para pelancong. Dengan semkin bertambahnya pelancong yang datang ke Kota Bandung mengakibatkan jumlah sarana akomodasi seperti travel agent, hotel, dan restaurant sebagai bisnis yang potensial di Kota Bandung. Hotel merupakan salah satu akomodasi yang penting bagi wisatwan menginap yang berwisata ke Kota Bandung. Peluang bisnis tersebut menjadi tugas para pemilik hotel dan penyedia jasa penginapan lainnya untuk berperan serta secara aktif dalam meningkatkan kunjungan ke Kota Bandung dengan tujuan, untuk meningkatkan tingkat hunian kamar hotel di daerah Bandung, mengakibatkan pemerintah daerah berupaya untuk membuat program promosi Bandung dengan cara menggelar pameran seni dan budaya Bandung, menggelar event-event berskala nasional dan internasional, dan menyediakan akomodasi berupa hotel-

7 hotel baru dengan tema tertentu yang semakin menarik para wisatawan untuk berkunjung ke Kota Bandung. Menurut Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (DISBUDPAR) 2011 Hotel adalah suatu bidang usaha yang menggunakan suatu bangunan atau sebagian bangunan yang disediakan secara khusus untuk setiap orang yang menginap, makan, memperoleh pelayanan dan menggunakan fasilitas lainnya dengan pembayaran. Mengingat persaingan antar industri yang sangat ketat maka bertambah pula jumlah usaha hotel di Bandung, tentunya akan semakin membuat persaingan diantara hotel yang berada di Kota Bandung diantaranya, Grand Seriti Boutique Hotel sebagai salah satu hotel bintang 4 yang dikelola oleh Kagum Goup Hotel Management yang menamakan diri sebagai Modern Four Star Boutique Hotel dan luxurious Oasis in the Heart of the City harus dapat bersaing dengan hotel di Bandung lainnya. Adapun room occupancy Grand Seriti Boutique Hotel Bandung tahun 2009-2011 dapat dilihat pada gambar 1.1 berikut.

8 Room Occupancy Occupancy 74,5% 2009 75,7% 2010 67,9% 2011 Sumber : Sales & Marketing department Grand Seriti Boutique Hotel Bandung 2012. GAMBAR 1.1 ROOM ACCUPANCY GRAND SERITI BOUTIQUE HOTEL BANDUNG TAHUN 2009-2011 Berdasarkan Gambar 1.1 menunjukan tingkat occupancy tahun 2009 ke 2010 mengalami kenaikan besar 1.2% dari 74.5% ke 75.7%. Hal ini disebabkan karena promosi dan pelayanan yang baik dalam meningkatkan occupancy hunian kamar. Akan tetapi, dampak dari kurang baiknya pelayanan terhadap tamu yang menginap sehingga menimbulkan banyaknya pendapat negative terhadap ketidakpuasan yang disampaikan oleh tamu hotel melalui guest quick survey, bahwa mereka merasakan kekecewaan terhadap pelayanan hotel selama mereka menginap, sehingga mengakibatkan room occupancy hotel mengalami penurunan pada tahun 2011 sebanyak 7.8% dari 75.7% ke 67.9% Berikut penjelasan mengenai pendapat dari tamu hotel mengenai service yang diberikan melalui Gambar 1.2 guest quick survey.

9 Quick Survey 50% 2010 2011 2012 34% 25% 35% 5% 11% Memuaskan Buruk Sumber : Front Office department Grand Seriti Boutique Hotel Bandung 2012. GAMBAR 1.2 REKAPITULASI QUICK SURVEY GRAND SERITI BOUTIQUE HOTEL BANDUNG TAHUN 2010-2011 Berdasarkan Gambar 1.2 menyajikan data front office departement yang menunjukan hasil rekapitulasi quick survey tentang tanggapan tamu yang menginap selama tahun 2010 sampai 2012 dimana terjadi peningkatan bad comment di tahun 2011 hingga tahun 2012. Sedangkan target hotel untuk pencapaian good comment sebanyak 90% untuk setiap tahunnya belum terealisasikan sepanjang tiga tahun terkahir, hal tersebut memberikan pengaruh yang buruk bagi tingkat hunian hotel, sebab sebagian besar pemasukan Hotel Grand Seriti Boutique Bandung berasal dari penjualan kamar dan meeting room maka tingkat kepuasan tamu hotel yang menginap perlu di control peningkatannya.

10 Hal tersebut dapat memberikan dampak negatif dimana hotel memerlukan biaya oprasional yang besar beserta biaya lainnya, sehingga kondisi seperti ini akan menyebabkan lambatnya perkembangan perusahaan. Biasanya faktor faktor yang dapat mempengaruhi keputusan tamu untuk menginap diantaranya dari segi fasilitas yang ditawarkan, harga, lokasi, serta pelayanan. Berikut gambaran mengenai guest comment summary berdasarkan klasifikasi tamu Grand Seriti Boutique Hotel yang menginap sebagai berikut. GUEST COMMENT SUMMARY Kurang Memuaskan Cukup Memuaskan Memuasakan Family 15% 35% 50% Bisnis 10% 27% 63% Inividu 20% 35% 45% Sumber : Front Office department Grand Seriti Boutique Hotel Bandung 2012. GAMBAR 1.3 GUEST COMMENT SUMMARY GRAND SERITI BOUTIQUE HOTEL TAHUN 2012 Berdasarkan penjelasan Gambar 1.3 di atas bahwa rata-rata pendapat tamu melalui guest comment menyatakan buruk dalam segi fasilitas & service hotel, kebanyakan disampaikan oleh keluhan tamu individu yang mencapai persentase sebanyak 20% yang mengeluhkan tentang kebersihan, dan service hotel. Oleh

11 karena itu Grand Seriti Boutique Hotel perlu meningkatkan service, perbaikan fasilitas, dan kebersihan hotel agar target yang di rencanakan untuk mengurangi tingkat ketidakpuasan pengunjung di tahun berikutnya yang diharapkan maximum mencapai 10% di setiap tahunnya. Menurut Sales & Marketing department Grand Seriti Boutique Hotel Bandung menyatakan bahwa tamu yang menginap sebagian besar merupakan tamu yang sebelumnya memiliki pengalaman menginap di Grand Seriti Boutique Hotel Bandung. Berikut gambar klasifikasi tamu yang menginap di Grand Seriti Boutique Hotel Bandung dapat dilihat pada Tabel berikut. TABEL 1.4 KLASIFIKASI TAMU YANG MENGINAP DI GRAND SERITI BOUTIQUE HOTEL BANDUNG TAHUN 2011 Tahun Bisnis Individu Family 2010 76% 13% 11% 2011 73% 8% 19% Sumber : Sales & Marketing Department GSBH, 2011 Berdasarkan Tabel 1.4 menunjukan bahwa jumlah tamu yang menginap di Grand Seriti Boutique Hotel Bandung kebanyakan merupakan tamu bisnis menginap, dimana tamu bisnis sendiri merupakan tamu yang meggunakan langsung kamar dengan ruang meeting. Sedangkan lainnya merupakan tamu family dengan tujuan seperti, family gathering, wedding, dan lain-lain. Sedangkan tamu individu merupakan tamu yang transit atau singgah yang melakukan kegiatan berwisata.

12 Fokus utama Hotel Grand Seriti Boutique Bandung saaat ini meningkatkan kepuasan tamu individu yang menginap melalui penerapan program service recovery. Terlihat dari tabel 1.4 bahwa tingkat tamu individu yang menginap sangat rendah, diharapkan melalui program service recovery ini dapat mencapai target yang direncanakan di tahun berikutnya. Pada umumnya seorang tamu yang menginap menilai kualitas pelayanan hotel dengan cara membandingkan dengan apa yang telah mereka alami sebelumnya di kelas yang sama. Harapan seorang tamu yang menginap terhadap jasa suatu hotel kebanyakan dipengaruhi oleh pengalaman mereka sebelumnya dengan pesaing dalam industri yang sama. Penelitian mengenai service recovery bukanlah merupakan penelitian yang pertama kali dilakukan, penelitian ini dilakukan dengan mempelajari penelitianpenelitian mengenai service recovery yang telah dikembangkan oleh beberapa penulis sebelumnya. Penelitian terdahulu pada journal service marketing oleh Ah Keng Kau dan Elizabeth Wan Yiun Loh pada tahun 2006 yang berjudul The Effect of Service Recovery on Consumer Satisfaction; a Comparison between Complainants and Non Complainants. Service recovery atau pemulihan jasa sebagai istilah dari usaha-usaha sistematis yang dilakukan perusahaan untuk mengkoreksi permasalahan yang disebabkan oleh service failure atau kegagalan jasa dan untuk mempertahankan pelanggan Lovelock dan Wirtz, (2004).

13 Strategi yang dijalankan oleh Front office Manajer Grand Seriti Boutique Hotel Bandung dalam upaya meningkatkan kepuasan tamu yang menginap dengan menggunakan program service recovery yang difokuskan langsung kepada tamu individu karena memiliki peranan yang cukup besar dalam membentuk suatu opini dalam pengalaman positive pada saat menginap, Sayangnya, tidak peduli berapa banyak waktu yang kita habiskan dalam perencanaannya, tetap perlu dilaksanakan pelatihan terhadap employee, agar lebih siap menghadapi keluhan dari setiap tamu hotel yang merasa kurang puas dengan pelayanan. Hal ini tidak akan selalu seperti yang direncanakan namun, jika kita memiliki pelayanan yang baik di tempat, dengan proses service recovery bisa meningkatkan kesetiaan pada tamu hotel, mereka bahkan akan lebih setia setelah melalui proses service recovery dari pada sebelumnya. Berikut Tabel 1.5 merupakan penjelasan mengenai program service recovery yang dilakukan oleh Grand Seriti Boutique Hotel Bandung.

14 TABEL 1.5 PROGRAM SERVICE RECOVERY GRAND SERITI BOUTIQUE HOTEL BANDUNG NO PROGRAM IMPLEMENTASI 1. Distributive justice Usaha yang dilakukan pihak hotel ketika terjadi kesalahan atau kekurangan dalam pelayanan terhadap tamu hotel seperti melakukan upgrade terhadap jenis kamar menjadi lebih baik, memberi discounts, coupons, refunds, free gift. 2. Procedural Justice Keadilan yang seharusnya diterima oleh tamu hotel, ketika mengajukan komplain tetapi disesuaikan dengan aturan dan kebijakan yang berlaku di hotel. Grand Seriti Boutique Hotel. Melakukan process controling pada setiap keluhan, lalu melakukan decision control setelah menemukan pemicu permasalahan, lalu melakukan accessibility untuk mempermudah process perbaikan pelayanan, pelayanan dengan timing/speed yang telah ditetapkan dalam prosedur hotel, dan flexibility dalam menangani komplain pelanggan. 3. Interactional Justice Dalam program ini hotel memfokuskan pada perlakuan atau respon yang ditunjukan oleh hotel ketika berhadapan dengan tamu hotel yang mengajukan komplain dengan cara explanation terhadap kekurangan/ kesalahan yang membuat tamu tidak puas terhadap pelayanan, honestly dengan meyakinkan bahwa kesalahan pelayanan yang terjadi bukan hal yang sengaja, dan tidak

15 memberikan iming-iming palsu, politeness : manners dalam melayani keluhan tamu, effort : usaha dalam menemukan solusi memecahkan penyelesaian keluhan tamu hotel, dan emphaty : memahami keluhan tamu memberikan rasa kepercayaan kepada tamu komplain. Sumber : Front Office Department GSBH, 2012. Service recovery yang dialakukan perusahaan harus memahami dengan seksama harapan serta kebutuhan pelanggan terlebih dahulu. Dengan demikian, perusahaan dapat meningkatkan kepuasan pelanggan dengan cara maksimum. Pengalaman pelanggan yang menyenangkan dan meminimumkan atau meniadakan pengalaman pelanggan yang kurang menyenangkan ( Tjiptono, 2000, p.54). Service recovery yang dilakukan Grand Seriti Boutique Hotel merupakan sebuah usaha untuk meningkatkan kepuasan tamu individu yang menginap. Kinerja service recovery yang telah diukur oleh Grand Seriti Boutique Hotel melalui quick survey (guest comment) yang diisi oleh tamu sesuai dengan apa yang dirasakan selama menginap di Grand Seriti Boutique Hotel Bandung Sejauh ini sebagian besar dari guest yang menginap menyatakan puas atas pelayanan yang diberikan hotel. Melihat sebuah kesempatan besar untuk perbaikan dan kesempatan untuk menciptakan pengalaman yang luar biasa yang membuat wordof-mouth pemasaran dalam situasi ketika produk dan jasa gagal, jika menggunakan program service recovery sebagai layanan yang canggih di tempat

16 tersebut(sumber:http://www.cxacademy.org/strategies-and-tactics-for-successfulservice-recovery.html diakses 29 oktober 2012). Fenomena yang terlihat adalah jumlah tamu individual yang menginap di Grand Seriti Boutique Hotel masih minimum jumlahnya hanya 8% peningkatan yang kecil untuk pertahunnya. Maka dalam hal ini perlu dilakukannya penelitian mengenai UPAYA MENINGKATKAN KEPUASAN TAMU YANG MENGINAP DI GRAND SERITI BOUTIQUE HOTEL BANDUNG MELALUI PROGRAM SERVICE RECOVERY (Survei Pada Tamu Individu Grand Seriti Boutique Hotel). 1.2 Rumusan Masalah Bedasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana Service recovery di Grand Seriti Boutique Hotel Bandung. 2. Bagaimana gambaran kepuasan tamu yang menginap di Grand Seriti Boutique Hotel Bandung. 3. Seberapa besar pengaruh service recovery terhadap peningkatan kepuasan tamu Grand Seriti Boutique Hotel. 1.3 Tujuan penelitian Berdasarkan rumusan masalah penelitian maka penelitian ini bertujuan untuk memperoleh hasil temuan mengenai :

17 1. Program service recovery pada Grand Sertiti Boutique Hotel Bandung. 2. Upaya meningkatkan kepuasan tamu yang menginap di Grand Sertiti Boutique Hotel Bandung. 3. Pengaruh service recovery terhadap meningkatkan kepuasan tamu yang menginap di Grand Sertiti Boutique Hotel Bandung. 1.4 Kegunaan penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas kajian mengenai ilmu manajemen pemasaran pariwisata, yang dapat dilihat dari kegunaan agademik (teoritik) dan kegunaan praktis (empirik) pengembangan keilmuan. 1.4.1 Kegunaan Teoritis Dapat memberikan masukan ilmu mengenai kepariwisataan pada jurusan Manajemen Pemasaran Pariwisata khususnya Manajemen Pemasaran Perhotelan. Serta dapat memberikan saran bagi peneliti dalam mengembangkan kajian mengenai ilmu pemasaran khususnya mengenai Service Recovery dan Meningkatkan Kepuasan Tamu yang Menginap dalam industri perhotelan. 1.4.2 Kegunaan Praktis 1. Dapat memberikan masukan bagi pihak Grand Seriti Boutique untuk meningkatkan service recovery nya sehinggga meningkatkan kepuasan tamu yang menginap. 2. Menjadikan masukan bagi pihak Grand Seriti Boutique Hotel Bandung untuk meningkatkan kinerja program Grand Seriti Boutique Hotel sebagai program service recovery nya.

18