BAB IV PENUTUP. maka dapat diambil kesimpulan bahwa strategi city branding Yogyakarta

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PENUTUP. pada hasil analisis data dari penelitian tentang Kampung Bahasa sebagai City

2.2.2 Promotion Mix Penelitian Sebelumnya BAB III. METODE PENELITIAN Metode Penelitian Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini media bukan hanya cetak dan elektronik tetapi muncul sebuah

BAB V PENUTUP. konsumen sasaran, menentukan peranan periklanan dan bauran promosi, menunjukkan tujuan dan besarnya anggaran promosi, memilih strategi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Daya tarik wisata sekarang ini, baik wisatawan domestik maupun

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pengolahan dan analisis data dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. tahun ke tahun. Dari tahun wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pertanyaan Wawancara Untuk Public Relations Manager. pendapat anda menanggapi hal tersebut?

BAB V PENUTUP. Middleton dan konsep pengembangan city brand yang relevan dari berbagai

BAB 4 Konsep Desain. Gambaran Umum

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang beroperasi di Indonesia, di satu sisi era globalisasi memperluas

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Dengan semakin meningkatnya penyelenggaraan pariwisata yang

BAB I PENDAHULUAN. daerah. Namun, hal ini menjadi pekerjaan yang tidak mudah bagi kota yang baru

PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN PROVINSI LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. pemasukan bagi negara. Pariwisata memiliki peranan penting dalam membawa

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. usaha hingga mendapatkan pengakuan dan kepercayaan dari masyarakat atau

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Sulawesi Selatan sebagai Tujuan Wisata Utama di Indonesia pada tahun 2018

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kota Surakarta yang sering juga disebut dengan kota Solo

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana suatu kota mengawasi dan mengenalkan wilayahnya serta

BAB IV ANALISIS DATA. wisatawan pasca konflik ini pihak Dinas Pariwisata telah melakukan beberapa

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. DISPARPORA Kabupaten Magelang menggunkan telah menggunakan. delapan langkah strategis milik Kotler, antara lain:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV PENUTUP. Event Yogyakarta Gamelan Festival (YGF) merupakan sebuah event yang

BAB I LATAR BELAKANG. Dilihat dari perkembanganya, industri jasa penyelenggara MICE (meeting,

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara. Terdapat banyak daerah-daerah tujuan di Indonesia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dunia pendidikan di Indonesia tidak dapat lepas dari

BAB I PENDAHULUAN. wisata seperti ini dengan tujuan yang bermacam-macam. mereka bermacam-macam, seperti ingin berwisata ke lokasi pengambilan

Bahkan pada tahun 2012 ini BPS Provinsi DKI Jakarta mengeluarkan data bahwa tingkat penghunian kamar (TPK) hotel berbintang pada bulan April 2012 menc

BAB IV PENUTUP. Bobung dikunjungi oleh wisatawan laki-laki maupun perempuan, sebagian besar

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Investor Relations Pemerintah Kabupaten Kendal

BAB I PENDAHULUAN. devisa negara. Salah satu Visi Pariwisata Indonesia yaitu, industri pariwisata

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan univesitas lainnya. Bina Nusantara selaku universitas swasta yang unggul dan

Bab VI. Penutup. Berdasarkan hasil temuan dan analisis yang telah dipaparkan, menunjukkan bahwa wisata MICE menjadi salah satu wisata yang menjanjikan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata merupakan usaha yang pada umumnya sangat

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi agar membawa dampak optimal untuk organisasi, publik, maupun kepentingan bisnis menuju ke arah yang lebih baik.

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi satu dimensi baru, yaitu Yogyakarta sebagai daerah tujuan wisata.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dengan semakin berkembangnya kegiatan perekonomian dan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi saat ini, industri pariwisata telah menjadi sektor

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak kalah dengan negara lain. Didukung oleh letak wilayah yang strategis,

BAB I. Pendahuluan. I. 1 Latar Belakang

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. tingkat Internasional yang dikenal dengan Tour de Singkarak. (Kompas, 2012 : 2

PROFIL DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA ACEH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. para wisatawan baik domestik maupun mancanegara untuk berkunjung ke negara Indonesia.

BAB III PENYAJIAN DATA. dari indepth interview, observasi dan pengumpulan document

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara kaya akan karya seni budaya. Setiap

BAB V PENUTUP. rumusan masalah. Dalam identifikasi masalah hal yang terkait adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. mutlak diperlukan guna untuk mencapai hasil yang diinginkan.

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata bukanlah industri yang berdiri sendiri, tetapi merupakan suatu

BAB V PENUTUP. telah ditarik kesimpulan mengenai beberapa hal yang dijadikan fokus. penelitian ini. Kesimpulan tersebut meliputi bagaimana strategi

BAB IV PENUTUP. selalu mengalami peningkatan pada tahun Pada tahun kurang dari negara-negara di Eropa seperti Belanda.

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperhatikan kebutuhan dan kepentingan customer. Hal ini bisa

BAB I PENDAHULUAN. mengunjungi daerah-daerah wisata tersebut. dan berpengaruh terhadap perkembangan pariwisata.

DPD ASITA BALI PROGRAM KERJA PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. sementara, tidak bekerja yang sifatnya menghasilkan upah, dilakukan perorangan

LAMPIRAN 1 : TRANSKRIP WAWANCARA. Jabatan : President Director, Prominent Public Relations

BAB I PENDAHULUAN. dalam rutinitasnya membuat kegiatan berwisata menjadi kebutuhan yang penting

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 1. Pelaksanaan place branding yang dilakukan Pemda Kabupaten Purwakarta,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia selama lima tahun terakhir. Pada tahun 2015 lalu, sektor pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Citra dan reputasi perusahaan, erat kaitannya dengan aktivitas-aktivitas

BAB V KESIMPULAN. Bab ini membahas mengenai kesimpulan dari pembahasan pada bab

Bab I PENDAHULUAN. panorama dan customer haruslah dibina terus menerus. Panorama menyadari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan daerah maupun bagi devisa negara, bahkan negara-negara maju

BAB I PENDAHULUAN. kaya akan kekayaan alam yang indah dan keanekaragaman jenis flora dan fauna

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV PENUTUP. 1.1 Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan perekonomian bangsa dan peningkatan kesejahteraan masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai macam kebudayaan, agama, suku yang berbeda-beda, dan kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. GAMBAR 1.1 Ganesha Mocktail Cafe Bandung Sumber: Dokumen Ganesha Mocktail Cafe, 2017.

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Dalam kondisi ini, para pemimpin pasar telah mencitrakan dirinya sendiri

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Di era globalisasi informasi saat ini, keberadaan informasi menjadi hal

2. AGUNG ( Wakil sekaligus Tim Promosi ) 1. Apa Tujuan Kampung Wisata Inggris Melakukan Promosi?

BAB I PENDAHULUAN. wisata utama di Indonesia. Yogyakarta sebagai kota wisata yang berbasis budaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewan Perjalanan dan Wisata Dunia (World Travel and Tourism Council) angka

BAB V PENUTUP. 1. Citra Sport Event signifikan mempengaruhi Citra Destinasi wisatawan. terhadap Citra Destinasi di Puncak Lawang tersebut.

BAB II TINJAUAN UMUM PROMOSI KEPARIWISATAAN. 2.1 Pengertian Pariwisata,Wisatawan, Kepariwisataan, dan Kegiatan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. makanan di luar rumah. Kegiatan makan di luar rumah bersama teman dan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. Bila sakitnya ringan, cukup membeli obat di warung, bisa sembuh kembali. 1

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. akurat yang diperlukan, melakukan wawancara mendalam dengan key informan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Badan Pusat Statistik, Kementrian Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif, Survey Pengeluaran Wisatawan Mancanegara, 2015.

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Sales and Marketing

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia.Pengelolaan dan pengembangan pariwisata harus dilanjutkan dan

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata yang mungkin kiranya kita sebagai warga negara Indonesia patut untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara.

Transkripsi:

BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan paparan data dan hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa strategi city branding Yogyakarta sebagai kota budaya melalui event budaya yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan DIY, melalui event Festifal Kesenian Yogyakarta (FKY), ArtJog, Yogyakarta Gamelan Festifal (YGF) memiliki pengaruh yang signifikan dalam strategi city branding yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan DIY. Dalam pembentukan city branding, Yogyakarta sudah memenuhi kriteria yang dingkapkan dalam delapan langkah dalam pengembangan City branding oleh CEOs for city dalam penelitian Branding your city yaitu, menentukan tujuan, menentukan target audien, mengidentifikasi citra, mengatur identitas branding, mengembangkan positioning, membuat strategi untuk target sasaran, menjalankan strategi, mengukur keberhasilan. Strategi City branding Jogja dilakukan dengan beberapa kegiatan yaitu dengan menggelar event betemakan kebudayaan tahunan terbesar yang difasilitasi oleh Dinas Kebudayaan DIY bertaraf internasional dan nasional. Hal ini terbukti dari tahun 2015-2016 Dinas Kebudayaan DIY sudah mengadakan kurang lebih 67 cultual event. Dengan event tahunan terbesar yaitu FKY, ArtJog, dan YGF. Dimana event-event tersebut selalu 188

memiliki daya tarik untuk menarik pengunjung domestik maupun mancanegara. Penyelenggaraan event Festifal Kesenian Yogyakarta (FKY) sebagai sebuah event ini me rupakan salah satu bentuk komunikasi dalam kegiatan city branding sebagai kota budaya karena jadi secara tidak langsung promosi kebudayaan baik dari Indonesia khususnya DIY bisa dikenal oleh wisatawan luar negeri dapat bertemu dan saling mengenal kebudayaan satu sama lain. Untuk Event Yogyakarta Gamelan Festifal (YGF) event ini adalah untuk menumbuh kembangkan musik gamelan ke ranah nasional dan internasional. Penyelenggaraan event ini mendapat perhatian dari berapa negara yang kemudian mengutus perwakilannya dalam event YGF dengan cara ini dapat sekaligus mengenalkan city branding Jogja sebagai Kota budaya ke ranah internasional. Sama dengan event ArtJog yang merepresentasikan Jogja sebagai kota yang marketable. Dengan demikian, Jogja memiliki fungsi. sebagai usaha mematenkan seni secara budaya dan meneguhkan brand.yang memperkenalkan kebudayaan Jogja ke ranah nasional dan internasional. Strategi city branding yang digunakan Dinas Kebudayaan DIY dalam membentuk Jogja sebagai kota budaya melalui event-event budaya seperti FKY, YGF dan ArtJog, namun dalam pelaksanaan strategi tersebut Dinas Kebudayaan DIY tidak hanya menggunakan event sebagai satusatunya cara. Seperti yang dikatakan Kavaratzis branding dapat dikomunikasikan melalui 3 cara yaitu: Primary Communication (melalui 189

event, visi kota dan kualitas layanan), Secondary Communication (advertising, PR, Logo, Slogan) dan Tertiary Communication (Word of Mouth), dimana Dinas Kebudayan DIY menggunakan dengan kedua cara yaitu melalui Primary Communication melalui event, kualitas layanan dan Visi, tidak hanya itu Dinas Kebudayaan juga menggunakan Secondary Communication melalui iklan di media cetak dan elektonik serta kegiatan Public Relations. Sedangkan Dinas Kebudayaan tidak menggunakan Tertiary Communication dimana konsep ini melibatkan media dan stakeholder sebagai pihak ketiga untuk membentuk city branding Jogja. B. SARAN Bersadarkan penelitian yan ditelah dilakukan oleh peneliti, maka peneliti mengajukan beberapa saran untuk pihak Dinas Kebudayaan DIY selaku pelaksana city branding pada penelitian ini, berikut saran yang bisa peneliti sajikan: 1. Dinas Kebudayaan DIY perlu mengembangkan strategi city branding melalui konsep tertiary communication, karena dengan memanfaatkan pihak ketiga seperti media dan stakeholder juga efektif untuk membranding sebuah kota seperti melalui liputan-liputan media yang akan membuat Jogja lebih dikenal dan melalui stakeholder seperti hotel-hotel, tour and travel, pelaku bisnis dll yang secara tidak langsung mempromosikan branding Jogja. Karena pihak-pihak tersebut adalah pihak yang memiliki hubungan dengan calon-calon wisatawan jadi dengan adanya hubungan baik dengan media dan 190

stakeholder upaya branding akan lebih efektif. Dari hasil yang didapatkan di lapangan Dinas kebudayaan DIY dan Pemerintahan DIY bukan satu-satunya alat untuk mempromosikan city branding, maka dari itu perlu adanya sinergi antara pihak ketiga agar lebih efektif. 2. Memperluas kegiatan promosi dan penyebaran informasi melalui media cetak dan elektronik, untuk saat ini Dinas Kebudayaan DIY masih berorientasi pada media-media lokal, yang jangkauan nya hanya disekitaran DIY dan Jateng. Hal tersebut dirasa kurang efektif untuk mempromosikan Jogja. Maka dari itu perlu adanya melakukan iklan terutama melalui media elektronik yang memiliki jangkauan nasional maupun international sehingga Jogja dapat dikenal oleh masyarakat luas terutama mancanegara. Selama ini kegiatan promosi masih belum maksimal di media elektronik dan promosi harus ditingkatkan lagi karena promosi merupakan bagian dari pencapaian tujuan dari city branding Jogja. Selain untuk menarik kunjungan wisatawan ke Jogja, promosi melalui media elektronik seperti memanfaatkan website akan menarik minat investor untuk menjalin kerjasama bisnis. 3. Strategi promosi melalui website juga perlu dikembangkan, Dinas Kebudayaan DIY masih menggunakan bahasa Indonesia dalam website terebut, untuk mancapai sasaran wisatawan mancanegara tentunya itu tidak efektif, maka dari itu, dengan website yang menggunakan dua bahasa, bahasa inggris dan indonesia, akan lebih efektif dalam mencapai target sasaran wisatawan mancanegara. 191

4. Perlu adanya dilakukan evaluasi dalam bentuk kuisioner ataupun wawancara pihak terkait untuk menilai keberhasilan sebuah program terhadap event-event yang difasilitasi dan diselenggarakan Dinas Kebudayaan DIY, seperti tanggapan masyarakat, seberapa kuat peliputan media yang meliput serta berapa banyak media yang datang untuk meliput. Dengan hal-hal tersebut bisa menjadi acuan untuk menyenggarakan event-event yang lebih baik di tahun berikutnya. Karena saat ini Dinas Kebudayaan DIY tidak melakukan evaluasi mendalam terhadap event-event yang telah diselenggarakan, hanya sebatas hitungan kasar yang tidak diolah menjadi data dalam menilai sebuah keberhasilan program tersebut. Selain evaluasi terhadap eventevent, Dinas kebudayaan DIY juga tidak memiliki acuan untuk melakukan evaluasi terhadap keberhasilan city branding Jogja sebagai kota budaya. 5. Dinas Kebudayaan DIY perlu meningkatkan event-event secara keseluruhan dan merata, karena selama ini event yang ditingkatkan hanya event besar yang itu-itu saja, sedangkan ada sekitar 30 event setiap tahunnya yang diselenggarakan oleh Disbud DIY dari ke 30 event tersebut hanya ada beberapa event yang direncanakan dengan serius sehingga adanya ketidakmerataan kualitas event budaya yang diselenggarakan Disbud DIY, selain itu Disbud DIY membutuhkan perencanaan event yang operasional dimana adanya perencanaan yang 192

matang dengan waktu yang longgar sehingga event tidak terlihat sama seperti tahun sebelumnya. 6. Untuk peneliti selanjutnya, bisa mengembangkan seberapa efektif strategi city branding dalam mengembangkan Jogja dengan objek dan sudut pandang yang berbeda sehingga bisa menambah wawasan tentang kajian city branding. 193