PENYELIDIKAN GEOMAGNETIK DI DAERAH PANAS BUMI KANAN TEDONG DI DESA PINCARA KECAMATAN MASAMBA KABUPATEN LUWU UTARA PROPINSI SULAWESI SELATAN

dokumen-dokumen yang mirip
PENELITIAN GEOMAGNETIK DI DAERAH PANAS BUMI LOMPIO KECAMATAN SIRENJA KABUPATEN DONGGALA PROPINSI SULAWESI TENGAH. Oleh : Imanuel Musa Foeh

PENYELIDIKAN MAGNET DAERAH PANAS BUMI AKESAHU PULAU TIDORE, PROVINSI MALUKU UTARA. Oleh Liliek Rihardiana Rosli

Sari. Penyelidikan Geolistrik Tahanan Jenis di Daerah Panas Bumi Pincara, Kabupaten Masamba Sulawesi Selatan

SURVEY GEOMAGNET DI DAERAH PANAS BUMI SONGA-WAYAUA, KABUPATEN HALMAHERA SELATAN, MALUKU UTARA. Eddy Sumardi, Timor Situmorang

Pemodelan Sistem Geothermal Berdasarkan Data Geolistrik Kabupaten Masamba Sulawesi Selatan

3. HASIL PENYELIDIKAN

SURVEI GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PERMIS, KABUPATEN BANGKA SELATAN PROVINSI BANGKA BELITUNG

SURVEY GEOLISTRIK DI DAERAH PANAS BUMI KAMPALA KABUPATEN SINJAI SULAWESI SELATAN

PENYELIDIKAN GEOFISIKA DI DAERAH GUNUNG RAWAN, KECAMATAN SEKAYAM, KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. banyak terkait oleh mineralisasi endapan hidrotermal-magmatik. Dalam berbagai

PEMODELAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH SUMBER AIR PANAS SONGGORITI KOTA BATU BERDASARKAN DATA GEOMAGNETIK

SURVEI MAGNETOTELURIK DAERAH PANAS BUMI MARANA KABUPATEN DONGGALA, SULAWESI TENGAH. Oleh: Asep Sugianto 1) dan Suwahyadi 2)

Kata kunci: Bukitbakar, Ulurabau, Solok, geomagnetik, anomali, gamma

Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014

STUDI ZONA MINERALISASI EMAS MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET DI DESA SILIWANGA KECAMATAN LORE PEORE KABUPATEN POSO

Survei Polarisasi Terimbas (IP) Dan Geomagnet Daerah Parit Tebu Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka-Belitung

V. HASIL DAN INTERPRETASI. panas bumi daerah penelitian, kemudian data yang diperoleh diolah dengan

PENYELIDIKAN GAYA BERAT DI DAERAH PANAS BUMI TAMBU, KABUPATEN DONGGALA, PROPINSI SULAWESI TENGAH

SURVEI MAGNETOTELURIK DAN GAYA BERAT DAERAH PANAS BUMI LILLI-MATANGNGA KABUPATEN POLEWALI MANDAR, PROVINSI SULAWESI BARAT

SURVEI GEOFISIKA TERPADU AUDIO MAGNETOTELIK DAN GAYA BERAT DAERAH PANAS BUMI KALOY KABUPATEN ACEH TAMIANG, PROVINSI ACEH

Penyelidikan Geolistrik Tahanan Jenis di Daerah Panas Bumi Pincara, Kabupaten Masamba Sulawesi Selatan. Oleh: Edi Suhanto dan Bakrun

PENYELIDIKAN GEOMAGNET DAERAH PANAS BUMI MASSEPE, KAB. SINDENDRENG RAPPANG (SIDRAP), PROV. SULAWESI SELATAN

PENYELIDIKAN GAYA BERAT DAERAH PANAS BUMI PINCARA KABUPATEN LUWU UTARA, PROPINSI SULAWESI SELATAN

Karakterisasi Panasbumi di Sumber Air Panas dengan Menggunakan Metode Geomagnet (Studi Kasus: Sumber Air Panas Panggo Kabupaten Sinjai)

PENERAPAN METODA TIE-LINE LEVELLING PADA DATA MAGNET LAPANGAN SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI KOREKSI HARIAN

PENYELIDIKAN GAYA BERAT DAERAH PANAS BUMI LOMPIO, KABUPATEN DONGGALA, PROPINSI SULAWESI TENGAH

3. HASIL PENYELIDIKAN

IDENTIFIKASI SEBARAN BIJI BESI DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET DI DAERAH GUNUNG MELATI KABUPATEN TANAH LAUT

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengambilan data dipusatkan di kawasan Gunung Peben Pulau Belitung. Untuk

Survei Magnetotellurik (MT) dan Time Domain Electro Magnetic (TDEM) Daerah Panas Bumi Lainea, Provinsi Sulawesi Tenggara

SURVEI GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PARIANGAN, KABUPATEN TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT

INTRUSI VULKANIK DI PERAIRAN SEKOTONG LOMBOK BARAT

Manifestasi Panas Bumi Gradien Geothermal Eksplorasi Panas Bumi Analisis Geologi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Gambar 4.1. Peta penyebaran pengukuran gaya berat daerah panas bumi tambu

IDENTIFIKASI JALUR SESAR MINOR GRINDULU BERDASARKAN DATA ANOMALI MEDAN MAGNET

PENENTUAN POSISI SUMBER PROSPEK PANAS BUMI BERDASARKAN DATA ANOMALI MAGNETDI DAERAH AKESAHU, PULAU TIDORE, MALUKU UTARA

SURVEI GEOFISIKA TERPADU (AUDIO MAGNETOTELURIK DAN GAYA BERAT) DAERAH PANAS BUMI MALINGPING KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN

Program Studi Geofisika Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin SARI BACAAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Interpretasi Kualitatif Anomali Magnetik di Daerah Semburan Gas

BAB III METODE PENELITIAN

PROSPEKSI ENDAPAN BATUBARA DI DAERAH KELUMPANG DAN SEKITARNYA KABUPATEN MAMUJU, PROPINSI SULAWESI SELATAN

PENYELIDIKAN BIJIH BESI DENGAN METODE GEOMAGNET DAN GEOLISTRIK

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN SUMBA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

IDENTIFIKASI RESERVOAR DAERAH PANASBUMI DENGAN METODE GEOMAGNETIK DAERAH BLAWAN KECAMATAN SEMPOL KABUPATEN BONDOWOSO

Kata kunci : Metode geomagnet, Mineral Sulfida, Foward Modeling, Disseminated.

BAB 4 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DAN HEAD-ON DAERAH PANAS BUMI SEMBALUN, KABUPATEN LOMBOK TIMUR - NTB

Kata kunci: Metode geomagnetik, bendungan Karangkates (Lahor-Sutami), jenis batuan

SURVEI POLARISASI TERIMBAS (IP) DAN GEOMAGNET DAERAH TELUK SANTONG UTARA, KECAMATAN PLAMPANG KABUPATEN SUMBAWA, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10

Survei Terpadu AMT dan Gaya Berat daerah panas bumi Kadidia Selatan, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah

Bab III Geologi Daerah Penelitian

IDENTIFIKASI STRUKTUR PADA PROFIL MAGNET TOTAL DAN SEISMIK DANGKAL DI PERAIRAN TANJUNG SELOR KALIMANTAN TIMUR

SURVEI MAGNETOTELURIK DAERAH PANAS BUMI WAY SELABUNG KABUPATEN OKU SELATAN, SUMATERA SELATAN. Oleh: Asep Sugianto dan Yudi Aziz Muttaqin

Penyelidikan Geolistrik Schlumberger di Daerah Panas Bumi Jaboi Kota Sabang, Provinsi Nangroe Aceh Darussalam

Jurnal Einstein 3 (1) (2015): 1-8. Jurnal Einstein. Available online

BAB II GEOMORFOLOGI 2. 1 Fisiografi Regional Jawa Tengah

Teori Dasar GAYA MAGNETIK. Jika dua buah benda atau kutub magnetik terpisah pada jarak r dan muatannya masing-masing m 1. dan m 2

EKSPLORASI BIJIH BESI DENGAN METODE DIPOLE-DIPOLE DAN GEOMAGNET DI WILAYAH GANTUNG, KABUPATEN BLITUNG TIMUR, PROVINSI BLITUNG

ANALISIS DISTRIBUSI ANOMALI MEDAN MAGNET TOTAL DI AREA MANIFESTASI PANASBUMI TULEHU

Teori Dasar GAYA MAGNETIK : (F) Jika dua buah benda atau kutub magnetik terpisah pada jarak r dan muatannya masing-masing m 1.

BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

SURVEI TERPADU GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIC (AMT) DAERAH PANAS BUMI DOLOK MARAWA, KABUPATEN SIMALUNGUN PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Identifikasi Sesar di Perairan Misool, Papua Barat dengan Menggunakan Metode Magnetik Nur Novita Sari a, Okto Ivansyah b, Joko Sampurno a*

BAB I PENDAHULUAN. Posisi Kepulauan Indonesia yang terletak pada pertemuan antara tiga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

POTENSI BAHAN GALIAN GRANIT DAERAH KABUPATEN TOLITOLI PROVINSI SULAWESI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Utara secara geografis terletak pada 1ºLintang Utara - 4º Lintang Utara dan 98 Bujur Timur Bujur

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

SURVEI MAGNETOTELURIK (MT) DAERAH PANAS BUMI SUMANI, PROVINSI SUMATERA BARAT

SURVEI MAGNETOTELURIK DAN TDEM DAERAH PANAS BUMI KADIDIA KADIDIA SELATAN, KABUPATEN SIGI, PROVINSI SULAWESI TENGAH

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daerah Wai Selabung secara administratif termasuk ke dalam wilayah

KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH

Identifikasi Sistem Panas Bumi Di Desa Masaingi Dengan Menggunakan Metode Geolistrik

Physics Communication

PENYELIDIKAN GEOMAGNET DAERAH PANAS BUMI RIA-RIA SIPOHOLON, TARUTUNG, TAPANULI UTARA SUMATRA UTARA Oleh: Timoer Situmorang

SURVEI MAGNETOTELLURIK DAERAH PANAS BUMI LIMBONG KABUPATEN LUWU UTARA, SULAWESI SELATAN. Oleh: Wiwid Joni 1), Muhammad Kholid 1)

APLIKASI METODA GEOFISIKA DALAM EKSPLORASI MINERAL LOGAM DAN BATUBARA. Oleh : Budhi Priatna Sub Dit. Geofisika dan Pemboran Eksplorasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Triantara Nugraha, 2015

SURVEI MAGNETOTELLURIK (MT) DAN TIME DOMAIN ELEKTROMAGNETIK (TDEM) DAERAH PANAS BUMI PARIANGAN, KABUPATEN TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT

Identifikasi Benda-Benda Megalit Dengan Menggunakan Metode Geomagnet di Situs Pokekea Kecamatan Lore Tengah Kabupaten Poso

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DAN HEAD ON DI DAERAH PANAS BUMI SAMPURAGA, MANDAILING NATAL SUMATERA UTARA

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus

SURVEI MAGNETOTELURIK DAN TDEM DAERAH PANAS BUMI WAY SELABUNG KABUPATEN OKU SELATAN, PROVINSI SUMATERA SELATAN

PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DI DAERAH PANAS BUMI SONGA WAYAUA, KABUPATEN HALMAHERA SELATAN, PROVINSI MALUKU UTARA

PENERAPAN METODA GEOMAGNET DALAM PENDUGAAN POTENSI LATERIT BIJIH BESI DI PANGALASIANG DONGGALA

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Pendugaan Struktur Bawah Permukaan Daerah Prospek Panas Bumi Gunungapi Hulu Lais Lereng Utara dengan Menggunakan Metode Magnetik

PENENTUAN BATAS KONTAK BATUAN GUNUNG PENDUL DAN GUNUNG SEMANGU, BAYAT, KLATEN MENGGUNAKAN METODA MAGNETIK

III.3 Interpretasi Perkembangan Cekungan Berdasarkan Peta Isokron Seperti telah disebutkan pada sub bab sebelumnya bahwa peta isokron digunakan untuk

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit.

POSITRON, Vol. IV, No. 1 (2014), Hal ISSN :

Identifikasi Struktur Lapisan Bawah Permukaan Daerah Manifestasi Emas Dengan Menggunakan Metode Magnetik Di Papandayan Garut Jawa Barat

Transkripsi:

PENYELIDIKAN GEOMAGNETIK DI DAERAH PANAS BUMI KANAN TEDONG DI DESA PINCARA KECAMATAN MASAMBA KABUPATEN LUWU UTARA PROPINSI SULAWESI SELATAN Oleh : Imanuel Musa Foeh, Lilirk Rihardiana Rosli SARI Lokasi daerah penelitian secara geografis terletak pada koordinat utm antara 2 me 214 me dan 9728 mn 9714 mn, secara administrasip termasuk kedalam wilayah daerah kecamatan Masamba, terletak 1 km dari Ibu Kota Masamba, Kabupaten Luwu Utara kearah Utara atau Timurlaut. Luas lokasi daerah penelitian 12 x 14 km, di Utara di batasi oleh Desa Salu Tolombo, di Selatan di batasi oleh Desa Tondoktua,, di di batasi oleh Desa Balakala,di Barat di batasi oleh Desa Buttu Tariwan dan di Timurlaut di batasi oleh Desa Kalukum. Sedangkan dibagian tengah daerah penelitian meliputi Desa Pincara,Desa Karawak, Desa Taliasa,Desa Sepakat, Desa Lantang Talang dan Desa Kaluku. Pendataan intenitas magnet dilakukan dengan menggunakan 2 set perangkat magnetometer tipe G-856 dengan keteltian.1 nt (gamma). Satu alat dipergunakan untuk pengambilan data lapangan dan satu alat lainnya dipergunakan untuk pengambilan data variasi harian. Pengamatan cara magnet ditekankan pada daerah batuan intrusi-terobosan ( batuan granit, granodiorit dan andesit ) yang mempunyai kandungan magnetitnya rendah sampai tinggi, sehingga efektivitas metoda ini bergantung pada kontras magnetik di bawah permukaan. Sedangkan sasaran yang ingin dicapai adalah untuk mendapatkan informasi geologi bawah permukaan dan struktur yang berkaitan dengan panas bumi dan sekaligus melokalisir daerah anomali magnetik rendah akibat adanya batuan yang telah mengalami demagnetisasi, karena panas sangat terkait dalam alterasi hidrothermal. Dari hasil penelitian magnet diperoleh nilai anomali kemagnitan negatip dan positip yang cukup bervariasi anomali negatip berkisar antara - 1 nt sampai dengan - 462 nt dan anomali positip berkisar antara + 14 nt sampai dengan + 445 nt. Dari hasil penafsiran data magnet yang digambarkan dalam bentuk profil anomali magnet dan Peta anomali magnet total diperoleh tiga kelompok anomali magnet yaitu anomali magnet > 5 nt ditafsirkan sebagai batuan bersifat kemagnitan tinggi,anomali magnet 5 nt ditafsirkan sebagai batuan bersifat sedang dan anomali magnet < - nt, ditafsikan sebagai batuan yang bersifat nonmagnetik,diperkirakan batuannya telah mengalami demagnetisasi akibat panas dan di duga mempunyai kaitan dengan munculnya manifestasi di daerah Pincara. 1. PENDAHULUAN Penelitian magnet yang dilakukan di daerah panas bumi di Desa Pincara, Kecamatan Masamba, Kabupaten Luwu Utara, Propinsi Sulawesi Selatan. Penelitian cara magnet ditekankan pada daerah batuan intrusi terobosan ( granit/granodiorit dan batuan breksi -andesit ) yang secara geologi di perkirakan batuannya berumur Paleosen sampai Miosen Atas. Sedangkan sasaran utama dari penelitian magnetik adalah untuk mendapatkan data geologi bawah permukaan, struktur sesar yang berkaitan dengan manifestasi panas bumi di daerah penelitian dan sekaligus untuk melokalisir daerah anomali magnetik rendah(low magnetic anomaly) yang diperkirakan berkaitan erat dengan manifestasi panas bumi di daerah tersebut. Pengambilan data lapangan magnet di lakukan dengan menggunakan 2 set alat magnetometer tipe G- 856 dengan ketelitian.1 nt, yang digunakan sebagai pengukuran variasi harian dan pengambilan data di lapangan. Data intensitas magnet total diperoleh dari pencatatan langsung secara numeric dengan harga IGRF = 4229 nt, Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Subdit Panas Bumi 25 2-1

yang digunakan sebagai dasar perhitungan data anomali magnet di daerah penelitian. I.1. Maksud dan Tujuan Maksud dari penelitian dengan metoda magnet adalah untuk mengetahui variasi susceptibilitas magnetik batuan bawah permukaan. Dan tujuannya adalah untuk mengeinventarisasi potensi panas bumi, menentukan prospek atau tidaknya daerah penelitian tersebut berdasarkan data geomagnetik Penetrapan metoda magnet ini dalam eksplorasi panas bumi dapat digunakan untuk mendeteksi adanya zone-zone demagnetisasi batuan akibat alterasi hidrothermal, stuktur geologi, seperti intrusi dan sesar, yang mempunyai kaitan dengan manifestasi panas bumi ( mata air panas) di daerah Kanan Tedong Pincara. I.2. Lokasi Daerah Penelitian Lokasi daerah penelitian panas bumi Kanan Tedong terletak di Desa Pincara, secara utm, terletak pada posisi antara 2 me 214 me dan 9728 mn 9714 mn. Sedangkan secara administratip termasuk wilayah daerah panas bumi Kanan Tedong di Desa Pincara, Kecamatan Masamba, Kabupaten Luwu Utara, Propinsi Sulawesi Selatan. Kurang lebih 1 km dari Ibu kota Kabupaten Masamba kearah Utara - Timurlaut. Dengan luas areal penelitian kurang lebih 12 Km x 14 Km. I.3. Geomorfologi, Geologi dan Struktur 1.3.1. Geomorfologi Dari peta topografi daerah penelitian dapat dibagi menjadi 3 satuan morfologi, morfologi perbukitan dengan ketinggian lebih dari 2 meter diatas permukaan laut terletak dibagiantimurlaut-timur dan Sebagian dibagian. Morfologi perbukitan bergelombang dengan ketinggian meter 2 meter yang terlihat dibagian Tengah dan Barat dan morfologi pedataran dengan ketinngian meter - meter yang terlihat di bagian Tengah dan Selatan daerah penelitian. I.3.2. Geologi Umum Berdasarkan peta geologi lembar Malili ( Simanjuntak, dkk,1991), sekala 1 : 25., geologi umum daerah penelitian dapat dibagi kedalam 5 satuan formasi yaitu : Formasi Latimojong ( Kls), batuannya terdiri dari batusabak,filit,kuarsit,batugamping dan batulanau dengan sisipan konglomerat. Satuan batuan gunungapi Lamas(Tplv) batuannya terdiri dari lava,basalt breksi gunungapi,tufa dan andesit. Formasi Bonebone (Tmpb) batuannnya terdiri dari batupasir,konglomerat,napal dan lempung tufaan. Granit Kambuno (Tpkg) batuaanya terdiri dari granit,granodiorit dan sekis ( batuan terobosan Granit,granodiorit) dan batuan Alluvium (Qal) terdiri dari lumpur,lempung,pasir,kerikil dan kerakal. Dari hasil pengamatan lapangan (geologi ringkas) daerah penelitian secara garis besar batuannya terdiri dari, batuan sedimen, alluvium, granit, granodiorit,diorit, batuan lava, breksi dan andesit. Batuan intrusi berupa granit dan granodiorit ( berumur miosen atas) dan batuan lava, breksi dan andesit ( berumur paleosen). Sedangkan dari hasil pengamatan geologi lapangan batuan didaerah penelitian didominasi oleh batuan granit dan granodiorit ( batuan granitik), batuan lava, batuan breksi, batuan sedimen dan satuan batuan aluvium yang menempati bagian selatan daerah penelitian. 1.3.3. Struktur Secara regional struktur geologi daerah penelitian termasuk dalam sistim lajur sesar Palu yang umumnya berarah Utara ( Sukamto,dkk, 1973 ). Dari pengamatan lapangan kenampakan berupa sesar sesar aktif dan terdapatnya mataair panas yang muncul kepermukaan. Struktur sesar yang terdapat didaerah penelitian adalah sesar mendatar dan sesar normal, yang berarah Tenggara dan hampir Utara Selatan. Kelurusannya berarah hampir Utara - Selatan. Kenampakan manifestasi mataair panas Kanan Tedong di Desa Pincara terdapat pada batuan terobosan granit-granodiorit dan batuan andesit. Mataair panas Kanan Tedong Pincara yang Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Subdit Panas Bumi 25 2-2

muncul kepermukaan terdapat pada batuan granit,granodiorit dan andesit, dengan haraga kemagnitan rendah sampai tinggi dan mempunyai suhu kurang lebih 85 Celsius. 1.3.4. Teori Dasar Penelitian magnet adalah pengukuran intensitas dari medan magnetik bumi, sedangkan anomali yang didapat adalah merupakan hasil dari distorsi pada medan magnetik yang di akibatkan oleh material magnetik dari kerak bumi. Intensitas dari anomali induksi sangat tergantung pada kerentanan batuan ( susceptibilitas) magnetik dan magnetisasi medan magnit. Anomali magnit yang dihasilkan tergantung pada geometri dan sifat-sifat magnetik dari batuan dan arah dari intensitas medan magnetik bumi. Pengukuran kerentanan magnit (susceptibilitas) batuan merupakan ukuran kemampuan dari suatu batuan untuk mengetahui kandungan magnetisasi didalam batuan itu pada waktu ada medan magnetik bumi. Dimana batuan yang termagnetisasi ditentukan oleh kerentanan magnetik, di dapat didefinisikan sebagai berikut : Mi = K x H, dimana : Mi, adalah intensitas magnetik H, adalah kuat medan magnetik bumi ( konstanta) dan K, adalah kerentanan magnet ( susceptibilitas) batuan dalam cgs, sehingga intensitas magnetik( Mi ) sangat tergantung pada K yaitu kerentanan magnetik batuannya( susceptibilitas batuannya). II. HASIL ANALISA DAN EVALUASI DATA LAPANGAN 2.1. Data Hasil Pengukuran Lapangan Pengambilan data magnet didaerah Manifestasi panas bumi Pincara, telah terdata sebanyak 7 lintasan ( lintasan A,B,C,D,E, F dan G ) dengan panjang lintasan bervariasi yaitu : Lintasan A dibuat sepanjang 6 m,lintasan B 7 m, lintasan C 8 m, lintasan D 8 m, lintasan E 8 m, lintasan F 8 m dan lintasan G 8 m. Panjang lintasan di buat berdasarkan data geologi, dan arah struktur sesar, dengan arah lintasan Timurlaut. Dari hasil pengukuran telah dialokasikan sebanyak 272 titik ukur magnet, dengan rincian 22 titik ukur dari 7 lintasan dengan jarak ukur 25 m dan 7 titik ukur regional dengan jarak 5 m, sedangkan jarak antara lintasan adalah m. Hasil pengukuran magnet ditampilkan berupa penampang anomali magnet ( gambar 1 sampai dengan gambar 7) dan peta anomali magnet total ( gambar 8 ). 2.2 Analisa Dan Evaluasi Data Hasil Penelitian Lapangan Analisis dan Evaluasi data magnet hasil pengukuran lapangan ditampilkan berupa gambar penampang anomali magnet dari lintasan A sampai dengan Lintasan G ( 7 lintasan ) dan gambar peta anomali magnet total, yang bertujuan untuk mendapatkan harga anomali rendah dan tinggi di bawah permukaan berdasarkan sifat kemagnetan batuan. Kemudian selanjutnya dilakukan evaluasi untuk mendapatkan kelurusan-kelurusan dari struktur geologi yang akan di jadikan bahan pertimbangan dalam melakukan penafsiran interpretasi. 2.3. Penampang Anomali Magnet Besarnya anomali magnet total pada daerah penelitian umumnya menunjukan kontras harga yang sedang, berkisar antara + 14 nt sampai + 445 nt dan - 1 nt sampai - 462 nt, sebarannya digambarkan pada peta isomagnetik dengan interval kontur 25 nt yang ditunjukan pada gambar 8. Intensitas magnet total cukup bervariasi memperlihatkan kecenderungan melemah harga anomali magnetnya dibagian Utara, Tengah, Selatan dan Baratdaya daerah penelitian, sedangkan pada beberapa tempat di bagian dan Tenggara harga anomali magnetnya menaik seperti pada lintasan B, C,D, E, F dan lintasan G. Harga anomali magnet rendah dan sedang yang terdapat di bagian Utara,Tengah, Baratdaya dan Selatan daerah penelitian diperkirakan mempunyai Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Subdit Panas Bumi 25 2-3

hubungan keterkaitan dengan munculnya manifestasi panas bumi di daerah Pincara. Pada beberapa tempat anomali magnet memperlihatkan variasi harga naik turun, terutama pada daerah adanya manifestasi panas bumi dan zona-zona struktur sesar yang arahnya bervariasi. 2.4. Penampang Anomali Magnet Lintasan A Dari penampang magnet lintasan A yang diukur sepanjang 6 m ( gambar 1), harga kemagnitannya tidak begitu bervariasi 15 nt sampai + 52 nt, yang terlihat dari titik A - A6. Anomali magnet negatip -15 nt sampai 65 nt, terlihat hanya di bagian Tengah daerah penelitian dan ditafsirkan berupa batuan (granit lapuk dan batuan sedimen ) yang batuannya tidak bersifat magnetik ( nonmagnetik) yang terdapat disekitar titik A3 - A5. Sedangkan harga kemagnitan positip + 17 nt sampai + 52 nt yang terdapat di bagian dan Timurlaut antara titik A/ - A3 dan titik A5 - A575 ditafsirkan sebagai batuan granit yang bersifat kemagnitan sedang..secara umum harga anomali magnet pada lintasan A tidak terlalu kontras, diperkirakan ada struktur sesar yang berarah hampir Utara Selatan atau Timurlaut- Baratdaya dan Tenggara. Anomali magnet rendah dan sedang yang terdapat di daerah penelitian diperkirakan mempunyai kaitan dengan struktur sesar yang terdapat di sekitar titik A3 dan A5. PROFIL ANOMALI MAGNET LINTASAN A DAERAH PANAS BUMI KANAN TEDONG PINCARA 5 15 Tenggara 75 75 5 37 34 33 42 52 5 18 34 28 34 25 25-22 -31-16 -15-19 -15 17 29 29 22-25 -46-25 -5-65 -5-75 -75 - - 15 2 25 3 35 4 45 5 55 6 Panjang Lintasan A 6 meter Gambar 1. Penampang Anomali Magnet, Lintasan A 2.5. Penampang Anomali Magnet Lintasan B Dari penampang anomali magnet lintasan B yang diukur sepanjang 7 m ( gambar 2 ), mempunyai harga kemagnitan cukup bervariasi berkisar antara 17 nt sampai + 13 nt, yang terlihat dari titik B - B7. Harga anomali negatip terlihat menempati bagian tengah daerah penelitian sekitar titik B375 - B6 dengan harga kemagnitan berkisar antara 17 nt sampai -127 nt dan ditafsirkan sebagai batuan granit lapuk dan batuan sediment yang bersifat nonmagnetik. Sedangkan anomali harga positip bervariasi antara +14 nt sampai + 13 nt yang ditafsirkan sebagai batuan bersifat kemagnitan sedang sampai tinggi dan terlihat antara titik B - B35 dengan harga kemagnitan +14 nt sampai + 63 nt dan pada titik B425 - B45 dengan harga kemagnitan antara + 64 nt sampai + 73 nt serta pada titik B625 - B7 dengan harga kemagnitan berkisar antara + 53 nt sampai + 13 nt dan ditafsirkan sebagai batuan bersifat sedang sampai tinggi berupa batuan granodiorit dan brekasi andesit. Diperkirakan pada lintasan B ini terdapat intrusi batuan granodiorit dan struktur sesar yang arahnya bervariasi yaitu Tenggara dan hampir Utara Selatan. Anomali magnet rendah diperkirakan mempunyai kaitan dengan terjadi manifestasi didaerah ini. Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Subdit Panas Bumi 25 2-4

PROFIL ANOMALI MAGNET LINTASAN B DAERAH PANAS BUMI KANAN TEDONG PINCARA 5 15 BARATLAUT Tenggara 13 13 13 62 5 51 63 6 63 73 52 64 5 4 53 27 18 5 14-17 -39-5 -62-5 -95 - -114-11 -125-127 - -15-15 15 2 25 3 35 4 45 5 55 6 65 7 Panjang Lintasan B 7 meter Gambar 2. Penampang Anomali Magnet, Lintasan B 2.6. Penampang Anomali Magnet Lintasan C Dari penampang anomali magnet lintasan C yang diukur sepanjang 8 m ( gambar 3), mempunyai harga anomali magnet yang bervariasi antara 18 nt sampai +18 nt yang terlihat pada titik C - C8. Anomali magnet negatip rendah berkisar antara -18 nt sampai - 414 nt,yang ditafsirkan sebagai batuan bersifat nonmagnetik berupa batuan granit lapuk, granodiorit lapuk dan batuan sedimen yang terlihat pada titik C175 - C575 dan C65 - C7. Sedangkan anomali magnet positip berkisar antara +39 nt sampai + 18 nt yang ditafsirkan sebagai batuan bersifat magnetik sedang sampai tinggi berupa batuan granit, granodiorit dan breksi andesit yang terdapat pada titik C - C15, dengan harga kemagnitan + 172 nt sampai +197 nt, pada titik C2 - C25 dengan harga kemagnitan +134 nt sampai + 156 nt, pada titik C6 - C625 dengan harga + 39 nt sampai + 99 nt dan pada titik C725 - titik C8 dengan harga kemagnitan + 52 nt sampai 18 nt. Diperkirakan pada lintasan C terdapat intrusi batuan granit,granodiorit dan struktur sesar yang arahnya bervariasi Tenggara, Timurlaut Baratdaya dan hampir Utara Selatan, yang terdapat disekitar antara titik C/3, C45, C/6 dan C7, ditafsirkan mempunyai keterkaitan dengan munculnya manifestasi mata air panas di Desa Pincara. PROFIL ANOMALI MAGNET LINTASAN C DAERAH PANAS BUMI KANAN TEDONG PINCARA 5 15 Tenggara 243 25 172 191 197 2 18 18 156 15 134 99 7 5 39 4-18 -18-68 -5-88 -73-57 -37-5 -99-127 -123-17 - -15-17 -191-2 -25-3 -317-35 -36 MAP PINCARA -4-414 -45 15 2 25 3 35 4 45 5 55 6 65 7 75 8 Panjang Lintasan C 8 meter 25 2 15 5-5 - -15-2 -25-3 -35-4 -45 Gambar 3. Penampang Anomali Magnet, Lintasan C Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Subdit Panas Bumi 25 2-5

2.7. Penampang Anomali Magnet Lintasan D Dari penampang anomali magnet lintasan D yang diukur sepanjang 8 m ( gambar 4), mempunyai nilai anomali magnet rendah berkisar antara - 1 nt sampai + 445 nt yang terdapat mulai dari titik D15 - titik D8. Anomali magnet negatip rendah berkisar antara -24 nt sampai -13 nt ditafsirkan sebagai batuan nonmagnetik berupa batuan granit lapuk, granodiorit lapuk dan batuan sedimen yang terdapat pada titik D275 - D35 dengan harga kemagnitan -24 nt sampai -12 nt dan pada titik D 475 - D625 dengan harga kemagnitan -1 nt sampai 13 nt dan -27 nt sampai - 84 nt pada titik D7 - D725, ditafsirkan sebagai batuan bersifat nonmagnetic. Sedangkan anomaly kemagnitan positip berkisar antara + 39 nt sampai + 445 nt ditafsirkan sebagai batuan bersifat kemagnitan sedang sampai tinggi yang terdapat pada titik D15 - D25 dengan harga kemagnitan berkisar antara + 69 nt sampai + 172 nt, pada titik D375 - D45 dengan harga kemagnitan + 39 nt sampai + 138 nt dan pada titik D65 - D8 dengan harga kemagnitan berkisar antara + nt sampai + 445 nt, ditafsirkan berupa batuan granit, granodiorit dan breksi andesit. Diperkirakan pada lintasan ini terdapat batuan intrusi dan beberapa struktur sesar yang arahnya bervariasi Tenggara, Timurlaut Baratdaya dan hampir Utara- Selatan, diperkirakan struktur sesar terdapat pada sekitar titik D475, D625 dan D725. 5 45 4 35 3 25 2 15 5-5 - 69 172 72 93 137-29 PROFIL ANOMALI MAGNET LINTASAN D DAERAH PANAS BUMI KANAN TEDONG PINCARA -8-24 -12 5 15 134 138 65 39-1 -27-15 15 2 25 3 35 4 45 5 55 6 65 7 75 8-13 Panjang Lintasan D 8 meter -69-85 -62-38 151-27 -84 445 14 Tengara 413 5 45 4 35 3 25 2 15 5-5 - -15 Gambar 4. Penampang Anomali Magnet, Lintasan D 2.8. Penampang Anomali Magnet Lintasan E Dari penampang anomali magnet lintasan E yang diukur sepanjang 8 m ( gambar 5), mempunyai nilai anomali magnet berkisar antara -37 nt sampai 35 nt yang terlihat mulai dari titik E15 - E8. Anomali negatip rendah berkisar antara -37 nt sampai 82 nt ditafsirkan sebagai batuan bersifat nonmagnetik berupa batuan granit lapuk, granodiorit lapuk dan batuan sedimen yang terdapat pada titik antara E25 - E325 dan titik E45 - E5. Sedangkan anomali positip berkisar antara + 26 nt sampai + 35 nt ditafsirkan sebagai batuan bersifat magnetik sedang sampai tinggi berupa batuan granit, granodiorit dan breksi andesit, yang terdapat disekitar titik E15 - E225 dengan harga kemagnitan + 4 nt sampai + 117 nt, pada titik E35 - E4 dengan harga kemagnitan +26 nt sampai +187 nt dan pada titik E525 - E8 dengan harga kemagnitan berkisar antara + 29 nt sampai + 35 nt. Ditafsirkan pada lintasan ini terdapat batuan intrusi dan struktur sesar yang arahnya bervariasi hampir Utara Selatan dan Timurlaut Baratdaya diperkirakan sekitar titik E3, E5 dan E6. Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Subdit Panas Bumi 25 2-6

PROFIL ANOMALI MAGNET LINTASAN E DAERAH PANAS BUMI KANAN TEDONG PINCARA 35 3 25 2 15 5-5 - -15 117 123 4 112-37 -82-99 -48 161 149 5 15 187 26-71 -82-76 15 2 25 3 35 4 45 5 55 6 65 7 75 8 85 Panjang Lintasan E 8 meter 29 35 146 45 67 72 35 179 139 178 Tengara 257 35 3 25 2 15 5-5 - -15 Gambar 5. Penampang Anomali Magnet, Lintasan E 2.9. Penampang Anomali Magnet Lintasan F Dari penampang anomali magnet lintasan F yang diukur sepanjang 8 m ( gambar 6), mempunyai anomali kemagnetan berkisar antara 18 nt sampai + 33 nt. Anomali kemagnitan negatip rendah berkisar antara 18 nt sampai - 143 nt yang ditafsirkan sebagai batuan bersifat nonmagnetik berupa batuan granit lapuk dan batuan sedimen,terlihat pada titik F dan F125 dengan harga kemagnitan antara 27 nt sampai - 47 nt, pada titik F4 - F5 dengan harga kemagnitan 18 nt sampai - 73 nt dan pada titik F6 - F725 dengan harga kemagnitan antara 53 nt sampai 143 nt. Sedangkan anomali positip berkisar antara + 7 nt sampai + 33 nt, ditafsirkan sebagai batuan yang bersifat kemagnitan sedang sampai tinggi berupa batuan granit, granodiorit dan breksi andesit, terdapat pada titik F15 - F375 dengan harga kemagnitan + 7 nt sampai + 192 nt dan pada titik F525 - F575 dengan harga kemagnitan antara + 14 nt sampai +111nT dan pada titik F75 - F8 dengan harga kemagnitan berkisar antara + 73 nt sampai +33 nt. Pada lintasan F ditafsirkan terdapat batuan intrusi dan terdapat struktur sesar yang arahnya bervariasi hampir Utara Selatan dan Tenggara disekitar titik F4,F5,F6 dan F725. 5 15 Tengara 4 4 289 33 3 273 248 268 276 24 249 3 2 184 192 2 81 7 111 14 15 73-27 -47-38 -18-28 -73-59 -53-87 - -143-132 -118-12 - -2-2 15 2 25 3 35 4 45 5 55 6 65 7 75 8 PROFIL ANOMALI MAGNET LINTASAN F DAERAH PANAS BUMI KANAN TEDONG PINCARA Panjang Lintasan F 8 meter Gambar 6. Penampang Anomali Magnet, Lintasan F 2.1. Penampang Anomali Lintasan G Dari penampang anomali magnet lintasan G yang diukur sepanjang 8 m ( gambar 7 ), mempunyai harga anomali kemagnitan berkisar antara 32 nt sampai + 137 nt yang terdapat mulai dari titik G - G8. Anomali kemagnitan negatip rendah berkisar antara 32 Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Subdit Panas Bumi 25 2-7

nt sampai 228 nt yang ditafsirkan sebagai batuan yang bersifat nonmagnetik berupa batuan granit lapuk dan batuan sedimen, terlihat pada titik G475 - G7. Sedangkan harga anomali positip berkisar antara + 23 nt sampai +137 nt yang ditafsirkan sebagai batuan yang bersifat kemagnitan sedang sampai tinggi berupa batuan granit, granodiorit dan breksi andesit yang terdapat pada titik G - G45 dengan harga kemagnitan +15 nt sampai +137 nt dan pada titik G725 - G8 dengan harga kemagnitan berkisar antara + 47 nt sampai + 81 nt. Pada lintasan G diperkirakan terdapat struktur sesar yang arah bervariasi Tenggara dan Timurlaut Baratdaya disekitar titik G4 sampai G5 dan G7. 2 - -2 43 41 4 137 13 23 98 91 87 72 63 5 4 PROFIL ANOMALI MAGNET LINTASAN G DAERAH PANAS BUMI KANAN TEDONG PINCARA 5 15 15 28-3 15 2 25 3 35 4 45 5 55 6 65 7 75 8-32 -46 Panjang Lintasan G 8 meter -72-134 -228-67 -75-72 -85-81 47 61 Tengara 81 77 2 - -2-3 Gambar 7. Penampang Anomali Magnet, Lintasan G 2.11. Peta Anomali Magnet Total Hasil pengukuran geomagnetik dilapangan di informasikan kedalam peta sebaran anomali isomagnetik total ( gambar 8 ), dari peta anomali magnet total ditemukan adanya beberapa kelurusan-kelurusan struktur anomali magnit dengan harga kemagnitan yang bervariasi dari anomali rendah, sedang sampai tinggi. Struktur dan kelurusan kelurusan yang di hasilkan dari penelitian magnet arahnya bervariasi, hampir Utara Selatan dan Tenggara, yang ditafsirkan sebagai cerminan dari adanya struktur sesar dan adanya intrusi batuan ( granit,granodiorit ) yang mempunyai hubungan keterkaitan dengan kenampakan manifestasi panas bumi didaerah penelitian yang dicirikan dengan munculnya mataair Panas Pincara. Anomali magnet tinggi ( > 5 nt ), yang membentuk pole- pole dan kutub-kutub magnetik negatip dan positip yang berpola menutup dan terbuka terdapat dibagian tengah, baratlaut, timurlaut, utara dan selatan, ditafsirkan sebagai batuan yang bersifat magnetik sedang sampai tinggi berupa batuan intrusi granit, granodiorit dan andesit yang muncul kepermukaan. Anomali magnit sedang ( nt sampai 5 nt), yang terlihat menyebar di daerah penelitian di bagian tengah, baratlaut, selatan dan sebagian dibagian timurlaut,ditafsirkan sebagai batuan bersifat magnetik rendah sampai sedang, yang terdiri dari batuan granit lapuk dan batuan sedimen yang diperkirakan mempunyai hubungan dengan mataair panas didaerah ini. Anomali magnit rendah ( < - nt), yang terlihat menyebar hampir mendominasi daerah penelitian,ditafsirkan sebagai batuan bersifat nonmagnetik, yang tersebar lebih doniman di bagian tengah,utara, baratlaut dan sebagian kecil dibagian selatan daerah penelitian yang berbentuk pole-pole dan kutub-kutub magnetik tertutup dan terbuka, ditafsirkan sebagai batuan granit lapuk dan batuan sedimen yang telah mengalami pelapukan kuat ( batuan yang telah mengalami demagnetisasi akibat pengaruh panas ) yang diperkirakan mempunyai kaitan erat dengan keberadaan manifestasi panas Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Subdit Panas Bumi 25 2-8

bumi didaerah ini yang dicirikan dengan munculnya mataair panas Pincara. Dari hasil penelitian magnet didaerah panas bumi Pincara ditemukan kurang lebih 6 struktur sesar anomali magnet dan kelurusankelurusan yang arahnya bervariasi hampir utara-selatan ( sesar Balease yang arahnya hampir Utara-Selatan), sesar Sepakat dan sesar Balakala berarah - Tenggara, sesar Salu Patikala berarah hampir Utara- Selatan,sesar Salu Masamba berarah hampir Utara Selatan, sesar Salu Uraso berarah hampir Utara-Selatan dan sesar Salu Kula berarah Baratlat- Tenggara). Dari hasil interpretasi data magnet dan hasil pengamatan lapangan, diperkirakan struktur sesar yang mengakibatkan munculnya mata air panas Kanan Tedong Pincara (yang manifestasinya terdapat tepat berada pada lintasan C titik C445 C45) dipengaruhi oleh adanya sesar Balease yang berarah hampir Utara-Selatan, Sesar Sepakat yang berarah -Tenggara dan sesar Balakala yang berarah Tenggara. 9728 PETA ANOMALI MAGNET TOTAL DAERAH PANAS BUMI KANAN TEDONG PINCARA DESA PINCARA KECAMATAN MASAMBA LUWU UTARA LEGENDA : 2 3 9726 Anomali magnet tinggi Anomali magnet sedang 9724 Anomali magnet rendah 9722 Perkiraan struktur sesar C45 Titik ukur magnet 972 MAP MAP Kanan Tedong Pincara 9718 25 Interval kontur anomali magnet 9716 22 24 26 28 2 35 3 25 2 15 5-5 - -15-2 -25-3 -35-4 -45-5 Gambar 8 Peta Anomali Magnet Total Daerah Panas Bumi Kanan Tedong Pincara Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Subdit Panas Bumi 25 2-9

III. KESIMPULAN Dari hasil penelitian magnet dan hasil interpretasi data lapangan di daerah manifestasi panas bumi Pincara dan sekitarnya, Kecamatan Masamba, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : Hasil penelitian dengan metoda magnet yang diterapkan didaerah manifestasi panas bumi Pincara telah ditemukan kurang lebih 6 struktur sesar dan adanya kelurusan-kelurusan anomali magnet yang arahnya bervariasi, menunjukan bahwa struktur sesar dan kelurusan-kelurusan anomali magnet yang arahnya bervariasi hampir Utara Selatan dan Tenggara, merupakan penyebab terjadinya manifestasi panas bumi di daerah ini dengan ditandai munculnya mataair panas di Desa Pincara. Terdapat kurang lebih 6 struktur sesar dengan arah yang bervariasi ( Utara-Selatan dan Tenggara) yang diperkirakan merupakan batuan intrusi yang erat hubungannya dengan struktur bawah permukaan. Anomali magnet tinggi, yang tersebar di beberapa tempat di daerah penelitian dibagian tengah,selatan, Baralat dan Timurlaut diperkirakan mempunyai hubungan yang erat dengan batuan intrusi ( granit, granodiorit dan breksi andesit) yang muncul sebagai singkapan dan bersifat magnetik sedang sampai tinggi. Terdapat harga anomali magnet sedang, yang hanya terdapat disebagian daerah penelitian, ditafsirkan sebagai batuan granit lapuk dan batuan sedimen yang diperkirakan mungkin masih mempunyai kaitan dengan mataair panas didaerah penelitian. Terdapat harga anomali magnet rendah, yang hampir mendomonasi daerah penelitian, ditafsirkan sebagai batuan yang telah mengalami demagnetisasi ( granit lapuk, andesit lapuk dan batuan sedimen ) yang diperkirakan mempunyai kaitan erat dengan keterdapatan munculnya manifestasi panas bumi, mata air panas Pincara. Hasil analisa dan evaluasi secara kwalitatip menunjukan bahwa daerah penelitian didominasi oleh batuan granitik ( granit,granodiorit dan breksi andesit ) diperkirakan sebagai batuan intrusi yang mengakibatkan munculnya mata air panas di Desa Pincara. Kelompok anomali magnet tinggi, sedang dan rendah yang berbentuk kutub-kutub magnet yang terdapat dibagian Tengah,, Timurlaut,Utara dan Selatan di daerah penelitian menunjukkan adanya kelurusan kelurusan sebagai indikasi adanya struktur sesar berarah hampir Utara-Selatan dan -Tenggara, yang diperkirakan sebagai pengontrol terjadinya manifestasi panas bumi didaerah penelitian, yang dicirikan dengan munculnya ( mataair panas Pincara). PUSTAKA o Breiner.S. 1973, Application Manual for Portable Magnetometers o Bakrun. 24, Penyelidikan Terpadu Geologi,Geokimia dan Geofisika di daerah Panas Bumi Marana-Marawa, Kecamatan Sindue,Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah. o Murtolo,1993, Geomorfologi Lembah Palu dan Sekitarnya,Sulawesi Tengah, Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral, Vol III. o Saefudin,1994, Batuan Granitik daerah Palu dan sekitarnya, Sulawesi Tengah, Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral, Vol IV. o Telford and Sheriff, 199, Applied Geophysics, Cambridge University. o Sriwododo, 22, Penyelidikan Terpadu Geologi,Geokimia dan Geofisika di daerah panas bumi Parrara, Kecamatan Sabbang. Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan. o Bakrun, 25, Penyelidikan Terpadu Geologi,Geokimia dan Geofisika di daerah panas bumi Lompio, Kecamatan Sirenja, Kabupaten Donggala,Sulawesi Tengah. Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Subdit Panas Bumi 25 2-1