BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Harahap (2010 : 258), pengertian kas adalah sebagai berikut:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Harahap (2010 : 258), pengertian kas adalah sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 7 LAPORAN ARUS KAS

AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH I. Modul ke: 06FEB. LAPORAN ARUS KAS Sumber : Dwi Martani. Fakultas. Fitri Indriawati, SE., M.Si

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan dengan hasil yang beragam. Hayati (2011), arus kas secara simultan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk semua hak atau klaim atas uang, barang dan jasa. Bila kegiatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009), laporan keuangan adalah suatu

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. ukuran perusahaan, dan Return On Asset (ROA) terhadap return saham (studi

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PSAK 2 LAPORAN ARUS KAS IAS 7 - Statement of Cash Flows. Presented by: Dwi Martani

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. luas sebagai hak atau klaim terhadap pihak lain atas uang, barang dan jasa.

LAPORAN ARUS KAS PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN. PSAK No. 2 (revisi 2009) 22 Desember 2009

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. investasi (Kasmir, 2012:114). Profitabilitas adalah kemampuaan perusahaan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

Laporan Arus Kas. Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 8. Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Nurul Husnah dan Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penggolongan dan peringkasan daripada peristiwa dan kejadian-kejadian yang setidaktidaknya

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kas diperlukan untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari maupun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengaruh Arus Kas Terhadap Pembagian Dividen Tunai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum istilah piutang timbul karena adanya kebijakan penjualan

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORI. Manajemen keuangan menurut Sutrisno (2007:3) adalah semua aktivitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. banyak bagi kesejahteraan pemilik, karyawan, serta meningkatkan mutu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kas diperlukan untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari maupun

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk menjamin kelangsungan operasi perusahaan sehari-hari. Modal kerja sangat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akan meningkatkan daya saing antar perusahaan. Perusahaan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Laporan Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Laporan Keuangan

IAS 7 Laporan Arus Kas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Financial distress merupakan kondisi saat keuangan perusahaan dalam keadaan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan adalah lapoaran keuangan. Laporan keuangan berisikan data-data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa pengertian mengenai analisis, yaitu : 1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) :

BAB II LANDASAN TEORI. bahwa Modal kerja adalah investasi sebuah perusahaan pada aktiva-aktiva jangka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu periode tertentu. Menurut Sugiyarso dan Winarni (2005:

BAB II LANDASAN TEORI

II. LANDASAN TEORI. dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Menurut Brigham dan Houston,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang

BAB II LAPORAN ARUS KAS

METADATA INFORMASI DASAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Piutang Pengertian Piutang Herry (2009:266)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. langsung diambil dari kas. Kas itu sendiri didefinisikan sebagai suatu

Sartono ( 2001: 6 ) Manajemen keuangan adalah sebagai manajemen dana, baik

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KERANGKA TEORI. 2.1 Piutang (Accounts Receivable) kredit atas barang-barang yang dihasilkan oleh perusahaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan kemajuan yang secara periodik dilakukan pihak manajemen perusahaan yang

BAB II TINJAUAN TEORI. PSAK 1 revisi 2009 paragraf 5 menyatakan Laporan keuangan bertujuan

Akuntansi Piutang Dagang TRADE RECEIVABLE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sedangkan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:2) laporan keuangan

BAB III PEMBAHASAN. Menurut Veithzal et al (2012:616), laporan keuangan adalah laporan periodik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama

Lampiran 1. Rasio Market PT. Indoritel Makmur Internasional Tbk dan PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk Tahun 2013 dan 2014.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Tinjauan Umum Laporan Keuangan. keputusan. Pengertian laporan keuangan menurut PSAK (2007: 1-2):

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Profitabilitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Laporan Keuangan PT. UNILEVER Indonesia, Tbk Periode Tahun

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Umumnya Laporan Keuangan terdiri dari 4 laporan penting, yaitu: neraca,

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORITIS. untuk menjamin kelangsungan hidup dan pertumbuhan perusahaan sehingga kas

BAB II. KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN dan HIPOTESIS Teori Stakeholder Teori Stakeholder digagas oleh R. Edward Freeman menyatakan bahwa :

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

Alat analisis laporan keuangan H A S B I A N A D A L I M U N T H E S E., M. A K

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk membiayai aktivitas perusahaan sehari-hari misalnya untuk membeli bahan

I. PENDAHULUAN. Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 28

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Analisis 2.1.1 Pengertian Kas Menurut Harahap (2010 : 258), pengertian kas adalah sebagai berikut: Kas adalah uang dan surat berharga lainnya yang dapat diuangkan setiap saat serta surat berharga lainnya yang sangat lancar yang memenuhik syarat sebagai berikut : 1) Setiap saat dapat ditukar menjadi kas. 2) Tanggal jatuh temponya sangat dekat. 3) Kecil resiko perubahan nilai yang disebabkan perubahan tingkat harga. Definisi kas menurut PSAK No.2 (IAI:2009 :22), adalah: Kas terdiri dari saldo kas (cash on hand) dan rekening giro. Setara kas (cash equivalent) adalah investasi yang sifatnya sangat liquid, berjangka pendek dan dengan cepat dapat dijadikan sebagai kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapai risiko perubahan nilai yang signifikan. PSAK No. 2, paragraf 6 menjelaskan bahwa setara kas dimiliki untuk memenuhi komitmen kas jangka pendek, bukan untuk investasi atau tujuan lain. Untuk memenuhi persyaratan setara kas, investasi harus dapat segera diubah menjadi kas dalam jumlah yang diketahui tanpa menghadapi resiko perubahan nilai yang signifikan. Karenanya, suatu investasi baru dapat memenuhi syarat sebagai setara kas hanya segera akan jatuh tempo dalam waktu tiga bulan atau kurang dari tanggal perolehannya. Kas merupakan komponen aktiva (asset) lancar yang paling likuid di 8

9 dalam neraca, karena kas sering mengalami mutasi atau perpindahan dan hampir semua transaksi yang terjadi dalam perusahaan akan mempengaruhi posisi kas. Dalam penyajiannya terdapat dua metode, yaitu metode langsung (direct method) dan metode tidak langsung (indirect method). 1. Metode Langsung (Direct Method) Metode langsung merupakan kelompok utama dari penerimaan kas bruto dan pengeluaran kas bruto. Dalam metode ini setiap perkiraan yang berbasis akrual pada laporan laba rugi diubah menjadi perkiraan pendapatan dan pengeluaran kas sehingga menggambarkan penerimaan dan pembayaran aktual dari kas. Jadi metode langsung memfokuskan pada arus kas daripada laba bersih akrua dan dianggap lebih informative dan terperinci. 2. Metode Tidak Langsung (indirect method) Metode ini meneysuaikan laba dan rugi bersih dengan memperbaiki pengaruh dari transaksi bukan kas, penangguhan atau akrual dari penerimaan atau pembayaran kas untuk operasi dari masa lalu dan masa depan dan unsure penghasilan atau beban yang berkaitan dengan arus kas inbvetasi atau pendaaan. Dengan kata lain metode ini merupakan rekonsiliasi laba bersih yang diperoleh perusahaan.

10 2.1.2 Sumber Penerimaan Kas Sumber penerimaan kas dalam suatu perusahaan pada dasarnya berasal dari : 1. Aktivitas Operasi Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 2 (Revisi 2009) aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan entitas dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan. Kas tersebut pada umumnya berasal dari transaksi dan peristiwa lain yang mempengaruhi penetapan laba atau rugi neto. Beberapa contoh arus kas dari aktivitas operasi adalah: a. Penerimaan kas dari penjualan barang dan pemberian jasa; b. Penerimaan kas dari royalty, fees, komisi, dan pendapatan lain; c. Pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa; d. Pembayaran kas kepada dan untuk kepentingan karyawan; e. Penerimaan dan pembayaran kas oleh entitas asuransi sehubungan dengan premi, klaim, anuitas, dan manfaat polis lain; f. Pembayaran kas atau penerimaan kembali (restitusi) pajak penghasilan kecuali jika dapat diidentifikasikan secara khusus sebagai bagian dari aktivitas pendanaan dan investasi; dan g. Penerimaan dan pembayaran kas dari kontrak yang dimiliki untuk tujuan diperdagangkan atau diperjualbelikan (dealing).

11 2. Aktivitas Investasi Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 2 (Revisi 2009) aktivitas investasi adalah perolehan dan pelepasan aset jangka panjang serta investasi lain yang tidak termasuk setara kas. Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas investasi adalah: a. Pembayaran kas untuk membeli asset tetap, tidak berwujud, dan aset jangka panjang lain, termasuk biaya pengembangan yang dikapitalisasi dan aset tetap yang dibangun sendiri; b. Penerimaan kas dari penjualan aset tetap, aset tidak berwujud dan aset jangka panjang lain; c. Pembayaran kas untuk membeli instrumen utang atau instrumen ekuitas entitas lain dan kepemilikan dalam ventura bersama (selain pembayaran kas untuk instrumen yang dianggap setara kas atau instrumen yang dimiliki untuk diperdagangkan atau dijualbelikan); d. Penerimaan kas dari penjualan instrumen utang dan instrumen ekuitas entitas lain dan kepemilikan ventura bersama (selain penerimaan kas dari instrumen yang dianggap setara kas atau instrumen yang dimiliki untuk diperdagangkan atau diperjualbelikan); e. Uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain (selain uang muka dan kredit yang diberikan oleh lembaga keuangan);

12 f. Penerimaan kas dari pelunasan uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain (selain uang muka dan kredit yang diberikan oleh lembaga keuangan); g. Pembayaran kas sehubungan dengan kontrak future, forward, opsi dan swap, kecuali jika kontrak tersebut dimiliki untuk tujuan perdagangkan atau diperjualbelikan, atau jika pembayaran tersebut diklasifikasikan sebagai aktivitas pendanaan; dan h. Penerimaan kas dari kontrak future, forward, opsi dan swap, kecuali jika kontrak tersebut dimiliki untuk tujuan diperdagangkan atau diperjualbelikan, atau jika pembayaran tersebut diklasifikasikan sebagai aktivitas pendanaan. 3. Aktivitas Pendanaan Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 2 (Revisi 2009) aktivitas pendanaan adalah aktivitas pendanaan adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi kontribusi modal dan pinjaman entitas. Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas pendanaan adalah: a. Penerimaan kas dari penerbitan saham atau instrument modal lain; b. Pembayaran kas kepada pemilik untuk menarik atau menebus saham entitas;

13 c. Penerimaan kas dari penerbitan obligasi, pinjaman, wesel, hipotek, dan pinjaman jangka pendek dan jangka panjang lain; d. Pelunasan pinjaman; e. Pembayaran kas oleh lessee untuk mengurangi saldo liabilitas yang berkaitan dengan sewa pembiayaan. Menurut Wild, Subramanyan dan Haley (2005 : 42), perputaran kas dalam satu periode dapat dihitung dengan rumus: Perputaran Kas Semakin tinggi tingkat perputaran kas berarti semakin cepat kembalinya kas masuk pada perusahaan. Dengan demikian kas akan dapat dipergunakan kembali untuk membiayai kegiatan operasional sehingga tidak mengganggu kondisi keuangan perusahaan. 2.1.3 Pengertian Piutang berikut: Smith dan Skousen (2001:286 ), memberikan definisi piutang adalah sebagai Dalam arti luas, istilah piutang dapat digunakan bagi semua hak atau klaim kepada pihak lain atas uang, barang, atau jasa. Namun, untuk tujuan akuntansi istilah ini pada umumnya diterapkan dalam pengertian yang lebih sempit yaitu berupa klaim yang diharapkan akan diselesaikan melalui penerimaan kas. Selanjutnya menurut PSAK No. 43 menyebutkan piutang adalah jenis pembiayaan dalam bentuk pembelian dan atau pengalihan piutang atau tagihan jangka

14 pendek suatu perusahaan yang berasal dari transaksi usaha. Warren et al (2005:422), mengklasifikasikan secara umum piutang meliputi semua klaim uang terhadap entitas-entitas lain, termasuk perorangan, perusahaan, dan organisasi lainnya. Piutang biasanya diklasifikasikan sebagai usaha, wesel tagih, atau piutang lain. Perusahaan menggunakan piutang sebagai alternatif untuk menyimpan sementara dana perusahaan yang sekaligus dapat digunakan untuk menarik konsumen dan meningkatkan penjualan. Piutang adalah suatu komponen yang penting dari laporan keuangan khususnya laporan posisi keuangan. Dengan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa piutang merupakan hak atau klaim kepada pihak tertagih dalam bentuk uang ataupun kas. Adanya hak klaim ini, perusahaan dapat menuntut pembayaran dalam bentuk uang atau penyerahan aktiva atau jasa lain kepada pihak terhutang. Piutang di klasifikasikan menjadi dua, yaitu piutang lancar (piutang jangka pendek) dan piutang tidak lancar (piutang jangka panjang). Piutang lancar (current receivable) diharapkan dapat ditagih dalam satu tahun atau selama siklus operasi berjalan. Semua piutang lain diklasifikasikan sebagai piutang tidak lancar non dagang. Menurut Earl K. Stice et al (2004:479), mengemukakan klasifikasi piutang, yaitu : 1. Piutang dagang (Trade Receivables) Kategori yang paling signifikan dari piutang, dan merupakan hasil dari aktivitas normal bisnis, yaitu, penjualan barang atau jasa secara kredit kepada

15 pelangan. Piutang dagang dapat diperkuat dengan janji pembayaran tertulis secara formal dan diklasifikasikan sebagai wesel tagih (notes receivable). Akan tetapi, dalam kasus dalam piutang dagang adalah piutang terbuka tanpa jaminan, dan sering disebut dengan piutang usaha. 2. Piutang non usaha (Non Trade Receivable) Piutang ini muncul dari berbagai transaksi, seperti: a. Penjualan surat berharga atau property lainnya selain persediaan. b. Deposit atau simpanan untuk jaminan pelaksanaan kontrak atau pembayaran atas beban c. Klaim untuk pengurangan harga atau pengembalian pajak, dan d. Piutang dividen bunga. Sartono (2010:119) menyatakan bahwa semakin cepat periode berputarnya piutang menunjukkan semakin cepat penjualan kredit dapat kembali menjadi kas. Riyanto (2001) menyatakan bahwa perputaran piutang adalah rasio yang memperlihatkan lamanya waktu untuk mengubah piutang menjadi kas. Sedangkan Bramasto (2008) menyatakan bahwa perputaran piutang berasal dari lamanya piutang diubah menjadi kas, piutang timbul karena adanya transaksi penjualan barang atau jasa secara kredit. Dapat disimpulkan bahwa perputaran piutang adalah rasio yang memperlihatkan lamanya waktu untuk mengubah piutang menjadi kas. Yang timbul akibat adanya transaksi penjualan barang atau jasa secara kredit.

16 Darsono (2004:59), menambahkan bahwa untuk menghitung perputaran piutang menggunakan rumus : Untuk mempercepat peruputaran piutangnya maka cara yang mungkin dilakukan antara lain : a. Memberikan potongan harga bagi yang membayar kontan atau jatuh temponya yang lebih pendek. Untuk merangsang agar pelanggan mau membayar kontan atau jatuh tempo pembayaran lebih pendek maka perusahaan dapat memberikan potongan harga. b. Menguasai agar barang ataupun jasa yang disediakan digemari. Agar barang ataupun jasa dapat digemari maka harus mengikuti selera konsumen. c. Penjualan surat berharga atau property lainnya selain persediaan. d. Deposit atau simpanan untuk jaminan pelaksanaan kontrak atau pembayaran atas beban. e. Klaim untuk pengurangan harga atau pengembalian pajak, dan f. Piutang dividen bunga. Karena sifatnya yang unik, piutang non dagang umumnya diklasifikasikan dan dilaporkan sebagai pos terpisah dalam neraca. Menurut Zaki Baridwan (2004: 127), metode penghapusan piutang adalah piutang usaha yang tidak mungkin dapat ditagih, seperti debiturnya bangkrut,

17 meninggal, pailit dan lain-lain harus dihapuskan sehingga akan menjadi biaya bagi perusahaan. Terdapat dua metode dalam pencatatan piutang tak tertagih: 1. Metode penghapusan langsung (Direct Write Off Method) Metode ini tidak membuat taksiran, tapi apabila jelas diketahui adanya piutang yang tidak dapat ditagih maka piutang tersebut langsung dihapuskan. Metode ini biasanya digunakan dalam perusahaan-perusahaan kecil. 2. Metode penyisihan (Allowance Method) Metode ini digunakan untuk mencatat estimasi piutang yang tak tertagih. Pencatatan ini dilakukan pada akhir periode sehingga pada akhir periode dengan memperkirakan piutang yang tak tertagih. Beban diperlakukan sebagai pengurangan atas piutang usaha, sehingga piutang akan dilaporkan pada jumlah bersih yang dapat direalisasi. 2.1.4 Pengakuan, Penilaian, Dan Pelaporan Piutang 2.1.4.1 Pengakuan Piutang Kusnadi (2001), mengemukakan bahwa piutang yang berasal dari penjualan barang diakui pada saat hak milik atas barang berpindah dari penjual ke pembeli. Karena syarat berpindahnya hak milik erat kaitannya dengan syarat penjualan maka umumnya piutang diakui pada saat barang dikirim kepada pembeli. Piutang tidak akan diakui pada saat dikirim jika hak milik barang masih ada pada pihak penjual samapai ada pengakuan resmi. Sedangkan piutang yang berasal dari penjualan jasa

18 umumnya diakui pada saat jasa tersebut dilaksanakan. Jika pelaksanaan kerja didasarkan atas kontrak kerja,maka pada akhir periode, pekerjaan yang telah selesai harus dikalkulasikan. Piutang akan diakui sebesar tingkat pekerjaan yang telah selesai. 2.1.4.2 Penilaian dan Pelaporan Piutang Menurut Stice (2004:247), Semua piutang dinilai dalam jumlah yang mewakili nilai sekarang dari perkiraan penerimaan kas dimasa yang akan datang. Piutang dilaporkan sebagai nilai bersih (Net realizable value) yaitu nilai kas yang diharapkan akan diterima. Piutang termasuk dalam aktiva lancar. Dalam hubungannya dalam penyajian piutang didalam neraca digunakan dasar pengakuan nilai realisasi atau penyelesaian. Dasar pengukuran ini mengatur bahwa piutang dinyatakan sesuai bruto tagihan dikurangi taksiran jumlah yang tidak dapat diterima (Baridwan, 2004:247). Hendriksen (2002), menjelaskan, bahwa piutang harus dinilai berdasarkan nilai diskonto uang tunai yang akan diterima pada masa datang. Karena kas yang kan diterima tidak tersedia sampai setelah suatu tenggang waktu tertentu (waiting period), maka nilai piutang tidak sebesar nilai jatuh temponya yaitu jumlah yang akhirnya akan diterima sesuai dengan kontrak.

19 2.1.5 Pengertian Profitabilitas Berikut ini pendapat beberapa pakar mengenai definisi profitabilitas, menurut Husnan (2002:56), pengertian profitabilitas adalah hasil bersih dari berbagai kebijaksanaan dan keputusan. Kasmir (2008:196), menjelaskan bahwa profitabilitas yaitu rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Sedangkan menurut Harahap (2009:309), rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuannya, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, ekuitas, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya. Menurut Gitman (2003:59), Profitability is the relationship between revenues and costs generated by using the firm s asset-both current and fixed in productive activities. Hal tersebut berarti profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dan dapat diukur dalam rasio. Rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas manajemen perusahaan secara keseluruhan yang ditunjukkan dengan besarnya laba yang diperoleh perusahaan dan dinyatakan dalam bentuk persentase. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa profitabilitas adalah suatu ukuran untuk menilai hasil laba yang diperoleh perusahaan, keuntungan ini dapat diukur sebagai salah satu indikator yang mempengaruhi perkembangan kemampuan perusahaan serta harga saham oleh investor atau calon investor. Rasio profitabilitas memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu perusahaan. Ditunjukan oleh

20 laba yang diperoleh dari penjualan dan pendapatan investasi. Efisiensi perusahaan.dapat ditunjukan oleh penggunanaan rasio ini. 2.1.5.1 Pengukuran Tingkat Profitabilitas Menurut Sawir (2005:18-20), Beberapa Indikator untuk mengukur rasio profitabilitas diantaranya yaitu: gross profit margin, operating profit margin, net profit margin, return in investment, dan return on equity. Menurut Riyanto (2010: 335), profitabilitas diukur sebagai berikut: a. Profit Margin Rasio ini merupakan perbandingan antara laba bersih dengan penjualan. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : 1) Untuk margin laba kotor : 2) Untuk margin laba bersih Rasio ini menunjukkan berapa besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Menurut Harahap (2009:304), semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba.

21 b. Return On Assets (ROA) Rasio ini merupakan perbandingan antara laba bersih dengan total aset. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: Rasio ini menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila diukur dari nilai asetnya. Menurut Harahap (2009:305), semakin besar rasionya semakin bagus karena perusahaan dianggap mampu dalam menggunakan aset yang dimilikinya secara efektif untuk menghasilkan laba. c. Return On Equity (ROE) Rasio ini merupakan perbandingan antara laba bersih dengan ekuitas. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: Rasio ini mengukur berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur dari modal pemilik. Menurut Harahap (2009:305), semakin besar rasionya semakin bagus karena dianggap kemampuan perusahaan yang efektif dalam menggunakan ekuitasnya untuk menghasilkan laba. d. Earning per Share (EPS)

22 Rasio ini menggambarkan besarnya pengembalian modal untuk satu lembar saham. Rumus yang digunakan untuk menghitung earning per share adalah sebagi berikut : e. Basis Earning Power (BEP) Kemampuan perusahaan memperoleh laba diukur dari jumlah laa sebelum dikurangi bunga pajak dibandingkan dengan total aktiva. Jenis-jenis laba menurut Wild (2005), terdapat beberapa jenis laba, diantaranya : 1. Laba kotor, yaitu pendapatan dikurangi harga pokok penjualan.. 2. Laba operasi, yaitu laba kotor dikurangi beban operasi. 3. Laba sebelum, yaitu laba dari operasi berjalan sebelum cadangan untuk pajak penghasilan. 4. Laba bersih, yaitu laba dari bisnis perusahaan yang sedang berjalan setelah dikurangi bunga dan pajak Menurut Angkoso (2006) menyebutkan bahwa pertumbuhan laba dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: a. Besarnya perusahaan, semakin besar suatu perusahaan, maka ketepatan pertumbuhan laba yang diharapkan semakin tinggi.

23 b. Umur perusahaan, perusahaan yang baru berdiri kurang memiliki pengalaman dalam mengingkatkan laba, sehingga ketepatannya masih rendah. c. Tingkat penjualan, tingkat penjualan di masa lalu yang tinggi, semakin tinggi tingkat penjualan di masa yang akan datang sehingga pertumbuhan laba semakin tinggi. d. Perubahan laba masa lalu, semakin besar perubahan laba masa lalu, semakin tidak pasti laba yang diperoleh di masa mendatang. 2.2 Pengaruh Kas Dan Piutang Terhadap Profitabilitas Perputaran kas merupakan perbandingan antara penjualan bersih dengan jumlah rata-rata kas. Rahma (2011) menyatakan bahwa perputaran kas menunjukkan kemampuan kas dalam menghasilkan pendapatan, sehingga dapat dilihat berapa kali uang kas berputar dalam satu periode tertentu. Semakin tinggi perputaran kas ini akan semakin baik, ini berarti semakin tinggi efisiensi penggunaan kasnya dan keuntungan yang diperoleh akan semakin besar (Riyanto, 2001). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Rahma (2011), Putra (2012), Raheman dan Nasr (2007), Teruel dan Solano (2007) yang menyatakan bahwa tingkat perputaran kas berpengaruh terhadap profitabilitas. H1 : Perputaran kas berpengaruh positif terhadap profitabilitas.

24 Piutang muncul karena perusahaan melakukan penjulan secara kredit untuk meningkatkan volume usahanya. Riyanto (2001:90) menyatakan perputaran piutang menunjukkan periode terikatnya modal kerja dalam piutang dimana semakin cepat periode berputarnya menunjukkan semakin cepat perusahaan mendapatkan keuntungan dari penjualan kredit tersebut, sehingga profitabilitas perusahaan juga ikut meningkat. Hal ini didukung oleh hasil penelitian dari Putra (2010), Wijaya (2012), Santoso dan Nur (2008) yang menyatakan bahwa tingkat perputaran piutang berpengaruh terhadap profitabilitas. H2 : Perputaran piutang berpengaruh positif terhadap profitabilitas. 2.3 Tinjauan Penelitian Sebelumnya Menurut Sufiana dan Purnawati (2013), dalam penelitiannya yang berjudul pengaruh perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap profitabilitas menyatakan bahwa perputaran kas, perputaran piutang, perputaran persediaan berpengaruh secara simultan terhadap profitabilitas. Sedangkan analisis secara parsial menunjukkan hanya perputaran piutang dan perputaran persediaan yang berpengaruh terhadap profitabilitas. Pratama dan Putri (2013), Berdasarkan hasil analisis, semua model regresi lolos dalam uji asumsi klasik. Dari hasil analisis yang sudah dilakukan, didapat hasil bahwa ketiga variabel berpengaruh secara simultan pada profitabilitas BPR Di Kota Denpasar periode 2010-2012.

25 2.4 Kerangka Pemikiran Laporan keuangan menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 01 mengenai Penyajian laporan keuangan (Revisi 2009) terdiri dari laporan posisi pada akhir periode, laporan laba rugi komprehensif selama periode, laporan perubahan ekuitas selama periode, laporan arus kas selama periode, catatan atas laporan keuangan, dan laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif. Laporan arus kas dimasukan untuk menggantikan laporan sumber dan penggunanaan dana, karena laporan ini dianggap lebih memberikan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh pemakai laporan. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (Ikatan Akuntansi Indonesia, 2007:2:4) Penyusunan Laporan Keuangan sebuah perusahaan dapat membaca dan menilai kemampuan perusahaan yang bersangkutan dalam menghasilkan kas dan setara kas juga menilai untuk apa saja kas dan setara tersebut digunakan atau dimanfaatkan dan menilai kemampuan perusahaan yang bersangkutan dalam menghasilkan kas dan setara kas juga menilai untuk apa saja kas dan setara tersebut digunakan atau dimanfaatkan. Didalam laporan keungan terdapat piutang dan kas pada bagian asset lancar. Menurut Warren (2005:260), istilah piutang (receivable) meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap pihak lainnya termasuk individu, perusahaan atau organisasi lainnya. Semakin cepat periode berputarnya piutang menunjukkan semakin cepat penjualan kredit dapat kembali menjadi kas (Sartono, 2010:119).

26 Husnan dan Pudjiastuti (2004), menyatakan kas merupakan bentuk aktiva yang paling likuid, yang bisa dipergunakan segera untuk memenuhi kewajiban financial perusahaan. Piutang meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap pihak lainnya, termasuk individu, perusahaan atau organisasi lainnya yang timbul akibat penjualan secara kredit (Warren, 2005:404). Menuh (2008), menyatakan bahwa perputaran kas merupakan periode berputarnya kas yang dimulai pada saat kas dinvestasikan dalam komponen modal kerja sampai saat kembali menjadi kas-kas sebagai unsur modal kerja yang paling tinggi likuiditasnya. Menurut Riyanto (2008), semakin tinggi perputaran kas akan semakin baik, karena ini berarti semakin tinggi efisiensi penggunaan kasnya dan keuntungan yang diperoleh akan semakin besar. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri (Sartono, 2010:122). Menurut Shapiro (1991) yang menunjukkan bahwa profitabilitas sangat cocok untuk mengukur efektivitas manajemen dan pengevaluasian kinerja manajemen dalam menjalankan bisnis dan produktivitasnya dalam mengelola asetaset perusahaan secara keseluruhan seperti yang nampak pada pengembalian yang dihasilkan oleh penjualan dan investasi, serta untuk mengevaluasi kinerja ekonomi dari bisnis. Secara umum profitabilitas merupakan pengukuran dari keseluruhan produktivitas dan kinerja perusahaan yang pada akhirnya akan menunjukkan efisiensi dan produktivitas perusahaan tersebut.

27 Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba atau keuntungan, dimana hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri (Raharjaputra, 2009:195). Sedangkan menurut Wiagustini (2010:76-77), profitabilitas adalah menunjukkan kemampuan perusahaan memperoleh laba atau ukuran efektivitas pengelolaan manajemen perusahaan. Kemampuan memperoleh laba bisa diukur dari modal sendiri maupun dari seluruh dana yang diinvestasikan ke dalam perusahaan. Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pemikiran 2.5 Hipotesis Penelitian Sugiyono (2009:93), menyatakan bahwa hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Dikatakan sementara karena jawaban yang dikemukakan baru berdasarkan pada teori yang peneliti peroleh, belum

28 berdasarkan pada fakta-fakta yang diperoleh melalui pengumpulan dan analisis data. Maka dari itu, berdasarkan teori dan kerangka pikiran yang telah peneliti kemukakan sebelumnya maka hipotesis yang terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Ho 1 : Kas tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap Profitabilitas perusahaan. Ha 1 : Kas berpengaruh positif dan signifikan terhadap Profitabilitas perusahaan. Ho 2 : Piutang tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap Profitabilitas perusahaan. Ha 2 : Piutang berpengaruh positif dan signifikan terhadap Profitabilitas perusahaan.