PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN KARET TAHUN 2013

dokumen-dokumen yang mirip
PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN

PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN DAN PENYEGAR

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN KARET TAHUN 2015 (REVISI)

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN JAMBU METE TAHUN 2013

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN SAGU TAHUN 2013

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN BERBASIS TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2013

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PEMBERDAYAAN PEKEBUN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2013

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS REVITALISASI PERKEBUNAN (KELAPA SAWIT, KAKAO, KARET) TAHUN 2015 (REVISI)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN LADA BERKELANJUTAN TAHUN 2015

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS REVITALISASI PERKEBUNAN (KELAPA SAWIT, KAKAO, KARET) TAHUN 2013

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember 2012 Direktur Jenderal Perkebunan, Ir. Gamal Nasir, MS Nip

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN PALA BERKELANJUTAN TAHUN 2015

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PEMBERDAYAAN PEKEBUN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2014

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember 2009 Direktur Jenderal Perkebunan, Achmad Mangga Barani NIP

PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS PERLUASAN TANAMAN TAHUNAN DAN PENYEGAR DI LAHAN KERING TAHUN 2016

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI)

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA K ARYA

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR

Oleh: Tim Analisa BPK Biro Analisa APBN & Iman Sugema

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN

I. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang

BAB V PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN III TAHUN 2017

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR

KATA PENGANTAR. Jakarta, 3 Januari 2017 Direktur Jenderal Tanaman Pangan, HASIL SEMBIRING NIP

RENCANA KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2018

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR

PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN DAN PENYEGAR

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN KOPI BERKELANJUTAN TAHUN 2015

KEBIJAKAN LOKASI PROGRAM PERBAIKAN IRIGASI BERDASARKAN PELUANG PENINGKATAN INDEKS PERTANAMAN (IP) 1

PENGAWALAN INTEGRASI JAGUNG DI LAHAN PERKEBUNAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2017

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN KELAPA TAHUN 2013

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Rempah Tahun

BAB I. PENDAHULUAN. kegiatan pertanian yang mendominasi perekonomian masyarakat desa, dimana

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 37/Permentan/SR.130/5/2010 TENTANG PEDOMAN UMUM BANTUAN LANGSUNG PUPUK TAHUN ANGGARAN

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

PROGRAM REHABILITASI KARET DI PROVINSI JAMBI : UPAYA UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

PROGRAM PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN 2017

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN INTENSIFIKASI/ REHABILITASI TEH TAHUN 2010

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN GANGGUAN DAN KONFLIK USAHA PERKEBUNAN TAHUN 2018

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

PEDOMAN TEKNIS PEMBERDAYAAN PEKEBUN TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR BERKELANJUTAN TAHUN 2015

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGEMBANGAN /REHABILITASI KOPI ROBUSTA TAHUN 2010

VI. PELAKSANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOMODITI KARET

BAB IV TUGAS PEMBANTUAN

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

- 1 - A. JADWAL TAHAPAN PELAKSANAAN SELEKSI CALON ANGGOTA KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN/KOTA PERIODE TAHUN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN GANGGUAN DAN KONFLIK USAHA PERKEBUNAN TAHUN 2017

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN CENGKEH BERKELANJUTAN TAHUN 2015

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR

KATA PENGANTAR. Jakarta, Juli Sekretaris Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Dr. Ir. Maman Suherman, MM NIP

PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN DAN PENYEGAR

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERKEBUNAN No.60/Kpts/RC.110/4/08 TENTANG

Evaluasi Kegiatan TA 2016 dan Rancangan Kegiatan TA 2017 Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian *)

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... ii. I. Pendahuluan. 1 A. Latar Belakang. 1 B. Maksud dan Tujuan. 2 C. Sasaran... 2 D. Dasar Hukum...

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS PEMBERDAYAAN PEKEBUN TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR TAHUN 2013

PENETAPAN KINERJA TAHUN 2011 DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari Pj Direktur Perbenihan Perkebunan. Ir.H. Muhammmad Anas,M.Si NIP

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DAN PENCEGAHAN KEBAKARAN LAHAN/KEBUN TAHUN 2017

KAWASAN PERKEBUNAN. di sampaikan pada roundtable pengembangan kawasan Makasar, 27 Februari 2014

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 14 TAHUN 2011

Transkripsi:

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN KARET TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2012

KATA PENGANTAR Pengembangan perkebunan karet memberikan peranan penting bagi perekonomian nasional, yaitu sebagai sumber devisa, sumber bahan baku industri, sumber pendapatan dan kesejahteraan masyarakat serta sebagai pengembangan pusatpusat pertumbuhan perekonomian di daerah dan sekaligus berperan dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Kegiatan Perluasan Tanaman Karet Rakyat Non Revitalisasi di Wilayah Perbatasan, Pasca Konflik dan Bencana Alam, dimaksudkan untuk mendukung program percepatan perluasan karet rakyat di wilayah perbatasan, pasca konflik dan bencana alam yang merupakan salah satu upaya untuk pengentasan kemiskinan melalui peningkatan pendapatan yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan petani dan juga dapat mengamankan wilayah tapal batas antara Indonesia dan Malaysia. Dalam rangka terwujudnya pemahaman dan persepsi yang sama untuk pelaksanaan kegiatan Perluasan Tanaman Karet Rakyat tahun 2013, maka perlu disusun buku Pedoman Teknis kegiatan tersebut yang diharapkan dapat digunakan sebagai acuan bagi penanggung jawab kegiatan baik di Pusat maupun Daerah. Selanjutnya pedoman ini dijabarkan lebih rinci dalam Petunjuk Pelaksanaan (JUKLAK) di tingkat Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2013 iii

Provinsi dan Petunjuk Teknis (JUKNIS) di tingkat Kabupaten/Kota. Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya pedoman ini, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua. Jakarta, Desember 2012 Direktur Jenderal Perkebunan Ir. Gamal Nasir, MS NIP. 19560728 198603 1 001 iv Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2013

DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR LAMPIRAN i iii iv I. PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang 1 B. Sasaran Nasional 4 C. Tujuan 5 II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN 5 A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan 5 B. Spesifikasi Teknis 9 III. PELAKSANAAN KEGIATAN 11 A. Ruang Lingkup 11 B. Pelaksana Kegiatan 13 C. Lokasi, Jenis dan Volume 14 D. Simpul Kritis 15 IV. PROSES PENGADAAN DAN PENYALURAN BANTUAN V. PEMBINAAN, PENGENDALIAN, PENGAWALAN DAN PENDAMPINGAN 16 17 VI. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN 18 VII. PEMBIAYAAN 21 VIII. PENUTUP 21 LAMPIRAN 22 Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2013 v

DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Lokasi Kegiatan Perluasan Tanaman Karet di Wilayah Spesifik Tahun 2013 22 Lampiran 2. Lokasi Kegiatan Peremajaan Tanaman Karet Tahun 2013.. 23 vi Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2013

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kedua penghasil karet alam di dunia (sekitar 28 persen dari produksi karet dunia di tahun 2010), sedikit di belakang Thailand (sekitar 30 persen). Pengembangan karet Indonesia dalam kurun waktu 3 dekade mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, peningkatan ekspor karet cukup signifikan, dari volume ekspor tahun 2002 sebesar 1.496 ribu ton senilai US$ 1.038 juta meningkat menjadi 2.100 ribu ton pada tahun 2009 Sedangkan dari aspek penyerapan tenaga kerja, pertanaman karet mampu menyerap lebih dari 2 juta tenaga kerja, belum termasuk tenaga kerja yang terserap dalam berbagai sub sistem lainnya. Tanaman karet merupakan tanaman tahunan yang mampu memberikan manfaat dalam pelestarian lingkungan, terutama dalam hal penyerapan CO2 dan penghasil O2. Bahkan ke depan, tanaman karet merupakan sumber kayu yang potensial yang dapat mensubtitusi kebutuhan kayu hutan alam yang dari tahun ke tahun ketersediaannya semakin menurun. Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2013 1

Pengembangan perkebunan karet yang dilakukan pada wilayah-wilayah bukaan baru terbukti telah menjadi penggerak perekonomian wilayah dengan berbagai multiplier effect. Data empiris membuktikan bahwa dengan banyaknya pengembangan perkebunan karet di wilayah baru yang sebelumnya terpencil telah berubah dan berkembang menjadi pusat perekonomian baru. Di masa depan, permintaan akan karet alami dan karet sintetik masih cukup signifikan, karena didorong oleh pertumbuhan industri otomotif yang tentunya memerlukan ban yang berbahan baku karet sintetik dan karet alami. Harga karet sintetik yang terbuat dari minyak bumi akan sangat berfluktuasi terhadap perubahan harga minyak dunia. Demikian pula dengan harga karet alam yang akan tergantung pada harga minyak dunia oleh karena karet alami dan karet sintetik adalah barang yang saling melengkapi (complementary goods). Terlebih dengan penggunaan minyak bumi sebagai sumber energi untuk pengolahan kedua jenis karet tersebut, maka tentunya harga karet alami dan karet sintetik sangat tergantung dengan kondisi harga minyak dunia. 2 Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2013

Dengan semakin meningkatnya industri otomotif di kawasan Asia, dan kawasan lain di dunia diharapkan hal ini juga meningkatkan permintaan akan karet alami. Namun demikian manakala dililhat dari sisi usaha budidaya tanaman karet seluas 3.445 ribu Ha, sekitar 2.934 ribu Ha (85%) merupakan perkebunan rakyat dengan kondisi kebun sebagian besar merupakan tanaman karet tua yang kurang terawat (tidak dipupuk), menggunakan benih asalan, mutu bokar yang rendah sehingga menghasilkan produktivitas yang masih jauh dibawah potensi normal. produktivitas kebun yang diolah oleh pengusaha kecil/petani sekitar 30 persen lebih rendah dari perkebunan swasta besar/bumn. Hal ini mempunyai dampak pada profitabilitas dari rantai nilai perkebunan secara keseluruhan. Pada tahun 2011 produktivitas Kebun Karet Rakyat baru mencapai 926 Kg/Ha/Tahun bila dibandingkan dengan perkebunan Negara telah mencapai 1.327 Kg/Ha/Tahun dan Perkebunan Besar Swasta mencapai 1.565 Kg/Ha/Tahun. Guna mendukung keberhasilan pengembangan karet rakyat, maka pada tahun 2012 pemerintah melanjutkan upaya peningkatan produktivitas melalui Perluasan Karet Rakyat di wilayah perbatasan, pasca Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2013 3

konflik dan bencana alam serta peremajaan karet sebagai salah satu kegiatan untuk petani karet yang belum mampu akses kepada perbankan atau sumber pembiayaan lainnya. Berkaitan dengan pelaksanaan pengembangan karet tahun 2013, dipandang perlu disusun Pedoman Teknis Pengembangan Karet tahun 2013 yang dapat digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan tersebut di lapangan. B. Sasaran Nasional Sasaran Nasional dalam rangka pengembangan sub sektor perkebunan secara berkelanjutan dilaksanakan melalui meningkatan peran serta pemerintah melalui penyaluran bantuan benih untuk Pengembangan Karet Rakyat yang mampu mendorong partisipasi petani secara optimal yang dapat membawa perubahan dan dinamisasi kesejahteraan petani dan pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas karet secara nasional. 4 Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2013

C. Tujuan Tujuan kegiatan pengembangan karet tahun 2013 yaitu: a. Percepatan peremajaan karet rakyat didaerah sentra-sentra produksi dan pelaksanaan perluasan karet rakyat di wilayah perbatasan, eks Proyek PIR dan wilayah konflik, wilayah tertinggal dan daerah bencana alam. b. Peningkatan produksi dan produktivitas karet rakyat. c. Peningkatan pendapatan masyarakat melalui pengembangan karet rakyat, memperluas kesempatan dan peluang kerja. d. Pemanfaatan lahan diantara karet untuk dengan tanaman sela e. Menjaga kelestarian lingkungan hidup. II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan 1. Pendekatan pelaksanaan kegiatan pengembangan dilakukan melalui pendekatan teknis seperti yang dilakukan selama ini dan pendekatan sosial budaya yang mampu merangsang perubahan sikap, perilaku dan peran serta petani Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2013 5

yang disinergiskan dengan program pembangunan dan pengembangan Pertanian di Kabupaten/Kota; 2. Daerah sasaran kegiatan pengembangan karet : a. Daerah sasaran peremajaan karet rakyat adalah daerah sentra produksi karet yang diutamakan pada daerah yang pertanaman karetnya sudah tua/rusak/bahan tanamnya tidak unggul dan produksinya rendah. b. Daerah sasaran perluasan karet adalah wilayah spesifik yaitu wilayah perbatasan, pasca konflik, pasca/rawan bencana, rawan sosial dan daerah miskin atau tertinggal; c. Demplot karet merupakan percontohan mengenai pemanfaatan lahan diantara tanaman karet pada saat peremajaan, dengan jarak tanam yang disesuaikan (20 x 3 mm ). 3. Petani atau kelompok tani sasaran adalah petani /pekebun/ kelompok tani didaerah sasaran seperti pada butir 1, yang telah diseleksi. Selanjutnya Calon Petani (CP) yang telah diseleksi ditetapkan oleh 6 Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2013

Pemerintah Daerah (Bupati) setempat atau Kepala Dinas yang membidangi perkebunan Kabupaten setempat; 4. Calon Lahan (CL), adalah lahan milik petani seperti pada butir 2, yang tidak dalam sengketa dan secara teknis memenuhi persyaratan agroklimat; 5. Kriteria Calon Petani dan Calon Lahan (CP/CL) dapat diatur lebih rinci dalam Petunjuk Pelaksanaan (JUKLAK) yang disusun oleh Provinsi sesuai dengan kondisi wilayah yang ada, kemudian diatur secara spesifik dalam Petunjuk Teknis (JUKNIS) oleh Kabupaten/Kota sesuai kondisi petani dan budaya setempat; 6. Standar Teknis: a. Peremajaan karet dilakukan pada kebun atau pertanaman karet yang produksinya rendah dengan kriteria: 1) Kondisi tanaman tua/rusak/ tidak menggunakan bahan tanaman unggul. 2) Tingkat kerusakan bidang sadap minimal 60%. 3) Produksi per ha dibawah batas minimum nilai ekonomis. Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2013 7

a) Kerapatan tanaman kurang dari 100 pohon/ha atau melebihi 800 pohon/ha. b. Perluasan karet dilaksanakan pada daerah-daerah secara agroklimat sesuai untuk pengembangan Perluasan Tanaman Karet dengan kriteria sebagai berikut 1) Di utamakan di wilayah perbatasan, pasca konflik dan bencana alam; 2) Pengadaan benih karet unggul bermutu; 3) Pengawalan pelaksanaan kegiatan oleh petugas Dinas yang membidangi perkebunan, baik di tingkat Provinsi maupun Kabupaten serta oleh petugas pusat. 7. Paket bantuan merupakan hibah dan pelaksanaan pengadaan benih karet (siap tanam) dan atau saprodi lainnya mengacu kepada PEDOMAN PENGADAAN DAN PENGELOLAAN BARANG DAN JASA LINGKUP SATKER DITJEN PERKEBUNAN TAHUN 2013 yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian. Sedangkan khusus untuk demplot tumpang sari karet dengan tanaman pangan mendapat bantuan paket penuh; 8 Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2013

8. Seluruh tahapan kegiatan yang dilakukan oleh petani melalui Kelompok Tani dilaksanakan dengan bimbingan oleh Petugas Daerah yang ditunjuk. B. Spesifikasi Teknis Spesifikasi teknis benih karet yang digunakan adalah klon unggul bermutu dalam polybag dengan kriteria sebagai berikut: 1. Klon anjuran untuk wilayah kering (curah hujan rata-rata <1.500 mm/tahun, 3 4 bulan kering), klon yang direkomendasikan: a. BPM 107 sesuai Keputusan Menteri Pertanian Nomor 415/Kpts/SR.120/8/2003. b. BPM 109 sesuai Keputusan Menteri Pertanian Nomor 416/Kpts/SR.120/8/2003. c. AVROS 2037 sesuai Keputusan Menteri Pertanian Nomor 14/Kpts/TP.240/1/1995. d. BPM 1 sesuai Keputusan Menteri Pertanian Nomor 12/Kpts/TP.240/1/1995. e. PB 330 sesuai Keputusan Menteri Pertanian Nomor 340/Kpts/SR.120/3/2008. Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2013 9

f. IRR 32 sesuai Keputusan Menteri Pertanian Nomor 312/Kpts/SR.120/8/2005. g. IRR 39 sesuai Keputusan Menteri Pertanian Nomor 313/Kpts/SR.120/8/2005. h. IRR 118 sesuai Keputusan Menteri Pertanian Nomor 315/Kpts/SR.120/8/2005. 2. Klon anjuran untuk wilayah sedang (curah hujan rata-rata 1.500-3000 mm/tahun, 0-2 bulan kering), klon yang direkomendasikan: a. BPM 24 sesuai Keputusan Menteri Pertanian Nomor 11/Kpts/TP.240/1/1995. b. BPM 107 sesuai Keputusan Menteri Pertanian Nomor 415/Kpts/SR.120/8/2003. c. BPM 109 sesuai Keputusan Menteri Pertanian Nomor 416/Kpts/SR.120/8/2003. d. PB 260 sesuai Keputusan Menteri Pertanian Nomor 417/Kpts/SR.120/8/2003. e. PR 261 sesuai Keputusan Menteri Pertanian Nomor 09/Kpts/TP.240/1/1995. f. PR 255 sesuai Keputusan Menteri Pertanian Nomor 09/Kpts/TP.240/1/1995. 10 Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2013

3. Klon anjuran untuk wilayah basah (curah hujan rata-rata >3.000 mm/tahun), klon yang direkomendasikan: RRIC 100 sesuai Keputusan Menteri Pertanian No. 17/Kpts/TP.240/1/1995. 4. Klon anjuran batang bawah yaitu AVROS 2037, GT 1, LCB 1320, PR 228, PR 300, PB 260, RRIC 100, BPM 24 dan PB 330. 5. Klon anjuran batang atas: - Klon penghasil lateks : IRR 104, IRR 112, IRR 118, IRR 220, BPM 24, PB 260, PB 330 dan PB 340. - Klon penghasil lateks-kayu : IRR 5, IRR 39, IRR 42, IRR 107, IRR 119, dan RRIC 100. 6. Klon-klon yang direkomendasikan pada periode sebelumnya seperti GT 1, PR 255, PR 261, PR 300, PR 303, RRIM 600, RRIM 712, bukan berarti tidak boleh ditanam, tetapi dapat digunakan dengan beberapa pertimbangan antara lain dengan memperhatikan kondisi agroekosistem, bentuk produk yang diharapkan dan luas areal yang sudah ditanami klon tersebut 7. Ukuran polybag sesuai ketentuan teknis. Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2013 11

III. PELAKSANAAN KEGIATAN A. Ruang Lingkup Ruang lingkup kegiatan pengembangan karet meliputi peremajaan karet rakyat, perluasan karet rakyat di wilayah perbatasan, pasca konflik dan bencana alam dan demplot tumpang sari karet dengan tanaman pangan meliputi: 1. Kegiatan Pusat Pelaksanaan kegiatan perluasan karet rakyat di Pusat (Direktorat Jenderal Perkebunan), meliputi : a. Pelaksanaan workshop dan penyusunan pedoman; b. Sosialisasi, koordinasi, bimbingan, pengawalan, monitoring dan evaluasi yang diwujudkan dalam bentuk perjalanan dinas ke provinsi dan kabupaten pelaksana kegiatan ini; c. Menyusun Laporan Akhir Kegiatan 2. Kegiatan Provinsi a. Menetapkan Tim Pembina dan Menyusun Petunjuk Pelaksanaan; b. Melakukan sosialisasi ke Kabupaten dalam rangka menyamakan persepsi tentang pelaksanaan kegiatan Peremajaan Karet Rakyat; 12 Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2013

c. Membahas penetapan Calon Petani dan Calon Lahan (CP/CL); d. Memonitor proses penetapan Calon Petani dan Calon Lahan (CP/CL); e. Melakukan konsultasi, Koordinasi, bimbingan, pembinaan dan pengawalan kegiatan Peremajaan Karet Rakyat; f. Melakukan monitoring dan evaluasi; g. Menyusun laporan perkembangan kegiatan setiap bulan. 3. Kegiatan Kabupaten a. Menetapkan SATKER, Pejabat KPA, P2K, Bendahara, Tim Teknis, dan lainlain yang terkait dengan kegiatan Tugas Pembantuan oleh Bupati/Walikota; b. Menyusun Petunjuk Teknis (Juknis); c. Melakukan sosialisasi kepada Pemerintah Daerah (Pemda) dan petani calon penerima bantuan dalam rangka menyamakan persepsi tentang kegiatan Peremajaan Karet Rakyat; d. Membahas penetapan Calon Petani dan Calon Lahan (CP/CL); e. Melakukan penetapan Calon Petani dan Calon Lahan (CP/CL); Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2013 13

f. Melakukan konsultasi, koordinasi, bimbingan, pembinaan, pendampingan dan fasilitasi kegiatan Peremajaan Karet Rakyat; g. Melakukan monitoring dan evaluasi; h. Menyusun laporan pelaksanaan untuk disampaikan ke Dinas Perkebunan Provinsi dan Pusat. B. Pelaksana Kegiatan Pelaksana kegiatan Pengembangan Karet Rakyat adalah : a. Perkebunan Kabupaten : menyusun petunjuk teknis, perencanaan, pelaksanaan dan pengawalan Petani / kelompok tani : melaksanakan kegiatan penanaman di masing-masing lahan/kebunnya. b. Dinas yang membidangi /pendampingan serta monitoring/evaluasi. c. Dinas yang membidangi Perkebunan Provinsi: menyusun petunjuk pelaksanaan, perencanaan, pelaksanaan dan pengawalan/pendampingan serta monitoring/ evaluasi. d. Direktorat Jenderal Perkebunan : melakukan penyusunan, pembahasan dan sosialisasi pedoman umum, koordinasi, pengawalan/pendampingan dan pengen- 14 Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2013

dalian/pengawasan serta monitoring/ evaluasi. C. Lokasi, Jenis dan Volume a. Peremajaan karet rakyat tahun 2013, dilaksanakan di Provinsi dan Kabupaten/Kota, dengan bantuan berupa bibit 550 batang/ha termasuk sisipan dan sarana produksi lainnya dengan luasan masing-masing seperti pada Lampiran1. b. Perluasan karet rakyat di wilayah perbatasan, pasca konflik dan bencana alam tahun 2012, dengan bantuan bibit unggul 550 batang/ha dan sara produksi lainnya, dilaksanakan di 5 Provinsi dan 10 Kabupaten/Kota (Lampiran 2); c. Demplot tumpang sarai karet dengan tanaman pangan, dengan bantuan berupa bibit karet unggul, sarana produksi lainnya dan bibit tanaman pangan di Kabupaten tanah laut Provinsi Kalimantan Selatan. D.Simpul kritis 1) Koordinasi antara Direktorat Tanaman Tahunan, petugas Dinas Provinsi, Dinas Kabupaten, Puslit/Balit/Instansi terkait, dan petugas lapang. Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2013 15

2) Pemilihan lokasi/cpcl diusahakan lokasi yang mudah dijangkau dan di monitor oleh petugas, sehingga memudahkan pengadaan dan pengiriman bahan tanaman serta evaluasi kegiatan ke daerah tersebut. 3) Ketepatan bahan tanaman (benih karet) yang disalurkan merupakan klon unggul, dengan pertimbangan bahwa benih merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan kegiatan pengembangan tanaman karet; 4) Ketepatan waktu pengadaan dan pengiriman bahan tanaman untuk pengembangan tanaman tahunan, sehingga tidak menyebabkan keterlambatan. 5) Teknologi budidaya yang akan diterapkan harus sesuai dengan baku teknis serta kondisi di lapangan. 6) Penetapan waktu, frekuensi, parameter pengamatan untuk meningkatkan produktivitas tanaman tahunan. 7) Ketersediaan sarana dan prasarana yang akan digunakan sebagai paket teknologi budidaya tanaman tahunan diusahakan tepat waktu dan tepat sasaran. 16 Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2013

IV. PROSES PENGADAAN DAN PENYALURAN BANTUAN. Proses pengadaan dan penyaluran kegiatan pengembangan karet dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut : a. Berdasarkan Keputusan Bupati/Walikota atau Kepala Dinas/Badan Lingkup Pertanian atau pejabat yang ditunjuk tentang Penetapan Kelompok Sasaran, dilakukan proses pengadaan benih karet unggul bermutu bersertifikat siap tanam. b. Prosedur pengadaan mengacu pada Perpres 54 Tahun 2010 berikut perubahannya serta Pedoman Pengadaan dan Penatausahaan Barang Lingkup Satker Ditjen. Perkebunan Tahun 2013. c. Kontrak pengadaan benih karet tersebut telah ditandatangani paling lambat akhir triwulan I tahun 2013. d. Penyaluran benih karet siap tanam dan atau saprodi lainnya kepada petani paling lambat menjelang awal musim hujan tahun 2013. e. Penyaluran benih dan saprodi tersebut kepada petani dengan dibuat berita acara serah terima barang sebagaimana format yang telah ditetapkan. Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2013 17

V. PEMBINAAN, PENGENDALIAN, PENGAWALAN DAN PENDAMPINGAN 1. Pembinaan Pembinaan dalam kegiatan pengembangan karet dilakukan secara berkelanjutan sehingga kelompok tani/gapoktan penerima bantuan mampu mengembangkan usahanya secara mandiri. Untuk itu diperlukan dukungan dana pembinaan yang bersumber dari APBD. 2. Pengendalian Pengendalian kegiatan Pengembangan Karet Rakyat dilakukan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya penyimpangan (tidak sesuai dengan perencanaan) dalam pelaksanaan. Oleh karena itu, pengendalian dilakukan sejak perencanaan hingga pelaksanaan. 3. Pengawalan dan Pendampingan Kegiatan Pengembangan Karet Rakyat tidak hanya menyediakan bantuan benih, namun termasuk bimbingan dan pengawalan/pendampingan oleh Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten melalui unit teknis seperti Dinas yang membidangi Perkebunan. 18 Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2013

Bimbingan dan pengawalan/pendampingan meliputi koordinasi antara Dinas yang membidangi Perkebunan Kabupaten ke lokasi, pengawalan di tingkat petani secara periodik dan berkesinambungan oleh petugas lapang (sejak penyiapan benih, penanaman hingga pemeliharaan). VI. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN Monitoring, evaluasi dan pelaporan mengacu kepada Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 31/Permentan/OT.140/3/2010, tanggal 19 Maret 2010 tentang Pedoman sistem pemantauan, evaluasi dan pelaporan pembangunan pertanian. Dinas yang membidangi perkebunan kabupaten dan provinsi wajib melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan secara berjenjang dilaporkan kepada Direktorat Jenderal Perkebunan, dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Jenis pelaporan a. SIMONEV yang meliputi: Kemajuan pelaksanaan kegiatan sesuai indikator kinerja; Perkembangan kelompok sasaran dalam pengelolaan kegiatan lapangan berikut realisasi fisik dan keuangan; Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2013 19

Permasalahan yang dihadapi dan upaya penyelesaian di tingkat Kabupaten dan Provinsi; Format laporan menggunakan format yang telah ditentukan; b. Laporan perkembangan fisik yang sesuai tahapan pelaksanaan kegiatan dengan materi meliputi: nama petani/kelompok tani, desa/kecamatan/kabupaten, luas areal (target dan realisasi), waktu pelaksanaan, perkembangan, kendala dan permasalahan, upaya pemecahan masalah. c. Laporan Akhir Kegiatan yang menyangkut seluruh pelaksanaan kegiatan ini. 2. Waktu penyampaian laporan: a. SIMONEV dibuat per bulan dengan ketentuan: Pelaporan dinas yang membidangi perkebunan kabupaten ditujukan kepada provinsi, disampaikan paling lambat setiap tanggal 5 bulan laporan. Pelaporan dinas yang membidangi perkebunan provinsi ditujukan kepada Direktorat Tanaman Tahunan Direktorat Jenderal 20 Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2013

b. Laporan Perkembangan Fisik dibuat per triwulan, ditujukan kepada Direktorat Tanaman Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan, disampaikan paling lambat setiap tanggal 5 bulan laporan. c. Laporan Akhir ditujukan kepada Direktorat Tanaman Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan, disampaikan paling lambat tanggal 31 Desember 2013. VII. PEMBIAYAAN Kegiatan Pengembangan Karet Rakyat Tahun anggaran 2013 dibiayai oleh dana APBN melalui DIPA Direktorat Jenderal Perkebunan Tugas Pembantuan (TP) Provinsi atau Kabupaten. VIII. PENUTUP Dengan terlaksananya kegiatan Pengembangan Karet Rakyat, diharapkan dapat mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi wilayah, kesejahteraan petani di wilayah spesifik, serta serta menjaga wilayah perbatasan dari penjarahan negara lain. Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2013 21

Diharapkan dukungan semua pihak terkait, baik pusat maupun daerah untuk keberhasilan pelaksanaan kegiatan pengembangan tanaman karet. Jakarta, Desember 2012 Direktur Jenderal Perkebunan Ir. Gamal Nasir, MS NIP. 19560728 198603 1 001 22 Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2013

Lampiran 1. Lokasi Pelaksanaan Pengembangan Karet Rakyat di Wilayah Spesifik Tahun 2013 PROVINSI KABUPATEN VOLUME 1,240.00 Ha 1 ACEH 1 Nagan Raya 2 Pidie Jaya 100.00 150.00 Ha Ha 2 KEPRI 3 Natuna 4 Karimun 3 KALBAR 5 Sambas 6 Kapuas Hulu 7 Bengkayang 150.00 100.00 140.00 150.00 100.00 Ha Ha Ha Ha Ha 4 KALTIM 8 Penajam Paser Utara 9 Kutai Barat 100.00 100.00 Ha Ha 5 PAPUA 10 Merauke 150.00 Ha Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2013 23

Lampiran 2. Lokasi Kegiatan Peremajaan Tanaman Karet Rakyat Tahun 2013 PROVINSI KABUPATEN VOLUME 9,653 Ha 1 ACEH 1 Aceh Timur 150 Ha 2 Aceh Jaya 100 Ha 2 SUMBAR 3 Pasaman 100 Ha 4 Dharmas Raya 100 Ha 5 Sijunjung 100 Ha 3 RIAU 6 Kampar 100 Ha 7 Rohil 100 Ha Meranti 100 5 KEPRI 8 Bintan 100 Ha 6 JAMBI 9 Sarolangun 800 Ha 10 Batanghari 800 Ha 11 Muaro Jambi 600 Ha 12 Tebo 600 Ha 13 Merangin 600 Ha 14 Bungo 600 Ha 15 Kerinci 218 Ha 24 Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2013

7 SUMSEL 16 Muara Enim 125 Ha 17 Musi Rawas 250 Ha 18 Kota Prabumulih 100 Ha 19 OKI 125 Ha 20 OKU 120 Ha 21 Bengkulu Tengah 100 Ha 22 Rejang Lebong 100 Ha 8 LAMPUNG 23 Lampung Utara 100 Ha 24 Waykanan 200 Ha 9 BABEL 25 Bangka 150 Ha 26 Bangka Tengah 150 ha 10 BANTEN 27 Lebak 100 Ha 28 Pandeglang 100 Ha 11 JABAR Sukabumi Ha 29 Cianjur 100 Ha 30 Garut 100 Ha 31 Sumedang 100 Ha 12 KALBAR 32 Melawi 125 Ha 33 Sintang 150 Ha Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2013 25

13 KALTENG 34 Kotawaringin Barat 100 Ha 35 Kapuas 100 Ha 36 Kotawaringin Timur 100 Ha 37 Pulang Pisau 100 Ha 38 Gunung Mas 100 Ha 39 Barito Timur 100 14 KALSEL 40 Hulu Sungai Tengah 150 Ha 41 Tabalong 340 Ha 42 Banjar 200 Ha 43 Kotabaru 150 Ha 44 Tanah laut 100 Ha 45 Balangan 150 Ha 46 Tapin 150 Ha 15 KALTIM 47 Kutai Kartanegara 100 Ha 16 SULSEL 48 Bulukumba 250 ha 26 Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Karet Tahun 2013