BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelestarian lingkungan dekade ini sudah sangat terancam, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate change) yang terjadi sudah masuk dalam tahap mengkhawatirkan akibat peningkatan suhu, pemakaian bahan bakar fosil secara berlebihan atau penipisan lapisan ozon. Terjadinya ketidakseimbangan ekosistem akibat aktivitas manusia merupakan penyebab utama yang mendorong terjadinya pemanasan global (global warming). Krisnawati (2010) mengemukakan aktivitas manusia yang mengakibatkan deforestasi dan degradasi hutan yang berkembang saat ini dinilai telah memberikan kontribusi dalam peningkatan emisi karbon dioksida (CO 2 ) di atmosfer yang memicu pada pemanasan global dan perubahan iklim bumi. Untuk mengatasi hal ini diperlukan upaya migitasi pengaruh dan adaptasi terhadap lingkungan. Salah satu upaya migitasi adalah dengan melaksanakan penanaman pohon serta pengelolaan hutan yang lestari. Kebijakan pemerintah dalam pengelolaan hutan produksi dengan memberikan Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman (IUPHHK-HT) sebenarnya adalah langkah untuk meminimalkan terjadinya kerusakan lingkungan terutama pada kawasan hutan di Indonesia. Pengembangan hutan tanaman selain akan merehabilitasi lahan secara terus menerus karena adanya kegiatan penanaman pada areal yang kosong maupun pada areal bekas pemanenan, juga akan menghasilkan nilai jasa lingkungan melalui penyerapan karbon dioksida.
Dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.8/Menhut-II/2010 tentang Rencana Strategis Kehutanan Tahun 2010 2014, salah satu kebijakan prioritas pembangunan sektor kehutanan adalah mitigasi dan adaptasi perubahan iklim sektor kehutanan. Program yang dijalankan di antaranya adalah program peningkatan pemanfaatan hutan produksi dengan kegiatan peningkatan pengelolaan hutan tanaman. Pada Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor : 61 Tahun 2011, salah satu rencana aksi nasional penurunan emisi gas rumah kaca adalah peningkatan usaha hutan tanaman dengan sasaran terlaksananya pencadangan areal hutan tanaman industri dan hutan tanaman rakyat seluas 3 juta hektar dengan indikasi penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 110,10 juta ton CO 2 e. Peran hutan sebagai penyerap CO2 dan menyimpannya dalam bentuk biomassa harus terus dipertahankan dan ditingkatkan dengan cara pembuatan hutan tanaman dan melakukan penanaman kembali hutan-hutan yang gundul dalam bentuk kegiatan reforestasi atau afforestasi. Dengan adanya peningkatan emisi karbon dioksida (gas rumah kaca) akibat deforestasi dan degradasi hutan serta adanya upaya mitigasi melalui upaya konservasi dan pembangunan hutan, maka kuantifikasi atau perhitungan persediaan karbon hutan perlu dilakukan untuk mengetahui apakah target pengurangan emisi CO 2 di dunia dan terutama di Indonesia dapat berhasil atau tidak (Krisnawati 2010). Sektor kehutanan dapat berfungsi sebagai sumber emisi dan penyerap karbon jika dilihat dari konteks perubahan iklim di mana hutan berperan dalam mencegah dan mengurangi emisi dari gas rumah kaca. Untuk ikut berpartisipasi aktif dalam kegiatan perdagangan karbon di masa yang akan datang, diperlukan
pengelolaan hutan yang baik, kegiatan konservasi dan peningkatan kapasitas stok karbon dengan jumlah karbon yang dihasilkan dan diserap (Butarbutar 2009b). Sutaryo (2009) menyatakan biomassa hutan sangat relevan dengan isu perubahan iklim. Biomasa hutan berperan penting dalam siklus biogeokimia terutama dalam siklus karbon. Dari keseluruhan karbon hutan, sekitar 50% di antaranya tersimpan dalam vegetasi hutan. Sebagai konsekuensi, jika terjadi kerusakan hutan, kebakaran, pembalakan dan sebagainya akan menambah jumlah karbon di atmosfer. Salah satu fungsi hutan termasuk hutan tanaman adalah mengendalikan iklim melalui penyerapan emisi CO 2 dari atmosfer dan menyimpannya dalam bentuk materi organik dalam biomassa tanaman. Kemampuan hutan tanaman dalam menyerap emisi CO 2 bervariasi menurut jenis, umur dan kerapatan tanaman (Heriansyah 2005a). Penyimpanan karbon sendiri terjadi didasarkan atas proses kimiawi dalam aktivitas fotosintesis tumbuhan yang menyerap CO 2 dari atmosfer dan air dari tanah menghasilkan oksigen dan karbohidrat yang selanjutnya akan berakumulasi menjadi selulosa dan lignin sebagai cadangan karbon. Apabila dilihat dari produktivitasnya menyimpan karbon (per satuan luas dan per satuan waktu) maka ada kemungkinan hutan tanaman akan memiliki kemampuan menyimpan karbon pada tegakannya dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan di hutan alam karena daurnya lebih pendek (TPIBLK 2010a). PT. Toba Pulp Lestari, Tbk adalah salah satu pemegang IUPHHK-HT yang terdapat di Provinsi Sumatera Utara yang tersebar pada 9 wilayah administrasi kabupaten. Jenis tanaman utama yang menjadi tanaman unggulan untuk hutan tanaman adalah jenis Eucalyptus sp. Jenis Eucalyptus sp. yang
ditanam untuk dijadikan bahan baku pulp oleh industri pulp yang terintegrasi dengan IUPHHK-HT adalah jenis-jenis Eucalyptus hasil klon yang telah berhasil dikembangkan oleh PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. Grattapaglia dan Kirst (2008) mengemukakan Eucalyptus merupakan tanaman kayu yang banyak ditanam di daerah tropis dan subtropis karena pertumbuhannya yang cepat dan kemampuan beradaptasi yang luas. Hutan tanaman Eucalyptus dapat menyediakan biomassa kayu berkualitas tinggi. Pengurangan emisi melalui penyerapan karbon dioksida pada hutan tanaman Eucalyptus sp. belum sepenuhnya dikaji. Masih sebatas pada pendugaan potensi karbon tersimpan. Salah satu penelitian pendugaan potensi karbon tersimpan pada tegakan Eucalyptus sp. dilakukan oleh Butarbutar (2009a) dengan hasil potensi karbon tersimpan rata-rata tegakan Eucalyptus grandis umur 1 tahun sebesar 3,38 ton/ha dan umur 2 tahun sebesar 4,28 ton/ha. Data-data potensi karbon tersimpan yang telah diperoleh sebelumnya tidak menunjukkan perkembangan penyimpanan karbon pada pertumbuhan jenis Eucalyptus sp. Data ketinggian tempat tumbuh juga tidak dijadikan sebagai variabel dalam penentuan pendugaan potensi karbon tersimpan. Umur tanaman dan ketinggian tempat tumbuh tentu saja diduga sangat berpengaruh pada hasil potensi karbon tersimpan yang dihasilkan. Belum diketahui umur maksimal dan ketinggian tempat tumbuh yang akan menghasilkan potensi karbon tersimpan yang optimal pada tegakan Eucalyptus sp. Kajian terhadap nilai jasa lingkungan yang dihasilkan dari penyerapan karbon dioksida hutan tanaman Eucalyptus sp. juga belum didapatkan. Data potensi karbon tersimpan yang didapatkan sebelumnya bisa dikonversi menjadi
besaran penyerapan karbon dioksida. Dengan harga jual karbon dioksida yang ada, jasa lingkungan penyerapan karbon dioksida dapat dinilai. Kajian terakhir adalah bagaimana data-data penyerapan karbon dioksida hutan tanaman Eucalyptus sp. ini dapat diarahkan dan dimanfaatkan pada penerapan pengurangan emisi dan deforestasi dan degradasi hutan atau yang dikenal dengan Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation (REDD) di Kementerian Kehutanan. 1.2. Perumusan Masalah Permasalahan dalam penelitian ini adalah : a. Berapa umur tegakan dan ketinggian tempat tumbuh tegakan Eucalyptus sp. yang akan menghasilkan karbon tersimpan yang optimal. b. Berapa penyerapan karbon dioksida hutan tanaman Eucalyptus sp. c. Berapa nilai jasa lingkungan yang dihasilkan melalui penyerapan karbon dioksida hutan tanaman Eucalyptus sp. d. Bagaimana mekanisme penerapan hasil pendugaan potensi karbon tersimpan, penyerapan karbon dioksida dan nilai jasa lingkungan yang telah diperoleh dari hutan tanaman Eucalyptus sp. dalam program Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation (REDD) di Kementerian Kehutanan. 1.3. Tujuan Tujuan penelitian adalah untuk : a. Menganalisis pengaruh kelas umur dan ketinggian tempat tumbuh terhadap potensi karbon tersimpan hutan tanaman Eucalyptus sp.
b. Menghitung penyerapan karbon dioksida hutan tanaman Eucalyptus sp. c. Menghitung nilai jasa lingkungan yang dihasilkan melalui penyerapan karbon dioksida hutan tanaman Eucalyptus sp. d. Mengetahui kelayakan mekanisme penerapan hasil pendugaan potensi karbon tersimpan, penyerapan karbon dioksida dan nilai jasa lingkungan yang telah diperoleh dari hutan tanaman Eucalyptus sp. dalam Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation (REDD) di Kementerian Kehutanan. 1.4. Hipotesis Potensi karbon tersimpan hutan tanaman Eucalyptus sp.dipengaruhi oleh kelas umur dan ketinggian tempat tumbuh serta interaksi antara keduanya. 1.5. Manfaat Manfaat penelitian ini adalah sebagai bahan informasi dalam pengambilan kebijakan khususnya dalam rangka mendukung penerapan Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation (REDD) di Kementerian Kehutanan.