1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membaca merupakan garapan pengajaran di sekolah dasar yang memegang peranan penting, tanpa memiliki kemampuan membaca yang memadai sejak dini, siswa akan mengalami kesulitan dikemudian hari. Siswa yang tidak memiliki ketidakmampuan membaca dengan baik akan mengalami kesulitan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran untuk semua mata pelajaran yang dipelajari di sekolah. Siswa akan mengalami kesulitan dalam menangkap dan memahami informasi yang disajikan dalam berbagai buku pelajaran, buku-buku bahan penunjang dan sumber-sumber belajar tertulis yang lain. Hal tersebut akan berdampak pada kemajuan belajarnya yang lamban jika dibandingkan dengan teman-temannya yang tidak mengalami kesulitan dalam membaca. Membaca itu adalah aktifitas yang menjemukan bagi sebagian orang, membaca merupakan hal yang mudah dan semua orang bisa, namun yang sulit adalah memahami, mengolah kata dan menyerap makna yang terkandung didalam sebuah susunan kata-kata yang dibaca. Anak tunagrahita secara umum mempunyai tingkat kemampuan intelektual dibawah rata-rata. Menurut Moh. Amin (1985:12) yang dimaksud dengan kecerdasan dibawah rata-rata ialah apabila perkembangan umur kecerdasan (Mental Age, disingkat MA) seseorang terbelakang atau dibawah pertumbuhan usianya (Chronological Age, disingkat CA). Anak tunagrahita ringan mempunyai IQ dibawah rata-rata, yaitu antara 50-70. Kurangnya kecerdasan berakibat pada
2 hambatan dan kesulitan dalam menerima pelajaran seperti membaca karena itu berkaitan dalam hal perkembangan inteligensi. Oleh karena itu dalam memberikan pelajaran bahasa khususnya membaca kepada anak tunagrahita dibutuhkan pendekatan khusus sesuai dengan perkembangan pembelajaran yang dapat membantu mereka agar dapat lebih mudah mengerti pelajaran yang disampaikan oleh pengajar khususnya membaca. Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada 6 orang siswa sekolah dasar kelas dua di SPLB-C YPLB Bandung, 4 siswa diantaranya sudah menguasai abjad, seorang siswa menguasai sebagian abjad dan seorang siswa lagi belum menguasai abjad. Hal ini dikarenakan hambatan intelektual yang dialami oleh mereka baik dalam mengingat huruf-huruf atau kata-kata yang diajarkan maupun dalam membedakan antar huruf. Rendahnya kemampuan bernalar anak tunagrahita juga sebagai faktor yang menimbulkan banyaknya kegagalan dalam belajar membaca. Membaca pada dasarnya merupakan proses sensoris, Ahmad Slamet dan Vismaia (2003) mengungkapkan apapun yang dapat kita katakan tentang membaca, tidak dapat dipisahkan dari kenyataan bahwa awalnya membaca merupakan proses sensoris, dimana isyarat dan rangsangan untuk kegiatan membaca itu masuk melalui pintu yang disebut sensor visual dan auditori. Menurut Rochyadi, E (2008:189) diyakini bahwa persepsi penglihatan (visual) memiliki pengaruh kuat sebagai prasyarat terhadap keterampilan membaca. Pandangan ini dibangun atas asumsi bahwa persoalan membaca lebih menyangkut kepada masalah lambang atau symbol bahasa (alphabet), Oleh karena itu,
3 penekanan utama dalam membentuk kesiapan belajar membaca, lebih difokuskan kepada persoalan persepsi visual. Dalam pandangan yang berbeda, diyakini bahwa membaca itu lebih merupakan persoalan bahasa, dan bahasa itu sendiri merupakan persoalan bunyi dimana prosesnya dilalui lewat sensori auditoris. Jika kita merujuk kepada paham ini maka persoalan yang harus dibangun di dalam kesiapan belajar membaca tidak disandarkan kepada proses persepsi visual, melainkan lebih menyangkut kepada proses auditory yaitu kesadaran akan bunyi bahasa atau yang disebut kesadaran linguistik. Bryant, dkk (1989) mengungkapkan bahwa kesadaran linguistik pada anak sekolah dasar merupakan salah satu perolehan peningkatan keterampilan membaca yang dapat menjadi prasyarat atau fasilitator bagi keterampilan membaca. Hasil penelitian itu menemukan bahwa pelatihan kesadaran fonologis yang diberikan selama pengajaran membaca dapat mengembangkan keterampilan membaca anak, (Bradley & Brryant; 1983, Cunningham; 1990, Hatcher, Hulme & Ellis; 1994). Bagi penulis, antara symbol dan bunyi dalam aktivitas membaca merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan dan harus dipersepsi secara bersamaan. Dalam aktivitas membaca, symbol (huruf) itu harus dibunyikan, dan setiap apa yang akan dibunyikan harus sesuai dengan symbol yang ditampilkan. Oleh karena itu, menjadi sangat dimungkinkan aspek visual dan auditory itulah yang memberi dukungan kuat atas keberhasilan anak tunagrahita dalam hal membaca, sebab kedua aspek itu nyata-nyata memiliki pengaruh positif terhadap keterampilan membaca seseorang.
4 Atas dasar inilah maka penulis terdorong untuk mencoba mengungkapkan masalah keterampilan membaca permulaan pada anak tunagrahita ringan dengan metode Glenn Doman. Metode Glenn Doman sangat memperhatikan perkembangan linguistik dan penginderaan (visual dan auditory) anak melalui kartu kata sebagai media belajar yang inti dari metode tersebut. Proses belajar membaca ini melatih indera penglihatan, indera pendengaran dan terutama merangsang terjalinnya hubungan antar sel-sel otak. Metode Glenn Doman yang digunakan dalam penelitian ini merupakan suatu sarana bimbingan agar kemampuan membaca anak dapat berkembang baik. Metode membaca yang dikemukakan oleh Glenn Doman menekankan pada kemampuan penginderaan dimana anak distimulasi dengan kata-kata yang memiliki warna dan ukuran yang menarik perhatian dan penginderaan anak. Metode pembelajaran membaca Glenn Doman meliputi tujuh tahap pembelajaran. Tujuh tahap pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut: 1. Perbedaan penglihatan (pengenalan 5 kata yang ada di sekeliling dan akrab dengan anak, diantara kata-kata ini harus ada nama-nama anggota keluarga, binatang peliharaan, makanan kesukaan, benda-benda dalam rumah dan perbuatan-perbuatan yang disukainya). 2. Kata-kata diri (terdiri dari 5 kata-kata anggota badannya sendiri). 3. Kata-kata rumah (terdiri dari 5 kata yang meliputi kata-kata benda yang dimiliki keluarga, benda milik anak itu sendiri dan perbuatan yang sering dilakukan anak). 4. Susunan kata-kata dalam kalimat.
5 5. Susunan kata-kata dan kalimat. 6. Membaca buku yang sebenarnya; dan 7. Pengenalan abjad. Ciri khas aktivitas metode Glenn Doman yaitu kata-katanya di tulis dengan huruf yang besar hingga kecil dan berwarna, dibacakan dan diperlihatkan secara berulang-ulang. Metode Glenn Doman tidak mengajarkan huruf-huruf terlebih dahulu, hal ini dimaksudkan agar anak tidak melakukan proses membaca dengan cara mengeja huruf menjadi sebuah kata akan tetapi membaca kata yang jelas memiliki suatu makna. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul Pengaruh Metode Glenn Doman Terhadap Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan pada Anak Tunagrahita Ringan. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis dapat mengidentifikasi masalah-masalah yang terjadi yang terjadi dalam membaca permulaan. Adapun masalah-masalah tersebut sebagai berikut: 1. Siswa masih belum terampil dalam membaca permulaan. 2. Tidak digunakannya metode pengajaran khusus yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan membaca menyebabkan kemampuan membaca anak menjadi tidak berkembang.
6 3. Perlunya suatu media pembelajaran khusus sebagai alat bantu mengajar yang sesuai dengan metode yang akan digunakan dalam meningkatkan minat belajar siswa. 4. Pengunaan metode Glenn Doman dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan membaca karena metode ini sangat memperhatikan perkembangan linguistik dan penginderaan (visual dan auditory) anak melalui kartu kata sebagai media belajar yang inti dari metode tersebut C. Batasan Masalah Dalam penelitian ini terdapat batasan masalah yang akan diteliti, agar dalam pelaksanaannya tidak terlalu meluas dan dapat fokus pada suatu masalah sebagai berikut: 1. Kemampuan membaca permulaan pada anak tunagrahita ringan 2. Penggunaan metode Glenn Doman sebagai metode membaca untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak tunagrahita ringan D. Rumusan Masalah Untuk memperjelas permasalahan yang akan di teliti, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah penggunaan metode Glenn Doman memiliki pengaruh terhadap peningkatan kemampuan membaca permulaan pada anak tunagrahita ringan?
7 Rumusan masalah ini difokuskan pada pertanyaan penelitian berikut: a. Bagaimanakah kemampuan membaca permulaan Anak Tunagrahita Ringan sebelum dilakukan pembelajaran dengan menggunakan metode Glenn Doman? b. Bagaimanakah kemampuan membaca permulaan Anak Tunagrahita Ringan sesudah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan metode Glenn Doman? E. Variabel Penelitian 1. Definisi konsep variabel Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode Glenn Doman. Metode Glenn Doman merupakan suatu sarana bimbingan agar kemampuan membaca anak dapat berkembang baik. Metode Glenn Doman sangat memperhatikan perkembangan linguistik dan penginderaan (visual dan auditory) anak melalui kartu kata sebagai media belajar yang inti dari metode tersebut, dimana anak distimulasi dengan kata-kata yang memiliki warna dan ukuran yang menarik perhatian dan penginderaan anak. Proses belajar membaca ini melatih indera penglihatan, indera pendengaran dan terutama merangsang terjalinnya hubungan antar sel-sel otak. Variable terikat (target behavior) kemampuan membaca permulaan. Kemampuan membaca permulaan ini meliputi tujuh tahap pembelajaran yaitu perbedaan penglihatan (diantara kata-kata ini harus ada nama-nama anggota keluarga, binatang peliharaan, makanan kesukaan, benda-benda
8 dalam rumah dan perbuatan-perbuatan yang disukainya), kata-kata diri, kata-kata rumah, susunan kata-kata dalam kalimat, susunan kata-kata dan kalimat, membaca buku yang sebenarnya dan pengenalan abjad. 2. Definisi Operasional Variabel a. Variabel bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode Glenn Doman. Metode Glenn Doman sangat memperhatikan perkembangan linguistik dan penginderaan (visual dan auditory) anak melalui kartu kata sebagai media belajar yang inti dari metode tersebut. Pengembangan pembelajaran dengan metode Glenn Doman adalah rancangan pembelajaran membaca dengan tujuan merangsang aktivitas siswa dengan menggunakan permainan kartu kata. Melalui kartu kata tersebut siswa dikenalkan dengan sejumlah kata-kata mengenal perbedaan penglihatan (diantara kata-kata ini harus ada nama-nama anggota keluarga, binatang peliharaan, makanan kesukaan, benda-benda dalam rumah dan perbuatan-perbuatan yang disukainya), kata-kata diri, kata-kata rumah, susunan kata-kata dalam kalimat, susunan kata-kata dan kalimat, membaca buku yang sebenarnya dan pengenalan abjad melalui langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan teori Glenn Doman. Dari pengenalan kata-kata tersebut anak dapat terstimulasi untuk memperoleh kata sebanyak-banyaknya dan dapat membacanya.
9 b. Variabel terikat Variabel terikat disebut juga target behavior yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu kemampuan membaca permulaan dengan tujuh tahapan pembelajaran yaitu perbedaan penglihatan (diantara kata-kata ini harus ada nama-nama anggota keluarga, binatang peliharaan, makanan kesukaan, benda-benda dalam rumah dan perbuatan-perbuatan yang disukainya), kata-kata diri, kata-kata rumah, susunan kata-kata dalam kalimat, susunan kata-kata dan kalimat, membaca buku yang sebenarnya dan pengenalan abjad. Tujuh tahap pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut: a) Perbedaan penglihatan (pengenalan 5 kata yang ada di sekeliling dan akrab dengan anak, diantara kata-kata ini harus ada namanama anggota keluarga, binatang peliharaan, makanan kesukaan, benda-benda dalam rumah dan perbuatan-perbuatan yang disukainya). b) Kata-kata diri (terdiri dari 5 kata-kata anggota badannya sendiri). c) Kata-kata rumah (terdiri dari 5 kata yang meliputi kata-kata benda yang dimiliki keluarga, benda milik anak itu sendiri dan perbuatan yang sering dilakukan anak). d) Susunan kata-kata dalam kalimat. e) Susunan kata-kata dan kalimat. f) Membaca buku yang sebenarnya; dan
10 g) Pengenalan abjad. F. Hipotesis Menurut Sudjana (2002:219) bahwa hipotesis merupakan asumsi atau dugaan mengenai sesuatu hal yang di buat untuk menjelaskan hal itu yang sering dituntut untuk melakukan pengecekannya. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah Metode Glenn Doman memberi pengaruh positif terhadap peningkatan kemampuan membaca permulaan pada anak tunagrahita ringan. G. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran pengaruh metode Glenn Doman terhadap kemampuan membaca pada anak tunagrahita ringan. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: a. Kemampuan membaca permulaan Anak Tunagrahita Ringan sebelum dilakukan pembelajaran dengan menggunakan metode Glenn Doman? b. Kemampuan membaca permulaan Anak Tunagrahita Ringan sesudah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan metode Glenn Doman? c. Peningkatan kemampuan membaca permulaan pada Anak Tunagrahita Ringan melalui metode Glenn Doman.
11 2. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Teoritis Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru dalam memahami prinsip-prinsip dalam penerapan membaca permulaan bagi anak tunagrahita ringan. b. Kegunaan Praktis Kegunaan yang dapat diperoleh dari penelitian ini diantaranya: 1) Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi guru-guru di SPLB-C YPLB Bandung dalam meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada siswa tunagrahita ringan. 2) Dapat memberikan sumbangan ilmiah dalam menggali permasalahan mengenai strategi pembelajaran bagi siswa tunagrahita dalam kemampuan membaca permulaan. 3) Dapat membandingkan dengan metode yang selama ini dipakai dan bisa menerapkan metode ini.