VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan

dokumen-dokumen yang mirip
VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk

VII. PERENCANAAN LANSKAP

BAB V ANALISIS SINTESIS

V. KONSEP Konsep Dasar Perencanaan Tapak

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

PERENCANAAN LANSKAP Rencana Ruang dan Aktivitas Ruang Utama Agrowisata Area Tanaman Hias

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A

V. KONSEP Konsep Dasar Pengembangan Konsep

BAGIAN 4 DISKRIPSI HASIL RANCANGAN

BAB VI KESIMPULAN. berdasarkan kebutuhan pengguna? 6.1 Penilaian Pengguna Mengenai Komponen Setting Fisik Ruang Terbuka Publik Kawasan Eks MTQ

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

BAB III METODELOGI PERANCANGAN. Dalam Perancangan Hotel Resort Wisata Organik ini terdapat kerangka

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

V. KONSEP PENGEMBANGAN

BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV ANALISA TAPAK

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN. dalam mengembangkan ide sebuah rancangan. Langkah-langkah ini meliputi

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN EKOWISATA DI KORIDOR SUNGAI CILIWUNG, JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

PERENCANAAN LANSKAP LABORATORIUM LAPANG PESANTREN PERTANIAN DARUL FALLAH, CIAMPEA, BOGOR SEBAGAI TEMPAT WISATA PERTANIAN CINDY ALIFFIA A

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah

TAMAN REKREASI SERULINGMAS DI BANJARNEGARA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular

Lampiran 7: Pertanyaan Kuesioner dan Wawancara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V ANALISIS DAN SINTESIS

VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA

VI. KONSEP PERANCANGAN TAMAN TEPIAN SUNGAI MARTAPURA KOTA BANJARMASIN

BAB VI KONSEP DAN PERENCANAAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PERENCANAAN LANSKAP ANCOL ECOPARK

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. adalah High-Tech Of Wood. Konsep High-Tech Of Wood ini memiliki pengertian

TUGAS AKHIR DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR ( DP3A ) AGROWISATA EKOLOGIS PETERNAKAN SAPI PERAH DI KABUPATEN BOYOLALI

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN. pengumpulan data, analisis, dan proses sintesis atau konsep perancangan.

BAB III METODE PERANCANGAN. untuk mencapai tujuan penelitian dilaksanakan untuk menemukan,

BAB I PENDAHULUAN. negara/wilayah baik alam maupun budaya ini, kini semakin berkembang pesat

BAB III METODE PERANCANGAN. teori-teori dan data-data yang di dapat dari studi literatur maupun studi lapangan, sehingga dari

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PERENCANAAN LANSKAP. Tata Ruang Wisata Budaya

Gambar 2 Peta lokasi studi

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif, karena penelitian ini bertujuan membuat deskripsi, gambaran atau

TAMAN HERBAL SEBAGAI WAHANA PENDIDIKAN DAN REKREASI EKOLOGI DI KARANGANYAR JAWA TENGAH

BAB III METODE PERANCANGAN. proses merancang, disertai dengan teori-teori dan data-data yang terkait dengan

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,

VII. PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan

BAB VI DATA DAN ANALISIS

V. ANALISIS DAN SINTESIS

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi... iii Daftar Gambar... vi Daftar Tabel... ix Daftar Diagram... x

BAB III METODE PERANCANGAN

VII. RENCANA TAPAK. Tabel 15. Matriks Rencana Pembagian Ruang, Jenis Aktivitas dan Fasilitas (Chiara dan Koppelman, 1990 dan Akmal, 2004)

BAB III METODE PERANCANGAN. di Kota Malang dibutuhkan suatu metode yang merupakan penjelas tentang

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

Tahap II. Penilaian/ pembobotan Kriteria Penilaian Daya Dukung Lingkungan dalam Rangka Pengembangan Kawasan Wisata Alam

BAB V KONSEP PERANCANGAN. tersebut diperoleh dari alternatif-alternatif terbaik yang sudah sesuai dengan objek

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

Gambar 5.1. Zoning Ruang (sumber:konsep perancangan.2012)

Lampiran 1. Besaran tarif retribusi Tabel 1. Besaran tarif retribusi tempat rekreasi Kebun Buah Mangunan

BAB III METODE PERANCANGAN. perancang dalam mengembangkan ide rancangan. Metode yang digunakan dalam

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

4 BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN PASAR. event FESTIVAL. dll. seni pertunjukan

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Konsep tersebut berawal dari tema utama yaitu Analogy pergerakan air laut, dimana tema

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Perencanaan dasar pengunaan lahan pada tapak memiliki aturanaturan dan kriteria sebagai berikut :

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN AGROBISNIS, KABUPATEN SEMARANG

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

BAB III METODE PERANCANGAN. data-data sesuai dengan yang sebenarnya kemudian data-data tersebut disusun,

BAB V I KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dari permasalahan Keberadaan buaya di Indonesia semakin hari semakin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi geografis kota Magelang berada pada jalur transportasi kota

BAB III METODE PERANCANGAN. Metode Perancangan merupakan merupakan tahapan-tahapan kerja atau

Dari pertimbangan diatas dibuat konsep tata ruang

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

I. PENDAHULUAN. heterogen serta coraknya yang materialistis (Bintarto,1983:27). Kota akan selalu

masyarakat dan dipandang sebagai kesatuan antara fisik geografis dan lingkungannya dalam arti karakteristrik. Lansekap ditinjau dari segi

METODOLOGI. Gambar 6 Peta lokasi penelitian. Sumber: www. wikimapia.com 2010 dan BB Litbang Sumber Daya Lahan, 2008.

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR

GEDUNG PAMER DAN LAYANAN PURNA JUAL

LAMPIRAN. Lampiran 1. Jadwal rencana penelitian. Februari Maret April Mei Juni. Kegiatan. 1. Penyusunan Proposal. 2. Persiapan. 3. Inventarisasi Data

TINJAUAN PUSTAKA Estetika

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau

Transkripsi:

116 VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar perencanaan adalah mengembangkan laboratorium lapang PPDF sebagai tempat praktikum santri sesuai dengan mata pelajaran yang diberikan dan juga dikembangkan sebagai tempat wisata pertanian bagi masyarakat umum dan tempat pelatihan pertanian bagi peminat dan kelompokkelompok tani, dengan memanfaatkan unit-unit pertanian sebagai objek wisata dan penambahan beberapa fasilitas pelayanan wisata dalam tapak. Sekaligus sebagai tempat wisata rohani sesuai dengan suasana pesantren yang erat dengan kesan agamisnya. Nuansa yang masih alami mendominasi tapak, hal ini sesuai dengan konsep agrowisata yang kembali ke alam sehingga pemilihan material dan fasilitas tidak bertentangan dengan konsep alami tersebut. Pengembangan kawasan wisata ini diusahakan menunjang kepentingan pengguna tapak dengan tidak mengorbankan kepentingan ekologis. 6.2. Konsep Pengembangan Konsep pengembangan dikembangkan berdasarkan konsep dasar yang telah ditetapkan. Konsep ini dilihat dari aktivitas, tujuan pengembangan tapak dan fungsi awal tapak. Oleh karena itu dalam konsep perencanaan tapak dikembangkan beberapa fungsi yaitu fungsi pendidikan, fungsi budidaya, fungsi rekreasi, fungsi konservasi, fungsi ekonomi. Fungsi Pendidikan Fungsi awal dari perencanaan ini adalah sebagai laboratorium lapang bagi santri untuk melaksanakan praktikum. Kemudian dikembangkan menjadi tempat wisata pertanian dan pelatihan pertanian dengan memanfaatkan ruang yang ada untuk menambah pengetahuan tentang obyek wisata pertanian seperti pengenalan jenis komoditas, pengenalan aktivitas budidaya yang bersifat teknis, teori dan pengalaman.

117 Fungsi Budidaya Fungsi budidaya untuk tujuan produksi yang sudah ada di tapak sebelum perencanaan, dikembangkan sebagai salah satu obyek dan atraksi wisata pertanian. Fungsi Rekreasi Fungsi rekreasi di tapak bertujuan untuk memenuhi kebutuhan rekreasi yang dituangkan dalam bentuk rekreasi umum dan rekreasi khusus dengan berbagai aktivitas dan fasilitas penunjangnya. Fungsi Konservasi Fungsi ini bertujuan untuk konservasi tanah dan air yang ada pada tapak akibat pengembangan ruang yang ada, sehingga dapat melestarikan lingkungan serta mempertahankan daerah resapan air. Fungsi Ekonomi Fungsi ini berhubungan dengan fungsi lainnya untuk menghasilkan keuntungan ekonomi, sehingga keberlanjutan aktivitas budidaya dan rekreasi tetap berjalan. Selain itu juga dapat menjadi pemasukan bagi pesantren. Selain sebagai tempat budidaya pertanian, tempat ini juga dikembangkan sebagai tempat transaksi hasil panen maupun olahan yang dapat mendatangkan keuntungan tersendiri. Dari konsep dasar kemudian diaplikasikan dalam beberapa jenis konsep teknis pengembangan yang akan digunakan sebagai acuan untuk perencanaan tapak. Konsep pengembangan tersebut adalah konsep ruang, konsep wisata, konsep sirkulasi, konsep tata hijau, konsep fasilitas dan utilitas. 6.2.1. Konsep Ruang Pembagian ruang yang diterapkan di tapak berdasarkan kesesuaian aspek biofisik, sosial dan teknik sehingga konsep ruang yang dikembangkan berupa ruang pemanfaatan dan konservasi. Serta berdasarkan hasil pemilihan alternatif ruang yang dihasilkan dari analisis dan sintesis. Gambar hierarki ruang yang akan diterapkan dapat dilihat pada gambar 41 dan gambar perencanaan blok dapat dilihat pada gambar 42.

118

120 6.2.2. Konsep Wisata Konsep Wisata pada tapak adalah tempat praktikum santri yang akan dikembangkan sebagai wisata pertanian. Konsep wisata ini dapat menjadi sarana wisata yang edukatif sehingga dapat menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman yang baru bagi wisatawan dengan bentuk kegiatan yang dapat menarik minat dari semua jangkauan usia. Selain wisata pertanian, aktivitas dan fasilitas pertanian yang ada di tapak ini dapat digunakan sebagai pelatihan bagi peminat dan kelompok tani untuk meningkatkan keterampilan sehingga dapat dipraktekkan sendiri di kehidupannya. Selain wisata pertanian yang diterapkan di tapak, juga direncanakan rekreasi umum dalam bentuk rekreasi outbond dan rekreasi khusus dalam bentuk wisata rohani yang dapat dilakukan di tapak. Aktivitas rekreasi di tapak direncanakan untuk dapat menampung kebutuhan rekreasi pengunjung dari segala usia dan golongan ekonomi. Wisata rohani akan dikembangkan sebagai pendukung wisata pertanian di tapak karena wisata ini sesuai dengan suasana lingkungan pesantren yang agamis dan masih berkesan alami dengan cara memberikan fasilitas yang dapat digunakan untuk beribadah maupun kontemplasi. Dan juga sesuai dengan konsep agrowisata yang mengoptimalkan fenomena alam pedesaan yang masih erat dengan suasana agamisnya. Berikut ini model konsep aktivitas wisata yang akan dikembangkan di tapak terdapat pada gambar 43. Pendidikan Rekreasi Keterangan: Aktivitas Wisata Aktivitas Wisata Pertanian Aktivitas Rekreasi Fungsi Aktivitas Gambar 44. Model Konsep Aktivitas Wisata

121 6.2.3. Konsep Sirkulasi Konsep sirkulasi yang dikembangkan di tapak berfungsi untuk menghubungkan antara satu ruang dengan ruang yang lain, serta berguna untuk aktivitas wisata dan aktivitas pendidikan. Pola sirkulasi yang diterapkan ada tiga yaitu jalur sirkulasi primer yang ditujukan untuk kendaraan. Kemudian jalur sirkulasi sekunder yang ditujukan untuk pejalan kaki baik pengunjung maupun pengelola berupa jalan setapak dan dapat dilalui oleh lebih dari satu orang pejalan kaki sekaligus. Jalur sirkulasi ini juga dilalui oleh traktor yang berguna untuk pengolahan tanah yang digunakan pada ruang wisata pertanian. Selain itu traktor juga digunakan untuk penanaman, untuk pemeliharan tanaman, untuk memutar pompa irigasi, untuk pemanen (dengan memasang pisau reaper), serta untuk pengangkutan, mulai dari bibit, pupuk, peralatan, sampai hasil pertanian. Dan yang terakhir yaitu jalur sirkulasi interpretasi untuk memfasilitasi pengunjung agar lebih mengetahui tentang tanaman di dalam petak tanaman. Ketiga pola jalur sirkulasi ini harus mempertimbangkan kelestarian tapak dan karakteristik lahannya agar memudahkan pengguna tapak untuk mencapai blok kegiatan yang diinginkan. Jalur sirkulasi pada konsep sirkulasi ini dibuat mengarahkan pengguna tapak mulai dari pintu masuk menuju area parkir, kemudian pengunjung diarahkan menuju ruang interpretasi utama, setelah itu pengunjung bisa memilih tiga alternatif jalur pilihan, yang pertama pengunjung diarahkan ke area tanaman obat, lalu masuk ke area tanaman aromatik kemudian ke area tanaman buah, jika ingin melanjutkan perjalanan di area tanaman buah ini bisa memilih jalur ke area tanaman buah, namun jika ingin ke area lain maka dapat memilih jalur ke area tanaman hias, setelah itu masuk ke stoping area jika ingin beristirahat, setelah itu melanjutkan perjalanan ke laboratorim kultur jaringan dan memasuki area pembibitan. Setelah dari area pembibitan ini jika ingin melihat pemandangan lain di luar tapak dapat mengikuti jalur sepanjang sempadan sungai dan akan berhenti di stoping area dengan pemandangan muara sungai Darul Fallah. Setelah itu dapat melanjutkan perjalanan mengikuti jalur sirkulasi menuju area rekreasi outbond atau pun ke area rekreasi religi. Kemudian perjalanan dilanjutkan menuju area tanaman buah, kemudian mengikuti jalur sirkulasi menuju area tanaman

122 perkebunan kemudian ke area tanaman buah lalu menuju area kehutanan. Di area kehutanan ini dapat memilih jalur menuju menara pandang yang terletak di puncak bukit ataupun memilih jalur menuju hutan bambu. Setelah itu pengunjung dapat memilih jalur menuju area tanaman aromatik atau jalur menuju lahan pakan hijauan ternak. Kedua jalur ini akan menuju ke area peternakan. Setelah itu pengunjung dapat membeli cinderamata hasil produk Darul Fallah di kios cinderamata. Jalur alternatif yang kedua yaitu setelah pengunjung melalukan aktivitas di area interpretasi utama maka pengunjung diarahkan ke area peternakan, setelah itu pengunjung dapat mengikuti jalur ke area area tanaman aromatik lalu menuju area tanaman buah kemudian menuju area kehutanan lalu turun menuju area tanaman buah menuju ke area perkebunan, setelah itu menuju area rekreasi religi atau ke area rekreasi outbond. Kemudian melanjutkan perjalanan mengikuti jalur sirkulasi ke stoping area di luar tapak. Setelah itu menuju area pembibitan lalu menuju laboratorium kultur jaringan. Setelah itu menuju stoping area berupa plaza lalu menuju area tanaman hias, kemudian menuju area tanaman buah, lalu menuju ke area tanaman aromatik setelah itu menuju ke area tanaman obat. Lalu diarahkan menuju kios cinderamata untuk membeli hasil produk Darul Fallah. Jalur alternatif yang ketiga yaitu setelah pengunjung melalukan aktivitas di area interpretasi utama maka pengunjung diarahkan ke area tanaman buah yang berada di selatan, setelah itu pengunjung diarahkan ke area tanaman sayuran, lalu menuju jalur sirkulasi di sepanjang sempadan Sungai Cinangneng hingga menuju stoping area di luar tapak. Setelah pengunjung selesai melakukan aktivitas di stoping area ini maka pengunjung diarahkan ke area rekreasi outbond, setelah itu pengunjung dapat menuju area rekreasi religi, jika tidak maka pengunjung diarahkan ke area tanaman buah kemudian menuju area pembibitan, setelah itu pengunjung diarahkan ke laboratorium kultur jaringan, lalu masuk ke area tanaman hias. Setelah itu pengunjung menuju area tanaman buah kemudian menuju area tanaman aromatik kemudian menuju area kehutanan. Setelah itu pengunjung diarahkan menuju area pakan hijauan ternak, kemudian menuju area peternakan. Setelah itu pengunjung diarahkan menuju kios cinderamata untuk membeli hasil produk Darul Fallah.

123 Pengunjung dapat langsung pulang setelah membeli cinderamata di kios cinderamata Darul Fallah, namun bila pengunjung masih ingin berwisata maka pengunjung diarahkan ke area tanaman buah yang berada di selatan tapak menuju area perkebunan, kemudian menuju area tanaman sayuran, lalu menuju ke lahan percobaan berupa sawah serta kolam ikan di area perikanan. Apabila pengunjung lapar maka dapat menikmati makanan di rumah makan di sekitar lahan percobaan sambil menikmati pemandangan. Setelah selesai berwisata maka pengunjung yang menggunakan kendaraan dapat kembali ke area parkir sedangkan pengunjung yang tidak menggunakan kendaraan dapat kembali ke area interpretasi utama untuk meminta bantuan kepada pengelola untuk menghubungi ojek maupun kendaraan umum lain. Selain sirkulasi wisata, di tapak juga terdapat sirkulasi pendidikan yang ditujukan untuk kepentingan praktikum santri. Gambar konsep sirkulasi dapat dilihat pada gambar 44.

125 6.2.4. Konsep Tata Hijau Pengembangan tata hijau di tapak diarahkan kepada konsep agrowisata itu sendiri yaitu alami dengan memperhatikan komposisi vegetasi untuk meningkatkan kualitas lingkungan agar bernilai indah dan fungsional. Tanaman yang digunakan di tapak lebih mengutamakan tanaman eksisting dan tanaman introduksi sesuai dengan tujuan perencanaan, fungsi tanaman dan ruang yang akan dikembangkan. Konsep tata hijau yang diterapkan di tapak memiliki fungsi antara lain: Fungsi Produksi Penggunaan tanaman produksi dikembangkan pada lahan pertanian hortikultura, lahan tanaman herbal, lahan perkebunan, lahan hijauan pakan ternak dan lahan kehutanan. Vegetasi pada tata hijau produksi mengembangkan beberapa varietas yang dikembangkan oleh PT. DaFa Teknoagro Mandiri sebagai pihak pengelola Laboratorium Kultur Jaringan yang ada di tapak diantaranya tanaman buah-buahan dan tanaman obat. Kemudian tanaman yang telah ada di tapak sebelumnya sehingga perlu penataan seperti lahan hijauan pakan ternak, tanaman kehutanan dan tanaman perkebunan. Dan tanaman introduksi untuk menambah keanekaragaman tanaman pertanian seperti tanaman sayur, tanaman hias dan tanaman aromatik. Pemilihan jenis tanaman produksi yang digunakan ditempatkan sesuai ruang yang ada, diantaranya sayuran, buah-buahan, dan tanaman hias pada lahan pertanian hortikultura, tanaman aromatik dan tanaman obat pada lahan tanaman herbal, tanaman perkebunan pada lahan perkebunan, serta rumput-rumput yang ditanam untuk pakan hijauan ternak. Hasil produksi tanaman ini dapat berperan sebagai komoditi produksi yang memiliki nilai jual tersendiri. Tanaman yang akan dibudidayakan di tapak sebagian dikembangkan dengan pola pertanian organik seperti pada tanaman sayuran agar dapat menyosialisasikan manfaatnya bagi pengunjung serta bersifat ramah lingkungan.

126 Fungsi Estetik Penggunaan tanaman yang dapat menimbulkan kesan indah dan melembutkan suasana, sangat diperlukan di tapak terutama pada spot-spot yang ditujukan untuk menarik perhatian wisatawan agar kesan monoton dapat diminimalisir. Pemilihan vegetasi pada tata hijau estetik ini bisa didapat dari pola perbedaan warna tanaman dan pola perbedaan ketinggian, bentuk atau pun kerapatan tanaman sesuai dengan kesan yang akan ditimbulkan pada ruang tersebut. Penanaman tanaman yang mempunyai fungsi estetika ini akan ditanam pada area penerimaan yang merupakan area pertama yang akan dilihat wisatawan sehingga memerlukan kesan indah. Kemudian tanaman estetika ditanam pada area pelayanan, karena di area ini terdapat fasilitas yang melayani kebutuhan pengguna tapak dan tidak mempunyai tema khusus sehingga tanaman yang dipilih adalah yang menimbulkan kesan estetik. Penggunaan tanaman estetika ini juga ditanam di ruang rekreasi religi karena aktivitas pada ruang ini membutuhkan kesan tenang dan private sehingga ruang ini dapat dibentuk dari komposisi tanaman lanskapnya yang menimbulkan kesan indah. Penempatan vegetasi pada tata hijau estetik juga dilakukan di ruang rekreasi outbond yang berada di dekat fasilitas pelayanan. Fungsi Arsitektural Fungsi arsitektural pada tapak dibagi menjadi empat, yaitu: - Tata hijau Pengarah Penggunaan tanaman pengarah di tapak berguna untuk mengarahkan sirkulasi kendaraan dan sirkulasi pejalan kaki. Pemilihan jenis tanamannya pun disesuaikan dengan ketinggian, bentuk dan kerapatan tertentu sesuai dengan kesan yang ingin diciptakan. Tanaman pengarah ini akan ditanam di sepanjang jalur sirkulasi, baik sirkulasi primer maupun sirkulasi sekunder. Untuk sirkulasi primer maka pemilihan tanaman pengarah juga memiliki fungsi untuk mereduksi bising yang disebabkan dari suara kendaraan bermotor.

127 - Tata hijau Pembatas Penggunaan tanaman pembatas di tapak perencanaan ini berfungsi untuk membatasi antara ruang yang satu dengan ruang yang lain. Selain dibatasi dengan hard material, pemilihan tanaman sebagai pembatas dapat memberikan kesan lembut dan alami. Pemilihan jenis tanamannya pun disesuaikan dengan ketinggian, bentuk dan kerapatan tertentu sesuai dengan kesan yang ingin diciptakan. Peletakkan tanaman pembatas ini berada di antara ruang yang satu dengan ruang yang lain sesuai dengan fungsinya untuk membatasi ruang. Dan juga terletak di perbatasan antara tapak dengan lingkungan luar sehingga keamanan dapat lebih terjaga. - Tata hijau Peneduh Penggunaan tanaman peneduh pada tapak berguna untuk memberi keteduhan dari sinar matahari yang menyengat sehingga aktifitas di outdoor akan lebih nyaman dilakukan. Pemilihan jenis tanamannya pun disesuaikan dengan pola percabangan dan ketinggian tertentu untuk menciptakan kesan yang diinginkan. Tanaman peneduh ini akan ditanam di beberapa titik di jalur sirkulasi sekunder serta di ruang penerimaan seperti tempat parkir, ruang penerimaan utama, ruang wisata tanaman hortikultura untuk tanaman hias, kemudian ruang rekreasi outbond dan ruang rekreasi religi. - Tata hijau Pereduksi bau Pada area peternakan, bau dari kotoran sapi dan kambing sangat menyengat maka perlu penanaman vegetasi perduksi bau untuk melokalisasi bau tak sedap tersebut. Pemilihan jenis tanaman aromatik dipilih untuk mereduksi bau sekaligus bau busuk dapat diserap tanaman dan dapat diganti dengan bau harum (Dahlan, 2004). Fungsi Konservasi Penanaman tanaman konservasi berguna untuk mengkonservasi tanah dan air. Dalam tapak, tata hijau konservasi ini dikembangkan di area kehutanan serta sempadan sungai dan selokan.

128 Peta penyebaran vegetasi yang sesuai dengan konsep tata hijau dapat dilihat pada gambar 45. 6.2.5. Konsep Fasilitas dan Utilitas Adanya fasilitas dan utilitas wisata di tapak mutlak diperlukan untuk mendukung fungsi ruang dan sebagai salah satu faktor penentu terciptanya keamanan dan kenyamanan di tapak. Sehingga dalam menentukan peletakkan fasilitas dan utilitas harus didasarkan pada fungsi ruang aktifitas pengguna tapak serta kondisi lingkungan tapak agar terpakai oleh pengguna tapak. Konsep fasilitas yang akan dikembangkan di tapak adalah fasilitas yang dapat menunjang segala bentuk aktifitas yang direncanakan di tapak. Hal ini diterapkan dalam pembagian ruang yang ada pada tapak, yaitu fasilitas pelayanan wisata, objek wisata pertanian dan fasilitas wisata umum. Fasilitas pelayanan wisata adalah fasilitas yang memenuhi kebutuhan dasar wisatawan dalam melakukan kegiatan wisata seperti pelayanan informasi dan pelayanan istirahat. Fasilitas ini akan ditempatkan di dalam tapak dengan memperhatikan keterkaitan ruang. Objek wisata pertanian adalah objek yang berhubungan dengan kegiatan pertanian yang ada di tapak, merupakan kebutuhan bagi keberlanjutan atraksi pertanian yang ada di tapak. Di antaranya adalah blok-blok tanaman, instalasi penyedia air bagi tanaman, rumah kaca, kandang ternak, saung, kios penjualan produk, gudang peralatan dan perlengkapan pertanian. Objek ini akan ditempatkan sesuai dengan kebutuhan ruang yang ada di tapak. Fasilitas wisata umum yang ada di tapak berfungsi untuk pemenuhan kebutuhan rekreasi bagi wisatawan di tapak yaitu berupa fasilitas yang menunjang kegiatan outbond, dan ruang terbuka hijau yang dapat dimanfaatkan pengunjung. Penempatan fasilitas wisata umum ini berada di ruang rekreasi baik dalam bentuk rekreasi outbond maupun rekreasi religi. Utilitas yang ada di tapak adalah jaringan listrik, penangkal petir, pengolahan limbah, jaringan komunikasi dan air irigasi untuk area pengelolaan serta air bersih untuk menunjang aktivitas wisata di tapak. Jaringan listrik sudah masuk tapak sejak tahun 1982, begitu juga dengan jaringan komunikasi yang telah ada pada tapak. Jaringan listrik berkaitan dengan ketersediaan sarana penerangan

130 dan dapat membantu kerjanya alat-alat yang membutuhkan tenaga listrik pada siang dan malam hari. Ketersediaan tiang, kabel listrik dan juga lampu pada spotspot tertentu dengan memperhatikan intensitas penggunanya sangat diperlukan untuk pengembangan tapak sebagai obyek wisata. Jaringan komunikasi diperlukan dalam tapak untuk berkomunikasi guna kelancaran pengelolaan kebun sehingga jika ada suatu gangguan dapat terkoordinasi dengan cepat. Pengolahan limbah pada tapak dapat dimanfaatkan dari kotoran ternak yang diolah menjadi pupuk kandang bagi tanaman di area pengelolaan. Penangkal petir diperlukan untuk menangkal petir di dalam tapak dan penempatannya di atas bangunan. 6.2.6. Konsep Pengelolaan Laboratorium lapang ini terbuka untuk umum baik dari kalangan akademisi maupun masyarakat umum. Pengunjung yang datang ke tapak dapat berkelompok maupun individu. Dengan bantuan pemandu wisata yang akan memandu aktivitas wisata pengunjung di tapak sesuai dengan program wisata yang dikembangkan pengelola serta ada pembatasan waktu kunjungan sesuai dengan program wisata tersebut. Untuk memasuki tapak pengunjung akan dikenakan biaya masuk yang akan digunakan untuk keberlanjutan aktivitas wisata.