BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan primer manusia. Sebelum seseorang memenuhi kebutuhan yang lain, pangan menjadi kebutuhan mendasar yang tidak bisa ditunda. Pangan pun menjadi tumpuan segala kegiatan dan aktivitas sehari-hari. Keberhasilan pemenuhan pangan pun akan membentuk sumberdaya manusia yang baik. Pemenuhan kebutuhan pangan tidak hanya dalam kuantitas, tetapi juga kualitas, mutu, dan aman. Untuk tercapainya kebutuhan pangan harus tersedia pangan dalam jumlah yang cukup dan kualitas yang baik. Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduknya. Oleh karena itu, kebijakan ketahanan pangan menjadi isu sentral dalam pembangunan serta merupakan fokus utama dalam pembangunan pertanian (Suryana, 2005). Permasalahan utama dalam mewujudkan ketahanan pangan di Indonesia saat ini adalah pertumbuhan permintaan pangan yang lebih cepat dari pertumbuhan penyediaannya. Permintaan yang meningkat cepat tersebut merupakan hasil dari peningkatan jumlah penduduk, pertumbuhan ekonomi, peningkatan daya beli masyarakat dan perubahan selera (Sianipar dkk., 2012). Menurut PP Nomor 68 tahun 2002 (Sekretaris Negara Republik Indonesia, 2002) yang dimaksud ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Ketersediaan pangan merupakan prasyarat penting bagi keberlanjutan konsumsi pangan. Dan setiap wilayah memiliki kemampuan pemenuhan kebutuhannya yang berbeda-beda Untuk itu perlu pemahaman kinerja konsumsi pangan menurut wilayah dan pendapatan. Indonesia sebagai negara yang besar dengan jumlah penduduk yang besar menghadapi tantangan yang kompleks untuk mewujudkan ketahanan pangan. 250 juta penduduk Indonesia menggantungkan kebutuhan pangan dari sektor pertanian. Namun, petani merupakan mayoritas dari jumlah penduduk Indonesia yang menjadi produsen pangan sekaligus sebagai konsumen pangan terbesar. Petani menjadi ujung tombak dalam upaya pemenuhan pangan dan petani pulalah yang dituntut dalam memenuhi 1
kebutuhan pangan bagi seluruh penduduk Indonesia, baik jumlah maupun mutu. Namun, di sisi lain petani juga sebagai konsumen terbesar yang harus terpenuhi pangannya. Kelompok petani yang mayoritas miskin harus memenuhi kebutuhan dasar mereka. Petani harus memiliki kemampuan untuk memproduksi pangan, dan harus memiliki daya beli untuk kebutuhan sehari-hari mereka. Permasalahan pangan dari waktu ke waktu berlangsung dalam tekanan yang terus meningkat. Salah satu penyebab utamanya adalah pertumbuhan penduduk yang terus meningkat. Pertumbuhan penduduk beriringan dengan meningkatnya permintaan akan pangan sehingga peningkatan produksi pangan harus mampu memenuhi kebutuhan pangan penduduk. Namun, lahan pertanian sebagai salah satu faktor sumberdaya yang memenuhi kebutuhan pangan semakin hari semakin berkurang seiring bertambanhnya penduduk. Lahan pertanian telah banyak beralih fungsi ke non pertanian, seperti menjadi pemukiman atau perumahan, pabrik, hotel, dan lain sebagainya. Sepuluh tahun ke depan sangat dikhawatirkan pemenuhan pangan tidak akan tercukupi jika alih fungsi lahan tidak segera diselesaikan. Berdasarkan data BPS (2013), luas rata-rata kepemilikan lahan sawah di Indonesia hanya 0,34 ha per rumah tangga tani pada tahun 2009, dan telah turun menjadi 0,2 ha per rumah tangga tani pada tahun 2013. Selain pemenuhan pangan akan terganggu akibat berkurangnya lahan pertanian, kemiskinan pun bisa terjadi terutama pada petani sebagai pengolah lahan pertanian. Kemiskinan petani bukan hanya terjadi akibat faktor sumberdaya, atau teknologi yang kurang modern, tetapi luasan lahan garapan merupakan faktor terbesar. Tergerusnya lahan pertanian akan membuat petani menjadi buruh upahan yang bisa berujung pada kemiskinan. Untuk pemenuhan kebutuhan terutama pangan, petani tak lagi bisa mengambil dari lahannya sendiri. Mereka harus membeli yang tentu saja hal tersebut akan membuat pengeluaran pangan meningkat. Terutama saat harga pangan naik, petani tidak akan sanggup memenuhi kebutuhan pangannya dan kebutuhan gizi juga tidak akan terpenuhi. Sebagai negara dengan penduduk besar dan wilayah sangat luas, ketahanan pangan merupakan agenda penting di dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Kejadian rawan pangan menjadi masalah yang sangat sensitif dalam dinamika kehidupan sosial politik Indonesia. Menjadi sangat penting bagi Indonesia untuk mampu mewujudkan ketahanan pangan nasional, wilayah, rumah tangga dan individu 2
yang berbasiskan ketahanan pangan domestik (Ariani, 2010). Ketahanan pangan nasional tidak berdiri sendiri, melainkan gambaran dari ketahanan pangan setiap daerah. Ketahanan pangan nasional tercapai apabila setiap daerah di Indonesia telah mencapai ketahanan pangan. Masalah alih fungsi lahan juga terjadi di Kabupaten Magelang, salah satunya Kecamatan Muntilan. Menurut Setiowati (2015), Kabupaten Magelang merupakan jalur arteri Yogyakarta-Semarang, Magelang-Purworejo, jalan kolektor Magelang-Boyolali sehingga merupakan wilayah dengan aksesibilitas cukup tinggi. Kecamatan Muntilan juga telah terjadi perkembangan jalur perekonomian yang intensif. Hal-hal tersebut dapat menjadi pemicu perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi non pertanian yang luar biasa. Hal tersebut menyebabkan penguasaan lahan petani berkurang, dan dikhawatirkan produksi pangan akan menurun sehingga ketahanan pangan rumah tangga tani akan terganggu. Maka dari itu perlu dilakukannnya penelitian tentang ketahanan pangan, dan kemiskinan rumah tangga tani berdasarkan luas lahan pertanian. Tujuannya agar diketahui tingkat kecukupan pangan dan energi rumah tani berpenguasaan lahan luah, lahan sedang, dan lahan sempit. 2. Rumusan Masalah Ketahanan pangan terbagi menjadi empat tingkatan, yaitu ketahanan pangan nasional, ketahanan pangan regional, ketahanan pangan rumah tangga, dan ketahanan pangan individu. Ketahanan pangan nasional yang baik tidak dapat menjadi tolak ukur terjaminnya ketahanan pangan tingkat regional atau rumah tangga maupun individu. Hal ini terjadi karena rumah tangga memiliki ketersediaan dan akses pangan yang berbedabeda. Ketahanan pangan rumah tangga berhubungan dengan kemampuan rumah tangga dalam mengakses pangan secara cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggotanya dan untuk mempertahankan kehidupan yang aktif dan sehat. Kabupaten Magelang merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang mengalamai ancaman pengalihan lahan pertanian ke non pertanian akibat sebagai salah satu jalur penting Yogyakarta-Temanggung-Wonosobo-Semarang, terutama Kecamatan Muntilan. Kecamatan Muntilan sebagai salah satu kecamatan di Magelang juga telah terjadi perkembangan jalur perekonomian yang intensif. Hal-hal tersebut dapat menjadi pemicu perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi non pertanian yang luar biasa. Hal tersebut menyebabkan penguasaan lahan petani berkurang, dan dikhawatirkan 3
produksi pangan akan menurun, terutama produksi padi. Padi merupakan komoditas paling unggul yang diusahakan oleh petani di Kabupaten Magelang karena beras sebagai makanan pokok masyarakat Magelang. Pertumbuhan penduduk di Kabupaten Magelang pun terus meningkat dari tahun ke tahun sehingga permintaan akan beras semakin bertambah. Namun, luas lahan pertanian semakin menurun dari tahun ke tahun. Luas lahan garapan petani cenderung akan mempengaruhi produksi tanaman pangan. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap pendapatan rumah tangga tani. Pendapatan yang diperoleh akan berpengaruh terhadap daya konsumsi pangan rumah tangga tani. Berdasarkan pemikiran tersebut maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut: a. Bagaimanakah perbandingan pangsa pengeluaran pangan rumah tangga tani b. Bagaimanakah perbandingan tingkat kecukupan energi rumah tangga tani c. Bagaimanakah perbandingan tingkat ketahanan pangan rumah tangga tani d. Bagaimanakah perbandingan tingkat kemiskinan rumah tangga tani berdasarkan luas lahan di Kecamatan Muntilan Kabupaten Magelang? 3. Tujuan Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan, maka tujuan dari penelitian ini adalah: a. Membandingkan pangsa pengeluaran rumah tangga tani berdasarkan luas lahan di Kecamatan Muntilan Kabupaten Magelang. b. Membandingkan tingkat kecukupan energi rumah tangga tani berdasarkan luas lahan di Kecamatan Muntilan Kabupaten Magelang. c. Membandingkan tingkat ketahanan pangan rumah tangga tani berdasarkan luas lahan di Kecamatan Muntilan Kabupaten Magelang. d. Membandingkan tingkat kemiskinan rumah tangga tani berdasarkan luas lahan di Kecamatan Muntilan Kabupaten Magelang. 4
4. Kegunaan Penelitian Manfaat penelitian adalah sebagai berikut : a. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menjadi sarana untuk mengembangkan kemampuan, pengalaman dan wawasan dalam bidang Sosial Ekonomi Pertanian sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi tingkat S1 di Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. b. Bagi pemerintah dapat dijadikan bahan masukan dalam menentukan kebijakan dalam upaya meningkatkan tingkat ketahanan pangan rumah tangga tani. c. Bagi rumah tangga tani, penelitian ini dapat dijadikan bahan evaluasi dalam menjalankan dan mengembangkan usahataninya sehingga dapat meningkatkan tingkat ketahanan pangan. d. Bagi pihak lain, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan tambahan informasi untuk penelitian lebih lanjut. 5