RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L. Var. TUKTUK) ASAL BIJI TERHADAP PEMBERIAN PUPUK KALIUM DAN JARAK TANAM

dokumen-dokumen yang mirip
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) DENGAN PEMBELAHAN UMBI BIBIT PADA BEBERAPA JARAK TANAM

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) VARIETAS TUK-TUK TERHADAP JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK KCl

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH DENGAN PENGOLAHAN TANAH YANG BERBEDA DAN PEMBERIAN PUPUK NPK

Kajian Aplikasi Dosis Pupuk ZA dan Kalium Anak Agung Gede Putra 10

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember

TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L,) VARIETAS KUNING TERHADAP PEMBERIAN KOMPOS KASCING DAN PUPUK NPK

Pengaruh Populasi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) dan Jagung (Zea mays L.) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pada Sistem Pola Tumpang Sari

PENDAHULUAN. Latar Belakang. India, tetapi sebagian lagi memperkirakan asalnya dari Asia Tenggara dan

RESPOMS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAAWI (Brassica Juncea. L) TERHADAP INTERVAL PENYIRAMAN DAN KONSENTRASILARUTAN PUPUK NPK SECARA HIDROPONIK

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian

DOSIS PUPUK CAIR ANORGANIK DAN JARAK TANAM BERPENGARUH TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L. var. TUK TUK ) ASAL BIJI

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

Jurnal Online Agroekoteknologi. ISSN No Vol.3, No.3 : , Juni 2015

Jurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No Vol.4. No.1, Desember (560) :

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG SABRANG (Eleutherine americana Merr) TERHADAP PEMBELAHAN UMBI DAN PERBANDINGAN MEDIA TANAM ABSTRACT

BAHAN METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

EFEKTIFITAS JARAK TANAM DAN JUMLAH BENIH PER LUBANG TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI GOGO

RESPONS JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK ORGANIK GRANUL YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA AKSESI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) LOKAL HUMBANG HASUNDUTAN PADA BERBAGAI DOSIS IRADIASI SINAR GAMMA

Pengaruh BAP ( 6-Benzylaminopurine ) dan Pupuk Nitrogen terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.)

Jurnal Cendekia Vol 12 No 1 Januari 2014 ISSN

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan milik petani di Desa Dolat Rakyat-

III. METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan Percut

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

Tanggap Pertumbuhan dan Produksi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Pada Dosis Pupuk Kalium dan Frekwensi Pembumbunan

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG TANAH TERHADAP BAHAN ORGANIK Tithonia diversifolia DAN PUPUK SP-36 ABSTRACT

Respons Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Terhadap Pemberian Kompos TKKS dan Jarak Tanam di Dataran Rendah

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

Respons Pemberian Pupuk Hayati pada Beberapa Jarak Tanam Pertumbuhan dan Produksi Kailan (Brassica oleraceae var. acephala)

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl,

MATERI DAN METODE. A 2 : 120 g/tanaman. A 3 : 180 g/tanaman

III. BAHAN DAN METODE. September 2016 di rumah kasa Growth Center Kopertis Wilayah 1 Sumut-Aceh

RESPONS BEBERAPA VARIETAS BAWANG MERAH AKIBAT PERBEDAAN JARAK TANAM DALAM SISTEM TUMPANGSARI PADA LAHAN BEKAS TSUNAMI

UJI PEMOTONGAN UMBI DAN MEDIA TANAM UNTUK PERTUMBUHAN DAN HASIL VERTIKULTUR TANAMAN BAWANG MERAH (Allium cepa)

Respon Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Ubi(Ipomoea batatas L.) jalar Terhadap Pemberian Paclobutrazol

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) PADA PEMBERIAN HIDROGEL DAN FREKUENSI PENYIRAMAN DENGAN SISTEM VERTIKULTUR SKRIPSI

PENGARUH BERBAGAI MACAM BOBOT UMBI BIBIT BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) YANG BERASAL DARI GENERASI KE SATU TERHADAP PRODUKSI

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Mei 2017 di Lahan Fakultas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kembaran Kabupaten Banyumas mulai Februari sampai Maret 2017.

Pengaruh Jarak Tanam dan Ukuran Umbi Bibit terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kentang Varietas Granola untuk Bibit

Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung Terhadap Frekuensi Pemberian Pupuk Organik Cair dan Aplikasi Pupuk NPK

Respons Pertumbuhan dan Hasil Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) Terhadap Jarak Tanam dan Waktu Penyiangan Gulma

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

Respons Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung Hibrida Terhadap Pemberian Kompos Limbah Jagung dan Pupuk KCl

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar

SKRIPSI OLEH : RIRI AZYYATI / BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

MATERI DAN METODE. dilaksanakan di lahan percobaan dan Laboratorium. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih pakcoy (deskripsi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember

Respons Dua Varietas Kedelai (Glycine max (L.) Merrill.) pada Pemberian Pupuk Hayati dan NPK Majemuk

III. BAHAN DAN METODE. Tuan dengan ketinggian 25 mdpl, topografi datar dan jenis tanah alluvial.

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAWI ( Brassica juncea L ) TERHADAP PEMBERIAN URINE KELINCI DAN PUPUK GUANO

Volume 11 Nomor 2 September 2014

PENGARUH DOSIS PUPUK ANORGANIK NPK MUTIARA DAN CARA APLIKASI PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN MENTIMUN

EFEKTIVITAS PEMBERIAN BEBERAPA JENIS DAN DOSIS PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN BAWANG MERAH(Allium ascalonicum L.

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

EFEK KOMBINASI DOSIS PUPUK N P K DAN CARA PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG MANIS. Jumini, Nurhayati, dan Murzani

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

E-JURNAL ARSITEKTUR LANSEKAP ISSN: VOL. 3, NO. 1, APRIL 2017

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung,

III. BAHAN DAN METODE

RESPON TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascolonicum L. ) VARIETAS TUK TUK TERHADAP PENGATURAN JARAK TANAM DAN KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR NASA

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Lapangan Terpadu Universitas Lampung

TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) TERHADAP DOSIS PUPUK KALIUM DAN FREKUENSI PEMBUMBUNAN SKRIPSI OLEH :

PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG DAUN (Allium fistulosum L.) VARIETAS LINDA AKIBAT PEMBERIAN PUPUK KANDANG AYAM DAN PUPUK UREA

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) DENGAN PEMBERIAN VERMIKOMPOS DAN URIN DOMBA

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS BAWANG MERAH(

Peran Media Tanam dan Dosis Pupuk Urea, SP36, KCl Terhadap Pertumbuhan Tanaman Bawang Daun (Allium fistulosum L.) dalam Polybag. Oleh: Susantidiana

Respon Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Varietas Medan Pada Tanah Terkena Debu Vulkanik dengan Pemberian Bahan Organik

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK NPK DAN KOMPOS KULIT BUAH KOPI SKRIPSI OLEH:

Pemakaian Pupuk Organik Cair Sebagai Dekomposer dan Sumber Hara Tanaman Padi (Oriza sativa L.)

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

PUPUK ORGANIK CAIR DAN PUPUK KANDANG AYAM BERPENGARUH KEPADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI ( Glycine max L. )

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai

327. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No

RESPON PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DI MAIN NURSERY TERHADAP KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN PUPUK FOSFAT

PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG DAUN (Allium Fistulosum L.) PADA BERBAGAI DOSIS PUPUK KANDANG AYAM

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian Tanjung Selamat, Kecamatan Tuntungan, Kabupaten Deli Serdang

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

SKRIPSI. Oleh : ERNIKA SEPTYMA BR PARDEDE/ AGROEKOTEKNOLOGI - BPP

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KAILAN (Brassica oleraceae Var. acephala) PADA BERBAGAI MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN PUPUK SKRIPSI

Jurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No Vol.4.No.4, Desember 2016 (648);

Tanggap Pertumbuhan dan Produksi Sawi (Brassica juncea L.) pada Pemberian Pupuk Cair

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag

TATA CARA PENELTIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas

Respons Pertumbuhan Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Terhadap Aplikasi Mulsa dan Perbedaan Jarak Tanam

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS KEDELAI (Glycine Max L. (MERILL)) DENGAN PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR

Transkripsi:

711. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.3, Juni 2013 ISSN No. 2337-6597 RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L. Var. TUKTUK) ASAL BIJI TERHADAP PEMBERIAN PUPUK KALIUM DAN JARAK TANAM Benhard H. Sitepu 1*,Sabar Ginting 2, Mariati 2 1 Alumnus Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian USU, Medan 20155 2 Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian USU, Mean 20155 *Corresponding author : E-mail : sitepumargana@ymail.com ABSTRACT The aim of the research was to evaluated the effect of potassium fertilizer (K) and the planting distance on the growth and yield of onion (Allium ascalonicum L.) varieties Tuktuk. The research used Randomized Block Design with two-factors. The first factor was the doses of potasium fertilizer (KCl) with four levels e.g : K0 = without KCl (control), K 1 =10 g KCl/m², K 2 = 20 g KCl/m² and K 3 = 30 g KCl/m². The second factor was planting distance with three levels e.g : J 1 = 10x10 cm, J 2 = 10 x 15 cm and J 3 = 10 x 20 cm. The results showed that the diameter of tubers, wet weight of tubers per sample and dry weight of tubers per sample were significantly affected by potasium fertilizers. The higest of diameter of tubers, wet weight of tubers per sample and dry weight of tubers per sample were produced by K 2, whistling of each were 3,72 cm, 18,69 g and 5,61 g, but plant height and leafs number were unsignificantly. Where as, plant height were signifcantly affacted by planting distance were prouced by J 2 e.g 16,01 cm, but leafs of number, diameter of tubers, wet weight of tubers per sample and dry weight of tubers per sample unsignificantly. Interaction of potasium fertilizer and planting distance significantly affected the wet weight of tubers per plot and dry weight of tubers per plot. The higest of wet weight of tubers per plot and dry weight of tubers per plot were produce by K 2 J 1 were 1,34 kg and 0,40 kg. Key words: onion, potassium fertilizer and planting distance ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dosis pupuk kalium (K) dan jarak tanam yang sesuai terhadap pertumbuhan dan produksi bawang merah (Allium ascalonicum L.) varietas Tuktuk asal biji. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan dua faktor perlakuan. Faktor pertama adalah dosis pupuk K (KCl) dengan 4 taraf, yaitu: K 0 = tanpa KCl (kontrol), K 1 = 10 g KCl/m 2, K 2 = 20 g KCl/m 2 dan K 3 = 30 g KCl/m 2. Faktor kedua adalah jarak tanam dengan 3 taraf, yaitu: J 1 = 10 x 10 cm, J 2 = 10 x 15 cm dan J 3 = 10 x 20 cm. Hasil penelitian menunjukkan pemberian pupuk kalium berpengaruh nyata terhadap diameter umbi, bobot basah umbi per sampel dan bobot kering umbi per sampel. Diameter umbi terbesar, bobot basah umbi per sampel dan bobot kering umbi per sampel terberat dihasilkan oleh perlakuan K 2 yaitu masing-masing

712. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.3, Juni 2013 ISSN No. 2337-6597 sebesar 3,72 cm, 18,69 g dan 5,61 g secara berurutan, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun. Sedangkan perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 5 MST yaitu pada J 2 = 16,01 cm, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, diameter umbi, bobot basah umbi per sampel dan bobot kering umbi per sampel. Interaksi pemberian pupuk kalium dan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap bobot basah umbi per plot dan bobot kering umbi per plot. Bobot basah umbi per plot dan bobot kering umbi per plot terberat terdapat pada kombinasi perlakuan K 2 J 1 sebesar 1,34 kg dan 0,40 kg. Kata kunci : bawang merah, pupuk kalium dan jarak tanam PENDAHULUAN Bawang merah (Alium ascalonicum L) merupakan komoditas hortikultura yang tergolong sayuran rempah. Sayuran rempah ini banyak dibutuhkan terutama sebagai pelengkap bumbu masakan, untuk menambah cita rasa dan kenikmatan makanan. Tanaman bawang ini membentuk umbi, umbi tersebut dapat membentuk tunas baru, tumbuh dan membentuk umbi kembali. Karena sifat pertumbuhannya yang demikian maka dari satu umbi dapat membentuk rumpun tanaman yang berasal dari peranakan umbi (Rahayu dan Berlian, 1999). Produksi bawang merah provinsi Sumatera Utara pada tahun 2010 menurut Dinas Pertanian yang dikutip dari BPS (2011) adalah 16.236 ton, sedangkan kebutuhan bawang merah mencapai 66.940 ton. Dari data tersebut terlihat bahwa produksi bawang merah Sumatera Utara masih jauh di bawah kebutuhan. Untuk memenuhi kebutuhan bawang merah, maka dilakukanlah impor dari luar negeri. (www.bps.go.id, 2011) Dari data tersebut produksi bawang merah masih sangat rendah dan tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sumut dan nasional. Hal ini terjadi karena cara bercocok tanam kurang maksimal dan penggunaan bahan tanaman yang hanya mengandalkan bibit asal umbi. Seperti diketahui bahwa bahan tanam dari umbi membutuhkan biaya yang besar dalam penyediaannya dan juga rentan terhadap penyakit yaitu busuk umbi dan juga penurunan produksi karena penanaman dari generasi ke generasi. Oleh karena itu perlu peningkatan hasil dan mutu pada tanaman bawang merah dan juga biaya yang terjangkau oleh petani. Hasil dan mutu umbi dapat ditingkatkan dengan memperhatikan kultur teknis

713. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.3, Juni 2013 ISSN No. 2337-6597 yaitu jarak tanam, pemupukan yaitu penggunaan pupuk kalium dan penggunaan benih asal biji (Samadi dan Bambang, 2005). Kehadiran benih bawang merah berupa biji yaitu varietas Tuk Tuk, sangat membantu dalam budidaya tanaman bawang merah. Dari hasil pengujian dilapangan, benih bawang merah Tuk Tuk ini mampu memberikan kenaikan hasil produksi 10 15 ton/ha. Tuk Tuk merupakan varietas unggul bawang merah yang diproduksi oleh PT. East West Seed Indonesia dan telah diregistrasikan oleh Departemen Pertanian RI, sehingga menjadi varietas unggul bawang merah asal biji pertama yang terdaftar. Selain mampu meningkatkan produksi, dengan menggunakan benih bawang merah Tuk Tuk, juga menghemat biaya benih, tentu hal ini akan sangat menguntungkan petani karena dapat menghemat biaya sebesar 30 % (www.suloh.or.id, 2010). Dalam suatu pertanaman sering terjadi persaingan antar tanaman maupun antara tanaman dengan gulma untuk mendapatkan unsur hara, air, cahaya matahari maupun ruang tumbuh. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasinya adalah dengan pengaturan jarak tanam. Dengan tingkat kerapatan yang optimum maka akan diperoleh indeks luas daun (ILD) yang optimum dengan pembentukan bahan kering yang maksimum (Effendi, 2002). Jarak tanam yang rapat akan meningkatkan daya saing tanaman terhadap gulma karena tajuk tanaman menghambat pancaran cahaya ke permukaan lahan sehingga pertumbuhan gulma menjadi terhambat, disamping juga laju evaporasi dapat ditekan. Namun pada jarak tanam yang terlalu sempit mungkin tanaman budidaya akan memberikan hasil yang relatif kurang karena adanya kompetisi antar tanaman itu sendiri. Oleh karena itu dibutuhkan jarak tanam yang optimum untuk memperoleh hasil yang maksimum (Dad Resiworo, 1992). Jarak tanam yang biasa digunakan untuk tanaman bawang merah dengan umbi adalah 15 x 20 cm dan 20 x 20 cm. Sedangkan jarak tanam yang direkomendasikan untuk penanaman bawang merah dengan menggunakan biji adalah 10 x 10 cm (www.ewsi.co.id, 2010). Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Respon Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium

714. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.3, Juni 2013 ISSN No. 2337-6597 ascolonicum L. Var. Tuktuk) Asal Biji terhadap Pemberian Pupuk Kalium dan Jarak Tanam. BAHAN DAN METODE Penelitian telah dilaksanakan di Simpang Pemda Kecamatan Medan Selayang dengan ketinggian tempat lebih kurang 25 m di atas permukaan laut, yang dimulai dari bulan juni hingga bulan september 2011. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah benih bawang merah (Allium ascolonicum L.var. Tuktuk) seperti pada deskripsi Lampiran 1, pupuk Urea, TSP dan KCl, kompos, insektisida dan fungisida. Alat yang digunakan adalah cangkul untuk mengolah tanah, meteran untuk mengukur luas lahan dan tinggi tanaman, gembor untuk menyiram tanaman, handsprayer untuk mengaplikasi pupuk cair dan pestisida, pacak sampel, timbangan, alat tulis, kalkulator dan ember. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan dua faktor perlakuan, yaitu: Faktor 1: Dosis pupuk K (KCl) dengan 4 taraf, yaitu: K 0 = Tanpa pemberian pupuk kalium (kontrol) (0 kg/ha), K 1 = 10 g KCl/m 2 (100 kg/ha), K 2 = 20 g KCl/m 2 (200 kg/ha), K 3 = 30 g KCl/m 2 (300 kg/ha). Faktor 2: Jarak Tanam dengan 3 taraf, yaitu: J 1 = 10 x 10 cm, J 2 = 10 x 15 cm dan J 3 = 10 x 20 cm. Pelaksanaan penelitian dilakukan seperti pembuatan areal penanaman yang akan digunakan terlebih dahulu dibersihkan dari gulma yang tumbuh di areal tersebut. Kemudian lahan diolah dan digemburkan dengan menggunakan cangkul dengan kedalaman olah kira-kira 20 cm. Setelah itu dibuat plot-plot dengan ukuran 1 x 1 m serta jarak antara plot 50 cm dan jarak antar blok 70 cm. Pada sekeliling area dibuat parit drainase sedalam 30 cm untuk menghindari adanya genangan air di sekitar areal penelitian. Dibuat bedengan persemaian dengan lebar satu meter dengan tinggi 30 cm sepanjang tiga meter. Media persemaian dicampur dengan kompos sebanyak 5 kg dan ditambahkan pupuk NPK majemuk sebanyak 1 kg. Pemberian pupuk NPK dilakukan secara sebar.. Benih bawang merah disemai dengan cara ditaburkan pada alur melintang dengan jarak antar alur 10 cm dan kedalaman 1 cm. Semaian ditutup dengan daun pisang selama 4 hari untuk menjaga kelembaban tanah. Kemudian bedengan dinaungi dengan plastik transparan sampai bibit berumur 4 minggu dan berdaun 3 4 helai.

715. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.3, Juni 2013 ISSN No. 2337-6597 Setelah bibit berumur 4 minggu di persemaian dapat dipindahkan ke lahan pertanaman. Penanaman dilakukan dengan membuat lubang tanam sedalam 3 cm dengan jarak tanam sesuai dengan perlakuan. Penanaman bibit bawang dilakukan pada waktu pagi hari untuk menghindari panas matahari pada waktu siang hari yang dapat menyebabkan bibit menjadi layu. Pemupukan dasar dilakukan bersamaan dengan penanaman bibit ke lapangan sesuai dengan dosis anjuran yaitu pupuk Urea 50 g/ m 2 dan pupuk SP-36 30 g/ m 2. Pemeliharaan tanaman dilakukan meliputi, penyulaman dilakukan seminggu setelah pindah tanam. Penyulaman dilakukan pada tanaman yang tidak tumbuh atau pertumbuhannya tidak baik. Bahan sisipan diambil dari bibit tanaman cadangan dipersemaian yang sama pertumbuhannya dengan tanaman di lapangan. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor. Penyiraman dilakukan setiap pagi hari. Penyiangan gulma dilakukan secara manual dengan cara mencabut gulma untuk menghindari persaingan dalam mendapatkan unsur hara dari dalam tanah. Penyiangan dilakukan dengan mencabut gulma yang tumbuh di areal penelitian. Pengendalian hama dilakukan dengan penyemprotan insektisida dan penyakit dengan penyemprotan fungisida. Pengendalian dilaksanakan seminggu sekali. Panen dilakukan pada saat bawang merah berumur 9 MSPT, setelah 75% daun bagian atas menguning dan rebah. Panen dilakukan dengan cara mencabut tanaman hingga ke akarnya. Tanaman dikering anginkan kemudian dibersihkan dari kotoran-kotoran yang menempel. Umbi dipotong dari batang dan akar tanaman kemudian dikeringkan selama kurang lebih satu minggu. HASIL DAN PEMBAHASAN Data rataan tinggi tanaman bawang merah pada umur 2, 3, 4, 5 dan 6 Minggu Setelah Pindah Tanam (MSPT). Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk kalium berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 2, 3, 4, 5 dan 6 MSTP, sedangkan perlakuan jarak tanam berpengaruh tidak nyata pada umur 2, 3, 4, dan 6 MSPT, tetapi berpengaruh nyata pada umur 5 MSPT. Interaksi antara pemberian pupuk kalium dan jarak tanam berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman bawang merah pada semua umur pengamatan. Rataan tinggi tanaman bawang merah dapat dilihat pada Tabel 1.

716. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.3, Juni 2013 ISSN No. 2337-6597 Tabel 1. Rataan tinggi tanaman (cm) bawang merah akibat pengaruh pemberian pupuk kalium dan jarak tanam pada umur 2, 3, 4, 5 dan 6 minggu setelah pindah tanam Perlakuan Tinggi Tanaman (cm) 2 MSPT 3 MSPT 4 MSPT 5 MSPT 6 MSPT K 0 6.88 9.73 12.96 15.43 15.68 K 1 7.02 9.41 12.81 15.77 16.06 K 2 6.88 9.92 13.17 16.09 16.31 K 3 6.96 9.83 13.14 15.86 16.12 DUNCAN 0.05 - - - - - J 1 6.90 9.73 13.07 15.43a 16.00 J 2 6.97 9.70 12.98 16.01b 16.07 J 3 6.94 9.73 13.01 15.92ab 16.06 DUNCAN 0.05 - - - 0.51 - Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti berbeda tidak nyata pada taraf uji 5% menurut uji Duncan. Tabel 1 juga menunjukkan bahwa perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 5 MSPT. Tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan J 2 berbeda nyata dengan J 1, tetapi berbeda tidak nyata dengan J 3, sedangkan tinggi tanaman antara perlakuan J 1 dengan J 3 berbeda tidak nyata. Data rataan jumlah daun tanaman bawang merah pada umur 2, 3, 4, 5 dan 6 Minggu Setelah Pindah Tanam (MSPT). Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk kalium dan jarak tanam berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun tanaman pada umur 2, 3, 4, 5 dan 6 MSTP. Demikian juga halnya dengan interaksi antara pemberian pupuk kalium dan jarak tanam berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman bawang merah pada semua umur pengamatan. Rataan jumlah daun tanaman bawang merah pada umur 2, 3, 4, 5 dan 6 MSPT dapat dilihat pada Tabel 2.

717. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.3, Juni 2013 ISSN No. 2337-6597 Tabel 2. Rataan jumlah daun (helai) tanaman bawang merah akibat pengaruh pemberian pupuk kalium dan jarak tanam pada umur 2, 3, 4, 5 dan 6 minggu setelah pindah tanam Perlakuan Jumlah Daun (helai) 2 MSPT 3 MSPT 4 MSPT 5 MSPT 6 MSPT K 0 2.22 2.91 3.40 4.82 6.29 K 1 2.29 2.91 3.31 5.02 6.33 K 2 2.11 3.13 3.42 5.31 6.93 K 3 2.29 3.09 3.31 5.16 6.53 DUNCAN 0.05 - - - - - J 1 2.18 3.05 3.43 5.23 6.73 J 2 2.27 2.95 3.32 5.05 6.50 J 3 2.23 3.03 3.33 4.95 6.33 DUNCAN 0.05 - - - - - Tabel 2 menunjukkan bahwa perlakuan pupuk kalium dan jarak tanam tidak nyata meningkatkan jumlah daun. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk kalium berpengaruh nyata tetapi jarak tanam berpengaruh tidak nyata terhadap diameter umbi bawang merah. Interaksi antara pemberian pupuk kalium dan jarak tanam berpengaruh tidak nyata terhadap diameter umbi bawang merah. Rataan diameter umbi bawang merah dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Rataan diameter umbi (cm) bawang merah akibat pengaruh pemberian pupuk kalium dan jarak tanam Perlakuan J 1 Jarak Tanam (cm) J 2 J 3 Rataan Pupuk Kalium (g) K 0 2.95 3.23 3.11 3.09 a K 1 3.36 3.35 3.39 3.37 ab K 2 3.81 3.78 3.56 3.72 b K 3 3.45 3.14 3.11 3.23 ab Rataan 3.39 3.37 3.29 Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti berbeda tidak nyata pada taraf uji 5% menurut uji Duncan. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk kalium berpengaruh nyata terhadap bobot basah umbi per sampel, sedangkan perlakuan jarak tanam berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah umbi per sampel. Interaksi antara pemberian pupuk kalium dan jarak tanam berpengaruh tidak nyata

718. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.3, Juni 2013 ISSN No. 2337-6597 terhadap bobot basah umbi per sampel. Rataan bobot basah umbi per sampel dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Rataan bobot basah umbi (g) per sampel akibat pengaruh pemberian pupuk kalium dan jarak tanam Perlakuan J 1 Jarak Tanam (cm) J 2 J 3 Rataan Pupuk Kalium (g) K 0 12.71 13.93 12.44 13.03 a K 1 14.78 16.48 15.07 15.44 ab K 2 19.66 19.01 17.40 18.69 b K 3 18.47 17.33 15.84 17.21 b Rataan 16.40 16.69 15.19 DUNCAN (K) 0.05 = 2.51 Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti berbeda tidak nyata pada taraf uji 5% menurut uji Duncan. Dari Tabel 4 diketahui bahwa bobot basah umbi per sampel tertinggi terdapat pada perlakuan K 2 berbeda nyata dengan K 0, tetapi berbeda tidak nyata dengan K 1 dan K 3. Perlakuan K 3 berbeda nyata dengan K 0, tetapi berbeda tidak nyata dengan K 1, sedangkan perlakuan K 1 berbeda tidak nyata dengan K 0. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk kalium dan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap bobot basah umbi per plot. Interaksi antara pemberian pupuk kalium dan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap bobot basah umbi per plot. Rataan bobot basah umbi per plot dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Rataan bobot basah umbi per plot akibat pengaruh pemberian pupuk kalium dan jarak tanam (kg) Perlakuan J 1 Jarak Tanam (cm) J 2 J 3 Rataan Pupuk Kalium (g) K 0 0.64 a 0.81 ab 0.76 ab 0.74 K 1 0.99 bc 0.90 abc 0.87 abc 0.92 K 2 1.34 d 1.03 bcd 0.84 abc 1.07 K 3 1.15 cd 0.99 bc 0.87 abc 1.00 Rataan 1.03 0.93 0.83 DUNCAN (KxJ) 0.05 = 0.31 Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti berbeda tidak nyata pada taraf uji 5% menurut uji Duncan. Tabel 5 menunjukkan bahwa bobot basah umbi per plot terberat terdapat pada kombinasi perlakuan K 2 J 1 sebesar 1.34 kg dan terendah pada kombinasi perlakuan K 0 J 1 sebesar 0.64 kg.

719. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.3, Juni 2013 ISSN No. 2337-6597 Pada jarak tanam J 1 (10 x 10 cm), pemberian pupuk kalium lebih tinggi meningkatkan bobot basah umbi per plot, dibandingkan pada jarak tanam J 2 (10 x 15 cm) dan J 3 (10 x 20 cm). Demikian juga halnya peningkatan bobot basah umbi per plot pada jarak tanam J 2 lebih tinggi dibandingkan dengan J 3. Data rataan bobot kering umbi per sampel disajikan pada Lampiran 32, serta hasil sidik ragamnya disajikan pada Lampiran 33. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk kalium berpengaruh nyata terhadap bobot kering umbi per sampel, sedangkan perlakuan jarak tanam berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering umbi per sampel. Interaksi antara pemberian pupuk kalium dan jarak tanam berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering umbi per sampel. Rataan bobot basah umbi per sampel dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Rataan bobot kering umbi per sampel akibat pengaruh pemberian pupuk kalium dan jarak tanam (g) Perlakuan J 1 Jarak Tanam (cm) J 2 J 3 Rataan Pupuk Kalium (g) K 0 3.81 4.18 3.73 3.91 a K 1 4.43 4.94 4.52 4.63 ab K 2 5.90 5.70 5.22 5.61 c K 3 5.54 5.20 4.75 5.16 bc Rataan 4.92 5.01 4.56 DUNCAN (K) 0.05 = 0.75 Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti berbeda tidak nyata pada taraf uji 5% menurut uji Duncan. Dari Tabel 6 diketahui bahwa bobot kering umbi per sampel tertinggi terdapat pada perlakuan K 2 berbeda nyata dengan K 0 dan K 1, tetapi berbeda tidak nyata dengan K 3. Demikian juga halnya dengan bobot kering umbi per sampel pada perlakuan K 3 berbeda nyata dengan K 0, tetapi berbeda tidak nyata dengan K 1, sedangkan perlakuan K 1 berbeda tidak nyata dengan K 0. Data rataan bobot kering umbi per plot disajikan pada Lampiran 34, serta hasil sidik ragamnya disajikan pada Lampiran 35. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk kalium dan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap bobot kering umbi per plot.

720. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.3, Juni 2013 ISSN No. 2337-6597 Interaksi antara pemberian pupuk kalium dan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap bobot kering umbi per plot. Rataan bobot kering umbi per plot dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rataan Bbobot kering umbi per plot akibat pengaruh pemberian pupuk kalium dan jarak tanam (kg) Perlakuan J 1 Jarak Tanam (cm) J 2 J 3 Rataan Pupuk Kalium (g) K 0 0.19 a 0.25 ab 0.23 ab 0.22 K 1 0.30 bc 0.27 abc 0.26 abc 0.28 K 2 0.40 d 0.31 bcd 0.25 ab 0.32 K 3 0.34 cd 0.30 bc 0.26 abc 0.30 Rataan 0.31 0.28 0.25 DUNCAN (KxJ) 0.05 = 0.09 Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti berbeda tidak nyata pada taraf uji 5% menurut uji Duncan. Tabel 7 menunjukkan bahwa bobot kering umbi per plot terberat terdapat pada kombinasi perlakuan K 2 J 1 sebesar 0.40 kg dan terendah pada kombinasi perlakuan K 0 J 1 sebesar 0.19 kg. Pada jarak tanam J 1 (10 x 10 cm), pemberian pupuk kalium lebih tinggi meningkatkan bobot kering umbi per plot, dibandingkan pada jarak tanam J 2 (10 x 15 cm) dan J 3 (10 x 20 cm). Demikian juga halnya peningkatan bobot kering umbi per plot pada jarak tanam J 2 lebih tinggi dibandingkan dengan J 3. Hal ini menunjukkan bahwa dengan jarak tanam yang semakin rapat, pengaruh pemberian kalium lebih efektif meningkatkan bobot kering umbi per plot. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi pemberian pupuk kalium dan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap bobot basah umbi per plot dan bobot kering umbi per plot. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bobot basah umbi per plot terbesar pada kombinasi perlakuan K 2 J 1 sebesar 1.34 kg, sedangkan terkecil pada kombinasi perlakuan K 0 J 1 sebesar 0.64 kg. Bobot kering umbi per plot terbesar terdapat pada kombinasi perlakuan K 1 J 1 sebesar 0.40 kg, sedangkan terkecil pada kombinasi perlakuan K 0 J 1 sebesar 0.19 kg. Hal ini menunjukkan bahwa dengan jarak tanam 10 cm x 10 cm dengan pemberian pupuk kalium 200 kg/ha dan 300 kg/ha lebih efektif meningkatkan produksi umbi dibandingkan pada jarak tanam 10 cm x 15 cm dan 10 cm x 20 cm. Pada jarak tanam 10 cm x 10 cm,

721. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.3, Juni 2013 ISSN No. 2337-6597 pertumbuhan gulma pada areal pertanaman menjadi lebih sedikit dibandingkan dengan jarak tanam yang lebih lebar. Intersepsi cahaya matahari yang semakin sedikit menjadikan gulma tumbuh lebih lambat dan sedikit. Aplikasi pupuk kalium akan semakin efektif, karena kompetitor menjadi semakin berkurang, akibat semakin berkurangnya gulma. Ketersediaan unsur hara selama pertumbuhan bawang akan semakin meningkatkan produksi umbi. Disamping itu pada jarak tanam yang lebih rapat, resiko kehilangan pupuk kalium yang diaplikasikan lebih kecil dibandingkan dengan jarak tanam yang lebih renggang. Pada jarak tanam yang rapat laju evaporasi tanah menjadi lebih kecil, sehingga akan mengurangi resiko kehilangan unsur hara, sedangkan pada jarak tanam yang lebih renggang, laju evaporasi menjadi lebih tinggi. Peningkatan laju evaporasi, akan semakin meningkatkan resiko kehilangan unsur hara yang lebih besar. Hal ini didukung oleh Sastrahidayat dan Soemarno (1991) bahwa penggunaan jarak tanam harus disesuaikan dengan kondisi lahan. Pada tanah yang subur, jarak tanam yang agak renggang lebih menguntungkan, sedangkan pada tanah yang kurang subur lebih sesuai digunakan dengan jarak tanam yang agak rapat. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa dengan jarak tanam yang semakin renggang dibutuhkan pemberian dosis pupuk kalium yang lebih tinggi dibandingkan dengan jarak tanam yang lebih rapat. Dengan pemberian dosis yang sama bobot kering umbi per plot yang dihasilkan pada jarak tanam yang lebih renggang lebih ringan dibandingkan pada jarak tanam yang lebih rapat. Pengaturan jarak tanam yang tepat untuk populasi yang besar sangat penting untuk mendapatkan produksi optimum dan efisiensi pemupukan. Meskipun jumlah populasi besar, namun bila proses penyerapan unsur hara dan sinar mata hari tidak terganggu pada masa pertumbuhan, maka produksi akan tetap besar. Hal ini sesuai dengan pendapat Harjadi (2002), bahwa umumnya produksi tiap satuan luas tinggi tercapai dengan populasi tinggi karena tercapainya penggunaan cahaya dan penggunaan unsur hara secara maksimum di awal pertumbuhan tanaman. Persaingan antar tanaman terhadap unsur hara dan sinar mata hari mengakibatkan turunnya penampilan baik pada bagian tertentu maupun seluruh tanaman tersebut.

722. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.3, Juni 2013 ISSN No. 2337-6597 Penentuan jarak tanaman tergantung pada kesuburan tanah dan dosis penggunaan pupuk. Pada tanah yang subur, jarak tanam yang agak renggang lebih menguntungkan. Pada tanah yang kurang subur atau tanaman dengan kanopi yang kecil, lebih sesuai digunakan dengan jarak tanam yang agak rapat. Pertanaman pada musim kemarau yang diperkirakan akan kekurangan air, perlu ditanam pada jarak tanam yang lebih rapat (Sastrahidajat dan Soemarno, 1991). Dari hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa pemberian pupuk kalium berpengaruh nyata terhadap diameter umbi Diameter umbi terbesar terdapat pada pemberian pupuk KCl 200 kg/ha yaitu 3,72 cm, diikuti 100 kg/ha, 300 kg/ha, sedangkan diameter umbi terkecil terdapat pada tanpa pemberian pupuk KCl. Pemberian pupuk kalium berfungsi untuk memperkuat tubuh tanaman agar kokoh seiring dengan pembentukan dan perbesaran diameter umbi. Sesuai dengan pernyataan Lingga dan Marsono (2005) bahwa fungsi utama kalium (K) ialah membantu pembentukan protein dan karbohidrat. Kalium pun berperan dalam memperkuat tubuh tanaman agar daun dan buah tidak mudah gugur. Kalium juga merupakan sumber kekuatan bagi tanaman dalam menghadapi kekeringan dan penyakit. Tanaman yang tumbuh pada tanah yang kekurangan unsur kalium akan memperlihatkan gejala-gejala seperti daun mengerut atau keriting terutama pada daun tua walaupun tidak merata. Perlakuan dosis pupuk kalium berpengaruh tidak nyata meningkatkan tinggi tanaman dan jumlah daun. Hal ini mungkin disebabkan pembentukan dan pertumbuhan daun tanaman lebih dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara nitrogen dalam tanah. Sedangkan pada penelitian ini menggunakan pupuk kalium dan pemberian pupuk urea hanya diberikan sekali saja, yang memungkinkan asupan urea bagi tanaman sedikit. Dengan tersedianya unsur hara nitrogen akan meningkatkan proses fotosintesis. Hal ini sesuai dengan pernyataan Novizan (2002) bahwa pupuk kalium lebih berperan dalam translokasi hasil fotosintesis pada tanaman sehingga pembentukan organ-organ baru tanaman akan semakin meningkat. Pemberian pupuk kalium nyata meningkatkan bobot kering umbi per sampel, tetapi tidak nyata meningkatkan bobot kering umbi per plot. Hal ini disebabkan pertumbuhan tanaman yang tidak seragam dalam setiap plot yang diakibatkan oleh terjadinya serangan penyakit sehingga ada beberapa tanaman

723. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.3, Juni 2013 ISSN No. 2337-6597 dalam satu plot yang mengalami pertumbuhan yang kerdil yang akan mempengaruhi produksi umbi kering per plot. Dari hasil penelitian jarak tanam J 2 (10 x 15 cm) yaitu 16.01 cm lebih tinggi dalam meningkatkan tinggi tanaman dibandingkan dengan jarak tanam J 1 (10 x 10 cm) yaitu 15.43 cm dan J3 (10 x 20 cm) yaitu 15.92 cm pada 5 MSPT, hal ini disebabkan karena jarak tanam J 1 terjadi persaingan unsur hara karena jarak tanam yang terlalu rapat sehingga unsur hara nitrogen untuk pertumbuhan tanaman kurang tersedia bagi tanaman. Pada jarak tanam J 3 yang lebih renggang terjadi kehilangan unsur hara akibat evaporasi sehingga kurang tersedia bagi tanaman. Sedangkan pada jarak tanam J 2 merupakan jarak yang sesuai dimana tidak terlalu rapat dan renggang sehingga unsur hara menjadi tersedia. Sesuai dengan Anonimus (2010) semakin tinggi tingkat kerapatan suatu pertanaman mengakibatkan semakin tinggi tingkat persaingan antar tanaman dalam hal mendapatkan unsur hara dan cahaya dan salah satu keuntungan jarak tanam rapat yaitu permukaan tanah lebih tertutup dan pertumbuhan gulma dapat ditekan. KESIMPULAN Pemberian pupuk kalium hingga 20 g KCl/m² nyata meningkatkan diameter umbi,bobot basah umbi per sampel, bobot basah umbi per plot, bobot kering umbi per sampel dan bobot kering umbi per plot, tetapi tidak nyata meningkatkan tinggi tanaman dan jumlah daun. Jarak tanam 10 cm x 10 cm (J 1 ) nyata meningkatkan tinggi tanaman, bobot basah umbi per plot dan bobot kering umbi per plot, tetapi tidak nyata meningkatkan jumlah daun, diameter umbi, bobot basah umbi per sampel dan bobot kering umbi per sampel. DAFTAR PUSTAKA Dad Resiworo, J. S. 1992. Pengendalian Gulma dengan Pengaturan Jarak Tanam. Prosiding Konferensi Himpunan Ilmu Gulma Indonesia, Ujung Pandang. Effendi, S. 2002. Jarak Tanam. Dikutip dari : http://ejournal.und.ac.id. 08 april 2010. Heddy, S., W. H. Susanto, dan M. Iati, 1994. Pengantar Produksi Tanaman dan Penanganan Pasca Panen. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

724. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.3, Juni 2013 ISSN No. 2337-6597 Lingga, P dan Marsono. 2007. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Edisi Revisi. Penebar Swadaya, Jakarta. Novizan, 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Edisi Revisi. Agro Media Pustaka, Jakarta. Rahayu, E. dan Berlian. 1999. Bawang Merah. Penebar Swadaya, Jakarta. Samadi, B dan Bambang, C. 2005. Bawang Merah, Intensifikasi dan Budidaya. Kanisius, Yogyakarta. Sastrahidayat, H. I. R. dan Soemarno, D. S. 1991. Budidaya Tanaman Tropika. Usaha Nasional, Surabaya. Sri Setyati, 2005. Pengantar Agronomi. Gramedia, Jakarta. Wibowo Singgih, 1994. Budidaya Bawang Putih, Merah, dan Bombay. Penerbit Swadaya, Jakarta. www.bps.go.id. 2010. Sumatera Utara Dalam Angka. Badan Pusat Statistik. Provinsi Sumatera Utara, Medan. Diakses pada tanggal 17 September 2010. www.ewsi.co.id. PT. East West Seed Indonesia, diakses pada tanggal 9 September 2010. www.sugihciptasantosa.com. Zat Pengatur Tumbuh, diakses pada tanggal 23 Januari 2011. www.suloh.or.id. Budidaya Bawang Merah dengan Biji, diakses pada tanggal 29 Oktober 2010.