2016 PELAKSANAAN AKOMODASI KURIKULUM BAHASA INDONESIA BAGI PESERTA DIDIK TUNAGRAHITA OLEH GURU DI SD NEGERI CIBAREGBEG KABUPATEN SUKABUMI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan. dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai

I. PENDAHULUAN. dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia. Hal ini mengambarkan bahwa

SOSIALISASI PROGRAM PENDIDIKAN INKLUSIF NUFA (Nurul Falah) Bekasi, 22 Juni PSG Bekasi

BAB I PENDAHULUAN. serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah hak seluruh warga negara tanpa membedakan asalusul,

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pendidikan yang bermutu merupakan ukuran keadilan, pemerataan

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi diantara umat manusia itu sendiri (UNESCO. Guidelines for

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Sekolah Inklusif: Dasar Pemikiran dan Gagasan Baru untuk Menginklusikan Pendidikan Anak Penyandang Kebutuhan Khusus Di Sekolah Reguler

BAB I PENDAHULUAN. Konsep dasar pendidikan inklusif adalah pendidikan yang mengakomodasi

BAB I PENDAHULUAN. dengan jalan merubah cara pandang dalam memahami dan menyadari. memperoleh perlakuan yang layak dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. kuat, dalam bentuk landasar filosofis, landasan yuridis dan landasan empiris.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat, karena itu

BAB I PENDAHULUAN. warga negara berhak mendapat pendidikan yang layak, tidak terkecuali anak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDIDIKAN INKLUSIF SUATU STRATEGI MENUJU PENDIDIKAN UNTUK SEMUA

AHMAD NAWAWI JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UPI BANDUNG 2010

2015 PEMBELAJARAN TARI MELALUI STIMULUS GERAK BURUNG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KINESTETIK PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB YPLAB LEMBANG

PROFIL IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF SEKOLAH DASAR DI KOTA BANDUNG. Juang Sunanto, dkk

BAB I PENDAHULUAN. manusia, tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus.

BAB I PENDAHULUAN. internasional. Dalam konteks praktis pendidikan terjadi pada lembaga-lembaga formal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rizki Panji Ramadana, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ema Rahmawati, 2014 Kompetensi guru reguler dalam melayani anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar

A. Perspektif Historis

BAB I PENDAHULUAN. inklusif menjamin akses dan kualitas. Satu tujuan utama inklusif adalah

1 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS XI DKV DI SMK NEGERI 4 PADANG JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. untuk semua (Education For All) yang berarti pendidikan tanpa memandang batas

BAB I PENDAHULUAN. orang termasuk anak berkebutuhan khusus, hal ini dapat pula diartikan sebagai

Pendidikan Inklusif. Latar Belakang, Sejarah, dan Konsep Pendidikan Inklusif dengan Fokus pada Sistem Pendidikan Indonesia

pada saat ini muncullah paradigma baru pendidikan, dimana anak berkebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. kasus yang akan dieksplorasi. SD Negeri 2 Bendan merupakan salah satu sekolah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Sisdiknas Nomor : 20 Tahun 2003 Bab 1 pasal

PENDIDIKAN INKLUSIF. Juang Sunanto Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERUBAHAN PARADIGMA PENDIDIKAN KHUSUS/PLB KE PENDIDIKAN KEBUTUHAN DRS. ZULKIFLI SIDIQ M.PD NIP

BAB I PENDAHULUAN. menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat, oleh karena

LAYANAN PENDIDIKAN BAGI SISWA SLOW LEARNER OLEH GURU DI KELAS III

PENDIDIKAN INKLUSIF. Kata Kunci : Konsep, Sejarah, Tujuan, Landasan Pendidikan Inklusi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan mereka dapat menggenggam dunia. mental. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak serta sama,

PERANGKAT PEMBELAJARAN UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH INKLUSI

37 PELAKSANAAN SEKOLAH INKLUSI DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. atas pendidikan. Unesco Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga mencanangkan

PESERTA DIDIK BERKEBUTUHAN KHUSUS DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN INKLUSIF. Oleh Mohamad Sugiarmin

ARTIKEL ILMIAH DESKRIPSI PROSES RECALL SISWA TUNAGRAHITA RINGAN PADA MATERI TABUNG DI KELAS IX (INKLUSI) SMP N 6 KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah, masyarakat dan orang tua sebagai penanggung jawab dalam

BAB I PENDAHULUAN. itu secara total maupun sebagian (low vision). Tunanetra berhak untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan Kebudayaan No. 002/U/1986, pemerintah telah merintis

BAB I PENDAHULUAN. individu dan makhluk sosial. Sebagai makhluk individu anak mempunyai hak

PENDEKATAN INKLUSIF DALAM PENDIDIKAN

EVALUASI KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF TINGKAT SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KOJA JAKARTA UTARA (Studi Pada SDN Tugu Utara 11)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal yang sangat penting untuk diperoleh anak-anak ataupun

BAB I PENDAHULUAN. Mohammad Effendi. Pengantar Pdikopedagogik Anak Berkelainan.(Jakarta: Bumi Aksara. 2006). hlm 1

BAB I PENDAHULUAN. dijamin dan dilindungi oleh berbagai instrumen hukum internasional maupun. nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu hak asasi manusia yang melekat pada

ABSTRAK. Kata Kunci : Anak berkebutuhan khusus, TK, pelayanan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Indeks Inklusi dalam Pembelajaran di Kelas yang Terdapat ABK di Sekolah Dasar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) membutuhkan fasilitas tumbuh kembang

Landasan Pendidikan Inklusif

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan inklusif adalah sebuah sistem pendidikan yang memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iding Tarsidi, 2013

2016 LAYANAN PENDIDIKAN INKLUSIF BAGI PESERTA DIDIK TUNANETRA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB V PENUTUP. semakin menjadi penting bagi agenda reformasi pendidikan setelah Education

PENDIDIKAN KHUSUS/PLB (SPECIAL EDUCATION) MENUJU PENDIDIKAN BERMUTU DAN BERTANGGUNG JAWAB

INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR OLEH AGUNG HASTOMO

Kata Kunci : Pendidikan Inklusi, Sekolah Inklusi, Anak Berkebutuhan Khusus.

BAB I PENDAHULUAN PENERAPAN METODE MONTESSORI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN OPERASI HITUNG PENGURANGAN PADA PESERTA DIDIK TUNARUNGU KELAS I SDLB

BAB I PENDAHULUAN. Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat menunjukkan bahwa anak berkebutuhan

2015 PENGAJARAN TOILETTRAINING PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan termasuk memperoleh pelayanan pendidikan. Hak untuk. termasuk anak yang memiliki kebutuhan-kebutuhan khusus.

INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR Oleh AGUNG HASTOMO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tita Nurhayati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembimbingan secara intensif. Undang-undang sistim nasional (UUSPN) nomor 2 tahun 1989 dan peraturan pemerintahan

Bab I Pendahuluan. Sekolah Luar Biasa Tunagrahita di Bontang, Kalimantan Timur dengan Penekanan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pancasila, dan dituntut untuk menjunjung tinggi norma Bhinneka Tuggal Ika,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan bernegara, ada yang namanya hak dan kewajiban warga

E-JUPEKhu(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

BAB I PENDAHULUAN. Ai Nuraeni, 2014 Pembelajaran PAI Untuk Siswa Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Pertama Negeri (SMPN) inklusif di Kota Yogyakarta, tema ini penting

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun yang dicanangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 PENGEMBANGAN PROGRAM PUSAT SUMBER (RESOURCE CENTER) SLBN DEPOK DALAM MENDUKUNG IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA DEPOK

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan segala aktifitas di berbagai bidang. Sesuai dengan UUD 1945

2014 IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKSTUAL PADA KETERAMPILAN MEMBUAT SPAKBOR KAWASAKI KLX 150 MENGGUNAKAN FIBERGLASS DI SMALB-B

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mampu mengemban tugas yang dibebankan padanya, karena

PERSEPSI ORANG TUA TERHADAP PENDIDIKAN INKLUSIF SEKOLAH DASAR DI PROVINSI LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. merealisasikan hak-hak asasi manusia lainnya. Pendidikan mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENYELENGGARAAN SEKOLAH INKLUSI DI INDONESIA Abd. Kadir (Dosen PAI FTK UIN Sunan Ampel Surabaya)

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hak yang harus didapatkan oleh setiap individu. Sejalan dengan itu, upaya pemberian pendidikan bagi setiap warga Negara sudah di atur dalam Undang-Undang Negara Republik Indonesia Pasal 31 ayat 1 yang berbunyi : Setiap warga Negara berhak untuk mendapatkan pendidikan. Berdasarkan hal tersebut, maka pendidikan harus diberikan kepada semua individu tanpa terkecuali. Berdasarkan pernyataan di atas, peserta didik berkebutuhan khusus, termasuk tunagrahita berhak untuk memperoleh pendidikan yang layak. Salah satu bentuk pemenuhan hak untuk memperoleh layanan pendidikan bagi anak tunagrahita adalah dengan memperoleh akses untuk belajar bersama anak anak lain pada umumnya di sekolah reguler dalam setting sekolah inklusif. Saat ini, begitu banyak sekolah reguler yang menyatakan diri sebagai sekolah penyelenggara pendidikan inklusif. Jumlahnya belum dapat dinyatakan dengan pasti, karena semakin hari sekolah yang mengklaim sebagai sekolah inklusif semakin bertambah. Hal terpenting yang harus di perhatikan bukanlah berapa banyak jumlah sekolah inklusif yang ada saat ini, melainkan bagaimana sekolah memberikan pelayanan akomodasi yang sesuai sebagai pemenuhan kebutuhan peserta didik. Di dalam The right to education, law and policy review guidelines yang dipublikasikan oleh UNESCO (2014, hlm.14) menyatakan bahwa Inclusive education is about putting the right to education into action by including all learners, respecting their diverse needs, abilities and characteristics and eliminating all forms of discrimination in the learning environment. Artinya bahwa pendidikan inklusif adalah tentang menempatkan hak atas pendidikan ke dalam tindakan dengan memasukkan semua peserta didik, menghormati berbagai kebutuhan, kemampuan, dan karakteristik dan menghilangkan segala bentuk diskriminasi di dalam lingkungan belajar. 1

2 Sejalan dengan hal tersebut, hasil penelitian dari Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) di Amerika menyelesaikan studi ekstensif dari praktek pendidikan khusus di delapan negara anggota. Laporan OECD menyimpulkan bahwa berdasarkan hasil penelitian ini (OECD, 1999) dalam paper yang ditulis oleh Gordon Porter (2001) menyatakan bahwa tidak alasan ada alasan untuk memisahkan peserta didik berkebutuhan khusus dalam sistem pendidikan publik, melainkan sistem pendidikan perlu dipertimbangkan kembali untuk memenuhi kebutuhan pendidikan semua peserta didik." Penelitian internasional yang paling rinci yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa semua peserta didik, apapun jenis dan tingkat kecacatan mereka, dapat berhasil dimasukkan dalam sekolah umum, selama penyesuaian tertentu dilakukan. Senada dengan pernyataan tersebut, Smith (2012, hlm 119) menyatakan bahwa peserta didik tunagrahita memiliki potensi dalam belajar dan mengembangkan seluruh hidup sesuai dengan bidang mereka. Namun, keberadaan peserta didik tunagrahita seringkali memosisikan guru pada situasi yang sulit, hal ini diperkuat oleh cook (2000) dalam Pujaningsih (2010, hlm 187) yang menyatakan bahwa guru mengalami dilema ketika menghadapi anak yang memerlukan toleransi tertentu dalam pembelajaran. Seperti yang telah diketahui bahwa peserta didik tunagrahita mengalami hambatan dalam fungsi intelektual dan perilaku adaptif, sehingga dalam proses pelaksanaan pemberian layanan pendidikan diperlukan adanya upaya guru untuk melakukan penyesuaian penyesuaian tertentu agar anak dapat terlayani dengan baik. Salah satu bentuk penyesuaian yang harus di lakukan oleh guru agar pemenuhan layanan terhadap peserta didik tunagrahita dapat berjalan secara optimal adalah dengan melakukan penyesuaian kurikulum. Kondisi kurikulum di sekolah reguler saat ini masih bersifat kaku, belum sesuai dengan keadaan dan kebutuhan peserta didik (Miriam, 2007, hlm.17). Dengan melihat kondisi aktual peserta didik tunagrahita yang mengalami hambatan dalam berbagai perkembangan, salah satunya adalah perkembangan bahasa, maka kurikulum yang ada di sekolah reguler saat ini belum bisa dikatakan sesuai.

3 Pada studi pendahuluan yang dilakukan oleh penulis, penulis menemukan sebuah sekolah yang sudah melaksanakan layanan pendidikan inklusif sejak tahun 2007 berdasarkan surat keterangan yang ditunjukkan oleh kepala sekolah. Sekolah tersebut adalah SD Negeri Cibaregbeg yang berlokasi di Kecamatan Cicurug. Di SD Negeri Cibaregbeg terdapat sekitar 25 peserta didik berkebutuhan khusus, dan 5 diantaranya merupakan peserta didik tunagrahita. Berdasarkan fakta mengenai SD Negeri Cibaregbeg sebagai sekolah penyelenggaran pendidikan inklusif tersebut, penulis ingin mengetahui apakah proses pelaksanaan akomodasi kurikulum bagi peserta didik berkebutuhan khusus sudah dilaksanakan dengan baik atau belum. Dari sekian banyak mata pelajaran yang terdapat di Sekolah Dasar, mata pelajaran bahasa indonesia merupakan yang paling sering dijumpai, serta bahasa digunakan dalam setiap kegiatan baik di dalam kelas maupun di luar jam pelajaran. Oleh karena itu, pelaksanaan akomodasi kurikulum terutama pada mata pelajaran bahasa indonesia dirasa memiliki peranan penting terhadap perkembangan peserta didik berkebutuhan khusus terutama tunagrahita. Melihat berbagai hal tersebut, terutama sekolah yang telah memberikan layanan pendidikan bagi peserta didik berkebutuhan khusus kurang lebih 8 tahun, penulis tertarik untuk mendalami bagaimana guru di SD Negeri Cibaregbeg melaksanaan akomodasi kurikulum Bahasa Indonesia untuk peserta didik tunagrahita. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait dengan Pelaksanaan Akomodasi Kurikulum Bahasa Indonesia untuk Peserta Didik Tunagrahita oleh Guru di SD Negeri Cibaregbeg. B. Fokus Masalah Fokus pada penelitian ini adalah pelaksanaan akomodasi kurikulum bahasa Indonesia bagi peserta didik tunagrahita oleh guru di SD Negeri Cibaregbeg Kabupaten Sukabumi. Fokus Penelitian ini diarahkan pada bagaimana cara atau langkah langkah guru melaksanakan akomodasi, cara guru melakukan akomodasi isi,

4 akomodasi waktu, serta akomodasi penilaian kurikulum bahasa Indonesia. Alasan peneliti memilih fokus masalah tersebut didasarkan pada pemikiran bahwa anak tunagrahita memiliki hambatan di dalam kecerdasan, mengalami keterlambatan dalam berbagai aspek perkembangan seperti bahasa, kognitif dan sulit menyesuaikan diri sehingga membutuhkan beberapa penyesuaian agar dapat mengikuti pembelajaran secara optimal sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya, dalam hal ini dilakukan oleh guru agar peserta didik tunagrahita bisa menerima hak belajar yang sama dengan peserta didik lainnya dalam seting sekolah inklusi, yang secara rinci dijabarkan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana cara atau langkah langkah guru di SD Negeri Cibaregbeg melaksanakan akomodasi kurikulum bahasa Indonesia bagi peserta didik tunagrahita? 2. Bagaimana guru di SD Negeri Cibaregbeg melaksanakan akomodasi isi dalam kurikulum bahasa Indonesia bagi peserta didik tunagrahita? 3. Bagaimana guru di SD Negeri Cibaregbeg melaksanakan akomodasi waktu dalam kurikulum bahasa Indonesia bagi peserta didik tunagrahita? 4. Bagaimana guru di SD Negeri Cibaregbeg melaksanakan akomodasi penilaian dalam kurikulum bahasa indonesia bagi peserta didik tunagrahita? C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum Setiap aktivitas tidak lepas dari tujuan yang ingin dicapai, begitu pula pada penelitian ini. Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang pelaksanaan akomodasi kurikulum bahasa Indonesia untuk peserta didik tunagrahita oleh guru di SD Negeri Cibaregbeg Kabupaten Sukabumi. b. Tujuan Khusus Selain tujuan umum, penelitian ini memiliki tujuan khusus. Adapun tujuan penelitian ini secara khusus adalah sebagai berikut :

5 1) Untuk mengetahui bagaimana langkah langkah yang dilakukan oleh Guru di SD Negeri Cibaregbeg dalam melaksanakan akomodasi kurikulum Bahasa Indonesia. 2) Untuk mengetahui bagaimana guru di SD Negeri Cibaregbeg melaksanakan akomodasi isi dalam kurikulum bahasa Indonesia bagi peserta didik tunagrahita. 3) Untuk mengetahui bagaimana guru di SD Negeri Cibaregbeg melaksanakan akomodasi waktu dalam kurikulum bahasa Indonesia bagi peserta didik tunagrahita. 4) Untuk mengetahui bagaimana guru di SD Negeri Cibaregbeg melaksanakan akomodasi penilaian dalam kurikulum bahasa Indonesia bagi peserta didik tunagrahita 2. Kegunaan Penelitian Kegunaan yang di harapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Bagi Institusi Dapat dijadikan sebagai data dasar dan referensi bagi penelitian terkait dengan pelaksanaan akomodasi kurikulum bahasa Indonesia bagi peserta didik tunagrahita. b. Bagi Guru di Sekolah Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi tambahan bagi guru untuk mengetahui bagaimana proses pelaksanaan akomodasi kurikulum bahasa Indonesia bagi peserta didik tunagrahita yang dilakukannya, mengetahui hal hal apa saja yang harus dikembangkan, sehingga akhirnya dapat melaksanakan pelayanan akomodasi yang lebih baik bagi peserta didik. D. Struktur Organisasi Skripsi Berikut ini merupakan gambaran mengenai struktur organisasi yang terdapat di dalam skripsi ini :

6 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Latar belakang masalah berisi tentang alasan mengapa peneliti melakukan penelitian terkait pelaksanaan akomodasi kurikulum bagi peserta didik tunagrahita di SD Negeri Cibaregbeg. B. Fokus Masalah Fokus masalah berisi tentang masalah yang diteliti oleh penulis, yang selanjutnya diuraikan dalam pertanyaan penelitian. C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Berisi tentang tujuan dan kegunaan dari penelitian yang dilakukan. D. Struktur Organisasi Skripsi Struktur organisasi skripsi menggambarkan bagaimana struktur yang ditulis dalam skripsi ini. BAB II AKOMODASI KURIKULUM BAHASA INDONESIA BAGI PESERTA DIDIK TUNAGRAHITA A. Akses Belajar Anak Tunagrahita ke Sekolah Reguler Berisi tentang mengapa anak tunagrahita mendapatkan akses belajar ke sekolah reguler dan bagaima sistem yang ada di sekolah reguler harus di sesuaikan dengan kondisis anak tunagrahita. B. Akomodasi Kurikulum Berisi tentang apa yang dimaksud dengan akomodasi kurikulum dan bagaimana akomodasi kurikulum dilakukan. C. Akomodasi Kurikulum Bahasa Indonesia Bagi Peserta Didik Tunagrahita Berisi penjelasan tentang perlunya akomodasi kurikulum bahasa Indonesia bagi peserta didik tunagrahita. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Berisi tentang penjelasan dimana penelitian dilakukan. B. Metode Penelitian

7 Berisi tentang metode penelitian dan prosedur penelitian yang dilakukan. C. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data Berisi penjelasan tentang instrumen yang digunakan meliputi pedoman wawancara, observasi dan analisis dokumen serta teknik pengumpulan data yang dilakukan. D. Pengujian Keabsahan Data Berisi tentang bagaimana cara pengujuan keabsahan data dilakukan. E. Teknik Analisis Data Berisi penjelasan bagaimana analisis data dilakukan oleh peneliti, yang meliputi proses reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Keabsahan Data Berisi penjelasan tentang hasil pengujian keabsahan Data. B. Hasil Penelitian Berisi uraian tentang hasil penelitian yang telah di lakukan. C. Pembahasan Berisi uraian tentang hasil penelitian yang dihubungkan dengan teori yang ada. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berisi simpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan. B. Implikasi Berisi saran berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan.