Manajemen Resiko Korosi Internal pada Pipa Penyalur Minyak

dokumen-dokumen yang mirip
Manajemen Resiko Korosi pada Pipa Penyalur Minyak

SIDANG P3 TUGAS AKHIR JURUSAN TEKNIK KELAUTAN 28 JANUARI 2010

SIDANG P3 JULI 2010 ANALISA RESIKO PADA ELBOW PIPE AKIBAT INTERNAL CORROSION DENGAN METODE RBI. Arif Rahman H ( )

ANALISA RESIKO PADA REDUCER PIPELINE AKIBAT INTERNAL CORROSION DENGAN METODE RBI (RISK BASED INSPECTION)

OPTIMASI DESAIN ELBOW PIPE

Tugas Akhir (MO )

Studi RBI (Risk Based Inspection) Floating Hose pada SPM (Single Point Mooring)

PIPELINE STRESS ANALYSIS PADA ONSHORE DESIGN JALUR PIPA BARU DARI CENTRAL PROCESSING AREA(CPA) JOB -PPEJ KE PALANG STATION DENGAN PENDEKATAN CAESAR

Analisa Resiko Penggelaran Pipa Penyalur Bawah Laut Ø 6 inch

Penilaian Risiko dan Penjadwalan Inspeksi pada Pressure Vessel Gas Separation Unit dengan Metode Risk Based Inspection pada CPPG

Analisa Risiko dan Langkah Mitigasi pada Offshore Pipeline

PENDAHULUAN PERUMUSAN MASALAH. Bagaimana pengaruh interaksi antar korosi terhadap tegangan pada pipa?

Prasetyo Muhardadi

NAJA HIMAWAN

Analisis Remaining Life dan Penjadwalan Program Inspeksi pada Pressure Vessel dengan Menggunakan Metode Risk Based Inspection (RBI)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian

Studi Aplikasi Metode Risk Based Inspection (RBI) Semi-Kuantitatif API 581 pada Production Separator

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SKRIPSI PURBADI PUTRANTO DEPARTEMEN METALURGI DAN MATERIAL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA GENAP 2007/2008 OLEH

BAB III DATA DESAIN DAN HASIL INSPEKSI

Penilaian Risiko Dan Perencanaan Inspeksi Pipa Transmisi Gas Alam Cepu-Semarang Menggunakan Metode Risk Based Inspection Semi-Kuantitatif Api 581

BAB IV PEMBAHASAN 2 1 A B C D E CONSEQUENCE CATEGORY. Keterangan : = HIGH = MEDIUM = MEDIUM HIGH = LOW

1 BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Analisa Tegangan pada Pipa yang Memiliki Korosi Sumuran Berbentuk Limas dengan Variasi Kedalaman Korosi

BAB IV Pengaruh Parameter Desain, Kondisi Operasi dan Pihak Ketiga

STUDI ANALISIS RESIKO PADA PIPELINE OIL DAN GAS DENGAN METODE RISK ASSESMENT KENT MUHLBAUER DAN RISK BASED INSPECTION API REKOMENDASI 581

Analisa Konsekuensi. Pada kasus ini tergolong dalam C6-H8 (Gasoline, Naphta, Light Straight, Heptane), memiliki sifat :

BAB III STUDI PENGARUH PERUBAHAN VARIABEL TERHADAP KONSEKUENSI KEGAGALAN

Non Destructive Testing

BAB I PENDAHULUAN I. 1 LATAR BELAKANG

Bab 3 Data Operasi Sistem Perpipaan pada Topside Platform

DESAIN DAN ANALISIS FREE SPAN PIPELINE

PANDUAN PERHITUNGAN TEBAL PIPA

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 1

4.1 INDENTIFIKASI SISTEM

UJIAN P3 TUGAS AKHIR 20 JULI 2010

ANALISA PELETAKAN BOOSTER PUMP PADA ONSHORE PIPELINE JOB PPEJ (JOINT OPERATING BODY PERTAMINA PETROCHINA EAST JAVA)

Analisis Dampak Scouring Pada Integritas Jacket Structure dengan Pendekatan Statis Berbasis Keandalan

Bab 4 Pemodelan Sistem Perpipaan dan Analisis Tegangan

STUDI ANALISIS RESIKO PADA PIPELINE OIL DAN GAS DENGAN METODE RISK ASSESMENT KENT MUHLBAUER DAN RISK BASED INSPECTION API REKOMENDASI 581.

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Optimasi konfigurasi sudut elbow dengan metode field cold bend untuk pipa darat pada kondisi operasi

BAB IV DATA SISTEM PIPELINE DAERAH PORONG

Analisa Pemasangan Ekspansi Loop Akibat Terjadinya Upheaval Buckling pada Onshore Pipeline

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kini, misalnya industri gas dan pengilangan minyak. Salah satu cara untuk

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Diagram alir studi perencanaan jalur perpipaan dari free water knock out. Mulai

Gambar 4.1. Diagram Alir Proses Stasiun Pengolahan Gas (PFD)

APLIKASI BENTANGAN BELOKAN PIPA DENGAN MATLAB

ANALISA DESAIN SISTEM SS IMPRESSED CURRENT CATHODIC PROTECTION (ICCP) PADA OFFSHORE PIPELINE MILIK JOB PERTAMINA PETROCHINA EAST JAVA

STUDI PARAMETER PENGARUH TEMPERATUR, KEDALAMAN TANAH, DAN TIPE TANAH TERHADAP TERJADINYA UPHEAVAL BUCKLING PADA BURRIED OFFSHORE PIPELINE

QUANTITATIVE RISK ASSESSMENT UNTUK EQUIPMENT DALAM GAS PROCESSING UNIT DI TOPSIDE OFFSHORE PLATFORM

ANALISA KEANDALAN PADA PIPA JOINT OPERATING BODY PERTAMINA-PETROCHINA EAST JAVA ( JOB P-PEJ )BENGAWAN SOLO RIVER CROSSING

BAB IV DATA SISTEM PERPIPAAN HANGTUAH

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISA PERBANDINGAN METODE ASSESSMENT BERBASIS RESIKO DENGAN METODE ASSESSMENT BERBASIS WAKTU PADA STASIUN PENGOLAHAN GAS

BAB IV PERHITUNGAN ANALISA DAN PEMBAHASAN

ANALISA KEANDALAN DENTED PIPE DI SISI NUBI FIELD TOTAL E&P INDONESIE. Abstrak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Rancang Bangun Pembangkit Listrik dengan Sistem Konversi Energi Panas Laut (OTEC)

RISK BASED UNDERWATER INSPECTION

SOLUSI PENURUNAN PRODUKSI MIGAS DENGAN MENGGUNAKAN METODA RISK BASED INSPECTION (RBI) Muh.Yudi MS, Johni wahyuadi S.,

Oleh: Sulung Fajar Samudra Dosen Pembimbing: Ir. Murdjito, M.Sc. Eng Prof. Ir. Daniel M. Rosyid, Ph.D MRINA

Muhammad

(Badan Geologi Kementrian ESDM, 2010)

Perhitungan Teknis LITERATUR MULAI STUDI SELESAI. DATA LAPANGAN : -Data Onshore Pipeline -Data Lingkungan -Mapping Sector HASIL DESAIN

BAB III PROSEDUR ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV Data Penelitian dan Pembahasan

DESAIN BASIS DAN ANALISIS STABILITAS PIPA GAS BAWAH LAUT

SISTEM MANAJEMEN PERAWATAN UNIT MMU PUMP DAN OIL SHIPPING PUMP

Muhammad (NRP )

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Analisa Pengaruh Water Hammer Terhadap Nilai Strees Pipa Pada Sistem Loading-Offloading PT.DABN

DESAIN DAN ANALISIS TEGANGAN PADA SISTEM OFFSHORE PIPELINE

ANALISA RANCANGAN PIPE SUPPORT PADA SISTEM PERPIPAAN DARI POMPA MENUJU PRESSURE VESSE DAN HEAT EXCHANGER DENGAN PENDEKATAN CAESARR II

TINGKAT KEHANDALAN PIPELINE PADA TRANSPORTASI MINYAK DAN GAS DENGAN MENGGUNAKAN METODA PIPELINE INTEGRITY MANAGEMENT SYSTEM (PIMS)

Analisa Laju Erosi dan Perhitungan Lifetime Terhadap Material Stainless Steel 304, 310, dan 321

15. Probabilistic Life Assessment, Failure Analysis and Prevention ASM Handbook Vol. 11, ASM International, Haldar, A.

Gambar 3.1 Upheaval Buckling Pada Pipa Penyalur Minyak di Riau ± 21 km

Gambar 5. 1 Sistem Pipeline milik Vico Indonesia

ANALISIS MID-POINT TIE-IN PADA PIPA BAWAH LAUT

INSPEKSI BERBASIS RISIKO DAN PENENTUAN UMUR SISA JALUR PIPA KURAU DAN SEPARATOR V-201 EMP MALACCA STRAIT. Oleh : ALRIZAL DIYATNO NIM

ANALISA PERAWATAN BERBASIS RESIKO PADA SISTEM PELUMAS KM. LAMBELU

ANALISIS KONSEKUENSI KEGAGALAN SECARA KUANTITATIF PADA ONSHORE PIPELINE BERDASARKAN API 581 BRD. I Wayan Diptagama

ANALISA KEGAGALAN PIPA BAJA TAHAN KARAT 316L DI BANGUNAN LEPAS PANTAI PANGKAH-GRESIK

ANALISA KONFIGURASI PIPA BAWAH LAUT PADA ANOA EKSPANSION TEE

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Analisa Resiko pada Mooring Line Point Mooring) Akibat Beban Kelelahan

Penilaian Risiko Pipa Onshore Akibat Cacat Korosi : Studi Kasus Jalur Pipa Gas PT. PHE- WMO

TESIS. ILMI IKHSAN NIM : Program Studi Teknik Mesin

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

Bab III Data Perancangan GRP Pipeline

PERENCANAAN FIXED TRIPOD STEEL STRUCTURE JACKET PADA LINGKUNGAN MONSOON EKSTRIM

TUGAS AKHIR PIPELINE STRESS ANALYSIS TERHADAP TEGANGAN IJIN PADA PIPA GAS ONSHORE DARI TIE-IN SUBAN#13 KE SUBAN#2 DENGAN PENDEKATAN CAESAR II

Mahasiswa Jurusan Teknik Kelautan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember ABSTRAK

4 BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA

Analisa Pengaruh Water Hammer Terhadap Nilai Strees Pipa Pada Sistem Loading- Offloading PT.DABN

1.1 LATAR BELAKANG BAB

Transkripsi:

Manajemen Resiko Korosi Internal pada Pipa Penyalur Minyak Oleh : Bagus Indrajaya 4309 100 026 Dosen Pembimbing : Prof. Ir. Daniel M. Rosyid, Ph.D.,M.RINA Ir. Hasan Ikhwani, M. Sc.

Outline Pendahuluan Tinjauan Pustaka dan Dasar Teori Metodologi Penelitian Analisis Data dan Pembahasan Daftar Pustaka Gambar 1. Korosi pada pipa (sumber : https://encrypted-tbn1.gstatic.com)

1. Jaringan pipa merupakan komponen utama dalam mendistribusikan minyak dan gas baik dari onshore maupun offshore digunakan untuk pemenuhan kebutuhan. 2. Masalah utama yang harus dihadapi sebuah jaringan pipa ialah korosi karena menyebab adanya kegagalan pada suatu kontruksi suatu material yang dapat mengurangi kemampuan suatu konstruksi 3. Dampak kegagalan yang terjadi akan berpengaruh pada lingkungan dan kerugian material karena perlu adanya penghentian peralatan dan penghentian kegiatan operasi.

Description Value Unit Material API 5L. grade B - Lenght of pipeline 9600 M Outside Diameter 8.625 Inch Wall Thickness 0.322 Inch Buried depth -1,5 M Pipeline roughness 0.00180 Inch Corrosion allowance 0.125 Inch Coating material Coal tar enamel - Coating thickness 0.1875 Inch Pipe nominal wall thickness 0.322 Inch SMYS 35000 Psi Modulus young 28,3x10 6 Psi Poisson s Ratio 0,303 -

1. Bagaimana resiko kegagalan pada pipa penyalur minyak tersebut? 2. Bagaimana matrik resiko pada pipa penyalur minyak tersebut? 3. Bagaimana Management Plan untuk mengurangi resiko kegagalan pada pipa penyalur minyak tersebut?

1. Mengetahui resiko kegagalan pada Pipa Penyalur Minyak tersebut. 2. Mengetahui matrik resiko pada pipa penyalur minyak tersebut. 3. Mengetahui Management Plan untuk mengurangi resiko kegagalan pada Pipa Penyalur Minyak tersebut

Analisa yang dilakukan diharapkan dapat menjadi suatu acuan dalam tercapainya integritas Pipeline dan antisipasi terhadap resiko kegagalan pipeline.

Pipa penyalur minyak JOB Pertamina Petro China East Java dalam penelitian ini adalah pipa onshore dalam kondisi beroperasi. Analisa Risk Based Inspection semi kuantitatif hanya diberlakukan pada analisa konsekuensi dan penentuan tingkat resiko pada pipa lurus yang terkorosi. Resiko kegagalan pipa yang terkorosi menggunakan metode kepecahan pipa. Besaran-besaran statistik dan probabilistik yang tidak diketahui diasumsikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Tidak memperhitungkan korosi eksternal, beban tanah, dan korosi pada sambungan pipa. Fenomena subsidence dan scoring diabaikan, karena kondisi tanah relative stabil. Perhitungan laju korosi tidak mempertimbangkan luasan korosi yang terjadi dan adanya pengaruh suhu. Manajemen Korosi memperhatikan perencanaan dan implementasi.

penelitian tentang analisa resiko pada pipeline telah dilakukan oleh Lubis (2010) mengenai analisa resiko pada reducer pipeline akibat internal corrosion, yang memberikan kesimpulan bahwa peluang kegagalan terbesar pada reducer pipe akibat internal corrosion adalah 0,05. Penelitian yang hampir sama dilakukan oleh Hakim(2010) mengenai analisa resiko pada elbow pipe akibat internal corrosion, yang memberikan kesimpulan bahwa peluang kegagalan pada elbow pipe dengan sudut 45 0 sebesar 37,36%, sedangkan peluang kegagalan pada elbow pipe dengan sudut 90 0 sebesar 33,85%.

Jaringan pipa secara umum Pipeline merupakan salah satu komponen yang penting dalam suatu industri migas. Industri migas menggunakan pipeline sebagai sarana untuk mendistribusikan minyak dan gas baik dari darat(onshore) maupun dari lepas pantai(offshore).

1. Korosi Korosi adalah proses perusakan ataupun penurunan kualitas material yang diakibatkan interaksi terhadap lingkungan. (Ikhsan, 2008) Gambar 2. Korosi pada pipa (sumber : https://encrypted-tbn1.gstatic.com)

Korosi internal Korosi internal adalah salah satu jenis korosi yang terjadi akibat aliran fluida yang mengandu dalam pipa. Jenis-jenis fluida yang menyebabkan korosi Internal : Korosi CO 2, Korosi O 2 Korosi H 2 S

Konsep Analisis Keandalan Keandalan sebuah komponen atau sistem adalah peluang komponen atau sistem tersebut untuk memenuhi tugas yang telah ditetapkan tanpa mengalami kegagalan selama kurun waktu tertentu apabila dioperasikan dengan benar dalam lingkungan tertentu (Rosyid, 2007). sistem dari keandalan pada dasarnya dapat ditunjukkan sebagai problematika antara demand (tuntutan atau beban) dan capacity (kapasitas atau kekuatan). Secara tradisional didasarkan atas safety factor (angka keamanan) yang diperkenankan.

Risk Based Inspection 2.1. Pengertian Risk Based Inspection merupakan metode perencanaan atau program inspeksi dan pengujian yang memperhitungkan konsekuensi kegagalan dan kemungkinan kegagalan. Risk = P o F. C o F dengan P o F C o F = Peluang Kegagalan = konsekuensi kegagalan

METODE SIMULASI MONTE CARLO Simulasi monte carlo merupakan salah satu teknik asesmen resiko kuantitatif yang dapat digunakan dalam berbagai proses manajemen resiko. Terutama pada tahapan analisa resiko dan/atau evaluasi resiko yang memiliki variable acak. Unsur pokok yang diperlukan di dalam simulasi Monte Carlo adalah sebuah random number generator (RNG).

PERHITUNGAN KEANDALAN Menentukan laju korosi berdasarkan API RBI 581 to t CR usiapakai to t = tebal pipa awal (inch) = tebal setelah terkorosi (inch) Moda kegagalan g (X) =α-cr.tx α = Batas maksimum keandalan yang diizinkan didasarkan pada ASME B31.G(1991) yaitu 80 % dari ketebalan dinding pipa(wall thickness)

PERHITUNGAN KONSEKUENSI KEGAGALAN Untuk mengetahui tipe laju pelepasan gas digunakan persamaan berikut: Perhitungan laju pelepasan fluida 1 2 1 K K trans K Pa P 1 1 1 2 144 K K c d s K g RT KM P A C W

PERHITUNGAN LUAS DAERAH KONSEKUENSI Persamaan untuk luas daerah kerusakan (API RBI 581) A = 230 X 0,83 A = 357 X 0,61 Persamaan untuk luas daerah berbahaya (API RBI 581) A = 375 X 0,94 A = 1253 X 0,63

mulai Studi literatur Pengumpulan data Perhitungan Peluang Perhitngan Konsekuensi Risk = PoF. CoF Analisa resiko Matrik Resiko Management Plan Kesimpulan dan Saran Selesai

FLOWCHART PERHITUNGAN PELUANG KEGAGALAN TERHADAP KERETAKAN mulai Moda kegagalan t0 t g( X ) T T X Random Number Generate Random Variabel t o dan t Tansformasi Ap Xp ya tidak tidak P < M P = 0 K = K + 1 Hitungan Fg(X) Fg(X) = 0 N = n + 1 tidak Sukses atau gagal ya P g = n/n Selesai

DIAGRAM PERHITUNGAN KONSEKUENSI KEGAGALAN TERHADAP KERETAKAN Perhitungan Konsekuensi Menentukan fluida representatif yang terlepas dan sifatnya Menganalisa laju pelepasan Fluida akibat kebocoran Menganalisa durasi kebocoran Menganalisa luas daerah yang terkena dampak akibat kebocoran Menghitung reduksi luas daerah yang terkena dampak akibat kebocoran Menganalisa Konsekuensi kegagalan Selesai

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN Pipa yang dianalisa ialah pipa yang mengalami internal korosi paling tinggi Tabel 4.1 Data Inspeksi ketebalan pipa(inch) Lokasi Average Whallthicknes titik 1 titik 2 titik 3 titik 4 Semanding 0.322 0.2766 0.2762 0.2763 0.2764 Palang 0.322 0.2767 0.2763 0.2764 0.2766 Rangel 0.322 0.2764 0.2769 0.2768 0.2767 Sokosari 0.322 0.2768 0.2766 0.2767 0.2769 Pelumpang 0.322 0.2766 0.2764 0.2767 0.2768

ANALISA KEANDALAN Dari data inspeksi yang dilakukan kemudian dilakukan analisa distribusi statistiknya dengan menggunakan softwere minitab 16. sehingga didapat data seperti berikut. Tabel 4.2 Distribusi statistik ketebalan pada pipa(inch) Lokasi Distribusi data μ σ Semanding 3-Paramater Loglogistic 0,27669 0,00041 Palang 3-Paramater Loglogistic 0,27680 0,00045 Rangel 3-Paramater Lognormal 0,27687 0,00043 Sokosari 3-Paramater Lognormal 0,27668 0,00031 Pelumpang 3-Paramater Lognormal 0,27674 0,00038

PELUANG KEGAGALAN PIPA P o F (%) 16 14 12 10 8 6 4 2 Grafik Presentase kegagalan Pipa Semanding Palang Rangel Sukosari Plumpang TABEL 4.3 PELUANG KEGAGALAN PIPA TERHADAP KERETAKAN(INCH) location keandalan gagal Semanding 87.53% 12.47% Palang 88.55% 11.45% Rangel 88.29% 11.71% Sukosari 87.22% 12.78% Plumpang 87.78% 12.22% 0 0 4000 8000 12000 16000 20000 Jumlah Simulasi DARI TABEL PELUANG KEGAGALAN PIPA TERBESAR TERJADI PADA PIPA DI LOKASI SUKOSARI DENGAN PROSENTASE PELUANG KEGAGALAN SEBESAR 12,78%

KATEGORI PELUANG KEGAGALAN Dari hasil perhitungan peluang kegagalan yang menggunakan simulasi montecarlo, diketahui bahwa peluang kegagalan terbesar terjadi di Daerah Sukosari dengan peluang kegagalan sebesar 12.78%. Maka kemudian dilakukan penyesuaian dengan tabel dibawah untuk mengetahui kategori penipisannya. Tabel 2.7. Kategori peluang kegagalan (API 581) Kategori Peluang kegagalan 1 < 0,07 2 < 0,14 3 < 0,21 4 < 0,28 5 < 0,35 Setelah dilakukan penyesuaian dengan tabel di atas, maka diketaui bahwa kategori penipisan pipa yang terjadi ialah masuk ke dalam kategori 3 yaitu kategori menengah.

Analisa Konsekuensi Lingkungan dengan menggunakan metode kuantitatif RBI Menentukan sifat dan jenis fluida representatif Berdasarkan referensi yang didapatkan, maka fluida representatif yang dialirkan adalah H 2 S. dimana sifat-sifat dari fluida jenis tersebut menurut Tabel 7.2 API RBI 581 adalah sebagai berikut: Berat molekul : 34 lb/mol Berat jenis : 61,993 lb/ft 3 Temperatura autoignition : 500 o F Tingkat keadaan : Gas

ANALISA LAJU PELEPASAN FLUIDA Untuk laju pelepasan gas menggunakan persamaan berikut: Dengan : W s = Laju Pelepasan Fluida gas (lb/s) Cd = Koefisien keluaran (0,60-0,64) A P M W s C d A P KM RT gc 2 144 K 1 = Luas Penampang (inch) = Tekanan Operasi (psi) = massa molekul (lb/mol) R = Konstanta Gas Universal (10,73 ft 3.psia/lbmol. o R) T = temperatur hulu ( o R) K 1 K 1 Dari hasil perhitungan didapat nilai laju pelepasan fluida pada masing-masing lubang kebocoran(0.25, 1, 4, 7 inch) yang ditampilkan pada Tabel berikut. Ukuran lubang Laju pelepasan Fluida (lb/s) 0.25 4.89 1 19.54 4 78.16 7 136.79

ANALISA LUAS DAERAH AKIBAT KEBOCORAN Persamaan yang digunakan untuk menghitung luas daerah kerusakan dan luas daerah berbahaya ialah sebagai berikut yang terdapat pada Tabel 7.10 dan 7.11 yang terdapat pada API RBI 581. Persamaan untuk luas daerah kerusakan A = 203 X 0,83 A = 357 X 0,61 Persamaan untuk luas daerah berbahaya A = 375 X 0,94 A = 1253 X 0,63 Tabel 4.8 Luas daerah kerusakan akibat kebocoran Ukuran lubang Luas daerah kerusakan (ft 2 ) 0.25 832.92 1 2860.46 4 5098.01 7 7172.23 Tabel 4.9 Luas daerah berbahaya akibat kebocoran Ukuran lubang Luas daerah berbahaya (ft 2 ) 0.25 1665.64 1 6130.83 4 19522.89 7 27775.25

ANALISA REDUKSI LUAS DAERAH AKIBAT KEBOCORAN Pengaturan dan reduksi laju kebocoran ditentukan dengan mengkombinasikan kondisi sistem deteksi dan sistem isolasi yang dipakai pada peralatan yang sedang diamati. sesuai dengan Tabel 7.16 API RBI maka besar prosentase reduksi yang digunakan sebesar 25 %. Sehingga didapat luas daerah akibat kebocoran setelah direduksi sebagai berikut Tabel 4.10 Luas daerah kerusakan akibat kebocoran setelah direduksi Ukuran lubang Luas daerah kerusakan (ft 2 ) setelah direduksi 0.25 624.69 1 2145.35 4 3823.51 7 5379.17 Tabel 4.11 Luas daerah berbahaya akibat kebocoran setelah direduksi Ukuran lubang Luas daerah berbahaya (ft 2 ) setelah direduksi 0.25 1249.23 1 4598.12 4 14642.16 7 20831.44

MENGHITUNG FREKUENSI KERUSAKAN GENERIK Frekuensi kerusakan generik dipengaruhi oleh jenis peralatan yang diamati dan ukuran lubang kebocoran yang terjadi. Nilai frekuensi kerusakan generik diambil dari sejarah pemakaian peralatan yang dianalisis sesuai dengan Tabel 8.1 API RBI. Tabel 4.14 Frekuensi dan fraksi kerusakan generik (sumber : Tabel 8.1 API RBI 581) Frekuensi kerusakan Generic Ukuran lubang Jumlah total frekuensi generik Fraksi kerusakan generik Ukuran lubang 0.25 1 4 6 0.25 1 4 6 3 X 10-7 3 X 10-7 8 X 10-8 2 X 10-8 7 X 10-8 0,43 0,43 0,12 0.029

ANALISA KONSEKUENSI KEGAGALAN Nilai konsekuensi kegagalan kemudian dikalikan dengan fraksi kerusakan generik dan didapatkan luas daerah konsekuensi kegagalan. Berikut adalah nilai konsekuensi kegagalan. Tabel 5. luas daerah konsekuensi lingkungan Ukuran lubang Luas daerah konsekuensi kegagalan (ft 2 ) 0.25 535.39 1 1970.62 4 1673.39 7 595.18

KATEGORI KONSEKUENSI KEGAGALAN Dari hasil perhitungan konsekuensi lingkungan, konsekuensi terbesar terjadi lubang diameter 1 inch yaitu sebesar 1970.62 ft 2. Maka kemudian dilakukan penyesuaian dengan tabel dibawah untuk mengetahui kategori konsekuensi kegagalannya. Tabel 2.7. Kategori konsekuensi kegagalan (API 581) Kategori Luas daerah (ft 2 ) 1 <10 2 10-100 3 100 1000 4 1000 10000 5 >10000 Setelah dilakukan penyesuaian dengan tabel di atas, maka diketaui bahwa kategori penipisan pipa yang terjadi ialah masuk ke dalam kategori 4 yaitu kategori menengah tinggi.

ANALISA TINGKAT RESIKO SEMI-KUANTITATIF Dari hasil perhitungan peluang dan konsekuensi kegagalan yang telah dilakukan, maka dalam penentuan tingkat resiko semi-kuanitatif dapat dilakukan dengan mengkombinasikan kategori peluang kegagalan (likelihood of failure) kategori konsekuensi kegagalan (consequency of failure) seperti dalam bentuk matriks sebagai berikut. Tabel 4.11 Hasil perhitungan peluang dan konsekuensi kegagalan Peralatan pada penelitian Pipa 8'' CPA-Palang Peluang kegagalan tertinggi 0,13 Katagori kemungkinan kegagalan 2 Konsekuensi Kegagalan 1970.62 ft 2 kategori Konsekuensi D Risk=PoF.CoF 2D

ANALISA KONSEKUENSI KESELAMATAN Perhitungan konsekuensi keselamatan dilakukan dengan menganalisa rata-rata nilai kadar H 2 S yang terdapat pada pipa penyalur minyak. Tabel 4.17 hasil inspeksi kadar H 2 S(ppm) Time nov'08 Dec'08 Jan'09 feb'09 Mar'09 Apr'09 Mey'09 Jun'09 Jul'09 Aug'09 Sep'09 Oct'09 Konsentrasi H 2 S 30 33 32 30 29 30 33 31 32 30 28 30 Dari hasil perhitungan rata-rata kadar H 2 S yang terkandung di dalam minyak maka dapat diketahui bahwa kadar H 2 S yang terkandung yaitu sebesar 30.66 ppm.

DAMPAK KONSEKUENSI KEGAGALAN Dari hasil perhitungan konsekuensi keselamatan, maka diketahui bahwa kadar H 2 S sebesar 30.66 ppm. Maka kemudian dilakukan penyesuaian dengan tabel dibawah untuk mengetahui dampak kesehatannya. Tabel 9. Dampak H 2 S terhadap kesehatan (American National Standards Institute) Concentration (ppm) Symptoms/Effects >10 ppm Beginning eye irritation >27 ppm Eye irritation 50-100 ppm Slight conjunctivitis and respiratory tract irritation after 1 hour exposure >100 ppm Coughing, eye irritation, loss of sense of smell after 2-15 minutes. Altered respiration, pain in the eyes and drowsiness after 15-30 minutes followed by throat irritation after 1 hour. Several hours exposure results in gradual increase in severity of these symptoms and death may occur within the next 48 hours. 200-300 ppm Marked conjunctivitis and respiratory tract irritation after 1 hour of exposure 500-700 ppm Loss of consciousness and possibly death in 30 minutes to 1 hour. 700-1000 ppm Rapid unconsciousness, cessation of respiration and death. 1000-2000 ppm Unconsciousness at once, with early cessation of respiration and death in a few minutes. Death may occur even if individual is removed to fresh air at once. Setelah dilakukan penyesuaian dengan tabel di atas, maka diketaui bahwa dampak kesehatannya ialah terjadinya iritasi pada alat pengeliatan

KATEGORI KONSEKUENSI KEGAGALAN Dari hasil analisa konsekuensi keselamatan maka dapat diketahui bahwa jika terjadi kegagalan maka akan menyebabkan terjadinya iritasi pada alat pengeliatan. Maka kemudian dilakukan penyesuaian dengan tabel dibawah untuk mengetahui kategori konsekuensinya. Tabel 2.5. Safety consequence ranking (DNV RP F107). Category A B C D E Description No person(s) are injured no fatality Serious injury, one fatality (working accident) (not used) More than one fatality (gas cloud ignition) Setelah dilakukan penyesuaian dengan tabel di atas, maka diketaui bahwa kategori konsekuensi keselamatannya ialah masuk ke dalam kategori B yaitu kategori rendah.

ANALISA TINGKAT RESIKO SEMI-KUANTITATIF Dari hasil perhitungan peluang dan konsekuensi kegagalan yang telah dilakukan, maka dalam penentuan tingkat resiko semi-kuanitatif dapat dilakukan dengan mengkombinasikan kategori peluang kegagalan (likelihood of failure) kategori konsekuensi kegagalan (consequency of failure) seperti dalam bentuk matriks sebagai berikut. Tabel 4.11 Hasil perhitungan peluang dan konsekuensi kegagalan Peralatan pada penelitian Pipa 8'' CPA-Palang Peluang kegagalan tertinggi 0,13 Katagori kemungkinan kegagalan 2 Konsekuensi Kegagalan - kategori Konsekuensi B Risk=PoF.CoF 2B

PERENCANAAN INSPEKSI Merujuk pada hasil penilaian resiko dengan menggunakan metode semikuantitatif API 581, maka diperlukan suatu rekomendasi inspeksi yang dapat meningkatkan perawatan terhadap peralatan. inspeksi dapat diarahkan kepada item atau peralatan dengan level resiko menengah atau tinggi. Berdasarkan hasil analisa resiko diatas maka integritas inspeksi dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 11. Integritas Inspeksi pada Peralatan Statis RBI No. Jenis Konsekuensi Jenis Inspeksi 1 Tinggi 2 Menengah 3 Rendah Internal Entry External NDT with process and corrosion monitoring Internal Entry External NDT with process and corrosion monitoring Limited Internal Inspection with process monitoring Limited Internal Inspection External Inspection Process review Peluang Kegagalan Tabel 11. Hasil Uji Tingkatan Kekritisan Untuk Level Resiko Konsekuensi Kegagalan Metode Inspeksi Frekuensi Inspeksi Luas Area Inspeksi Tinggi Tinggi U.T 12 bulan Penuh Tinggi Menengah U.T 12 bulan Parsial Tinggi Rendah U.T 12 bulan Kecil Menengah Tinggi U.T 18 bulan Penuh Menengah Menengah U.T 30 bulan Parsial Menengah Rendah U.T 30 bulan Kecil Rendah Tinggi U.T 30 bulan Penuh Rendah Menengah U.T 36 bulan Parsial Rendah Rendah U.T 48 bulan Kecil

KESIMPULAN Setelah analisa resiko pada pipa penyalur minyak tersebut dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Peluang kegagalan keretakan dengan simulasi Monte Carlo pada masing-masing wilayah ialah sebagai berikut. Tabel 13. Peluang kegagalan pipa terhadap keretakan(inch) lokasi keandalan gagal Semanding 87.53% 12.47% Palang 88.55% 11.45% Rangel 88.29% 11.71% Sukosari 87.22% 12.78% Plumpang 87.78% 12.22%

KESIMPULAN Berdasarkan perhitungan analisis consequence of failure dan likelihood of failure, maka penentuan tingkat resiko menggunakan metode semi-kuantitatif RBI adalah sebagai berikut: Tabel. Hasil perhitungan analisa resiko lingkungan Tabel. Hasil perhitungan analisa resiko keselamatan lokasi likelihood of failure consequence of failure lokasi likelihood of failure consequence of failure Semanding 2 D Palang 2 D Rangel 2 D Semanding 2 B Palang 2 B Rangel 2 B Sukosari 2 D Plumpang 2 D Sukosari 2 Plumpang 2 B B

KESIMPULAN 3. Teknik inspeksi yang efektif dengan resiko menengah ke atas adalah Ultrasonic Test dan Radiography Examination. Inspeksi di pada tiap wilayah berdasarkan uji tingkatan kekritisan adalah sebagai berikut Tabel. Frekuensi inspeksi pada pipa penyalur minyak lokasi Semanding Palang Rangel Sukosari Plumpang Frekuensi inspeksi 36 bulan sekali 36 bulan sekali 36 bulan sekali 36 bulan sekali 36 bulan sekali

SARAN Beberapa saran yang dapat diajukan sehubungan dengan penelitian ini diantaranya adalah sebagai berikut: Sangat diperlukan variasi moda kegagalan yang lain dalam analisa keandalan pada struktur pipa penyalur minyak. Perlunya dilakukan suatu pengkajian efektifitas mengenai penentuan frekuensi program inspeksi dengan metode ini. Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai tahapan atau cara untuk menurunkan resiko kegagalan yang tinggi menuju yang lebih rendah.

Sumatra Selatan Handbook. Tuhan. American Society of Mechanical Engineers. 2002. ASME B31.3: Proces Piping. New York. American Society of Mechanical Engineers. 2006. ASME B31.4: Pipeline Transportation System for Liquid Hydrocarbons and Other Liquids. New York. American Petroleum Institute. 2000. API 5L: Specification for Line Pipe. Washington. American Petroleum Institute. 2008. API Recommended Practice 581 Second Edition. Washington. Diptagama, I Wayan. 2008. Analisa Kegagalan secara kuantitatif Onshore Pipeline Berdasarkan API 581 BRD. Tugas Akhir Program Studi Teknik Mesin ITB. Ikhsan., Ilmi. 2008. Sistem Manajemen Korosi dan Studi Aplikasinya untuk Pipa Penyalur Gas Lepas Pantai yang Beresiko TLC. Tesis Program Studi Teknik Mesin ITB. Joint Operating Body Pertamina-Petro China East Java. 2006. Sistem PipaTransmisi Gas Bumi

Joint Operating Body Perta.mina-Petro China East Java. 2007. Pipeline Integrity and Risk Assessment from CPA Mudi-Palang. Tuban. Joint Operating Body Pertamina-Petroalina East.Java. 2009. CPA Mudi - Palang Pipeline Project. Tuban. Hakim, Arif Rahman. 2010. Analisa Resiko Pada Elbow Pipe Akibat Internal Corrosion dengan Metode RBI. Tugas Akhir Program Studi Teknik Kelautan ITS. Lubis, Zulfikar A. H. Analisa Resiko pada Reducer Pipeline Akibat Internal Corrosion dengan Metode RBI. Tugas Akhir Program Studi Teknik Kelautan ITS. Simposium Nasional IATMI VII. 2002. Manajemen Korosi pada Jaringan Pipa Produksi Migas Menggunakan Analisa Manajemen Resiko. Jakarta. Supomo, Heri. 2003. Korosi. Jurusan Teknik Perkapalan. ITS Surabaya. UK HSE OTR No.044. 2001. Review of Corrosion Oil and Gas Processing. Offshore Technology Report. Zaidun, Yasin. 2010. Analisa Perbandingan Metode Assessment Berbasis Resiko dengan Metode Assessment Berbasis Waktu pada Stasiun Pengolahan Gas. Tesis Program Studi Metalurgi dan Material UI.

TERIMA KASIH