ISSN: x Buletin Makanan Ternak, 2017, 104 (2): 12-20

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 10. Hasil Pengamatan Karakteristik Fisik Silase Ransum komplit

I. PENDAHULUAN. Jumlah pasar tradisional yang cukup banyak menjadikan salah satu pendukung

KAJIAN PENAMBAHAN TETES SEBAGAI ADITIF TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN NUTRISI SILASE KULIT PISANG

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

II. TINJAUAN PUSTAKA. penampilan barang dagangan berbentuk sayur mayur yang akan dipasarkan

Okt ,30 75,00 257,00 Nop ,30 80,00 458,00 Des ,10 84,00 345,00 Jumlah 77,70 264, ,00 Rata-rata 25,85 88,30 353,34

Komparasi Antara Silase dan Hay Sebagai Teknik Preservasi Daun Rami Menggunakan Model Respon Produktivitas

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi

METODE PENELITIAN. Bahan dan Alat

I. PENDAHULUAN. atau sampai kesulitan mendapatkan hijauan makanan ternak (HMT) segar sebagai

KARAKTERISTIK DAN KUALITAS SILASE TEBON JAGUNG (Zea mays) MENGGUNAKAN BERBAGAI TINGKAT PENAMBAHAN FERMENTOR YANG MENGANDUNG BAKTERI LIGNOCHLORITIK

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

MATERI DAN METODE. Materi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Nutrien Silase dan Hay Daun Rami (%BK)

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan peningkatan permintaan daging kambing, peternak harus

TINJAUAN PUSTAKA Daun Rami dan Pemanfaatannya

HASIL DAN PEMBAHASAN

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

PENDAHULUAN. karena Indonesia memiliki dua musim yakni musim hujan dan musim kemarau.

PERUBAHAN MASSA PROTEN, LEMAK, SERAT DAN BETN SILASE PAKAN LENGKAP BERBAHAN DASAR JERAMI PADI DAN BIOMASSA MURBEI

I. PENDAHULUAN. Bandar Lampung dikategorikan sebagai kota yang sedang berkembang,

II. TINJAUAN PUSTAKA

PERUBAHAN TERHADAP KADAR AIR, BERAT SEGAR DAN BERAT KERING SILASE PAKAN LENGKAP BERBAHAN DASAR JERAMI PADI DAN BIOMASSA MURBEI

I. PENDAHULUAN. sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah kota pada umumnya didominasi oleh sampah organik ± 70% sebagai

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat

BAB I PENDAHULUAN. kasar yang tinggi. Ternak ruminansia dalam masa pertumbuhannya, menyusui,

KANDUNGAN NUTRISI SILASE JERAMI JAGUNG MELALUI FERMENTASI POLLARD DAN MOLASES

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Desember 2014 Februari 2015 di Jurusan

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Metode

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi makanan. Sehingga faktor pakan yang diberikan pada ternak perlu

SILASE DAN GROWTH PROMOTOR

TINJAUAN PUSTAKA. baik dalam bentuk segar maupun kering, pemanfaatan jerami jagung adalah sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Singkong (Manihot utilissima) adalah komoditas tanaman pangan yang

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak penelitian yang digunakan adalah sapi perah FH pada periode

OPTIMALISASI KUALITAS SILASE DAUN RAMI (Boehmeria nivea, L. GAUD) MELALUI PENAMBAHAN BEBERAPA ZAT ADITIF SKRIPSI SHITTA NUR SAFARINA

EFEKTIVITAS SUBSTITUSI KONSENTRAT DENGAN DAUN MURBEI PADA PAKAN BERBASIS JERAMI PADI SECARA IN VITRO SKRIPSI OCTAVIANI NILA PERMATA SARI

HASIL DAN PEMBAHASAN

Feed Wafer dan Feed Burger. Ditulis oleh Mukarom Salasa Selasa, 18 Oktober :04 - Update Terakhir Selasa, 18 Oktober :46

RESPON PRODUKSI SUSU SAPI FRIESIAN HOLSTEIN TERHADAP PEMBERIAN SUPLEMEN BIOMINERAL DIENKAPSULASI SKRIPSI PIPIT

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

Coleman and Lawrence (2000) menambahkan bahwa kelemahan dari pakan olahan dalam hal ini wafer antara lain adalah:

I. PENDAHULUAN. Pemenuhan kebutuhan pakan hijauan untuk ternak ruminansia, selama ini telah

BAB I PENDAHULUAN. reproduksi. Setiap ternak ruminansia membutuhkan makanan berupa hijauan karena

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penelitian

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Musim kemarau di Indonesia menjadi permasalahan yang cukup

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Bintoro dkk (2010) sagu ( Metroxylon sp) merupakan tanaman

FERMENTABILITAS DAN KECERNAAN in vitro RANSUM YANG DIBERI UREA MOLASSES MULTINUTRIENT BLOCK ATAU SUPLEMEN PAKAN MULTINUTRIEN

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 03 Pebruari :23 - Update Terakhir Selasa, 17 Pebruari :58

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Unsur-unsur Nutrien dalam Singkong (dalam As Fed)

MEMBUAT SILASE PENDAHULUAN

I.PENDAHULUAN. dan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia. diikuti dengan meningkatnya limbah pelepah sawit.mathius et al.,

POPULASI PROTOZOA, BAKTERI DAN KARAKTERISTIK FERMENTASI RUMEN SAPI PERANAKAN ONGOLE SECARA IN VITRO

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kualitas Fermentasi Silase Beberapa Jenis Rumput

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Ransum

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI

THE EFFECT OF PROBIOTIC FEED SUPPLEMENT ON MILK YIELD, PROTEIN AND FAT CONTENT OF FRIESIAN HOLSTEIN CROSSBREED

KANDUNGAN ASAM FITAT DAN KUALITAS DEDAK PADI YANG DISIMPAN DALAM KEADAAN ANAEROB SKRIPSI RETNO IRIANINGRUM

Pengembangan ternak ruminansia di negara-negara tropis seperti di. kemarau untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak ruminansia yang memiliki

G. S. Dewi, Sutaryo, A. Purnomoadi* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Semarang

KANDUNGAN NUTRISI SILASE JERAMI JAGUNG MELALUI FERMENTASI POLLARD DAN MOLASES

ABSTRAK. Kata kunci : Imbangan Pakan; Efisiensi Produksi Susu; Persistensi Susu. ABSTRACT

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Serat Kasar. Kecernaan serat suatu bahan pakan penyusun ransum akan mempengaruhi

I. PENDAHULUAN. hijauan serta dapat mengurangi ketergantungan pada rumput. seperti jerami padi di pandang dapat memenuhi kriteria tersebut.

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan

Pengaruh Penambahan Nitrogen dan Sulfur Pada Ensilase Jerami Jagung Terhadap NH3 dan VFA Rumen Sapi Potong (In Vitro)

TINJAUAN PUSTAKA. Jerami Padi

EVALUASI PAKAN TERCEMAR TIMBAL (Pb) PADA SISTEM FERMENTASI RUMEN IN VITRO SKRIPSI PRAMUDIANTO EKAWARDANI

KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan baik kualitas, kuantitas

I. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia.

KONVERSI SAMPAH ORGANIK MENJADI SILASE PAKAN KOMPLIT DENGAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI FERMENTASI DAN SUPLEMENTASI PROBIOTIK TERHADAP PERTUMBUHAN SAPI BALI

I. PENDAHULUAN. kontinuitasnya terjamin, karena hampir 90% pakan ternak ruminansia berasal dari

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit adalah salah satu komoditas non migas andalan Indonesia.

Pengaruh Pemberian Silase Biomassa Jagung...Eman Sulaeman

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi

Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 2, 2012, p Online at :

MATERI DAN METODE. Materi

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian kecernaan protein dan retensi nitrogen pakan komplit dengan

PENGARUH PENGGUNAAN UREA-MINYAK DALAM RANSUM TERHADAP ph, KECERNAAN BAHAN KERING,BAHAN ORGANIK, DAN KECERNAAN FRAKSI SERAT PADA SAPI PO

PENGARUH BINDER MOLASES DALAM COMPLETE CALF STARTER BENTUK PELLET TERHADAP KONSENTRASI VOLATILE FATTY ACID DARAH DAN GLUKOSA DARAH PEDET PRASAPIH

Diharapkan dengan diketahuinya media yang sesuai, pembuatan dan pemanfaatan silase bisa disebarluaskan sehingga dapat menunjang persediaan hijauan yan

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

Syahdar Baba 1 M. I. Dagong 1 Ambo Ako 1 Abdullah Sanusi 2 Anis Muktiani 3

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Limbah industri gula tebu terdiri dari bagas (ampas tebu), molases, dan blotong.

BAB III MATERI DAN METODE. Sumber Protein secara In Vitro dilaksanakan pada bulan September November

SKRIPSI KUALITAS NUTRISI SILASE LIMBAH PISANG (BATANG DAN BONGGOL) DAN LEVEL MOLASES YANG BERBEDA SEBAGAI PAKAN ALTERNATIF TERNAK RUMINANSIA

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Konsentrasi NH3. protein dan non protein nitrogen (NPN). Amonia merupakan bentuk senyawa

I. PENDAHULUAN. Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

Transkripsi:

PERBANDINGAN SILASE RANSUM KOMPLIT BERBASIS JABON DAN JERAMI UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN PAKAN SAPI PERAH BERKUALITAS SECARA BERKESINAMBUNGAN (Comparison of complete rations silages made on rice straw or maize based for sustainable supply of quality feed for dairy cows) T. Naibaho 1), Despal 2)*, I.G. Permana 2) 1)Program Sarjana, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fapet IPB 2)Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan IPB Corresponding author: despal04@yahoo.com ABSTRACT The present research was aimed to compare two complete ration silages made on rice straw or maize based to increase availability and sustainability of dairy cows feed. This study was conducted in dairy farm area Cibungbulang, Bogor. The experiment was conducted in August 2016 until March 2017. Parameters measured in this experiment were physic, chemical, fermentative and utility characteristics of the silage. The experiment used completely randomized design for fermentative characteristics and randomized block design for utility characteristics with two treatments (R1 and R2), and four replications (as blocks based on the cows initial milk production). All data were analyzed using T-test. Physical characteristics used descriptive statistic. No significantly different data was found between the two based silage. The silage produced in this experiment were very good quality as shown by physical, chemical, fermentative and in vitro utility characteristics. It is concluded that rice straw can be used as based silage as good as maize if it is formulated to match the cow requirement. Key words: feed efficiency, fermentation, ration test, silage. PENDAHULUAN Industri peternakan saat ini terus mengalami peningkatan, karena masyarakat mulai sadar akan pentingnya sumber protein hewani, seperti susu. Namun sayangnya, produksi susu dalam negeri belum mampu mengimbangi permintaan tersebut sehingga harus impor dan membuat harga susu menjadi mahal. Data dari Departemen Pertanian, menunjukkan bahwa produksi susu dalam negeri hanya mampu memenuhi 27% konsumsi rakyat Indonesia 7 kg/ kapita/ tahun (Deptan 2009). Sementara Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2013) juga menginformasikan bahwa peningkatan produksi susu sapi masih rendah jika dibandingkan dengan konsumsi susu Indonesia secara nasional. Perbedaan peningkatan T. Naibaho, Despal, I.G. Permana 12

produksi susu dengan konsumsi ini sangat tinggi sehingga menyebabkan kontribusi domestic menurun dan memicu peningkatan jumlah impor susu Indonesia. Bahkan pada tahun 2013 terjadi penurunan produksi susu sapi perah hingga 30% di beberapa koperasi sapi perah besar (Permana & Despal, 2013). Sehingga diperlukan upaya yang memacu produksi susu dalam negeri. Produksi susu merupakan proses alamiah bagi sapi perah setelah melahirkan. Induk sapi perah akan menguras cadangan tubuhnya untuk memenuhi kebutuhan untuk memproduksi susu. Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi susu adalah status dan kecukupan nutrisi sapi perah. Sapi yang mempunyai produksi susu tinggi akan membutuhkan energi hidup pokok untuk fungsi jaringan tubuh dan produksi yang melebihi dari energi yang dapat dikonsumsinya (Reist et al. 2000). Pemenuhan kebutuhan nutrient ternak sapi perah dilakukan dengan pemberian ransum berkualitas dengan kandungan nutrisi yang cukup dan seimbang. Ransum yang berkualitas akan mendukung peningkatan produksi maupun reproduksi ternak (Anggorodi, 1985). Hingga saat ini kita masih belum mampu untuk menyediakan pakan yang baik (kualitas) dalam jumlah cukup (kuantitas) secara berkesinambungan (sustainable). Despal et al. (2013) menyatakan bahwa perbedaan bahan baku ransum yang digunakan oleh peternak sapi perah di beberapa daerah sekitar Jawa Barat menyebabkan hasil produksi susu menjadi berbeda. Kendala dari segi kualitas pakan, yaitu jenis hijauan bernutrisi tinggi yang tersedia sangat terbatas. Kendala dari segi ketersediaan pakan (sustainability) adalah sebagian bahan pakan yang digunakan peternak itu bersifat musiman sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan pakan ternak setiap waktu. Keterbatasan penyediaan hijauan berkualitas secara berkesinambungan ini dapat diatasi melalui pemanfaatan limbah pertanian yang tersedia semusim seperti jerami padi (Djayanegara & Sitorus, 1983) dan jabon dengan mengolahnya menjadi hijauan awetan (hay atau silase) yang dapat dimanfaatkan bila terjadi keterbatasan hijauan pada musim kemarau. Memanfaatkan jerami padi dan jabon secara optimal dalam mendukung produksi ternak perah, perlu disuplementasikan dengan bahan-bahan lain agar dapat menyediakan nutrient yang dibutuhkan secara berimbang dalam bentuk silase ransum komplit. Silase merupakan salah satu alternatif teknologi pengawetan pakan yang bertujuan untuk mempertahankan nilai nutrisi pakan. Silase biasanya diterapkan saat terjadi kelebihan atau surplus pakan pada musim penghujan (saat produksi hijauan tinggi) sehingga dapat digunakan pada musim kemarau (saat produksi hijauan rendah) dalam rangka pemenuhan kebutuhan pakan ternak. Pembuatan silase harus menciptakan kondisi anaerob dengan menurunkan ph serendah mungkin dengan tujuan agar bakteri penghasil asam laktat dapat tumbuh dan mikroba merugikan seperti Clostridium, Butyrilicum, Pseuodemonnas dan lainlain tidak dapat tumbuh (Van Soest 1982). Penelitian ini mencoba membandingkan kualitas silase ransum komplit yang dibuat berbasis jerami padi yang berkualitas rendah namun tersedia setempat dengan jabon yang sudah banyak dipakai diseluruh dunia. T. Naibaho, Despal, I.G. Permana 13

MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Peternakan Sapi Perah Kunak, Cibungbulang, Bogor pada bulan Agustus 2016 hingga Maret 2017. Analisis kimia dilakukan di Laboratorium PAU IPB dan Laboratorium Nutrisi Ternak Perah IPB pada bulan Maret 2017. Prosedur Percobaan Pembuatan Silase Hijauan silase jerami dan jabon padi dibuat dengan cara memotong jerami padi dan tebon jagung ukuran 2-5 cm, lalu diaduk sampai rata agar bagian-bagian dari daun dan batang homogen. Kemudian dicampurkan dengan konsentrat mako sesuai formula. Molases dilarutkan dalam air dan ditambahkan starter sebelum ditambahkan pada campuran hijauan dan konsentrat. Campuran semua bahan ini kemudian diaduk sampai merata. Setelah itu dimasukkan ke dalam drum silo, dipadatkan dan ditutup rapat sehingga kondisi di dalam drum anaerob selama 2 minggu. Setelah 2 minggu disimpan, sampel silase diambil untuk pengujian karakteristik fisik, kimia, fermentative dan utilitas. Berikut bahan pakan dan kandungan nutrien penyusun silase disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Bahan Pakan dan Kandungan Nutrien Penyusun Silase Bahan Pakan BK Abu PK LK SK BETN TDN Konsentrat Mako* 88.46 10.15 16.22 7.46 8.13 58.04 79.36 Jabon* 25.73 8.07 12.50 4.70 27.17 49.14 62.80 Jerami* 17.54 19.77 8.94 1.44 26.20 43.66 58.78 Molases 67.5 ** 8.0 *** 4.0 ** - 0.4 87.0 - Berdasarkan * hasil analisis laboratorium PAU, IPB (2017) ** 1) Wirihadinata 2010; *** 2) Soemoharjo 2009 Pengujian Kualitas Silase Pegujian kualitas silase dilakukan dengan melihat 3 karakteristik, yaitu karakteristik fisik, fermentatif dan utilitas. Karakteristik fisik meliputi warna, aroma, tekstur, kelembaban, dan keberadaan jamur (spoilage). Karakteristik fermentasi meliputi pengukuran PH, pengukuran bahan kering (BK), pengukuran Volatile Fatty Acid (VFA), kehilangan bahan kering (BK) setelah ensilase, pengukuran protein kasar (PK), pengukuran amonia (NH3), kehilangan protein kasar (PK) dan perhitungan nilai Fleigh. Nilai Fleigh dihitung berdasarkan rumus Idikut et al (2009) dengan formula FN = 220 + (2 x %BK-15)-(40 x ph). Silase berkualitas super jika memiliki FN > 85, berkualitas sangat baik jika memiliki nilai FN pada kisaran 60 80, baik jika FN berkisar 40 60, buruk jika FN berkisar 20 40 dan sangat buruk jika FN < 20. Karakteristik utilitas meliputi pengukuran NH3 dan VFA rumen, pengukuran KCBK dan KCBO. Komposisi dan kandungan nutrien silase disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Komposisi bahan penyusun silase dan kandungan nutrien T. Naibaho, Despal, I.G. Permana 14

Bahan Silase jerami Silase Jabon Jabon (kg) - 80 Jerami (kg) 80 - Konsentrat (kg) 15 7 Molasses (kg) 4 3 SBP (ml) 17 17 Air (L) 3 1 Kandungan nutrisi (%) BK 17.54 25.73 Abu 19.77 8.07 PK 8.94 12.5 LK 1.44 4.7 SK 26.2 27.17 BETN 43.66 49.14 TDN 58.78 62.8 Perlakuan Perlakuan pada penelitian ini adalah: R1 : formulasi silase ransum komplit berbasis jerami R2 : formulasi silase ransum komplit berbasis tebon jagung Rancangan Percobaan dan Analisis Data Rancangan percobaan yang digunakan acak lengkap untuk pengamatan karakteristik fermentative, sedangkan pengamatan karakteristik utilitas menggunakan rancangan acak kelompok dimana cairan rumen digunakan sebagai kelompok. Data yang diperoleh diuji menggunakan T-test, dimana : Keterangan: D = Selisih x1 dan x2 (x1-x2) n = Jumlah Sampel X bar = Rata-rata Sd = Standar Deviasi dari d. Karakteristik fisik dan kimia digambarkan secara deskriptif. Analisis data dilakukan menggunakan aplikasi software SPSS 16. T. Naibaho, Despal, I.G. Permana 15

HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat keberhasilan pembuatan silase dapat dilihat langsung dari sifat-sifat produk silase tersebut, yang meliputi sifat fisik, kimia dan fermentative maupun pemanfaatannya oleh ternak baik secara in vitro maupun in vivo. Karakteristik Fisik Silase Karakteristik fisik silase ransum komplit berbasis jerami padi dan tanaman jagung (jabon) diperlihatkan pada gambar 1 dan table 3. Secara fisik, silase yang dihasilkan berkualitas sangat baik. Tidak terdapat perbedaan karakteristik fisik silase ransum komplit yang dihasilkan dari kedua bahan dasar tersebut. R1 R2 Gambar 1. Perbandingan Warna Silase Ransum Komplit Silase ransum komplit dengan bahan dasar berbeda yang sudah dibuat memperlihatkan warna kuning kehijauan mendekati warna aslinya. Warna silase yang sama juga dihasilkan oleh Siregar (1996). Warna silase berbahan dasar jerami dan jabon relative sama. Tabel 3. Kualitas Silase Parameter Silase jerami Silase jabon Fisik Warna Kuning kehijauan Kuning kehijauan Aroma Asam segar Asam segar Kelembapan + + + + + + Texture + + + + + + Pembusukan (%) - - Keterangan : tekstur + : lembek (menggumpal, berlendir), tekstur ++ : agak lembek (tidak menggumpal, berlendir), tekstur +++ : padat (tidak menggumpal, tidak berlendir) Aroma silase yang dihasilkan adalah aroma asam segar sebagai ciri khas dari tingginya asam laktat. Pembusukan menyebabkan silase berbau butirat (Despal et al, 2017). Tidak terdapat perbedaan dari kedua bahan dasar terhadap aroma silase ransum komplit yang dihasilkan. Selain butirat, aroma yang tidak sedap dari silase dapat disebabkan oleh tingginya kadar ammonia hasil perombakan protein (Noviandi et al. 2012). T. Naibaho, Despal, I.G. Permana 16

Kelembapan yang dihasilkan silase ransum komplit berbasis jerami dengan jabon juga hampir sama dengan tekstur yang utuh dan halus (seperti ukuran saat dichopper). Hal tersebut disebabkan penggunaan absorban (konsentrat) dan sumber gula terlarut air (konsentrat dan molasses) serta bakteri asam laktat (starter) yang dapat menciptakan kondisi lingkungan yang ideal bagi bakteri asam laktat untuk menurunkan ph sesegera mungkin dan menghalangi bakteri pembusuk untuk berkembang (Despal et al. 2017). Despal et al. (2011) menyatakan bahwa silase yang diberi substrat (dalam hal ini konsentrat) mempunyai tekstur utuh, halus dan tidak berlendir. Sedangkan penambahan molases membuat produk silase menjadi lembab dan sesuai dengan kondisi ideal bagi pertumbuhan bakteri asam laktat. Tidak terdapat pembusukan dari kedua produk silase yang dihasilkan. Hal ini erat kaitannya dengan penambahan saus burger pakan (SBP) yang mengandung asam laktat. Bakteri asam laktat mampu mengubah karbohidrat menjadi asam laktat (Leksono, 2001) disertai dengan terjadinya penurunan ph lingkungan menjadi sekitar 3,5 yang menyebabkan pertumbuhan mikroba pembusuk lain menjadi terhambat. Kandungan Kimia Silase Ransum Komplit Kandungan nutrient silase ransum komplit yang dihasilkan diperlihatkan pada table 4. Kadar BK yang dihasilkan kedua silase sudah sesuai dengan kondisi ideal silase yaitu (30 40%) menurut Despal et al (2017). Terdapat perbedaan yang tinggi pada kandungan abu. Hal tersebut disebabkan oleh tingginya silica pada jerami padi. Tingginya serat kasar pada silase ransum komplit berbasis jabon disebabkan oleh kadar serat kasar jabon yang juga tinggi dan sedikitnya penggunaan konsentrat (7 kg) dibandingkan silase ransum komplit berbasis jerami padi yang menggunakan konsentrat 15 kg. Konsentrat mengandung SK yang rendah yang menyebabkan penggunaan yang tinggi akan menurunkan kandungan SK silase ransum komplit berbasis jerami padi. Tabel 4. Kandungan nutrient silase ransum komplit berbasis jerami padi dan Jabon Parameter Silase jerami Silase jabon BK (%) 34.09 31.07 Abu (%) 15.56 6.88 LK (%) 2.21 2.24 PK (%) 10.31 9.47 SK (%) 20.07 24.39 Kandungan protein silase ransum komplit yang dihasilkan 9.5% (R2) lebih rendah dibandingkan 10.31 (R1) dan lebih rendah dibandingkan dengan hasil formula (12.5%) yang sesuai dengan kebutuhan ternak berproduksi rendah di KUNAK Cibungbulang. Hal tersebut disebabkan terjadinya perombakan protein selama proses ensilasi (Despal et al. 2017). Menurut Pirzan (2015), pada proses fermentasi, mikroorganisme secara aktif merombak protein menjadi asam amino untuk kemudian terurai menjadi ammonia dan amina. Kandungan protein silase ransum komplit berbahan dasar jerami sedikit lebih tinggi dibanding dengan silase ransum komplit berbahan dasar jabon dapat disebabkan oleh T. Naibaho, Despal, I.G. Permana 17

penambahan konsentrat yang mengandung protein kasar sekitar 15%. Namun, dengan kandungan nutrient tersebut diatas, penggunaan silase ransum komplit berbasis jerami padi maupun jabon tidak dapat diberikan 100% pada ternak sebagai pakan tunggal karena tidak dapat memenuhi kebutuhan ternak terutama kandungan protein. Karakteristik Fermentatif Silase Karakteristik fermentative silase ransum komplit berbahan dasar jerami dan jabon diperlihatkan pada table 5. Tabel tersebut memperlihatkan tidak terdapat perbedaan yang significant pada karakteristik fermentative dari kedua bahan dasar silase. Secara umum, karakteristik fermentative memperlihatkan bahwa silase mengalami proses fermentative yang sangat baik dan menghasilkan silase berkualitas sangat baik. ph yang dihasilkan pada kedua bahan dasar pembuatan silase memperlihatkan nilai yang lebih rendah dibandingkan yang dilaporkan oleh Despal et al. (2011). ph silase yang rendah menyebabkan mikroba pembusuk tidak dapat berkembang sehingga silase menjadi awet (Despal et al. 2017). Menurut Lendrawati (2008), banyaknya aktivitas bakteri asam laktat menyebabkan penurunan ph semakin cepat. Selain itu, penurunan ph yang cepat juga dipengaruhi oleh adanya penambahan aditif yang mengandung pati, yang merupakan sumber energi bagi mikroba (Despal et al. 2011). Penggunaan molasses yang ditambahkan pada pembuatan silase ini juga dapat menjadi penyebab rendahnya ph seperti yang disampaikan oleh Jasin (2014). Menurutnya, penambahan molases memberikan kondisi yang sesuai dan mempercepat perkembangan bakteri pembentuk asam laktat dan penurunan ph. Perombakan bahan organic menghasilkan VFA dan protein menghasilkan NH3 memperlihatkan nilai yang rendah. Perombakan bahan organic 10% masih dapat ditoleransi, sedangkan perombakan protein yang dapat dikategorikan baik adalah <5% (Despal et al. 2017). Kadar NH3 dan VFA yang diukur dari silase ransum komplit berbahan dasar jerami padi dan jabon pada percobaan ini lebih rendah dibandingkan dengan yang dilaporkan oleh Despal et al (2011), Hidayah (2012), Lestari (2012) dan Despal et al (2017a). Tingginya BK dan rendahnya ph menyebabkan silase yang dihasilkan memiliki nilai Fleigh yang tinggi. Berdasarkan nilai fleigh (FN), maka kedua silase ransum komplit yang dibuat memiliki kualitas super dengan nilai FN > 85. Hal itu didukung dengan karakter fisik, ph yang rendah dan perombakan yang sedikit. Tabel 5. Karakteristik fermentative silase ransum komplit berbasis jerami padi dan jabon Parameter Silase jerami Silase jabon ph 3,5 3,5 NH3 (mm) 0,75 0,40 VFA (mm) 4,9 4,9 Nilai Fleigh 133.18 127.14 Karakteristik Utilitas Silase T. Naibaho, Despal, I.G. Permana 18

Karakteristik utilitas silase untuk sapi perah yang diukur secara in vitro diperlihatkan pada table 6. Tabel tersebut memperlihatkan bahwa silase ransum komplit berbasis jerami padi dan jabon dapat dimanfaatkan oleh sapi perah dengan baik. Kandungan VFA dan NH3 cairan rumen menunjukkan kisaran yang ideal untuk pertumbuhan mikroba rumen (Sutardi 1980). Kecernaan BK dan BO yang dihasilkan cukup baik. Terdapat perbedaan yang signifikan pada kedua bahan dasar. Silase berbasis jerami memiliki karakteristik yang lebih fermentable karena tingginya penambahan konsentrat, namun lebih rendah kecernaannya disebabkan oleh sifat lignoselulosik dari jerami padi yang lebih sulit dirombak (Despal et al. 2017b). Seperti diketahui bahwa jerami padi merupakan limbah pertanian yang dipanen setelah tanaman tua, sedangkan jabon dipanen saat tanaman fase milk dough bukan seperti tebon jagung yang diperoleh dari sisa pemanenan jagung. Tabel 6. Karakteristik utilitas silase ransum komplit berbasis jerami padi dan jabon Parameter Silase jerami Silase jabon VFA (mm) 153.48 ± 15.48a 139,12±43,70b NH3 (mm) 10.23 ± 1.64a 8,39±2,77b KCBK (%) 54.67 ± 6.33b 63,87±4,32a KCBO (%) 56.16 ± 7.45b 65,37±4,20a KESIMPULAN Dengan penambahan substrat seperti konsentrat, molasses dan SBP dalam proses fermentasi, kandungan nutrisi silase ransum komplit berbasis jerami yang dihasilkan mampu mengimbangi silase ransum komplit berbasis jabon dalam hal mencukupi kebutuhan pakan sapi perah. Direkomendasikan untuk meningkatkan kandungan awal bahan melebihi kebutuhan untuk mengantisipasi perombakan nutrient selama proses ensilasi. DAFTAR PUSTAKA Deptan. 2009. Basis Data Statistik Pertanian. http://www.deptan.go.id/tampil.php? page= inf_basisdata. [11 November 2016]. Despal, I. G. Permana, S. N. Safarina, & A. J. Tatra. 2011. Penggunaan berbagai sumber karbohidrat terlarut air untuk meningkatkan kualitas silase daun rami. 34(1):69-76 Despal, I.G. Permana, T. Toharmat and D.E. Amirroennas, 2017. Silase Pakan Sapi Perah. IPB Press, Bogor. Despal, Lestari A, Destianingsih Y, Malyadi Z, Hartono H, Abdullah L. 2013. Nutrients intake and their relation to milk production and qualities under traditional and small scale Indonesian dairy farms enterprises. Proceeding 3 rd AINI International Seminar. 24-25 September 2013. Andalas University, Padang, Indonesia. T. Naibaho, Despal, I.G. Permana 19

Despal, Mubarok, M. Ridla, I.G. Permana and T. Toharmat, 2017. Substitution of concentrate by ramie (Boehmeria nivea) leaves hay or silage on digestibility of Jawarandu goat ration. Pak. J. Nutr., 16(6): 435-443. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2013. Produksi susu nasional. [internet]. [diunduh 11 November 2016]. Tersedia pada: www.radarpena.com/read/2016/11/11/10914/18/1/produksi-tak-maksimal-imporsusu-capai-80. Hidayah P. 2012. Kualitas Silase Tanaman Jagung Pada Berbagai Umur Pemanenan [Skripsi]. Bogor (ID ):Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Idikut, L., B.A. Arikan, M. Kaplan, I. Guven, A.I. Atalay and A. Kamalak, 2009. Potential nutritive value of sweet corn as a silage crop with or without corn ear. J. of Anim. and Vet. Adv., 8: 734-741. Jasin I. 2014. Pengaruh penambahan molasses dan isolate bakteri asam laktat dari cairan rumen sapi PO terhadap kualitas silase rumput gajah (Pennisetum purpureum). J Agripet. 14(1): 50-55 Leksono T. 2001. Analisis pertumbuhan mikroba ikan jambal siam (Pangasius sutchi) Asap yang Telah Diawetkan Secara Ensiling. J. Natur Indonesia Vol. 4 (l) hal.l-9 Lendrawati (2008), Lestari DA. 2012. Uji Kualitas Silase Singkong Utuh (maniht esculenta) dengan Beda Umur Panen Secara In Vitro Sebagai Upaya Peningkatan Pemanfaatan Pakan Lokal [Skripsi]. Bogor (ID):Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Reist M, Koller A, Busato A, Kupfer U, Blum JW. 2000. First ovulation and ketone body status in the early postpartum period of dairy cows. Theriogenology. 54: 685-701. Siregar SB. 1996. Sistem pemberian pakan dalam upaya meningkatkan produksi susu sapi perah. Wartazoa. 2(3-4):23-27. Soemoharjo, T. 2009. Pengantar Injiniring Pabrik Gula. Surabaya. Penerbit Bintang. Wirihadinata, M.T. 2010. Penggunaan Hasil Samping Kelapa Sawit yang Disuplementasi Hidrolisat Bulu Ayam dan Mineral Esensial dalam Pakan Sapi. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan. T. Naibaho, Despal, I.G. Permana 20