BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia saat ini masih terdapat beraneka sistem hukum

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. orang lain berkewajiban untuk menghormati dan tidak mengganggunya dan

BAB I PENDAHULUAN. mahkluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa adanya bantuan

BAB I PENDAHULUAN. pejabat berwenang, yang isinya menerangkan tentang pihak-pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. menurut Mr.A.Pitlo adalah rangkaian ketentuan-ketentuan, dimana,

BAB I PENDAHULUAN. Hukum waris perdata dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, termasuk

BAB III PERANAN NOTARIS DALAM PEMBAGIAN HARTA WARISAN DENGAN ADANYA SURAT KETERANGAN WARIS

BAB I PENDAHULUAN. Dalam fase kehidupan manusia terdapat tiga peristiwa penting yaitu, kelahiran,

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam setiap hubungan hukum kehidupan masyarakat, baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang sudah ada sejak dahulu yaitu hukum Waris Adat, Hukum Waris Islam, dan hukum Waris Kitab Undang-undang Hukum Perdata.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia peraturan mengenai notaris dicantumkan dalam Reglement op het

BAB I PENDAHULUAN. untuk selanjutnya dalam penulisan ini disebut Undang-Undang Jabatan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap interaksi yang dilakukan manusia dengan sesamanya, tidak

BAB I PENDAHULUAN. dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Jabatan

BAB I PENDAHULUAN. Tinjauan yuridis..., Ravina Arabella Sabnani, FH UI, Universitas Indonesia

PENDAHULUAN. R. Soegondo Notodisoerjo, Hukum Notariat di Indonesia, Suatu Penjelasan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993 hlm. 23

BAB I PENDAHULUAN. yang bersangkutan, maupun dengan pihak ketiga. Pewaris adalah orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Belanda, meskipun saat ini penggolongan penduduk telah dihapus semenjak adanya

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan penjelasan-penjelasan pada bab sebelumnya, maka. dapat disimpulkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. untuk membuat akta otentik dan akta lainnya sesuai dengan undangundang

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku dalam masyarakat. Dapat pula dikatakan hukum merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sosial, tidak akan lepas dari apa yang dinamakan dengan tanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. bukti dalam ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasal 1 ayat (3) Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan dalam membuat suatu alat bukti tertulis yang bersifat autentik dari

BAB I PENDAHULUAN. sebuah keluarga, namun juga berkembang ditengah masyarakat. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Kitab Undang-undang Hukum

BAB I PENDAHULUAN. tetapi hakikat profesinya menuntut agar bukan nafkah hidup itulah yang

BAB I PENDAHULUAN. terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dalam pelaksanaan administrasi pertanahan data pendaftaran tanah yang

BAB II KEBIJAKAN HUKUM PEMERINTAH INDONESIA DALAM PENCATATAN KELAHIRAN

BAB I PENDAHULUAN. mengatur hidup manusia dalam bermasyarakat. Didalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. pemiliknya kepada pihak lain. Sesuai dengan ketentuan Pasal 2 Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan perbuatan hukum. Peristiwa hukum pada hekekatnya adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhan Yang Maha Esa. 5 Dalam perspektif

BAB I PENDAHULUAN. dan ahli dalam menyelesaikan setiap permasalahan-permasalahan hukum.

BAB I PENDAHULUAN. hukum adalah kehendak untuk bersikap adil (recht ist wille zur gerechttigkeit).

Lex Privatum Vol. VI/No. 1/Jan-Mar/2018

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaanya kedua belah pihak mengacu kepada sebuah perjanjian layaknya

BAB I PENDAHULUAN. bersifat internasional antar warga negara yang berbeda dan tidak menutup

BAB I PENDAHULUAN. dengan perikatan yang terkait dengan kehidupan sehari-hari dan juga usaha

BAB I PENDAHULUAN. suatu kejadian penting dalam suatu masyarakat tertentu, ketika seorang anggota dari

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia di dalam. kerjasama yang mengikat antara dua individu atau lebih.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. akan disebut dengan UUJNP, sedangkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD)

BAB I PENDAHULUAN. Untuk dapat mencegah permasalahan mengenai harta warisan tersebut, hukum

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan kekayaan alam yang mempunyai arti sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. umum berwenang untuk membuat akta otentik, sejauh pembuatan akta otentik

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Notaris sebagai pihak yang bersentuhan langsung dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4432, Penjelasan umum.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bernegara yang didasarkan kepada aturan hukum untuk menjamin. pemerintah Belanda pada masa penjajahan.

BAB I PENDAHULUAN. seperti jual beli, hibah, dan lain-lain yang menyebabkan adanya peralihan hak milik

BAB I PENDAHULUAN. menjamin kepastian hukum bagi seluruh rakyat Indonesia. tersebut. Sebagai salah satu contoh, dalam hal kepemilikan tanah

BAB I PENDAHULUAN. bersamaan dengan berkembangnya perekonomian di Indonesia. Hal ini tentu saja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan kehidupan masyarakat saat ini suatu

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan akhir dari perjalanan kehidupan seorang manusia dan

BAB I PENDAHULUAN. tugas, fungsi dan kewenangan Notaris. Mereka belum bisa membedakan tugas mana

BAB II KEDUDUKAN AKTA WASIAT YANG TIDAK DIKETAHUI KEBERADAANNYA OLEH AHLI WARIS DAN PENERIMA WASIAT BAGI GOLONGAN PENDUDUK PRIBUMI

BAB I PENDAHULUAN. maupun hukum tidak tertulis. Hukum yang diberlakukan selanjutnya akan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mempunyai peran paling pokok dalam setiap perbuatan-perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. negara. Untuk menjamin kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum

BAB I PENDAHULUAN. tertulis untuk berbagai kegiatan ekonomi dan sosial di masyarakat. Notaris

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap orang yang mendalilkan bahwa ia mempunyai sesuatu hak atau

BAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan manusia lainnya karena ingin selalu hidup dalam. kebersamaan dengan sesamanya. Kebersamaannya akan berlangsung baik

BAB I PENDAHULUAN. Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) saat ini, membuat masyarakat tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum. 1. Hal itu

BAB I PENDAHULUAN. hukum yang selanjutnya timbul dengan adanya peristiwa kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya dalam bidang harta kekayaan menjadi pendorong tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kerangka hukum formal yang komprehensif pada 30. September 1999 melalui Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang

Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris (selanjutnya disebut UUJN) disebutkan bahwa y

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban seseorang sebagai subjek hukum dalam masyarakat. 2 Hukum sebagai

BAB I PENDAHULUAN. lagi dalam pembuatan akta otentik yang merupakan perbuatan hukum yang

PENERAPAN LEGITIME FORTIE (BAGIAN MUTLAK) DALAM PEMBAGIAN WARISAN MENURUT KUH PERDATA. SULIH RUDITO / D

BAB I PENDAHULUAN. hukum. Tulisan tersebut dapat dibedakan antara surat otentik dan surat dibawah

BAB I PENDAHULUAN. dilengkapi dengan kewenangan hukum untuk memberi pelayanan umum. bukti yang sempurna berkenaan dengan perbuatan hukum di bidang

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari tanah. Manusia. membutuhkan tanah dalam segala macam aspek kehidupannya.

BAB I PENDAHULUAN. tanah, padahal luas wilayah negara adalah tetap atau terbatas 1.

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dan hakikat pembangunan nasional adalah untuk. menciptakan masyarakat yang adil dan makmur, sebagaimana tercantum

HUKUM WARIS. Hukum Keluarga dan Waris ISTILAH

BAB I PENDAHULUAN. pada tanggal 15 Januari Dalam Perubahan Undang-Undang Nomor 30

BAB I PENDAHULUAN. tentang pendirian PT. PT didirikan oleh dua orang atau lebih, yang dimaksud

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu Negara dikatakan sebagai Negara berdaulat jika memiliki

BAB I PENDAHULUAN. tersebut juga termasuk mengatur hal-hal yang diantaranya hubungan antar

BAB I PENDAHULUAN. Boedi Harsono, Hukum Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, Djambatan, Jakarta, 2005, hlm. 560

BAB I PENDAHULUAN. hukum maupun perbuatan hukum yang terjadi, sudah barang tentu menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUKUM PERDATA TENTANG ORANG DAN BENDA. Kernel for Word to PDF Demo. Kernel for Word to PDF Demo. Kernel for Word to PDF Demo

TINJAUAN HUKUM SURAT WASIAT MENURUT HUKUM PERDATA M. WIJAYA. S / D

BAB II PROSES PERALIHAN OBJEK WARISAN SECARA AB INTESTATO BILA DI TINJAU DARI HUKUM PERDATA

BAB I PENDAHULUAN. hlm Hartanti Sulihandari dan Nisya Rifiani, Prinsip-Prinsip Dasar Profesi Notaris, Dunia Cerdas, Jakarta Timur, 2013, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. membuat keseimbangan dari kepentingan-kepentingan tersebut dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. Negara Indonesia adalah negara hukum. Semua Warga Negara

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menimbulkan suatu hubungan hukum yang dikategorikan sebagai suatu

AKIBAT HUKUM TERHADAP PENGHIBAHAN SELURUH HARTA WARISAN OLEH PEWARIS SEHINGGA MELANGGAR LEGITIME PORTIE

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut pihak-pihak sebaiknya dituangkan dalam suatu surat yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Pada waktu manusia dilahirkan ke dunia ini telah tumbuh tugas baru

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan sesamanya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Notaris sebagai pejabat umum, sekaligus sebuah profesi, posisinya

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JABATAN NOTARIS

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat dapat menghasilkan suatu peristiwa-peristiwa tersebut dapat

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia saat ini masih terdapat beraneka sistem hukum kewarisan yang berlaku bagi warga negara Indonesia. Negara Indonesia memberlakukan tiga macam hukum waris, yaitu hukum waris Adat, hukum waris Islam dan hukum waris Barat (dikenal juga dengan hukum waris perdata). Setiap penduduk diperbolehkan menggunakan salah satu dari hukum waris tersebut. Bagi penduduk yang beragama Islam, diberlakukan penggunaan hukum waris Islam. Bagi penduduk non muslim asli pribumi, diberlakukan hukum adatnya masing-masing yang dipengaruhi oleh unsurunsur agama dan kepercayaan, adapun hukum waris barat diberlakukan kepada orang-orang Eropa, Timur Asing dan orang-orang pribumi yang mau tunduk dengan hukum tersebut. 1 Penggolongan penduduk yang dibuat oleh Pemerintah Hindia Belanda dahulu saat ini sudah dinyatakan tidak digunakan lagi, sebagaimana tertuang dalam Instruksi Presidium Kabinet, Nomor 31/U/IN/12/1966 butir 1 dan 2 : 2 Butir 1 : Sambil menunggu dikeluarkannya Undang-Undang Catatan Sipil yang bersifat Nasional, tidak digunakan Penggolongan Penduduk Indonesia berdasarkan Pasal 131 dan 163 Indische Staarsregeling (IS), (Eropeanen, Vreemdeoosterlingen, Inlander) pada Kantorkantor Catatan Sipil (B.S) di seluruh Indonesia. 1 N.M. Wahyu Kuncoro, 2015, Waris: Permasalahan dan Solusinya, Raih Asa Sukses, Jakarta, hlm.6 2 Ibid., hlm. 7-8

2 Butir 2 : Untuk selanjutnya Kantor-kantor Catatan Sipil di Indonesia terbuka bagi seluruh penduduk Indonesia dan hanya dibedakan antara Warga Negara Indonesia dan Orang Asing. Khusus untuk ketentuan hukum-hukum perdata seperti perkawinan dan warisan, penggolongan tersebut masih berlaku. Disebutkan dalam Butir 3, Instruksi Presidium Kabinet, Nomor 31/U/IN/12/1966 : 3 Butir 3 : Ketentuan-ketentuan tersebut angka 1 dan 2 di atas tidak mengurangi berlakunya ketentuan mengenai perkawinan, warisan, dan ketentuan-ketentuan hukum perdata lainnya. Penggolongan penduduk sebagaimana tersebut di atas adalah peraturan yang dibuat oleh Pemerintah Hindia Belanda yang ditetapkan sebagai berikut: 4 1. Golongan Eropa, yaitu Belanda, Jerman, Inggris, Perancis, termasuk di dalamnya Jepang, Amerika, Australia, Kanada. 2. Golongan Timur Asing, yaitu Tionghoa, Arab, India, Pakistan, Muangthai, dan lain-lain. 3. Golongan Bumi Putera, orang Indonesia Asli, yang terdiri atas 19 Kukuban Hukum, menurut Van Vollenhoven dan Ter Haar. 5 Negara Indonesia sendiri saat ini telah memberlakukan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia yang menggantikan posisi Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958. Penjelasan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 ini mengelompokan warganegara kedalam dua kelompok, yaitu: 6 3 Ibid, 4 Maman Suparman, 2015, Hukum Waris Perdata, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 1 5 Ibid, Lihat juga Mohammad Idris Ramulyo, 1993, Beberapa Masalah Pelaksanaan Hukum Kewarisan Perdata Barat (Burgerlijk Wetboek), Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 13-14. 6 Lihat Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia.

3 1. Warganegara Indonesia asli yaitu orang Indonesia yang menjadi Warga Negara Indonesia sejak kelahiran dan tidak pernah menerima kewarganegaraan lain atas kehendak sendiri. 2. Orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warganegara. Pada penelitian ini subjek penelitian yang akan diteliti ialah Warga Negara Indonesia Keturunan Tionghoa, yang jika disimpulkan dari Pasal 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 bahwa WNI Keturunan Tinghoa merupakan Warga Negara Indonesia sehingga hak dan kewajiban sebagai seorang Warganegara harus terpenuhi dan dilindungi. Bagi Warga Negara Indonesia Keturunan Tionghoa, Akta Keterangan Hak Mewaris dibuat oleh Notaris, hal ini berdasarkan Pasal 111 Ayat (1) huruf c butir 4 Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN Nomor 3 Tahun 1997 tentang ketentuan pelaksana Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah yang menyebutkan bahwa untuk Golongan Penduduk Tionghoa, yang berwenang membuat Akta Keterangan Hak Mewaris adalah Notaris yang sebelum dibuatkan Akta Keterangan Hak Mewaris tersebut terlebih dahulu melakukan Pengecekan Wasiat ke Pusat Daftar Wasiat pada Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia melalui Direktorat Perdata, Direktorat Jendral Admininistrasi Hukum Umum. Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Peraturan Jabatan Notaris, menyebutkan : Notaris adalah Pejabat umum yang berwenang untuk

4 membuat akta otentik dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini atau berdasarkan undang-undang lainnya. Mengenai kewenangan utama Notaris selanjutnya disebutkan dalam Pasal 15 ayat (1) yang menyebutkan : Notaris berwenang membuat Akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan penetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam Akta otentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan Akta, menyimpan Akta, memberikan grosse Akta, salinan dan kutipan Akta, semuanya itu sepanjang pembuatan akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh undang-undang. Selain kewenangan, Notaris juga memiliki Kewajiban yang harus dipenuhi dan dijalankan dengan penuh tanggung jawab. Kewajiban Notaris diatur dalam Pasal 16 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Peraturan Jabatan Notaris, salah satu kewajiban Notaris dalam Pasal 16 ayat 1 huruf i adalah dalam menjalankan jabatannya Notaris wajib : membuat daftar yang berkenaan dengan wasiat menurut urutan waktu pembuatan Akta setiap bulan; Wasiat (Testament), menurut Pasal 875 KUHPerdata, adalah : suatu akta yang berisi pernyataan seseorang tentang apa yang akan terjadi setelah ia meninggal dunia dan olehnya dapat ditarik kembali 7. Pada asasnya suatu pernyataan kemauan adalah datang dari satu pihak saja (eenzigdig) dan setiap waktu dapat ditarik kembali oleh yang membuatnya. Terdapat 3 (tiga) bentuk 7 Lihat Pasal 875 KUHPerdata.

5 surat wasiat menurut Pasal 931 KUHPerdata, yaitu :Wasiat yang harus ditulis sendiri (olographis testamen), Wasiat umum (openbaar testamen); danwasiat rahasia, Ahli waris yang mewaris berdasarkan wasiat disebut Ahli Waris Testamenter. Notaris diwajibkan untuk membuat daftar Akta yang berkenaan dengan wasiat dan seiring dengan perkembangan teknologi informasi Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia telah mengembangkan sistim Administrasi Hukum Umum yang dilakukan secara Online (AHU Online). Kewajiban Notaris melaporkan wasiat yang dibuat diberikan deadline maksimal sampai dengan tanggal 5 (lima) setiap bulan berjalan dan semua wasiat wajib dilaporkan melalui sistim AHU Online tersebut. Permasalahannya adalah apakah kewajiban ini telah dijalankan dengan baik, kemudian jika Notaris lalai/lupa melaporkan wasiat tersebut maka sanksi apa yang akan diberikan terhadap Notaris tersebut dan yang paling penting ialah bagaimana nasib dari ahli waris testamenter dalam proses pembuatan Akta Keterangan Mewaris yang tidak menjadi ahli waris testamen sebab wasiat yang pernah dibuat tidak terdaftar baik karena kesalahan/kelalaian Notaris ataupun kesalah sistim (trouble), ataupun terdapat perbedaan nama pewasiat dalam surat wasiat dengan Akta kematian pewasiat sehingga wasiat setelah dilakukan pengecekan dinyatakan tidak terdaftar oleh Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Berdasarkan latar belakang inilah peneliti sangat tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai Perlindungan Hukum Terhadap Ahli Waris Testamenter

6 WNI Keturunan Tionghoa Dalam Surat Wasiat Yang Tidak Terdaftar Pada Pusat Daftar Wasiat Untuk Kepentingan Pembuatan Akta Keterangan Hak Mewaris Oleh Notaris. B. Perumusan Masalah 1. Bagaimana akibat hukum pembuatan Akta Keterangan Hak Mewaris oleh Notaris terhadap ahli waris testamenter WNI Keturunan Tionghoa dalam surat wasiat yang tidak terdaftar pada Pusat Daftar Wasiat? 2. Bagaimana perlindungan hukum terhadap ahli waris testamenter WNI Keturunan Tionghoa dalam surat wasiat yang tidak terdaftar pada Pusat Daftar Wasiat? 3. Bagaimana sanksi terhadap Notaris yang lupa mendaftarkan Wasiat ke Pusat Daftar Wasiat melalui sistim AHU Online? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini ialah untuk : 1. Mengetahui dan menganalisis akibat hukum pembuatan Akta Keterangan Hak Mewaris terhadap ahli waris testamenter WNI Keturunan Tionghoa dalam surat wasiat yang tidak terdaftar pada Pusat Daftar Wasiat. 2. Mengetahui dan menganalisis perlindungan hukum terhadap ahli waris testamenter WNI Keturunan Tionghoa dalam surat wasiat yang tidak terdaftar pada Pusat Daftar Wasiat. 3. Mengetahui sanksi terhadap Notaris yang lupa mendaftarkan wasiat ke Pusat Daftar Wasiat melalui sistim AHU Online.

7 D. Keaslian Penelitian 1. Urgensi Pengecekan Wasiat bagi keperluan pembuatan Surat Keterangan Waris Warga Negara Indonesia Penduduk Asli di Daftar Pusat Wasiat Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia, Oleh Putu Ernawati Putri, 8 Program Studi Magister Kenotariatan, dengan Rumusan masalah : a. Mengapa perlu diadakan pengecekan wasiat bagi keperluan pembuatan surat keterangan waris warga negara Indonesia penduduk asli di Daftar Pusat Wasiat Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia? b. Bagaimana akibat hukum dari Surat Keterangan Waris yang berlaku terhadap warga negara Indonesia Penduduk Asli yang dibuat tanpa melakukan pengecekan wasiat terlebih dahulu apabila terjadi tuntutan dari ahli waris testamenter? Hasil Penelitian yang diperoleh Putu Ernawati Putri : a. Bahwa perlu diadakan pengecekan terhadap wasiat guna mengetahui apakah pewaris meninggalkan wasiat atau tidak dan dikarenakan pemenuhan hak ahli waris testamenter lebih diutamakan daripada ahli waris ab intestato, sehingga perihal wasiat harus diketahui keberadaannya. b. Akibat hukum dari surat keterangan waris yang dibuat tanpa melakukan pengecekan wasiat terlebih dahulu apabila terjadi tuntutan 8 Putu Ernawati Putri, 2015, Urgensi Pengecekan Wasiat bagi keperluan pembuatan Surat Keterangan Waris Warga Negara Indonesia Penduduk Asli di Daftar Pusat Wasiat Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia, Tesis, Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, hlm. IX.

8 dari ahli waris testamenter maka penyelesaian dapat dilakukan melalui kekeluargaan atau putusan pengadilan. Adapun dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Putu Ernawati Putri dan Peneliti terdapat kesamaan yaitu sama-sama meneliti tentang Wasiat untuk keperluan pembuatan Surat Keterangan Waris, akan tetapi perbedaan yang sangat terlihat ialah Subjek penelitian, Putu Ernawati Putri meneliti WNI Penduduk Asli dimana Surat Keterangan Warisnya hanya disahkan dan dikuatkan Desa/Lurah dan Camat sedangkan Peneliti meneliti yang subjeknya adalah WNI keturunan Tionghoa yang Akta Keterangan Warisnya dibuat secara Notariil yang sebelum Akta Keterangan Mewaris tersebut dibuat oleh Notaris, Notaris akan melakukan Pengecekan Wasiat terlebih dahulu atas nama Pewaris guna mengetahui Apakah Pewaris meninggalkan wasiat atau tidak. 2. Perlindungan Hukum Terhadap Ahli Waris Pengganti Keturunan Timur Asing Tionghoa dalam Pewarisan di Pengadilan Negeri Yogyakarta, Oleh Dessy Nakarasima, 9 Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Gadjah Mada, dengan rumusan masalah : a. Mengapa hakim dalam menjatuhkan putusan nomor 118/PDT.G/2010/PN.YK tidak sesuai dengan Pasal 834 Kitab Undang-undang Hukum Perdata? 9 Dessy Nakarasima, 2014, Perlindungan Hukum Terhadap Ahli Waris Pengganti Keturunan Timur Asing Tionghoa dalam Pewarisan di Pengadilan Negeri Yogyakarta, Tesis, Program Pascasarjana, Magister Kenotariatan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, hlm. IX

9 b. Apakah putusan Nomor 118/PDT.G/2010/PN.YK telah memberikan Perlindungan Hukum Bagi Ahli Waris Pengganti Keturunan Timur Asing Tionghoa? Disimpulkan oleh Dessy Nakarasima, sebagai berikut : a. Pertimbangan hakim mengenai tindakan dimana yurisprudensi lebih tepat dan lebih unggul nilai hukum dan keadilannya dari peraturan Pasal 834 KUHPerdata, mesti didasarkan atas kepatutan dan perlindungan kepentingan umum. Menurut majelis hakim dalam pertimbangannya harus menguji dan menganalisis secara hemat, bahwa nilai-nilai hukum yang terkandung dalam yurisprudensi yang bersangkutan jauh potensial bobot kepatutan dan perlindungan kepentingan umumnya dibanding dengan nilai yang terdapat dalam rumusan undang-undang. b. Perlindungan hukum yang diberikan kepada penggugat dalam kasus gugatan Nomor 118/Pdt.G/2010/PN.YK belum ada dalam putusan tersebut. Telah terpenuhinya kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan penggugat selaku ahli waris tetapi hal ini belum membuat hak-hak penggugat (ahli waris pengganti) terpenuhi yang seharusnya didapat oleh penggugat. Berdasarkan kesimpulan yang dipaparkan oleh Dessy Nakarasima, Peneliti dapat menarik benang merah kesamaan dan perbedaan pada hasil penelitian Dessy dan Penelitian yang akan peneliti lakukan, kesamaannya yaitu sama-sama meneliti subjek hukum WNI Keturunan Tionghoa dan

10 membahas mengenai Ahli Waris Pengganti namun Peneliti membahas mengenai Ahli Waris Testamenter. Perbedaan sangat jauh pada Objek Penelitian dimana peneliti meneliti tentang Wasiat dan Akta Keterangan Mewaris secara Notariil sedangkan Dessy meneliti tentang Pewarisan di Yogyakarta. Sejauh hasil penelusuran pustaka yang peneliti lakukan, peneliti belum menemukan hasil penelitian yang serupa mengenai Perlindungan Hukum Terhadap Ahli Waris Testamenter WNI Keturunan Tionghoa Dalam Surat Wasiat Yang Tidak Terdaftar Pada Pusat Daftar Wasiat Untuk Kepentingan Pembuatan Akta Keterangan Hak Mewaris Oleh Notaris. Namun apabila dikemudian hari terdapat penelitian yang serupa, maka penelitian ini menjadi pelengkap terhadap penelitian-penelitian terdahulu. E. Manfaat Penelitian Hasil Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat : 1. Secara Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai bahan pengembangan ilmu pengetahuan di bidang Ilmu Hukum pada umumnya dan dibidang Hukum Waris Perdata pada khususnya. 2. Secara Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan jawaban atas permasalahan yang diteliti, sebagai bahan masukan dan informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan, serta dapat dijadikan bahan acuan

11 bagi Notaris, Praktisi Hukum, Mahasiswa Kenotariatan yang harus faham benar dengan pelanggaran kode etik Notaris.