KETERSEDIAAN RUANG BERMAIN ANAK DI KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

IDENTIFIKASI SEBARAN MINIMARKET DI KELURAHAN TIGARAKSA KECAMATAN TIGARAKSA, KABUPATEN TANGERANG ABSTRAK

KAJIAN TINGKAT PELAYANAN FASILITAS SOSIAL BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT DI PERKOTAAN SUBANG

KEBUTUHAN TAMAN KOTA RAMAH LANSIA DI KOTA BOGOR Eneng Dayu Saidah 1) ; Indarti Komala Dewi 2) ; Ni Made Esti Nurmani 3).

BAB I PENDAHULUAN. lokasi yang paling efisien dan efektif untuk kegiatan-kegiatan produktif sehubungan dengan ketersediaan sarana dan prasarana.

ARAHAN POLA PENYEBARAN RUANG TERBUKA HIJAU IBUKOTA KECAMATAN TADU RAYA KABUPATEN NAGAN RAYA, NAD. Oleh : Linda Dwi Rohmadiani

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK )

IDENTIFIKASI POTENSI DAN KENDALA PENGEMBANGAN OBYEK WISATA ALAM DI KECAMATAN CIGUDEG, KABUPATEN BOGOR. Oleh ;

BAB III METODE KAJIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ARAHAN PENGEMBANGAN PUSAT PERTUMBUHAN WILAYAH PENGEMBANGAN IV KABUPATEN BEKASI ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

2016 KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERD ASARKAN JUMLAH PEND UD UK D I KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMED ANG

IDENTIFIKASI PARTISIPASI STAKEHOLDERS DALAM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA DEPOK TAHUN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Unisba.Repository.ac.id BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG RUANG TERBUKA DI KELURAHAN TAMANSARI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Khalid Fikri Fiddien Indarti Komala Dewi Ni Made Esti Nurmani

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tugas Akhir Analisa Taman Menteng Sebagai Taman Kota Berdasarkan Kriteria Kualitas Taman, Jakarta Pusat BAB I PENDAHULUAN

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DAN KEBUTUHAN RUANG PKL DI KORIDOR SURYAKENCANA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul

EVALUASI PENYEDIAAN FASILITAS RUMAH SUSUN (Studi Kasus Rumah Susun Warugunung dan Rumah Susun Penjaringansari I di Kota Surabaya)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. (DIY) memiliki peran yang sangat strategis baik di bidang pemerintahan maupun

DAYA DUKUNG LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN DI KABUPATEN PESAWARAN PROVINSI LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. Bermain merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dari anak-anak, hampir

Kajian Perencanaan Infrastruktur Ruang Terbuka Hijau pada Perumahan Kota Terpadu Mandiri di Bungku Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN EMPANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Beberapa dekade terakhir, pembangunan kota tumbuh cepat fokus pada

Perilaku Pergerakan Masyarakat Perkotaan Dalam Proses Urbanisasi Wilayah di Kabupaten Tegal TUGAS AKHIR. Oleh: TITI RATA L2D

BAB VI INDIKATOR KINERJA OPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

PENENTUAN HARGA SEWA RUMAH SUSUN BERDASARKAN ANALISA WTP (WILLINGNESS TO PAY) DI KECAMATAN SIDOARJO

Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh Di Wilayah Kecamatan Semampir Kota Surabaya Melalui Pendekatan Partisipasi Masyarakat

Arahan Optimalisasi RTH Publik Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Studi Peran & Efektifitas RTH Publik di Kota Karanganyar Isnaeny Adhi Nurmasari I BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN KABUPATEN/KOTA LAYAK ANAK

GELANGGANG REMAJA DI JAKARTA

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

Bab I Pendahuluan Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. ini pun di atur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002

BAB VI KESIMPULAN. Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa Taman Pintar telah

ANALISIS KEBUTUHAN JALAN DI KAWASAN KOTA BARU TEGALLUAR KABUPATEN BANDUNG

WALIKOTA BANJARMASIN, PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENGEMBANGAN KOTA LAYAK ANAK

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB III DESAIN RISET III.1. Pengumpulan data

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN EVALUASI PERKEMBANGAN DAERAH OTONOM BARU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISA KEBUTUHAN RUMAH SUSUN UNTUK DOSEN DAN PEGAWAI DI ITS SURABAYA

Penentuan Prioritas Pengembangan Kawasan Transit Stasiun Gubeng dengan Konsep Transit Oriented Development

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERMODELAN BANGKITAN PERGERAKAN UNTUK BEBERAPA TIPE PERUMAHAN DI PEKANBARU

BAB III. METODOLOGI. diperoleh kesimpulan untuk mencapai tujuan dari suatu penelitian. Metodologi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISA DAN RENCANA PENGEMBANGAN. secara garis besar kebutuhan transportasi di Kabupaten Serdang Bedagai dalam

kamus Besar Bahasa Indonesia, survey didefinisikan sebagai teknik risert

Identifikasi Tingkat Pelayanan Fasilitas Lingkungan Rumah Susun (Studi Kasus: Rusun Bumi Cengkareng Indah)

EVALUASI PENGELOLAAN PRASARANA LINGKUNGAN RUMAH SUSUN DI SURABAYA (STUDI KASUS : RUSUNAWA URIP SUMOHARJO)

BAB I PENDAHULUAN. terhadap penduduk kota maupun penduduk dari wilayah yang menjadi wilayah

BAB I PENDAHULUAN. terwujudnya kota layak anak. Mewujudkan Kota Layak Anak merupakan hak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Sanjiwani yang berlokasi di Jalan Ciung Wanara Nomor 2, Kabupaten

BAB III METODA PENELITIAN

LAPORAN SURVEY INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT TAHUN 2015

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III TINJAUAN WILAYAH

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian berlokasi di beberapa wilayah Kelurahan di Kecamatan Teluk

PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI DINAS KESEHATAN PUSKESMAS MANIMPAHOI KEC. SINJAI TENGAH Alamat :JlnPoros Malino Desa Saotengnga Kec.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, yaitu dengan cara survei untuk

Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) 1.1 Latar Belakang.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Tingkat Pelayanan Fasilitas Pendidikan Sekolah Menengah Tingkat Atas di Kabupaten Sidoarjo

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAMPIRAN. Lampiran 1. Jadwal rencana penelitian. Februari Maret April Mei Juni. Kegiatan. 1. Penyusunan Proposal. 2. Persiapan. 3. Inventarisasi Data

Analisis Ketersediaan Dan Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Pada Kawasan Pusat Pelayanan Kota (Studi Kasus Kecamatan Palu Timur, Kota Palu)

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

B. TUJUAN PENELITIAN 1. Mengetahui indeks kepuasaan masyarakat (IKM) terhadap Taman Pintar.

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU KECAMATAN KOTA TENGAH KOTA GORONTALO. Sri Sutarni Arifin 1. Intisari

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sosial dan budaya dengan sendirinya juga mempunyai warna

BAB I PENDAHULUAN. dipungkiri bahwa pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan aktivitas

ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA

Identifikasi Ketersediaan dan Kualitas Sarana Prasarana Lingkungan di Urban Fringe Area Kelurahan Pudakpayung

BAB II PERENCANAAN KINERJA

Transkripsi:

KETERSEDIAAN RUANG BERMAIN ANAK DI KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR 1) Joao Da Silva Gusmao, 2) Janthy Trilusianthy, 3) Indarti Komala Dewi. ABSTRAK Bermain sangatlah penting dalam proses pertumbuhan anak, dengan bermain anak-anak dapat mengeksplorasikan apa yang ada dalam diri mereka sendiri, dan bermain adalah hak setiap anak. Sebagai antisipasi keadaan ini, pemerintah menerbitkan kebijakan Kota Layak Anak melalui Kementerian Pemberdayaan Perempuan tahun 2005. Saat ini ketersediaan ruang bermain yang terbatas pada suatu wilayah menjadi permasalahan terutama di wilayah dengan kepadatan penduduk tinggi. Kelurahan Baranangsiang merupakan wilayah pusat perkotaan di Kota Bogor dengan kepadatan penduduk dan bangunan tinggi. Tujuan penilitian adalah a. mengidentifikasi tingkat pelayanan kondisi dan ketersediaan ruang bermain anak, b. menilai persepsi anak dan orangtua terhadap kondisi dan ketersediaan ruang bermain anak. Metode yang digunakan yaitu metode kuantitatif meliputi pemberian nilai indeks terhadap variabel-variabel Standar Pelayanan Minimal (SPM) ruang bermain anak guna menilai tingkatan pelayanan dari ketersedian ruang bermain anak. Metode kualitatif meliputi analisis deskriptif yaitu mengidentifikasi kondisi dan ketersediaan ruang bermain anak dan aktivitas bermain anak serta kebijakan tata ruang yang ada. Penyebaran kuesioner menggunakan teknik random sampling, responden meliputi masyarakat atau orang tua dan anak-anak (5-14 tahun). Hasil analisis menunjukkan kondisi dan ketersediaan ruang bermain anak sebagian besar berupa lahan-lahan yang tidak diperuntukkan secara khusus untuk ruang bermain anak dan lahannya masih bersifat milik privat. Berdasarkan 3 (tiga) variabel Standar Pelayanan Minimal (SPM), didapatkan tiga tingkatan kelas pelayanan ruang bermain yaitu kategori pelayanan tinggi meliputi RW.13, dan 14, kategori pelayanan sedang meliputi RW.04, 05, 07, 08, 09 dan 11dan kategori pelayanan rendah meliputi 01, 02, 03,06, 10 dan 12. Berdasarkan hasil pembobotan responden yang telah dikategorikan, untuk kategori anak meliputi kategori kondisi dan ketersediaan masuk kedalam kriteria kelas rendah, kategori kegiatan dan keinginan masuk kedalam kriteria kelas tinggi dan untuk kategori keamanan masuk kedalam kriteria kelas rendah. Untuk kategori orang tua meliputi kategori kondisi dan ketersediaan masuk kedalam kriteria kelas tinggi, sedangkan untuk kategori kegiatan dan keinginan serta kategori keamanan yaitu samasama masuk kedalam kriteria kelas rendah. Kata Kunci : Ruang Bermain Anak, Standar Pelayanan Minimal, Aktivitas Bermain Anak 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak merupakan individu yang belum matang secara fisik mental maupun sosial, yang masih tumbuh dan berkembang. Berdasarkan undang-undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, pasal 1 ayat 1, Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Kondisinya rentan dan masih tergantung pada orang dewasa, sehingga perlu dilakukan upaya perlindungan anak sebagai hak asasi anak dari berbagai gangguan yang mungkin akan menghambat tumbuh kembangnya. Dalam rangka mentransformasikan hak anak ke dalam proses pembangunan, maka pemerintah telah mengembangkan kebijakan Kota Layak Anak. KLA merupakan upaya pemerintah untuk mempercepat implementasi Konvensi Hak Anak ke dalam sebuah kebijakan pembangunan dan program yang layak anak. KLA dipandang sebagai sesuatu yang penting untuk menjadi sebuah agenda nasional mengingat masih terbatasnya kebijakan pemerintah untuk menyatuhkan isu hak anak ke dalam perencanaan pembangunan kabupaten/kota dan belum terintegrasinya hak perlindungan anak kedalam pembangunan kabupaten/kota. Kementrian Negara Pemberdayaan Perempuan menjadikan model KLA ini sebagai prioritas program dalam bidang kesejahteraan dan perlindungan anak dengan tujuan untuk mempercepat terwujudnya pengembangan KLA melalui penetapan 7 (tujuh) Program Studi Perencanaan dan Kota Fakultas Teknik - Unpak 1

aspek penting dalam pengembangan KLA, yaitu (Universitas Jambi, 2008): a) Kesehatan; b) Pendidikan; c) Sosial; d) Hak sipil dan partisipasi; e) Perlindungan hukum; f) Perlindungan ketenagakerjaan; dan g) Infrastruktur. Kondisi infrastruktur di perkotaan, belum memperlihatkan layak anak. Pembangunan infrastruktur, seperti sarana prasarana transportasi, pendidikan, kesehatan, belum menjadikan anak sebagai objek utama. Alih fungsi lahan yang terus terjadi berakibat terhadap pertumbuhan anak. Ruangruang terbuka dan lahan-lahan kosong beralih fungsi menjadi ruang terbangun. Seperti diketahui, keberadaan ruang-ruang terbuka dan lahan-lahan kosong tersebut merupakan salah satu ruang bermain anak. Padahal dengan bermain, anak dapat mengeksplorasikan apa yang ada dalam diri mereka sendiri, dan bermain adalah hak setiap anak. Hal ini sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pasal 11, yang menyatakan bahwa Setiap anak berhak untuk berisitirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan anak yang sebaya, bermain, berekreasi, dan berkreasi sesuai dengan minat, bakat, dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan diri. Dalam lingkup wilayah yang lebih kecil, menurut Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Bogor Tahun 2011-2031, Kelurahan Baranangsiang merupakan bagian dari Kecamatan Bogor Timur dimana termasuk di Pelayanan (WP) A, WP A merupakan wilayah pusat perkotaan yang sebagaimana didominasi dengan pusat perkantoran, pusat perdagangan dan permukiman. Dengan kawasan permukiman sedang dan kepadatan penduduk sebesar 116 jiwa/ha. Pola penggunaan lahan pada kelurahan ini sebagian besar adalah permukiman padat dengan kondisi rumah yang sangat berdekatan dan kurang tertata. Berdasarkan data dari Bappeda Kota Bogor (2005), penggunaan lahan di kelurahan ini yaitu lahan terbangun 88,50% dan sekitar 11,50% merupakan lahan tidak terbangun (lahan terbuka) yang meliputi tanah kosong, RTH, dan ladang. Jumlah penduduk usia anak yaitu berkisar 0-14 tahun mencapai 22,23 % dari jumlah penduduk yang ada, ini berarti perlu perhatian lebih terhadap anak-anak. Secara kuantitatif, mengacu dari SNI 03-1733-2004, pemerintah telah membuat standar luasan minimum yang harus dipenuhi. Bila mengacu pada standar tersebut, terlihat bahwa tempat bermain anak disediakan di lingkungan masyarakat yang paling kecil, yaitu lingkup wilayah RT. Namun, kenyataan yang ada mengingat keterbatasan lahan, hal tersebut tidak pernah terpenuhi di Kelurahan Baranangsiang. 1.2. Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut: a) Mengidentifikasi tingkat pelayanan kondisi dan ketersediaan ruang bermain anak di Kelurahan Baranangsiang Kecamatan Bogor Timur. b) Menilai persepsi anak dan orangtua terhadap kondisi dan ketersediaan ruang bermain anak di Kelurahan Baranangsiang Kecamatan Bogor Timur. 2. LANDASAN TEORI Anak merupakan individu yang belum matang secara fisik mental maupun sosial, yang masih tumbuh dan berkembang Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Menurut Pasal 11 UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan anak yang sebaya, bermain, dan berekreasi dan berkreasi sesuai dengan minat, bakat dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan diri merupakan hak anak Tempat bermain anak adalah bagian ruang yang digunakan oleh anak-anak untuk melakukan kegiatan bermain dengan bebas untuk memperoleh kesenangan, keriangan dan kegembiraan. Program Studi Perencanaan dan Kota Fakultas Teknik - Unpak 2

Tabel 1 : Jenis Ruang Bermain Anak Ruang Bermain No. Anak Menurut SNI Ruang Bermain Anak di Kelurahan Barangsiang 1. Taman Bermain Taman Bermain 2. Sarana Olahraga Sarana Olahraga 3. Taman Lingkungan Taman Lingkungan SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan. 3. METODE PENELITIAN 3.1. Ruang lingkup penelitian Secara umum, penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Baranangsiang, Kota Bogor. Penentuan lokasi ini ditentukan untuk mengetahui ketersediaan ruang bermain anak di Kelurahan Baranagsiang Kota Bogor. Untuk lebih jelasnya mengenai lokasi studi dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1 : Peta Orientasi Studi 3.2. Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Data primer : pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, dokumentasi dan penyebaran quesioner kepada masyarakat di Kelurahan Baranangsiang, Kota Bogor. 2. Data Sekunder : Pengumpulan data sekunder yang dilakukan dengan mencari data dari instansi terkait, baik instansi pemerintahan maupun instansi swasta. 3. Metode Pengambilan Sample Dalam penelitian ini yang digunakan adalah random sampling (Sugiarto, 2003), dengan rumus: Dimana: n : Ukuran sampel N : Ukuran populasi e : Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang tidak dapat ditolerir. 3.3. Metode Analisis Metode-metode yang digunakan dalam upaya penganalisasian data pada penelitian ini antara lain analisa kualitatif dan kuantitatif. Analisa kualitatif digunakan untuk mengidentifikasi kondisi dan ketersediaan ruang bermain anak. Kemudian, untuk menilai pelayanan ruang bermain anak yang ada menggunakan analisa kuantitatif. penilaian dilakukan terhadap ketersediaan ruang bermain anak, dengan kata lain secara kuantitas bukan kualitas. Metoda kuantitatif digunakan sebagai berikut : a. Menghitung kondisi fasilitas melalui 3 indikator yaitu : perkerasan, fasilitas, pemeliharaan. Cara menghitung perkerasan, fasilitas dan pemeliharaan itu dengan cara pembobotan yaitu dengan dikasih nilai pembobotan 1,3 dan 5 dan kemudian dijumlahkan untuk mencari indeks. Setelah itu indeks dari kondisi fasilitas djumlahkan dengan indeks-indeks yang lain untuk menentukaan kelas untuk tingkat pelayanan. b. Metode analisis kuantitatif digunakan untuk menilai tingkat pelayanan dari ketersediaan ruang bermain anak untuk menentukan variabel penilaian yang dilakukan menggunakan standar pelayanan minimal fasilitas ruang terbuka di perumahan (Kepmen Kimpraswil No. 534/KPTS/M/2001 Tentang Pedoman Standar Pelayanan Minimal Bidang Penataan Ruang, Perumahan, dan Permukiman dan Pekerjaan Umum). Untuk mengetahui tingkat pelayanan dari tiap-tiap fasilitas adalah sebagai berikut : Tingkat Pelayanan Fasilitas: Dimana: X i = Luas unit fasilitas I S i = standar kebutuhan P = Jumlah penduduk Jika nilai I 1, berarti fasilitas tersebut telah mencukupi I 1, berarti fasilitas tersebut belum mencukupi. c. Menghitung kecukupan Jumlah fasilitas: Variabel selanjutnya adalah masalah jumlah ruang bermain anak yang tersedia. Berdasarkan SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan untuk lingkup RW setidaknya harus tersedia 1 (satu) unit ruang bermain. Langkah selanjutnya adalah pemberian nilai indeks Program Studi Perencanaan dan Kota Fakultas Teknik - Unpak 3

Dimana: I i = indeks RW i suatu kriteria P i = jumlah fasilitas di RW i P p = jumlah fasilitas terbanyak/terbesar di seluruh RW Langkah selanjutnya setelah seluruh nilai indeks dijumlahkan, dan dilakukan penghitungan nilai interval. Interval dimaksudkan untuk memudahkan di dalam pengklasifikasian setiap total nilai indeks dari setiap potensi yang ada di RW baik itu yang termasuk dalam kelas tinggi, sedang, ataupun rendah dalam pelayanan anak. Adapun rumus matematisnya adalah sebagai berikut (Supranto, 2009 dalam Albar, 2010): Nilai interval dibagi 3, dengan alasan karena ada 3 kelas yaitu Tinggi (T), sedang (S) dan rendah (R) d. Menhitung Pembobotan dari Kuesioner: Perhitungan nilai untuk setiap pertanyaan pada kuesioner menggunakan nilai pembobotan di tiap jawaban diberikan nilai satu sampai dengan lima (1-5) dan untuk nilai tersebut dinilai dari fungsi jawaban masing-masing, yaitu apakah jawaban tersebut menunjukan kondisi dan ketersediaan, keingininan dan kegiatan,dan keamanan dari orangtua dan anak-anak lebih aman atau lebih nyaman untuk ruang bermain anak atau tidak. Penilaian pembobotan untuk setiap pertanyaan menggunakan rumus: Selanjutnya, menentukan kelas interval dari setiap pertanyaan dan kelompok pertanyaan dengan klasifikasi Rendah= 1, Sedang= 3, dan Tinggi= 5. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi dan Ketersediaan Infrastruktur Ruang Bermain Anak Status lahan hampir sebagian besar merupakan milik pribadi. Namun yang perlu diketahui, bahwa pada setiap RW masih ditemukan anak-anak bermain pada jalan/gang yang ada disekitarnya. Secara lebih jelas mengenai jenis, jumlah, luas, status lahan dan sebaran dari ruang bermain anak yang ada di Kelurahan Barangsiang disajikan pada Tabel 5 dan Gambar 2 dibawah ini. Tabel 5 Jenis Ruang Bermain, Luas, dan Status Lahan di Kelurahan Barangsiang Tiap RW Jumlah Luas Ruang Jenis Ruang Ruang Bermain Yang Status Lahan Bermain Bermain Tersedia (m 2 ) RW 01 Halaman Sekolah 2 748.398 Milik Pemerintah RW 02 - - - - RW 03 Lapangan 1 2291.384 Milik Pemerintah RW 04 RW 05 RW 06 RW 07 Halaman Sekolah 2 794.4885 Milik Pemerintah Lapangan 1 187.158 Milik Swasta Taman - 1 209.69 Milik Swasta Halaman Sekolah 1 872.43 Milik Pemerintah Lapangan 1 52.735 Milik Swasta Lapangan Basket 1 52.9755 Milik Swasta Taman - 1 105.951 Milik Pemerintah Lapangan Bulutangkis 1 105.951 Milik Swasta Halaman Rumah 2 5561.025 Milik Pribadi Halaman Sekolah 1 385.107 Milik Pemerintah Taman 2 2780.312 Milik Pemerintah Taman - 2 2780.513 Milik Swasta Madrasah 1 814.268 Milik Swasta RW 08 Lapangan Voli 1 880.697 Milik Swasta Program Studi Perencanaan dan Kota Fakultas Teknik - Unpak 4

Lanjutan Tabel 5 Jenis Ruang Bermain Jumlah Ruang Bermain Luas Ruang Bermain Yang Tersedia (m 2 ) Status Lahan Lapangan Bola 1 190.774 Milik Pribadi Halaman Sekolah 1 414.83 Milik Pemerintah Halaman Rumah 1 567.7 Milik Pribadi PAUD+Taman 2 136.875 Milik Swasta Baca Lapangan Bulutangkis 1 215.994 Milik Swasta RW 09 Lapangan Futsal 1 845.12 Milik Swasta Lapangan Bola 1 871.156 Milik Pribadi Halaman Sekolah 1 570.491 Milik Pemerintah RW 10 Lapangan 2 697.536 Milik swasta RW 11 RW 13 Lapangan Bulutangkis 1 564.601 Milik Swasta Taman 1 924.457 Milik Swasta Taman 1 980.188 Milik Pemerintah Taman - 1 1170.06 Milik Pemerintah RW 12 - - - - Halaman Sekolah 1 655.446 Milik Pemerintah Halaman rumah 1 285.265 Milik Pribadi Taman - RW 14 1 9158.59 Milik Pemerintah Taman 1 514.83 Milik Pemerintah Warnet/Game 2 Online 794.4885 Milik Pribadi Lapangan Bola 2 18827.061 Milik Swasta Taman 2 6651.153 Milik Swasta Sumber: Hasil Observasi dan Analisis GIS, Tahun 2016 Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 6 dibawah ini: Tabel 6 Jenis Permainan Anak di Kelurahan Baranangsiang No. Jenis Permainan Lokasi Gambar 2 : Peta Sebaran Ruang Bermain 4.2. Aktivitas Bermain Anak Aktivitas bermain anak kebanyakan dilakukan pada siang atau sore hari, karena pada pagi hari adalah saatnya anak-anak bersekolah, kecuali hari libur. Lokasi bermain sebagian besar dilakukan di lapangan. Lapangan yang dimaksud adalah berupa lahan kosong atau lapangan bulutangkis/voli/bola. Jalan menjadi salah satu lokasi bermain yang sering digunakan anak-anak. 1. Permainan Tradisional (main sondah, karet, bekel,petak Jalan/lahan kosong umpet,congklak) 2. Layang-layang Lahan Kosong/Lapangan/jalan 3. Bersepeda Jalan/lapangan 4. Sepakbola Lapangan/halaman rumah/jalan 5. Main Boneka Halaman rumah 6. Mobil-mobilan Jalan/lapangan 7. Main rumah-rumahan Halaman umah/lahan kosong 8. Main motor-motoran Jalan/lapangan 9. Main prosotan Halaman Sekolah Sumber: Hasil Pengamatan dan Tabulasi Kuesioner, Tahun 2016 Program Studi Perencanaan dan Kota Fakultas Teknik - Unpak 5

4.3. Tingkat Pelayanan Ruang Bermain Anak Menilai Infrastruktur Berupa Ruang Bermain Anak Terhadap Pelayanan berdasarkan Kepmen Kimpraswil No. 534/KPTS/M/2001 disebutkan mengenai standar pelayanan minimal fasilitas ruang terbuka di perumahan. Secara lebih rinci dijabarkan dibawah ini. a. Penilaian Jumlah Penduduk yang Terlayani: Berdasarkan luas lahan dari kondisi eksisting masing-masing ruang bermain anak, maka akan diketahui jumlah penduduk yang terlayani. Dengan standar bahwa satu penduduk membutuhkan luas 0.5 m 2 /jiwa, maka dapat dihitung jumlah penduduk yang terlayani sebagaiman dijabarkan dalam Tabel 7 dibawah ini. b. Penilaian Jumlah Ruang Bermain yang Tersedia : Pada penilaian ini, jumlah eksisting ruang bermain yang terdapat di Kelurahan Baranangsiang akan dikaitkan dengan jumlah yang telah ditetapkan sesuai dengan SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan. Penilaian jumlah ruang bermain yang tersedia disajikan pada Tabel 8 dibawah ini. c. Penentuan Tingkat Pelayanan Anak Dalam Ruang Bermain: Variabel-variabel yaitu jumlah penduduk yang terlayani, luas dalam satu kawasan, dan jumlah yang tersedia (Kepmen Kimpraswil No. 534/KPTS/M/2001). Variabelvariabel tersebut dikaitkan dengan standar yang terdapat pada SNI 03-1733-2004. Berdasarkan penilaian indeks yang telah dilakukan sebelumnya, maka dapat ditentukan tingkatan pelayanan di masing-masing RW. Penentuan tingkat pelayanan dalam ruang bermain disajikan pada Tabel 10 dibawah ini: Tabel 7 Penilaian Jumlah Penduduk yang Terlayani Berdasarkan Luas Ruang Bermain Anak di Kelurahan Barangsiang No. Jumlah Penduduk 0-14 Tahun (jiwa) Luas Ruang Bermain Yang Tersedia (m 2 ) Standar Kebutuhan Ruang (m 2 /jiwa) Tingkat Pelayanan Indeks 1 RW.01 354 748 1 38 2 RW.02 126 0 0 0 3 RW.03 279 2291 4 154 4 RW.04 538 1,986 2 77 5 RW.05 546 3,565 3 115 6 RW.06 560 106 0.1 4 7 RW.07 567 6,585 6 231 0.5 8 RW.08 612 1,071 1 38 9 RW.09 418 2,803 3 115 10 RW.10 134 719 3 115 11 RW.11 357 4,039 6 231 12 RW.12 376 0 0 0 13 RW.13 404 19,768 24 934 14 RW.14 387 20,277 26 1000 Sumber: Hasil Analisis Tahun 2016 Berdasarkan Tabel 9 dibawah RW.13 dan 14 merupakan RW dengan tingkat kelayakan tinggi berdasarkan 3 (tiga) variabel yaitu indeks kebutuhan ruang bermain, indeks ketersediaan jumlah ruang bermain dan indeks kondisi ruang bermain. Untuk tingkatan kelayakan sedang dimiliki oleh RW.04, 05, 07, 08, 09 dan 11. Selanjutnya untuk tingkatan kelayakan rendah terdapat di RW.01, 02, 03, 06, 10 dan 12. Ini berarti bahwa dari ketiga variabel tersebut belum mampu terpenuhi oleh wilayah-wilayah tersebut. Khusus untuk RW.02 dan 12 tidak tersedianya ruang bermain menjadi faktor utama wilayah ini dengan tingkat kelayakan rendah Program Studi Perencanaan dan Kota Fakultas Teknik - Unpak 6

Tabel 8 Penilaian Jumlah Ruang Bermain yang Tersedia di Kelurahan Baranangsiang No. Jumlah Ruang Bermain Anak Standar Kebutuhan Ruang (Unit) Tingkat Pelayanan Indeks 1 RW.01 2 2 333 2 RW.02 0 0 0 3 RW.03 1 1 167 4 RW.04 4 4 667 5 RW.05 4 4 667 6 RW.06 3 3 500 7 RW.07 6 6 1000 1 8 RW.08 6 6 1000 9 RW.09 4 4 667 10 RW.10 2 2 333 11 RW.11 4 4 667 12 RW.12 0 0 0 13 RW.13 6 6 1000 14 RW.14 4 4 667 Sumber: Hasil Analisis Tahun 2016 Tabel 9 Kelas Pelayanan Ruang Bermain Kelurahan Baranangsiang No. Indeks Kebutuhan Indeks Ketersediaan Indeks Kondisi Jumlah Indeks Kelas Pelayanan 1 RW.01 40 333 167 540 R 2 RW.02 0 0 0 0 R 3 RW.03 157 167 183 507 R 4 RW.04 70 667 350 1087 S 5 RW.05 125 667 467 1258 S 6 RW.06 4 500 350 854 R 7 RW.07 222 1000 633 1855 S 8 RW.08 33 1000 517 1550 S 9 RW.09 128 667 733 1528 S 10 RW.10 102 333 267 702 R 11 RW.11 216 667 867 1749 S 12 RW.12 0 0 0 0 R 13 RW.13 934 1000 1000 2934 T 14 RW.14 1000 667 633 2300 T Sumber: Tabel 5.4, 5.5, 5.6, dan Hasil Analisis, Tahun 2016 Kelas : T = Tinggi(> 1.957) R = Rendah (<978) S = Sedang (979 1.957) 4.4. Persepsi Terhadap Ruang Bermain Anak Sebelum melakukan analisis berdasarkan hasil pembobotan, dilakukan penyebaran kuisioner terhadap 2 (dua) kriteria responden, yaitu responden anak-anak dengan jumlah 100 responden serta responden orangtua dengan jumlah responden 100 Program Studi Perencanaan dan Kota Fakultas Teknik - Unpak 7

a) Klasifikasi Jawaban Pertanyaan Kuesioner berdasarkan Responden Anak Tabel 10 Kelas Interval Anak No. Kategori Anak Total Bobot Kelas 1 Kondisi dan Ketersediaan 10 R 2 Kegiatan dan Keinginan 25 T 3 Keamanan 9 R Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2016 Kelas: T = Tinggi (> 21), R = Rendah (<14), S = Sedang (15 20) Berdasarkan Tabel 10 diatas yaitu merupakan tabel kelas dari ketiga kategori pertanyaan. Dimana, untuk kategori k kondisi dan ketersediaan masuk kedalam kriteria rendah. Untuk kategori kegiatan dan keinginan masuk kedalam kriteria tinggi dan untuk kategori keamanan masuk kedalam kriteria rendah. b) Klasifikasi Jawaban Pertanyaan Kuesioner berdasarkan Responden Orangtua Tabel 11 Kelas Interval Orangtua No Jumlah Kela Kategori Anak. Kelas s 1 Kondisi dan Ketersediaan 22 T 2 Kegiatan dan Keinginan 9 R 3 Keamanan 4 R Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2016 Kelas: T = Tinggi (> 18), R = Rendah (<10), S = Sedang (11 17) Berdasarkan Tabel 11 diatas dari hasil pembobotan untuk ketiga kategori di bagian orangtua yaitu untuk kategori kondisi dan ketersediaan masuk kedalam kriteria kelas tinggi. Untuk kategori kegiatan dan keinginan masuk kedalam kriteria kelas rendah dan untuk kategori keamanan yaitu sama, masuk kedalam kriteria kelas rendah. 5. Kesimpulan dan Saran 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan sebagai berikut: a) Berdasarkan penilaian untuk jumlah penduduk yang terlayani yaitu tingkat pelayanan tertinggi terdapat pada RW.14 sedangkan, untuk tingkat perlayanan terendah terdapat pada RW.02 dan 12. b) Untuk penilaian jumlah ruang bermain yang tersedia yaitu tingkat pelayanan tertinggi terdapat pada RW.03 sedangkan, tingkat pelayanan terendah terdapt pada RW.02 dan 12. c) Berdasarkan jumlah kelas pelayanan ruang bermain yaitu untuk kelas tertinggi terdapat di RW. 13 dan 14, untuk kelas sedang terdapat di RW. 04, 05, 07, 08, 09 dan 11 sedangkan untuk kelas rendah terdapat di RW.01, 02, 03, 06, 10, dan 12. d) Berdasarkan persepsi anak untuk kategori kondisi dan ketersediaan dan kategori keamanan masuk kedalam kriteria interval rendah sedangkan, untuk kategori kegiatan dan keinginan masuk kedalam kriteria interval tinggi. e) Berdasarkan persepsi Orangtua untuk kategori kondisi dan ketersediaan masuk kedalam kriteria kelas tinggi, sedangkan untuk kategori kegiatan dan keinginan serta kategori keamanan yaitu sama-sama masuk kedalam kriteria interval rendah. 5.2. Saran Usulan dan saran yang dapat dikemukakan, diantaranya adalah: a) Meningkatkan kualitas ruang bermain anak yang ada agar anak-anak aman dan nyaman dalam bermain. b) Pembebasan lahan sangat disarankan dilihat, masih terdapat lahan kosong di tiap RW yang ada di Kelurahan Barangsiang. c) Mengenai keterbatasan lahan yang menjadi penghambat, pemerintah harus berupaya untuk membangun ruang bermain yang layak untuk anak di wilayah yang berdekatan dengan wilayah yang tidak memiliki ruang bermain. misalnya RW.02 dan RW. 12 yan tidak terdapat ruang bermain anak. d) Diharapkan kepada pemerintah kota memperhatikan tempat bermain bagi anak dan Program Studi Perencanaan dan Kota Fakultas Teknik - Unpak 8

memberikan kontribusi yang lebih terhadap pembangunan ruang bermain anak. Pemerintah harus dapat menggali keinginan dan harapan anak-anak dalam bermain. Upaya yang bisa dilakukan, misalnya mengadakan acara atau diskusi dengan anak-anak, dimana dalam acara tersebut pemerintah diharapkan menggali keinginan anak-anak mengenai ruang bermain yang mereka impikan. e) Kecamatan Ramah Anak (CaRA) yang diimplementasikan melalui Ruang Impian Anak (RIA) atau yang lebih populer dengan si-ria adalah sebuah model sinergi antara pelayanan publik dan fasilitasi kebutuhan terbaik untuk anak dalam hal informasi dan permainan yang mengedepankan good educatif for children. Hal tersebut seperti yang sudah diterapkan di Kabupaten Sidoarjo. Kota Bogor pun tidak menutup kemungkinan bisa menerapkan hal tersebut dari tingkat lebih bawah seperti memprakarsai pembentukan Kelurahan Ramah Anak. DAFTAR PUSTAKA (Bappeda) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bogor. 2005. Badan Standarisasi Nasional 2004. SNI 03-1733- 2004. Tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan. Badan Standarisasi Nasional 2004. SNI 03-1733- 2004. Tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan. Herlinawati, Dita.2012. Identifikasi Kota Layak Anak Dari Segi Keberadaan Infrastruktur (Studi Kasus : Kelurahan Tegallega Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor). {Tugas Akhir}. Bogor : Program Studi Perencanaan Dan Kota Fakultas (Pemkot) Pemerintah Kota Bogor. Rencana Detail Tata Ruang(RDTR) Kota Bogor Tahun, 2011-2031. Bogor: Bappeda Kota Bogor. Republik Indonesia. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Tentang Pedoman Penentuan Standar Pelayanan Minimal Bidang Penataan Ruang, Perumahan Dan Permukiman Dan Pekerjaan Umum. 2001. No. 534/KPTS/M/2001 Suryana. Pengetian anak, (online), (http://edukasi.kompasiana.com/2012/05 /15/definisi-anak-463129.html, diakses 12 april 2016 ) PENULIS : 1. Joao Da Silva Gusmao, S.T, (Alumni) 2016 Program Studi Perencanaan dan Kota FT-Unpak. 2. Dr.Ir. Janthy Trilusianthy Hidayat, M.Si, Staf Dosen Program Studi Perencanaan dan Kota FT-Unpak. 3. Dr.Ir. Indarti Komala Dewi, M.Si, Staf Dosen Program Studi Perencanaan dan Kota FT-Unpak Program Studi Perencanaan dan Kota Fakultas Teknik - Unpak 9