BAB I PENDAHULUAN. di dunia untuk sepakat mencapai Universal Health Coverage (UHC) pada

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam bidang kesehatan. World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pemberian pelayanan kepada pasien di rumah sakit. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. rangka pemberian pelayanan kesehatan. Dokumen berisi catatan dokter,

BAB I PENDAHULUAN. menjalani kehidupannya dengan baik. Maka dari itu untuk mencapai derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang bermutu dan memperoleh penghasilan yang cukup untuk dapat

BAB I. Sistem Manajemen Pelayanan Rumah Sakit dengan Sistem Manajemen. Pelayanan yang baik, harus memperhatikan keselamatan pasien, dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. intervensi pemerintah dalam pembayaran. Dokter, klinik, dan rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. individu, keluarga, masyarakat, pemerintah dan swasta. Upaya untuk meningkatkan derajat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai sebuah pelayanan yang baik bagi pasien. sesuai dengan klasifikasi yang diberlakukan di Indonesia (ICD-10) tentang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), sistem INA CBG s (Indonesia Case Base

BAB I PENDAHULUAN. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang selanjutnya disingkat BPJS. Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional, klaim

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

BAB I PENDAHULUAN. kepada pasien termasuk kualitas pendokumentasian rekam medis. memelihara rekam medis pasiennya. Menurut Hatta (2012), rekam medis

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 23/1992 tentang Kesehatan dan Undang-Undang Nomor 40/2004, penduduknya termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu.

BAB I PENDAHULUAN. medis maupun non medis. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan. Republik Indonesia No. 269/Menkes/PER/III/2008 tentang Rekam Medis

BAB I PENDAHULUAN. untuk memberikan Jaminan Sosial dalam mengembangkan Universal Health

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah dengan memantapkan penjaminan kesehatan melalui. jaminan kesehatan. Permenkes No. 71 tahun 2013 tentang Pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. miskin (Pasal 28H UUD 1945). Kesadaran tentang pentingnya. jaminan perlindungan sosial terus berkembang hingga perubahan

BAB I PENDAHULUAN. 28H dan pasal 34 Undang-Undang Dasar Dalam Undang Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-undang nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, bahwa Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 1

BAB I PENDAHULUAN. secara global dalam konstitusi WHO, pada dekade terakhir telah disepakati

TINJAUAN PELAKSANAAN PENGISIAN FORMULIR VERIFIKASI (INA-CBG S) PADA REKAM MEDIS RAWAT JALAN DI RSUP Dr. M. DJAMIL

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 1

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan. dalam mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. Nasional) yang diselenggarakan oleh BPJS (Badan Pelaksanan Jaminan

BAB I PENDAHULUAN. terdapat dalam Undang-undang No.40 Tahun 2004 pasal 19 ayat1. 1

BAB I PENDAHULUAN. setempat dan juga kearifan lokal yang berlaku pada daerah tersebut.

Tinjauan Prosedur Penentuan Kode Tindakan Berbasis ICD-9-CM untuk INA CBG di RSUD Dr. Soeroto Ngawi

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai pusat rujukan dan merupakan pusat alih pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. medis. Sistem pelayanan rekam medis adalah suatu sistem yang. pengendalian terhadap pengisian dokumen rekam medis.

dalam pelayanan kesehatan yang lebih bermutu. Adapun salah satu upaya dilakukan melalui suatu sistem jaminan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. (GSI), safe motherhood, program Jaminan Persalinan (Jampersal) hingga program

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kementrian Kesehatan RI,Permenkes No.269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis,Jakarta: 2008

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan. merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan

PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Djoyosoegito dalam Hatta (2010), rumah sakit merupakan satu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan sehingga di rumah sakit diharapkan mampu untuk. puas dan nyaman, sesuai dengan peraturan-peraturan yang ada seperti

BAB I PENDAHULUAN. mengutamakan kepentingan pasien. Rumah sakit sebagai institusi. pelayanan kesehatan harus memberikan pelayanan yang bermutu kepada

BAB I PENDAHULUAN. isi, akurat, tepat waktu, dan pemenuhan persyaratan aspek hukum. berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sebuah pelayanan yang baik bagi pasien. 1. standar profesi rekam medis dan informasi kesehatan. Standar profesi rekam

BAB I PENDAHULUAN. rawat jalan, dan gawat darurat. Setiap rumah sakit dalam memberikan. KARS Oleh karena itu, untuk menunjang tercapainya tujuan

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan tempat tidur pasien, pelayanan medis dan perawatan. lanjutan untuk diagnosis dan perawatan oleh tenaga medis yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, bahwa rumah. sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat

BAB III METODE PENELITIAN. desain penelitian deskriptif analitik. Pengambilan data dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Untuk memenuhi hak masyarakat miskin dalam. agar terjadi subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil dan pembahasan tentang pelaksanaan pengkodean

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan adalah sesuai dengan standar pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan institusi yang memiliki fungsi utama memberikan

BAB I PENDAHULUAN. sakit memegang peranan penting terhadap meningkatnya derajat kesehatan

HUBUNGAN KELENGKAPAN PENGISIAN RESUME MEDIS DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS KASUS OBSTETRI BERDASARKAN ICD-10 DI RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia melalui kementerian kesehatan di awal tahun 2014, mulai

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan yang. kompleks, padat pakar, dan padat modal. Kompleksitas ini muncul

BAB I PENDAHULUAN. sangat berkaitan erat dengan pelayanan kesehatan. pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan. Rumah Sakit menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Setiap rumah sakit diwajibkan menyelenggarakan rekaman atau. rekam medis. Menurut Huffman (1994), rekam medis adalah rekaman atau

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap penduduk, agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat

BAB 1 : PENDAHULUAN. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis (GGK) adalah suatu keadaan dimana terdapat penurunan

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan yang sempurna kepada pasien baik pasien rawat jalan, rawat

BAB I PENDAHULUAN. paripurna yang menyediakan pelayanan rawat jalan, rawat inap dan. rawat darurat. Rustiyanto (2010), mengatakan bahwa pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih. kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.

Sumiati¹, Siswati² 1,2 Universitas Esa Unggul, Jakarta. Jalan Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. jantung. Prevalensi juga akan meningkat karena pertambahan umur baik lakilaki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk praktik kedokteran atau kedokteran gigi. Sarana pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. Klasifikasi dan kodefikasi penyakit, Aspek hukum dan etika profesi, Manajemen rekam medis & informasi kesehatan, Menjaga mutu rekam

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 Pasal 1 ayat 3 adalah

BAB I PENDAHULUAN. satu faktor pendukung terpenting. Di dalam Permenkes RI Nomor

BAB I PENDAHULUAN. Coverage (UHC) adalah suatu ketentuan penting bagi negara

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan yang dinamis dan mempunyai fungsi utama melayani

BAB I PENDAHULUAN. metabolik tubuh (Imaligy, 2014). Dalam menangani kasus gagal jantung

HUBUNGAN KELENGKAPAN INFORMASI DENGAN PERSETUJUAN KLAIM BPJS DI RSUD KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. harus dipelihara kerena bermanfaaat bagi pasien, dokter dan rumah sakit. pengobatan dan perawatan kepada pasien.

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 tentang

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara komprehensif yang

BAB I PENDAHULUAN. medis lainnya. Sedangkan menurut American Hospital Assosiation rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. besarnya biaya yang dibutuhkan maka kebanyakan orang tidak mampu

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki peran sangat strategis dalam upaya mempercepat. peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia (Hatta, 2010).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang mendasar bagi setiap individu. Kesehatan juga merupakan topik yang tidak pernah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Friedrich Ebert Stiftung ( Paham JKN Jaminan Kesehatan

BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 1. pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan. fasilitas kesehatan padat teknologi dan padat pakar.

BAB I : PENDAHULUAN. setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktek kedokteran wajib membuat

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

ABSTRACT. : Inpatient Medical Record Documents patients BPJS case SectioCaesaria, Review of Quantitative, Qualitative Review, Accuracy Code.

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan rumah. Rumah sakit juga merupakan pusat untuk latihan

BAB I PENDAHULUAN. harus direkam dan didokumentasikan ke dalam bentuk catatan medis. yang disebut rekam medis atau rekam kesehatan.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO) menghimpun beberapa negara di dunia untuk sepakat mencapai Universal Health Coverage (UHC) pada tahun 2014. Masyarakat mulai menyadari pentingnya sistem pelayanan kesehatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang bermutu dengan biaya yang terjangkau. Hal ini mencakup dua elemen penting yaitu akses pelayanan kesehatan yang adil dan bermutu bagi setiap warga, dan perlindungan risiko finansial ketika warga menggunakan pelayanan kesehatan (WHO, 2005). Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) di Indonesia, telah menjawab prinsip dasar Universal Health Coverage dengan mewajibkan setiap penduduk memiliki akses terhadap pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan bermutu dalam agar dapat melangsungkan hidup. Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, terutama dalam hal jaminan kesehatan masyarakat, saat ini pemerintah bersama pihak terkait membentuk program jaminan kesehatan baru yaitu Jaminan Kesehatan Nasional. Untuk memenuhi harapan masyarakat setiap daerah harus mempunyai sarana pelayanan kesehatan yang dapat diakses dengan mudah, melalui rumah sakit. 1

Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan dapat menampilkan mutu pelayanan yang baik dan tepat kepada masyarakat berdasarkan standar profesionalisme sehingga diharapkan dapat memenuhi harapan masyarakat. Perkembangan yang cukup besar itu terjadi dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang dapat diukur dari cara mengatasi kesehatan baik medis maupun non medis. Rumah sakit harus selalu bekerja sama dengan pihak asuransi terkait, karena pembiayaan kesehatan yang kuat, stabil, dan berkesinambungan yang memegang peranan penting dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), mempunyai tujuan untuk menjamin agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan. Hal ini sesuai dengan salah satu tujuan dari Millenium Development Goals (MDGs) yaitu mentargetkan tercapainya derajat kesehatan di seluruh dunia. Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk meningkatkan kesehatan yaitu dengan mengadakan program jaminan kesehatan (JKN) per januari 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Sistem Indonesian Case Base Group (INA-CBGs) pola pembayaran dalam program JKN menggunakan Indonesian Case Base Group (INA-CBGs), dengan menggunakan pola pembayaran prospektif yang berupa pengelompokkan diagnosis dan prosedur yang memiliki ciri 2

klinis dan penggunaan sumber daya yang mirip. Besaran tarif INA-CBG s dipengaruhi oleh tarif yang dibayarkan pasien dari awal sampai selesai dari sebuah pelayanan kesehatan. Penentuan besaran tarif yang akan dikeluarkan dapat dilihat dari kelengkapan berkas rekam medis, karena berisi berbagai informasi tentang pasien yang mendapatkan pelayanan di rumah sakit. Rumah sakit di Indonesia yang menerapkan dalam INA-CBGs, terdapat 65% rumah sakit belum membuat diagnosis yang lengkap dan jelas berdasarkan ICD-10 serta belum tepat pengkodeannya. Apabila penulisan informasi yang dicantumkan pada dokumen rekam medis tidak lengkap, maka kemungkinan kode diagnosis juga tidak akurat dan berdampak pada biaya pelayanan kesehatan. Ketidakakuratan kode diagnosis akan mempengaruhi data dan informasi laporan. Ketepatan tarif INA-CBGs yang ada saat ini digunakan sebagai metode pembayaran untuk pelayanan pasien yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan (BPJS). Apabila petugas koding salah menetapkan kode diagnosis, maka jumlah pembayaran klaim juga akan berbeda (Depkes, 2008). Hasil penelitian Rohman dkk (2011) menyimpulkan bahwa terdapat kebijakan baru di Permenkes Nomor 269 Tahun 2008 yang mempengaruhi mutu pelayanan rumah sakit. Banyak rumah sakit yang telah menerapkan beberapa kebijakan dalam pengisian diagnosis utama secara tepat. Dalam pengisian diagnosis utama sebanyak 56,52% yang 3

tidak sepenuhnya terisi, sementara hasil diagnosis sebanyak 81,01% akurat dan sebanyak 18,99% tidak akurat. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap keakuratan kode diagnosis adalah kelengkapan informasi medis. Menurut Pujihastuti dkk (2014), terdapat 30% pengisian informasinya tidak lengkap dan 30% kode diagnosis yang tidak akurat. Kelengkapan dan keakuratan kode didapatkan dengan memperhatikan informasi yang terdapat pada dokumen rekam medis. Hasil penelitian Kurwanzari (2013) menyimpulkan bahwa masih banyak berkas rekam medis yang tidak lengkap kode diagnosisnya, serta masih terdapat beberapa kode yang tidak tepat dalam lembar verifikasi jamkesmas. Tingkat kesesuaian dan keterisian kode dan diagnosis antara lembar verifikasi dan berkas rekam medis pada pasien rawat jalan sebesar 6% dan pada rawat inap sebesar 41,33%. Adapun penyebab ketidaksesuaian dan ketidaklengkapan kode dan diagnosis terkait dipengaruhi oleh sumber daya manusia dan kurangnya aplikasi sistem untuk pengkodean. Hal ini akan berdampak pada menurunnya mutu dari isi rekam medis, sehingga menyulitkan petugas dalam mengolah data, serta menghambat dalam proses klaim jamkesmas. Kelengkapan pengisian dokumen rekam medis sangat penting dilakukan. Rekam medis berfungsi sebagai tanda bukti sah yang dimiliki oleh setiap pasien dan dapat dipertanggung jawabkan secara hukum. Oleh karena itu, rekam medis yang lengkap harus diisi dengan lengkap dan jelas tentang semua pelayanan yang diberikan kepada pasien. Waktu 4

pengembalian berkas tersebut ke Unit Rekam Medis yang sudah diisi lengkap adalah 2 x 24 jam setelah pasien pulang (Hatta, 2008). Hasil penelitian Pamungkas, T.W, dkk (2010) menyimpulkan bahwa ketidaklengkapan pengisian berkas rekam medis bagian penyakit dalam sebanyak 40,43%, data identitas pasien dalam berkas rekam medis yang direviewsebanyak 45,74%, ketidaklengkapan laporan penting sebanyak 33,31% dan autentikasi sebanyak 42,55%. Adapun faktor-faktor ketidaklengkapan pengisian berkas rekam medis penyakit dalam yaitu keterbatasan waktu yang digunakan dokter untuk mengisi berkas rekam medis dan ketidakdisiplinan dokter dalam pengisian berkas rekam medis. Penyelenggaraan rekam medis juga perlu diperhatikan oleh RSUD Pandan Arang Boyolali. Hal ini dikarenakan rumah sakit tersebut sudah bekerja sama dengan BPJS dalam menyelenggarakan program jaminan kesehatan nasional (JKN). Berdasarkan studi pendahuluan pada tanggal 22 April 2015, di bagian pencatatan kode diagnosis dan tindakan pada pasien JKN rawat inap kasus penyakit dalam di RSUD Pandan Arang Boyolali, diketahui bahwa sebanyak 65% kode diagnosis tidak akurat dan 20% kode tindakan tidak akurat. Sedangkan pada item keterisian kelengkapan informasi, terdapat 75% yang tidak lengkap. Ketidaklengkapan kode diagnosis/tindakan yang berisi tentang data administratif maupun data medis pasien, akan mempengaruhi proses pembiayaan dalam klaim BPJS. Berdasarkan hasil pengamatan pada lembar ringkasan masuk dan keluar, tindakan yang dilakukan tidak ditulis 5

di kolom tindakan sebagaimana mestinya, padahal ada bukti tindakan di lembar penunjangnya. Ketidaksesuaian antara pengisian kelengkapan informasi dengan keakuratan kode pada lembar rekam medis pasien di RSUD Pandan Arang Boyolali akan menjadi salah satu penyebab kegagalan klaim BPJS. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk menganalisis lebih lanjut terkait identifikasi kelengkapan informasi dan keakuratan kode dokumen rekam medis terkait penentuan tarif biaya pasien BPJS di RSUD Pandan Arang Boyolali. B. Masalah Penelitian Bagaimanakah kelengkapan informasi dan keakuratan kode dokumen rekam medis terkait penentuan tarif biaya pasien BPJS di RSUD Pandan Arang Boyolali? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Menganalisis kelengkapan informasi dan keakuratan kode pada dokumen rekam medis pasien rawat inap dalam penentuan tarif biaya pasien BPJS yang akan dikeluarkan di RSUD Pandan Arang Boyolali. 2. Tujuan Khusus a) Mengidentifikasi kelengkapan pengisian informasi dokumen rekam medis dari aspek administrasi. b) Mengidentifikasi kelengkapan pengisian informasi dokumen rekam medis dari aspek medis. 6

c) Mengidentifikasi keseluruhan kelengkapan pengisian informasi aspek administrasi dan aspek medis d) Mengidentifikasi keakuratan kode diagnosis dan kode tindakan. e) Menganalisis proses pelaksanaan kelengkapan pengisian informasi dan keakuratan kode pada dokumen rekam medis terhadap proses penentuan tarif biaya pasien BPJS. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Dapat menambah pengetahuan, pengalaman, dan wawasan yang berharga secara langsung di rumah sakit dengan menerapkan teori yang diperoleh oleh peneliti dari institusi pendidikan. 2. Bagi RSUD Pandan Arang Boyolali Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan evaluasi bagi rumah sakit dalam menyusun kebijakan dan pelaksanaan kelengkapan pengisian rekam medis dan pengkodean yang berguna dalam meningkatkan pelayanan dan mutu rumah sakit. 3. Bagi Petugas Rekam Medis di Instalasi Catatan Medik Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan evaluasi bagi petugas rekam medis dalam pelaksanaan kelengkapan pengisian rekam medis dan pengkodean yang berguna dalam memeperlancar proses klaim. 4. Bagi Peneliti Lain 7

Sebagai referensi untuk acuan dalam pengembangan penelitian lain tentang kelengkapan informasi dan keakuratan kode dokumen rekam medis terkait penentuan tarif biaya pasien BPJS yang sejenis. 8