BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Timur dan 7,12 hingga 8,48 Lintang Selatan. Sedangkan luas Provinsi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit

ANALISIS KINERJA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM PADA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Dengan dikeluarkannya undang-undang Nomor 22 Tahun kewenangan yang luas untuk menggunakan sumber-sumber keuangan

BAB I PENDAHULUAN. landasan hukum dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 1999 tentang. menjadi UU No. 32 Tahun 2004 dan UU No. 33 Tahun 2004.

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan perundangundangan.

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang sentralisasi menjadi struktur yang terdesentralisasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi fiskal dan otonomi daerah telah membawa konsekuensi pada

BAB I PENDAHULUAN. Daerah, dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Daerah (Pemda) memiliki hak,

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat, termasuk kewenangan untuk melakukan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebijakan desentralisasi fiskal yang diberikan pemerintah pusat kepada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1999 yang disempurnakan dengan UU No. 12 Tahun 2008 tentang

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya kebijakan ekonomi daerah yang mengatur hubungan pemerintah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Arsyad (1999) dalam Setiyawati (2007) menyatakan bahwa pertumbuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan salah satu instrumen kebijakan yang dipakai sebagai alat untuk

Laporan Anggaran dan Realisasi Pendapatan dan Belanja Kabupaten Aceh Utara Tahun Anggaran 2006

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. diambil adalah Kabupaten/ Kota di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

BAB II DESKRIPSI WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana yang telah ditetapkan pada Undang-Undang No 32 Tahun

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. provinsi terbagi atas daerah-daerah dengan kabupaten/kota yang masing-masing

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kabupaten Tanggamus, dengan melakukan

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SOPPENG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PENGELOLAAN KEUANGAN DAN KERANGKA PENDANAAN

Referensi : Evaluasi Dana Perimbangan : Kontribusi Transfer pada Pendapatan Daerah dan Stimulasi terhadap PAD

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan Desentralisasi di Indonesia ditandai dengan adanya Undangundang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Mamesah dalam Halim (2007), keuangan daerah daoat diartikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dan kewenangan yang luas untuk menggunakan sumber-sumber keuangan yang

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

DAFTAR ISI. Halaman Sampul Depan Halaman Judul... Halaman Pengesahan Skripsi... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Lampiran...

BAB 1 PENDAHULUAN. Reformasi tahun 1998 telah membuat perubahan politik dan administrasi, bentuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. APBN/APBD. Menurut Erlina dan Rasdianto (2013) Belanja Modal adalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan peraturan sektor publik yang disertai dengan adanya tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. pendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Karena itu, belanja daerah dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN. sejak Proklamasi Kemerdekaan hingga saat ini menarik untuk dicermati. Era

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anggaran daerah merupakan rencana keuangan yang dijadikan pedoman

BAB III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan

BAB I PENDAHULUAN. (Khusaini 2006; Hadi 2009). Perubahan sistem ini juga dikenal dengan nama

PROYEKSI/TARGET PENDAPATAN DAN BELANJA PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN UTARA B A D A N P E N G E L O L A K E U A N G A N D A N A S E T D A E R A H

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Merangin. Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 8 AKUNTANSI TRANSFER

BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

METODE PENELITIAN. (time series), yaitu tahun yang diperoleh dari Bag. Keuangan Pemda Lampung

BAB I PENDAHULUAN. mengelola sumber daya yang dimiliki secara efisien dan efektif.

BAB I PENDAHULUAN. Sejak kebijakan pemerintah Indonesia tentang Otonomi Daerah

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN (REVISI) GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan negara maupun daerah. sumber daya alamnya sendiri. Sumber dana bagi daerah antara lain terdiri dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh besar kecilnya pendapatan asli daerah (PAD) dibandingkan dengan

III BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan Pemerintah Indonesia tentang otonomi daerah sudah

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PROFIL KEUANGAN DAERAH

BAB IV GAMBARAN UMUM. 15 Lintang Selatan dan antara Bujur Timur dan dilalui oleh

Tabel 1. Jenis Pendapatan Daerah. Tabel 2. Persentase Sumber Pendapatan Daerah

BAB 3 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa Lalu

ABSTRAK. Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, Flypaper Effect.

BAB I PENDAHULUAN. Tap MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaran Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan secara keseluruhan dimana masing-masing daerah

BAB I PENDAHULUAN. era baru dalam pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Pembiayaan

ANALISIS KEMANDIRIAN FISKAL DALAM UPAYA MENDUKUNG PELAKSANAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI KABUPATEN INDRAGIRI HULU

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN 2014 A PB D L A P O R A N A N A L I S I S REALISASI APBD

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang sangat mendasar sejak diterapkannya otonomi daerah. dalam hal pengelolaan keuangan daerah.

BAB I PENDAHULUAN. undang-undang di bidang otonomi daerah tersebut telah menetapkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH

CAPAIAN KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH TAHUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Kuncoro, 2004).

BAB III METODE PENELITIAN. tersebut menggunakan rasio keuangan. Antara lain untuk kinerja keuangan

LAPORAN KEUANGAN 2014

Pengaruh Dana Perimbangan, Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) Terhadap Belanja Modal

DAFTAR ISI. 1.2 Rumusan Masalah Maksud dan Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian...

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi. masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

PEMERINTAH KOTA PADANG PANJANG LAPORAN ARUS KAS UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2013 DAN 2012.

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini ditandai dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

I. PENDAHULUAN. pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Lahirnya Undang-undang No.22

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Seiring perkembangan zaman tentu kebutuhan manusia bertambah, oleh

BAB I PENDAHULUAN. diberlakukannya Undang-undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Transkripsi:

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Kondisi Geografi dan Demografi Provinsi Jawa Timur terletak pada 111,0 hingga 114,4 Bujur Timur dan 7,12 hingga 8,48 Lintang Selatan. Sedangkan luas Provinsi Jawa Timur yang mencapai 47.995 km 2. Secara umum wilayah Provinsi Jawa Timur dibagi menjadi 2 bagian besar, yaitu Jawa Timur daratan dan Pulau Jawa. Dimana luas wilayah Jawa Timur daratan hampir mencangkup 90 persen dari seluruh luas wilayah Provinsi Jawa Timur, sedangkan luas Pulau Madura hanya sekitar 10 persen. Batas-batas wilayah Jawa Timur : Sebelah Utara, berbatasan dengan Pulau Kalimantan; Sebelah Timur, berbatasan dengan Pulau Bali; Sebelah Selatan, berbatasan dengan perairan terbuka yaitu Samudera Hindia; Sebelah Barat, berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah. 59

60 Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Timur Gambaran demografi wilayah Jawa Timur terlihat dari jumlah penduduk Jawa Timur selalu mengalami kenaikan tiap tahun. Pada tahun 2011 jumlah penduduk sebanyak 37,8 juta jiwa, meningkat hingga mencapai 38,6 juta jiwa pada tahun 2014 atau tumbuh 2,8 persen. Ratarata pertumbuhan penduduk selama empat tahun terakhir 0,7 persen, cenderung semakin melambat tiap tahun dari 0,73 persen pada tahun 2011 menjadi 0,64 persen pada tahun 2014. Dilihat dari jenis kelaminnya, jumlah penduduk perempuan lebih banyak daripada laki-laki atau mempunyai sex ratio 97 persen atau setiap 100 penduduk perempuan terdapat 97 penduduk laki-laki.

61 Tabel 4.1 Indikator Kependudukan Provinsi Jawa Timur Uraian 2012 2013 2014 2015 Jumlah Penduduk (000 jiwa) 38.107 38.363 38.610 38.847 Pertumbuhan Penduduk (%) 0,70 0,67 0,64 0,61 Kepadatan Penduduk (jiwa/km 2 ) 794 800 805 810 Sex Ratio (L/P) (%) 97,46 97,43 97,40 97,44 Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur, diolah B. Gambaran Umum Variabel Penelitian 1. Belanja Modal Belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan modal yang sifatnya menambah aset tetap/inventaris yang memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi, termasuk di dalamnya adalah pengeluaran untuk biaya pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan atau menambah masa manfaat, meningkatkan kapasitas dan kualitas aset. Rasio belanja modal terhadap pengembangan infrastruktur dari tahun ke tahun di Provinsi Jawa Timur mengalami peningkatan namun tidak signifikan. Pada tahun 2013 rasio belanja modal Provinsi Jawa Timur sebesar Rp.1.175.751,04 miliar rupiah meningkat dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp.1.057.365,18 miliar rupiah. Belanja modal yang terbesar pada tahun 2013 yaitu belanja pada peralatan mesin yang sebesar Rp.490.945,71 miliar rupiah.

62 Tabel 4.2 Komposisi Realisasi Belanja Modal Provinsi Jawa Timur 2010 2011 2012 2013 Belanja Modal 877.876,93 1.045.351,91 1.057.365,18 1.175.751,04 Belanja Tanah 8.342,42 30.882,58 30.822,58 17.676,14 Belanja Peralatan Mesin 250.838,09 330.884,38 330.896,38 490.945,71 Belanja Gedung dan Bangunan 426.308,51 278.916,87 278.916,87 283.301,25 Belanja Jalan, Irigasi dan 183.788,25 368.017,87 368.017,87 364.333,15 Jaringan Belanja Aset Tetap Lainnya 7.583,14 3.245,27 3.245,27 4.786,11 Belanja Aset Lainnya 1.016,52 33.474,94 33.474,94 14.708.68 Sumber : Jawa Timur dalam Angka, diolah 2. Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan salah satu sumber pendapatan yang penting bagi daerah. PAD seluruhnya digali dan berasal dari daerah sendiri. Oleh karena itu daerah mempunyai kewenangan penuh untuk memanfaatkan PAD ini sesuai kebutuhan dan prioritas daerah. Daerah yang berhasil meningkatkan PAD-nya secara nyata, berarti daerah tersebut telah dapat memanfaatkan potensi yang ada secara optimal Pada Tabel 4.3 Total realisasi Pendapatan Asli Daerah selama periode tahun 2012 sampai 2014 perkembangan PAD terus mengalami kenaikan. Pada tahun 2014 total realisasi PAD pada Provinsi Jawa Timur mencapai Rp.14.462.752,14 miliar rupiah. Penyumbang terbesar terhadap pos PAD adalah pajak daerah sebesar Rp.11.517.64,94 miliar rupiah meningkat dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp.9.404.933,62 miliar rupiah. Proporsi terbesar dalam PAD yang kedua pada tahun 2014 adalah

63 Lain-lain pendapatan asli yang sah sebesar Rp.2.453.509,90 miliar rupiah. Kemudian proporsi PAD selanjutnya adalah Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah sebesar Rp.342.920,27 miliar rupiah. Dan menyumbang terakhir PAD yang paling kecil adalah Retribusi Daerah yang sebesar Rp.342.920,27 miliar rupiah. Tabel 4.3 Komposisis Realisasi Pendapatan Asli Daerah Provinsi Jawa Timur (juta rupiah) 2012 2013 2014 Pendapatan Asli Daerah 9.733.647,78 11.579.340,72 14.462.753,14 Pajak Daerah 7.816.590,83 9.404.933,62 11.517.684,93 Retribusi Daerah 118.823,63 106.213,77 148.638,04 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 352.889,91 332.020,39 342.920,27 Lain-Lain Pendapatan yang Sah 1.445.333,40 1.736.172,93 2.453.509,90 Sumber : BPS, Jawa Timur dalam Angka 3. Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Umum adalah transfer dana dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah yang dimaksudkan untuk menutup kesenjangan fiskal (fiscal gap) dan pemerataan kemampuan fiskal antar daerah dalam rangka membantu kemandirian pemerintah daerah menjalankan fungsi dan tugasnya melayani masyarakat. Dari Tabel 4.4 diketahui bahwa dari tahun 2010 sampai 2014 dana alokasi umum mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 total realisasi DAU sebesar Rp.1.212.934,76 miliar rupiah meningkat sebesar Rp.1.866.548,19 miliar rupiah pada tahun 2014.

64 Tabel 4.4 Data Realisasi Dana Alokasi Umum Provinsi Jawa Timur (dalam jutaan) Tahun Dana Alokasi Umum 2014 1.866.548,19 2013 1.496.594,26 2012 1.491.561,13 2011 1.347.501,69 2010 1.212.934,76 Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah 4. Dana Bagi Hasil Selain dari PAD sumber pendapatan daerah yang berasal dari potensi daerah tetapi dikelola oleh pemerintah pusat adalah beberapa komponen pajak dan beberapa sumber daya alam, yang sebagian pendapatannya dikembalikan ke daerah dalam bentuk bagi hasil pajak dan bagi hasil sumber daya alam Dari Tabel 4.5 menunjukan bahwa dana tranfer dari pemerintah pusat berupa dana bagi hasil pada Provinsi Jawa Timur mengalami fluktuatif. Pendapatan yang diperoleh dari DBH yang paling besar pada tahun 2012 sebesar Rp.1.523.964.906 miliar rupiah. Pada tahun 2013 pendapatan atas DBH mengalami penuruan yang sebesar Rp.1.374.728.955 miliar rupiah. Dan di akhir tahun 2014 pendapatan mengalami peningkatan sebesar Rp.1.516.912.609 miliar rupiah akan tetapi pendapatan berupa transfer dari pemerintah pusat masih di bawah tahun 2012. Pendapatan atas DBH yang menyumbang terbesar adalah DBH atas pajak sebesar Rp.1.123.170.491 miliar rupiah dan sisanya

65 transfer berupa DBH hasil bukan pajak/sumber daya alam yang sebesar Rp.393.742.118 miliar rupiah. Tabel 4.5 Data Dana Bagi Hasil Provinsi Jawa Timur 2012 2013 2014 Dana Bagi Hasil 1.523.964.906 1.374.728.955 1.516.912.609 Bagi Hasil Pajak 1.507.072.635 1.134.478.292 1.123.170.491 Bagi Hasil Bukan Pajak/SDA 16.892.271 240.250.663 393.742.118 Sumber : BPS statistik daerah, diolah 5. Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Sisa lebih pembiayaan anggaran (SILPA) menurut Permendagri Nomor 13 tahun 2006 adalah selisih lebih realisasi penerimaan dan pengeluaran anggaran selama satu periode anggaran. SiLPA tahun anggaran sebelumnya mencangkup pelampauan penerimaan PAD, pelampauan penerimaan dana perimbangan, pelampauan penerimaan lainlain pendapatan daerah yang sah, pelampauan penerimaan pembiayaan, penghematan belanja, kewajiban kepada pihak ketiga sampai dengan akhir tahun belum terselesaikan, dan sisa dana kegiatan lanjutan. Dari Tabel 4.6 dana Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) sebelumnya mengalami surplus paling tinggi pada tahun 2010 sebesar Rp.1.930.999,36 miliar rupiah. Sementara dana SiLPA pada tahun 2014 sebesar Rp1.846.787,52 miliar rupiah meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya sebesar Rp.1.153.509,28 miliar rupiah.

66 Tabel 4.6 Data Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Provinsi Jawa Timur (dalam jutaan) Tahun SiLPA 2014 1.846.787,52 2013 1.153.509,28 2012 1.223.913,81 2011 1.479.696,20 2010 1.930.999,36 Sumber : djpk.kemenkeu.go.id