tudi Epidemiologi Penyakit Tuberculosis pada Populasi Sapi di Peternakan Novryzal Dian Abadi Ade Margani Ferriyanto Dian K M. Amriyan N Ovilia Zabitha Uswatun Hasanah Widya Alif S Tri Cahyo D. Yessy Puspitasari Chandra Alfian Yuzrizal Doni
Kasus Pada suatu peternakan rakyat terdapat populasi sapi perah sebanyak 500 ekor, dengan asumsi : Sapi perah produktif sebanyak 300 ekor Pedet berumur 1 bulan sebanyak 50 ekor Pedet berumur lebih dari 1 bulan sebanyak 50 ekor Sapi jantan sebanyak 50 ekor Sapi dara sebanyak 50 ekor
Pengertian Tuberkulosis sapi merupakan penyakit infeksius yang menular dan bersifat menahun (kronis), disebabkan oleh Mycoplasma tuberculosis varian bovis (selanjutnya disebut M. bovis) Tuberkulosis sapi dapat menginfeksi hewan ternak lainnya seperti hewan kesayangan dan hewan liar bahkan manusia oleh karena itu bersifat zoonosis Tuberkulosis sapi diketahui sejak lebih dari satu abad yang lampau dan tersebar luas di berbagai belahan dunia.
Tuberculosis di Indonesia Tuberkulosis sapi di Indonesia terjadi akibat importasi sapi perah dari negeri Belanda dan Australia pada awal abad ke-20 Kondisi tropis Indonesia memungkinkan berbagai mikroba hidup subur Kejadian tuberkulosis sapi pertama kali menyerang sapi perah di Semarang (Jawa Tengah) pada tahun 1906 Saat itu dilakukan uji tuberkulinasi terhadap 303 ekor sapi perah dan hasilnya ditemukan tiga ekor sapi yang bereaksi positif (reaktor) terhadap tuberkulosis Pada tahun 1994 hasil uji tuberkulinasi ditemukan dua ekor reaktor TB pada sapi perah di Jawa Tengah dan tiga ekor reaktor tuberculosis pada sapi perah di Jawa Timur.
Penularan Patogenesis tuberkulosis bovine tidak banyak diketahui. Infeksi tuberkulosis dari hewan liar ke sapi dapat terjadi melalui perantara cemaran M. bovis pada rumput, air dan udara. Faktor yang dapat mempengaruhi infeksi dan penularan tuberkulosis yaitu umur hewan, lingkungan, cuaca dan manajemen peternakan. Tuberculosis pada sapi sangat rentan sekali menyerang pedhet.
Gejalan Klinis dan Diferensial Diagnosa Gejala Klinis pada sapi a. batuk-batuk kronis b. nafsu makan menurun c. BB menurun sehingga mengalami kekurusan d. ada perbesaran Lgl jika diraba e. tidak mengalami perubahan yang berarti dalam memproduksi susu namun jika dilihat dibawah mikroskop akan banyak ditemukan bakteri tahan asam f. sangat pathogen, dan bervirulensi tinggi. g. Jika susu ini dikonsumsi maka konsumen akan tertular TBC.
Gejalan Klinis dan Diferensial Diagnosa Diferensial Diagnosa a. Abses paru-paru dan abses lympo nodus b. Pleuritis c. Pericarditis d. chronic contagious pleuropneumonia e. Actinobacillosis f. mycotic and parasitic lesions g. caseous lymphadenitis Johne's disease h. tumor kelenjar adrenal dan lymphomatosis
Diagnosa Laboratorium Diagnosis tuberkulosis pada sapi hidup dapat dilakukan secara serologik dan secara bakteriologik dengan melihat adanya bakteri M. bovis pada sampel sekresi dan ekskresi. Uji yang digunakan adalah uji tuberkulin, yang didasarkan pada delayed hypersensitivity reactions. Prosedurnya adalah dengan menyuntikkan tuberculin pada ternak secara intrakutan di daerah leher atau lipatan ekor (caudal fold) dan kemudian menafsirkan hasil reaksinya. Bila terjadi reaksi positif, maka akan tampak edema lokal atau infiltrat maksimal 48-72 jam setelah penyuntikan.
Diagnosa Laboratorium Pada hewan yang mati dapat dilakukan pemeriksaan saat postmortem untuk melihat Patologi Anatomi dan histopatologik untuk melihat adanya lesi limfo granuloma. Pemeriksaan bakteriologi dapat digunakan uji DNA (DNA probe) dan teknik polymerase chain reaction (PCR), konfirmasi adanya infeksi biasanya dilakukan kultur bakteri secara tradisional dan Pada pemeriksaan secara makroskopis dijumpai lesi tuberkel atau granuloma yang dapat dikelirukan dengan TB yaitu lesi akibat parasit cacing, Actinomyces, Actinobacillus dan Nocardia, Aspergillus, Cryptococcus, Blastomyces dan Histoplasma dan ini hanya dapat dibedakan bila dilihat secara mikroskopis.
Upaya Pemutusan Rantai Penyakit Tindakan eradikasi biasanya dengan uji tuberkulinasi secara berulang, uji menyeluruh harus dilakukan sehingga seluruh sapi diketahui status kesehatannya yaitu bebas tuberkulosis, atau jika ditemukan reaktor positif tuberculosis maka segera dimusnahkan.
Tiga prinsip pengontrolan TBC di bidang veteriner: 1. Test and Slaughter Ternak sapi yang dinyatakan TBC dengan uji tuberkulin, maka sapi tersebut dipotong. 2. Test and Segragation. Sapi yang positif TBC di[pisahkan dan diisolasi dan dapat diupayakan untuk dilakukan pengobatan. 3. Test and Chemoterapy Upaya Pemutusan Rantai Penyakit Yaitu upaya pengobatan dengan menggunakan INH (Isoniazil
Analisa Perhitungan Angka Insidensi Positif terkena penyakit (yang menunjukkan gejala klinis) X 100% population at risk = 0 X 100% = 0% -> tidak ada yang terkena tuberculosis (tidak diketahui 500 disoal yang positif menunjukkan gejala klinis berapa ekor. Angka Prevalensi population at risk X 100% Population total = 100 X 100% = 20% -> population at race 500 population at race = populasi yang beresiko terkena tuberculosis (500) dikarenakan tuberculosis dapat menyerang segala umur pada sapi, namun Pedhet lebih rentan daripada sapi dewasa sehingga total keseluruhan pedhet yang digunakan
Terima Kasih