III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei Juni 2014 di Desa Lehan Kecamatan

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei hingga Juni 2014, bertempat di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November Desember 2013 di

PENGARUH PERBEDAAN KECEPATAN PUTAR (RPM) DISC MILL TERHADAP KESERAGAMAN UKURAN BUTIRAN GULA SEMUT

III. METODOLOGI. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Juli 2014 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama bulan Juni Agustus 2014 di Laboratorium

III. METODOLOGI. Penelitian inidilaksanakan pada bulan Mei hingga bulan Juni 2014 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2014 di Laboratorium Rekayasa

METODOLOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Lampung Timur, Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri

BAB III METODE PENELITIAN

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dari kawasan Universitas Padjadjaran sebanyak 100 kg bahan kering dan untuk

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011 sampai bulan Mei 2011 bertempat

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai Februari

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN

MATERI DAN METODE. Materi

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan, Fakultas

BAB III METODE PENELITIAN

BROWNIES TEPUNG UBI JALAR PUTIH

MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Materi Alat dan Bahan Metode Proses Pembuatan Pelet

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Februari 2017 dan

III. BAHAN DAN METODE. Aplikasi pengawet nira dan pembuatan gula semut dilakukan di Desa Lehan Kecamatan

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan November 2014 Januari 2015 di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 sampai dengan Januari

BAB III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Rancangan Percobaan dan Analisis Data

METODOLOGI PENELITIAN. langkah 110 cc, dengan merk Yamaha Jupiter Z. Adapun spesifikasi mesin uji

Lampiran 1. Gambar tanaman dan wortel. Tanaman wortel. Wortel

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih

METODE. Materi. Rancangan

MATERI DAN METOD E Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penelitian Tahap Pertama

LAMPIRAN II PERHITUNGAN

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. bahan tambahan. Bahan utama yaitu daging sapi bagian paha belakang (silverside)

BAB III MATERI DAN METODE. biji durian dengan suhu pengeringan yang berbeda dilaksanakan pada bulan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Prosedur

3. METODOLOGI PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Materi

III. METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

LAMPIRAN C DOKUMENTASI

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN B. BAHAN DAN ALAT 1. BAHAN 2. ALAT C. TAHAPAN PENELITIAN 1. PENELITIAN PENDAHULUAN III.

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat. B. Alat dan Bahan. C. Parameter Pengeringan dan Mutu Irisan Mangga

BAB III MATERI DAN METODE. super merah dilaksanakan pada bulan Februari - Maret 2017, pengujian overrun,

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan September Desember 2016 di

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah lanau

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari Juni 2013 sampai dengan Agustus 2013.

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI 3.1 BAHAN DAN ALAT Ketel Suling

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2014 di Laboratorium

Mahasiswa Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung 2,3,4

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telahdilakukan dilaboratorium Teknologi Pasca Panen

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan September 2015 di

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Mei 2012 di Laboratorium Rekayasa

MATERI DAN METODE. Materi

III. METODOLOGI PENELITIAN. ini seperti mengumpulkan hasil dari penelitian terdahulu yang berkaitan

III. METODE PENELITIAN

12/17/2012 SIZE REDUCTION (PENGECILAN UKURAN) Karakteristik Ukuran. Ukuran yang digunakan dinyatakan dengan mesh maupun mm.

Percobaan pendahuluan dilakukan pada bulan Januari - Maret 2012 dan. pecobaan utama dilakukan pada bulan April Mei 2012 dengan tempat percobaan

METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di

III. METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari. daerah Karang Anyar, Lampung Selatan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODE. = hasil pengamatan pada ulangan ke-j dari perlakuan penambahan madu taraf ke-i µ = nilai rataan umum

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Laboratorium Farmasetika Program

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW

III. METODOLOGI PENELITIAN. Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dan sesuai, maka diperlukan

METODE PENGUJIAN KUAT TEKAN CAMPURAN BERASPAL

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

Gambar 3.1 Arang tempurung kelapa dan briket silinder pejal

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian B. Bahan dan Alat

III METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan noga kacang hijau adalah

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari hingga April Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di pengrajin gula merah kelapa di Desa Purworejo

METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu. Materi

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di PT. GGP Terbanggi Besar Lampung Tengahpada

III. METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei Juni 2014 di Desa Lehan Kecamatan Bumi Agung Kabupaten Lampung Timur dan Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen (RBPP) Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah wajan besar, kompor/tungku, pengaduk kayu, penggerus garpu dari kayu, nampan, stopwatch, oven, cawan, ayakan tyler, disc mill, tachometer, termometer, timbangan digital, kamera digital, dan alat tulis. 3.2.2 Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah gula kelapa cetak dengan kadar air sekitar 13 14%, gula pasir, dan air.

19 3.3 Prosedur Pembuatan Gula Semut Gula semut dibuat dari bahan gula kelapa cetak dengan kadar air sekitar 13 14% dengan menggunakan alat mekanis (disc mill). Gula kelapa harus bermutu baik yaitu warna coklat sampai kecoklatan dan teksturnya remah. Gula kelapa tersebut dipotong kecil, kemudian dipanaskan dengan suhu 110 120 ⁰C dan ditambahkan gula pasir sebanyak 10% yang sudah dilarutkan sambil diaduk-aduk agar merata dan pekat. Pemanasan dilakukan hingga larutan diambil secara sampling tidak terpencar ketika dimasukkan dalam air dingin atau terbentuk benang ketika diteteskan dari atas. Kemudian cairan gula yang telah jadi dituangkan dalam nampan dan digerus menggunakan kayu yang berbentuk garpu sampai semua air teruapkan dan terbentuk granul dapat dilihat pada Gambar 6 (Lampiran). Granul dikeringkan menggunakan sinar matahari dengan suhu 45 55 ⁰C. Kemudian granul yang telah kering digiling menggunakan disc mill dengan lima variasi kecepatan putar yaitu 800, 900,1000, 1100, dan 1200 rpm. Pemilihan kecepatan putar ini didasarkan pada penelitian pendahuluan yang sebelumnya dilakukan, pada kecepatan putar di bawah 800 engine tidak kuat untuk menggiling ketika menggunakan beban sehingga mesin mati. Sedangkan pada kecepatan putar di atas 1200 rpm sebagian besar menghasilkan butiran yang halus. Kecepatan putar aktual yang dihasilkan ketika mesin menggunakan beban pada setiap perlakuan yaitu berkisar 765, 870, 960, 1056, dan 1170 rpm. Jumlah sampel untuk setiap perlakuan adalah 1500 g dengan tiga kali ulangan. Untuk menghindari kelengketan pada proses pengayakan, maka gula semut hasil

20 penggilingan dikeringkan terlebih dahulu. Kemudian gula semut diayak menggunakan ayakan tyler dan dikelompokkan berdasarkan ukuran yang telah ditentukan. Hal-hal yang perlu diperhatikan di dalam proses pembuatan gula semut adalah suhu pemasakan /penguapan, waktu pemasakan dan suhu pengeringan. Suhu pemasakan menentukan karakteristik gula semut. Jika suhu pemasakan masih terlalu rendah, maka kandungan air dalam adonan masih tinggi sehinggi proses kristalisasinya kurang sempurna. Sebaliknya jika suhu akhir pemasakan terlalu tinggi maka warna gula lebih gelap dan proses kristalisasinya agak sulit, karena gula sudah mengeras. Waktu pemasakan juga mempengaruhi karakteristik gula semut. Jika waktu pemasakan terlalu singkat maka proses kristalisasi tidak sempurna sehingga gula tersebut tidak dapat dicetak. Sedangkan jika waktu pemasakan yang terlalu lama maka gula tersebut akan gosong. Pada proses penjemuran atau pengovenan suhu yang digunakan yaitu sekitar 45 55 ⁰C. Jika suhu pengeringan terlalu tinggi maka akan mengakibatkan gula menjadi lembek atau meleleh.

21 Mulai Gula kelapa yang telah jadi dan dipotong kecil Penambahan larutan gula pasir 10% Dipanaskan dengan suhu 110-120 ⁰C diaduk hingga homogen sampai mengental Cairan gula yang sudah mengental diangkat lalu dituangkan dalam nampan dan digerus menggunakan kayu yang berbentuk garpu hingga terbentuk granul Granul dikeringkan menggunakan sinar matahari dengan suhu 45 55 ⁰C hingga kering Granul kering ditimbang sebanyak 1500 g untuk setiap perlakuan Granul digiling menggunakan disc mill dengan kecepatan putar 800, 900, 1000, 1100, dan 1200 rpm Butiran gula semut dikeringkan kembali hingga kadar air mencapai 3% Butiran gula semut ditimbang sebanyak 1000 g Diayak menggunakan ayakan tyler Analisis data Selesai Gambar 1. Skema pembuatan butiran gula semut

22 3.3.1 Parameter Pengamatan Adapun parameter yang diamati dalam penelitian ini antara lain adalah : Kadar air, derajat kehalusan (FM), indeks keseragaman, rendemen butiran, kerapatan curah, dan warna. 3.3.1.1 Kadar air Penentuan kadar air dalam penelitian ini menggunakan metode oven, yaitu didasarkan atas prinsip perhitungan selisih bobot bahan (sampel) sebelum dan sesudah pengovenan pada suhu 105 ⁰C. Pada penelitian ini kadar air gula semut diukur setelah proses penggilingan. Pengukuran kadar air dilakukan dengan cara menimbang gula semut sebanyak 10 g (m a ) kemudian dikeringkan dalam oven dengan suhu 105 ⁰C selama 24 jam sampai beratnya konstan. Setelah itu sampel didinginkan dalam desikator ± 15 menit dan ditimbang (m b ). Sampel yang dikeringkan diberi ulangan sebanyak 3 kali kemudian dirata-ratakan dan nilainya digunakan dalam perhitungan. Kadar air dihitung dengan rumus : Keterangan : Kadar air (%) = m a m b m b x 100%...(1) m a : Bobot sampel awal (g) m b : Bobot kering (g)

23 3.3.1.2 Derajat kehalusan (fineness modulus) Pengukuran keseragaman butiran gula semut dilakukan dengan pengayakan menggunakan ayakan tyler. Hasil butiran gula semut pada setiap perlakuan yang telah kering ditimbang sebanyak 1000 g kemudian diayak menggunakan ayakan tyler selama 10 menit (sampai stabil). Kehalusan butiran dibagi dalam 7 kelompok yaitu diameter berukuran kurang dari 0,50 mm, 0,50 0,69 mm, 0,69 0,84 mm, 0,84 1,00 mm, 1,00 1,18 mm, 1,18 1,41 mm, dan lebih dari 1,41 mm. Ukuran butiran terbanyak yang diharapkan adalah butiran dengan ukuran diameter 0,8 1,2 mm. Derajat kehalusan (fineness modulus) adalah bilangan yang mewakili ukuran ratarata partikel bahan hasil penggilingan. Derajat kehalusan dihitung berdasarkan jumlah fraksi bahan yang tertinggal pada setiap ayakan tyler dibagi dengan 100. Tabel 1. Cara menentukan fineness modulus (FM) Mesh(inchi) Ukuran lubang (mm) Berat bahan yang tertinggal % Bahan yang tertinggal Dikalikan dengan 14 (0,056) 1,41 6 16 (0,047) 1,18 5 18 (0,039) 1,00 4 20 (0,033) 0,84 3 25 (0,028) 0,69 2 35 (0,019) 0,50 1 Panci < 0,50 0 Total - % Hasil - Fraksi persentase bahan tertinggal (Xi) Xi = m i m total x 100%...(2)

24 Keterangan : m i m total : Bobot bahan yang tertinggal di ayakan ke-i (g) : Bobot seluruh bahan yang tertinggal di ayakan (g) - Fineness modulus (FM) FM = Hasil (%) Bahan tertinggal (%)..(3) - Dimensi rata-rata partikel dihitung dengan menggunakan derajat kehalusan (mm). D = 0,10414 (2) FM (4) 3.3.1.3 Indeks keseragaman Indeks keseragaman merupakan perbandingan angka yang menyatakan fraksifraksi kasar, sedang, dan halus dari partikel bahan hasil penggilingan. Hasil dari pengayakan dikelompokkan berdasarkan kriteria kasar, sedang, dan halus. Yang termasuk kategori kasar adalah jumlah fraksi berat yang tertahan pada dua ayakan pertama dari satu set ayakan tyler, yaitu 14 dan 16 mesh. Sedangkan jumlah fraksi berat yang tertahan pada ayakan berikutnya, yaitu 18, 20 dan 25 mesh termasuk dalam kategori sedang. Jumlah fraksi berat pada ayakan selanjutnya, yaitu 35 mesh dan panci digolongkan dalam kategori halus. Perbandingan ketiga kategori bahan tersebut merupakan indeks keseragaman.

25 3.3.1.4 Rendemen butiran Rendemen butiran menunjukkan persen hasil ukuran butiran yang diharapkan, yaitu perbandingan berat butiran yang dihasilkan (0,8 1,2 mm) dengan berat total butiran. Untuk mengetahui rendemen butiran gula semut dilakukan dengan cara menimbang butiran yang berukuran 0,8 1,2 mm dan dibagi dengan berat butiran seluruhnya. Rendemen butiran dihitung dengan rumus : % Rendemen butiran = m h m total x 100%...(5) Keterangan : m h : Bobot butiran yang dihasilkan (diameter butiran 0,8 1,2 mm) (g) m total : Bobot total butiran (g) 3.3.1.5 Kerapatan curah Kerapatan curah adalah perbandingan bobot bahan dengan volume yang ditempatinya, termasuk ruang kosong diantara butiran bahan. Untuk mengetahui kerapatan curah gula semut dilakukan dengan cara menimbang wadah (m 1 ) yang volumenya diketahui (misalnya volume 250 ml), kemudian diisi dengan gula semut hingga rata dibibir wadah, wadah diketuk-ketuk sebanyak 10 kali untuk memadatkan gula semut, lalu ditimbang (m 2 ). Kerapatan curah dihitung dengan persamaan sebagai berikut : Bobot sampel (m) = m 2 m 1 (g)..(6) Kerapatan curah (ρ) = m V (kg/m3 ).(7)

26 Keterangan : m 1 m 2 m : Bobot wadah (g) : Bobot wadah + gula semut (g) : Massa (kg) V : Volume wadah (m 3 ) 3.3.1.6 Warna Penentuan warna dalam penelitian ini didasarkan pada SNI warna gula semut, yaitu warna kuning kecoklatan sampai coklat. Pada penelitian ini penentuan warna dilakukan dengan metode citra digital. Citra digital merupakan proses pengolahan analisis citra yang banyak melibatkan persepsi visual. Sistem visual dipengaruhi oleh perangkat lunak dan perangkat keras yang digunakan. Perangkat keras yang digunakan adalah sebuah kamera warna. Kamera warna memiliki tiga buah sensor citra masing-masing untuk warna merah (R), hijau (G), dan biru (B) atau mempunyai satu sensor dengan filter RGB (Hendrawan dan Sumardi, 2005). Berikut prosedur pengambilan citranya : 1. Bahan diletakkan di dalam box pengambilan citra berlatar belakang kain putih dengan ketinggian 16 cm yang sudah dipasangkan lampu pijar pada 2 titik sudut (kanan dan kiri) pada box pengambilan citra, di mana lampu tersebut berfungsi untuk menghilangkan efek bayangan yang terbentuk. 2. Kamera digital akan menangkap citra gula semut dan menyimpan ke dalam memori dalam bentuk file citra dengan format JPG kemudian diolah menggunakan komputer (diperkecil pixel nya menjadi 20 x 20)

27 menggunakan perangkat lunak adobe photoshop 10.0 dan diulang 3 kali pada titik yang berbeda. 3. Citra yang sudah diperkecil ukurannya disimpan dan dimasukkan ke dalam program MATLAB, sehingga keluar nilai RGB nya. Untuk membandingkan warna gula semut yang dihasilkan, maka dilakukan pembandingan warna gula semut dengan produk komersial sejenis. 3.3.2 Rancangan Percobaan Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor (P 800, P 900, P 1000, P 1100, dan P 1200 ). RAL dapat didefisinikan sebagai rancangan dengan beberapa perlakuan yang disusun secara random untuk seluruh percobaan. RAL digunakan untuk analisis data khusus pengujian kadar air, fineness modulus, ukuran partikel, rendemen butiran, kerapatan curah, dan warna. Jika perlakuan berpengaruh maka dilakukan uji lanjut Duncan untuk melihat perbedaannya. Analisis data dilakukan menggunakan paket program statistik SAS. Model linier RAL yang digunakan adalah sebagai berikut : Y ij = µ + τ i + ԑ ij (8) Keterangan: µ : Rata-rata umum (mean populasi) τ i : Pengaruh aditif dari perlakuan ke-i ԑ ij : Galat percobaan atau pengaruh acak dari perlakuan ke-i ulangan ke-j